Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DJ DGN HIPOGLIKEMI DI
INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT KEN SARAS
KABUPATEN SEMARANG
DISUSUN OLEH
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin, atau kedua-duanya (Ernawati, 2012). Terdapat komplikasi akut yang
dapat muncul pada penderita diabetes mellitus salah satunya adalah hipoglikemi
dimana keadaan tubuh dengan kadar glukosa darah sewaktu dibawah 60 mg/dl
lebih rendah dari kebutuhan tubuh. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
terjadi karena tubuh tidak mampu menggunakan dan melepaskan insulin secara
adekuat (Irianto, 2015). Di sebabkan karena faktor keturunan, obesitas, makan
secara berlebihan, kurang olahraga, serta perubahan gaya hidup (Kusnanto,
2013).
Dengan demikian keadaan tersebut diakibatkan ketidakstabilan kadar
glukosa darah yang pertama melakukan cara edukasi, penderita harus memahami
betul-betul menganai Diabetes Mellitus (DM), cara yang kedua yaitu tentang
pembatasan diet makanan, penderita harus memahami dan mengikuti pola diet
yang di jalani tidak boleh melebihi batasan diet yang disesuaikan, selanjutnya
dengan berolahraga atau gerak badan sangat diperlukan untuk membakar kadar
gula dalam darah yang sudah berlebih, yang terakhir dengan terapi-terapi seperti
farmakologis (Santoso, 2011). Tujuan ini untuk mempertahankan kadar gula
darah dalam tubuh agar tetap dalam batas normal serta mengatasi berbagai
macam keluhan yang sering dialami oleh penderita Diabetes seperti kesemutan
dengan gangguan pada penglihatan (FKUI, 2017).
World Health Organization (WHO) pada tahun 2011 jumlah penderita
Diabetes Mellitus di dunia mencapai 200 juta jiwa. Indonesia menepati urutan ke
empat terbesar dalam jumlah penderita Diabetes Mellitus di dunia. Menurut
Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, Provinsi Jawa
1
Tengah merupakan salah satu wilayah di Indonesia dengan prevelensi penderita
Diabetes Mellitus sebasar 2,1% (Riskesdas, 2013). Kasus penderita Diabetes
Mellitus sebanyak 102.399 kasus (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2012). Resiko
ketidakstabilan kadar glukosa darah sebabkan oleh obesitas, kurang berolahraga,
pola makan yang buruk dan gaya hidup yang tidak sehat menjadi faktor utama.
B. Web Of Causation
Terlampir
2
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA TN. DJ DI
RUMAH SAKIT KEN SARAS KABUPATEN SEMARANG
A. PENGKAJIAN KLIEN
1. Biodata Pasien
a. Nama : Tn. Dj
b. Umur : 63 tahun 6 bulan
c. Alamat : Ngempon, RT.4/RW.4, Bergas, Semarang
d. Pendidikan : SLTA
e. Pekerjaan: : Pensiunan TNI
f. Tanggal masuk : 04 September 2019
g. Diagnosa Medis : Hipoglikemi
h. Nomor registrasi : A061329
B. TRIAGE
1. Keluhan Utama
Keluarga klien mengatakan alasan masuk ke IGD karena terjadi
penurunan kesadaran 3 jam SMRS
3. TTV
TD : 131/89 mmHg
RR : 26 x/i
N : 86 x/i
S : 360c
3
SpO2 : 94%
C. PRIMARY SURVEY
1. Airway
Tidak adanya sumbatan jalan nafas. Jalan nafas bersih.
2. Breathing
Merasa kekurangan oksigen dan napas tersengal – sengal, RR 26
x/menit, irama teratur, menggunakan otot bantu pernafasan, tampak
mengangkat bahu pada saat inspirasi.
I: bentuk dada simetris, tidak ada retraksi dinding dada
P: Vokal Vermitus lebih kuat kanan
P : Redup pada paru kiri
A : Vesikuler pada paru kanan, vesikuler melemah pada paru kiri
3. Circulation
Keringat dingin, TD: 131/89 mmHg, Nadi: 86 x/i (teraba lemah),
Suhu: :360c, akral dingin, capillary refill kembali dalam 2 detik,
konjungtiva tidak anemis
4. Disability
Terjadi penurunan kesadaran, karena kekurangan suplai nutrisi ke otak,
tingkat kesadaran somnolen, GCS : E2 V4 M6, pupil isokor besar
pupil kiri kanan isokor atau sama besar 2/2, reaksi pupil terhadap
cahaya positif. Tidak terjadi paralisis dan tingkat kekuatan otot (4)
4 4
4 4
5. Exposure
Tidak terjadi hipotermi, Suhu: 360c dan tidak ditemukan adanya
luka/infeksi pada bagian tubuh klien.
6. Folley Catheter
Pasien terpasang kateter urin uk. 16 untuk memenuhi kebutuhan
eliminasi klien
7. Gastric Tube
4
Pasien tidak terpasang NGT
8. Heart Monitor
Pasien dilakukan pemeriksaan EKG dengan hasil LVH.
D. SECONDARY SURVEY
1. Anamnesis
Keluarga mengatakan pasien mengalami penurunan kesadaran 3 jam
SMRS, tidak ada riwayat alergi obat ataupun makanan, klien sedang
mengonsumsi obat-obatan seperti metformin 500mg (3x1), coditam
(2x1), cilostazol 100mg (2x1), betaserc 24mg (2x1), asam mefenamat
500mg (2x1), diminum sesudah makan dan insulin, klien sebelumnya
memiliki riwayat penyakit diabetes, hipertensi dan epilepsi, klien makan
nasi dengan sayur, terakhir sehabis maghrib kira-kira pukul 18.00 WIB.
Keluarga mengatakan klien kecapean selepas acara keluarga dan merasa
sesak setelahnya. Klien tampak pingsan disertai kejang 1 kali, keadaan
umum lemas dan sesak nafas, kesadaran somnolen, GCS: E2V4M6,
riwayat mondok di RS Ken Saras tanggal 27 Agustus sampai 3
September 2019.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala :
Muka : sianosis (-), ukuran pupil kanan/kiri 2mm/2mm, rangsang
cahaya pupil kanan/kiri +/+
Hidung : bersih, cuping hidung (-), terpasang O2 NRM 10 lpm
Telinga : simetris, bersih, serumen (-)
Leher : JVP (-), pembesaran kelenjer tiroid (-)
b. Dada :
I: bentuk dada simetris, tidak ada retraksi dinding dada
P: Vokal Vermitus lebih kuat kanan
P : Redup pada paru kiri
A : Vesikuler pada paru kanan, vesikuler melemah pada paru kiri
c. Abdomen :
I : simetris antara kanan dan kiri, terlihat gerakan diafragma, tidak ada
lesi atau luka diperut
A : bising usus 8 x/menit
5
P : tympani
P : tidak ada pembesaran hati, tidak ada distensi
d. Ekstremitas :
Atas : tangan kiri terpasang infus D10 20 tpm,
Bawah : terpasang DC no. 16, tidak terdapat memar baik dikaki kanan
ataupun kaki kiri
Kekuatan otot
4 4
4 4
Keterangan :
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan GDS :
a. Hasil GDS 1 : 39 mg/dL
b. Hasil GDS 2: 87 mg/dL
c. Hasil GDS 3 : 137 mg/dL
2. Pemeriksaan EKG :
Diagnosa EKG : LVH (Left Ventrikular Hipertrophy)
6
F. PROGRAM TERAPI
Nama Terapi/
Jenis Kegunaan
Obat
Oksigen 10 lpm NRM Memenuhi kebutuhan oksigen yang adekuat
D10 (30 tpm) IVFD Untuk mengatasi hipoglikemi dan
D40 2 flash IV
kekurangan cairan
Citicoline 500mg IV Vitamin untuk saraf untuk mempertahankan
fungsi otak secara normal
Ondansentron 8mg IV Anti emetik untuk mencegah dan
mengobati mual dan muntah
Ozid 2 mg IV Mengatasi nyeri lambung dengan kerja
lebih cepat
7
G. ANALISA DATA
8
S : 360c
5. Hasil
pemeriksaan
GDS 1: 39
mg/Dl
2 Rabu, DS : Keletihan Ketidakefektifan
1. Keluarga
04/09/2019, pola napas
22.15 WIB mengatakan klien
(00032)
kecapean selepas
acara keluarga dan
merasa sesak
setelahnya.
DO :
1. Klien tampak
pingsan pertama
kali masuk IGD
disertai kejang 1
kali setelah itu
tampak sesak
sambil
memegang
dadanya
2. Klien tampak
lemas dan sulit
bernafas
3. RR : 26 x/i
SpO2 : 94%
4. Klien tampak
mengangkat
bahu pada saat
inspirasi
5. Adanya
9
penggunaan otot
bantu
pernafasan
6. Hasil auskultasi:
Vesikuler pada
paru kanan,
vesikuler
melemah pada
paru kiri
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidaksetabilan kadar glukosa darah b.d gangguan status kesehatan
fisik (ketidakmampuan ginjal mensekresi insulin) (00179)
2. Ketidakefektifan pola napas b.d keletihan (00032)
NO Hari/Tang
NOC NIC
DX gal/ Jam
1 Rabu, Setelah dilakukan Management Hipoglikemia (20130)
04/09/2019, tindakan selama 1 x 2 -Monitor kadar glukosa darah
22.15 WIB
jam diharapkan kadar sesuai indikasi
glukosa darah dapat -Memantau gejala hipoglikemia
kembali normal seperti:tremor, berkeringat, gugup,
dengan kriteria hasil : takikardi, palpitasi, mengigil,
1. peningkatan kadar
perubahan perilaku, coma.
glukosa darah dalam
-Memberikan karbohidrat
batas normal
sederhana yang sesuai
2. kelemahan
-Memberikan glukosa melalui IV
berkurang
10
3. kejang berkurang -Lindungi jangan sampai cedera
atau hilang -Mengajarkan pasien dan keluarga
4. gangguan
mengenai gejala, faktor resiko,
konsentrasi berkurang
pencegahan hipoglikemia, dan
manajemen diabetes.
11
J. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
DO :
TTV :
TD: 131/89 mmHg
RR: 26 x/i
N: 86 x/i
S: 360c
12
Kesasadaran: somnolen
GCS E2V4M6
Hasil GDS 1: 39
mg/dL
13
mengenai gejala, faktor resiko, EKG dan keluarga
pencegahan hipoglikemia, dan klien antusias
manajemen diabetes. menyampaikan
keluhan dan meminta
saran
DO:
hasil dari pemeriksaan
EKG: LVH dan
keluarga dapat
memahami apa yang
disampaikan perawat
dan mahasiswa
DO:
-KU: tampak lemah
-TTV
TD: 130/85 mmHg
RR: 24 x/i
N: 82 x/i
S: 360c
Hasil GDS 2: 87
mg/dL
DO:
klien tampak rileks
14
dan urine keluar
dengan lancar dalam
urine bag
DO:
- Hasil GDS 2:137
mg/dL
- KU: lemah
-TTV
TD: 130/85 mmHg
RR: 20 x/i
N: 82 x/i
S: 360c
DO:
klien tampak rileks dan
dipindahkan oleh
perawat meggunakan
bed ke ruang rawat
Diamond A
K. EVALUASI KEPERAWATAN
15
Rabu, 1 S:
klien mengatakan masih lemas sedikit
04/09/2019,
24.05 WIB
O:
-Kesadaran composmentis
-Klien masih tampak lemah
-Terpasang infus D10, DC 16
-TTV
TD: 130/85 mmHg
RR: 20 x/i
N: 82 x/i
S: 360c
A:
Masalah belum teratasi sepenuhnya
(sebagian)
P:
Pertahankan intervensi seperti:
1. monitor kadar gula darah sesuai
indikasi
2. memantau gejala hipoglikemi
3. memantau tanda-tanda vital
4. berkolaborasi dalam pemberian terapi
sesuai indikasi
Rabu, 2 S:
klien mengatakan sesaknya sudah mulai
04/09/2019,
24.05 WIB berkurang
O:
-Klien masih tampak lemah
- Masih terpasang NRM 8 lpm
-RR: 20 x/i
16
SPO2: 98%
A:
Masalah belum teratasi sepenuhnya
(sebagian)
P:
Pertahankan intervensi seperti:
1. pertahankan jalan nafas yang adekuat
dan beri posisi nyaman
3. memantau tanda-tanda vital
4. observasi tanda-tanda hipoventilasi
5. berkolaborasi dalam pemberian terapi
sesuai indikasi
- -
BAB III
PEMBAHASAN
A. Analisa Kasus
17
dalam hal ini penanggung jawab yaitu anak kandung klien. Keluarga klien
mengatakan alasan masuk ke IGD karena terjadi penurunan kesadaran 3 jam
SMRS. Klien tampak pingsan disertai kejang 1 kali, keluarga klien mengatakan
klien kelelahan selepas acara keluarag, keadaan umum lemas dan sesak nafas,
kesadaran somnolen, GCS: E2V4M6, , riwayat diabetetes, hipertensi dan epilepsi,
riwayat mondok di RS Ken Saras tanggal 27 Agustus sampai 3 September 2019.
Hasil GDS 1: 39 mg/dL.
Hipoglikemia (shock insulin) adalah suatu sindrome yang komplek
berawal dari suatu gangguan metabolisme glukosa, dimana konsentrasi serum
glukosa menurun sampai tidak dapat memenuhi kebutuhan metabolisme sistem
saraf. Hipoglikemia merupakan keadaan dimana kadar gula darah rendah secara
abnormal, terjadi jika gula darah turun dibawah 50-60mg/dl (2,7 sampai 3,3
mmol/L) (Smeltzer & Bare, 2015).
Rendahnya kadar gula darah disebabkan oleh proses autoimun, kerja
pankreas sedikit masuk dalam sel, hal tersebut dapat menyebabkan kelemahan
dengan kadar glukosa darah meningkat, selain itu tubuh akan menurunkan
penggunaan glukosa otot, lemak dan hati serta peningkatan produksi glukosa
oleh hati dengan pemecahan lemak terhadap kelaparan sel, meningkatnya jumlah
urine yang berakibat meningkatnya rasa haus. Menurut Adib (2013) dalam
Mustika (2015) mengatakan bahwa makanan tertentu jika dikonsumsi dapat
menaikan kadar gula dalam darah, karena itu klien harus berhati- hati memilih
makanan, bahkan pangan kaya karbohidrat membuat kerja organ pankreas
menjadi lebih berat, karbohidrat akan segera diubah menjadi glukosa akibatnya
kadar gula meningkat, selanjutnya pankreas bereaksi mengeluarkan insulin agar
dapat menarik gula dalam darah dan penyimpanannya dalam otot sebagai
cadangan energi. Pola makan adalah tingkah laku, jadi pola makan adalah
tingkah laku atau cara makan klien diabetes melitus dapat hidup dengan
membutuhkan konsentrasi penuh kadang peyebab tidak teratur pola makanan ,
sedangkan menurut Rusman (2014) stress dan diabetes melitus memiliki
hubungan yang sangat erat terutama pada pola hidup yang tidak sehat. Tekanan
18
kehidupan dan gaya hidup tidak sehat sangat berpengaruh, berbgai penyakit yang
sedang diderita, menyebabkan penurunan kondisi seseorang sehingga memicu
terjadinya stress yang berakibat gangguan pada kadar gula darah tidak terkontrol.
19
yang tidak memberi ventilasi yang adekuat yaitu airway management dengan
pemberian posisi semi fowler dapat mengurangi sesak nafas dan memonitor
status respirasi klien. Saat sesak napas, pasien lebih nyaman dengan posisi
setengah duduk, sehingga posisi semi fowler memberikan kenyamanan dan
membantu memperingan kesukaran bernapas. Menurut Supadi (2013) dalam
Mustika (2015) saat terjadi serangan sesak biasanya klien merasa sesak dan
tidak dapat tidur dengan posisi berbaring. Melainkan harus dalam posisi
duduk atau setengah duduk untuk meredakan penyempitan jalan napas dan
memenuhi O2 dalam darah.
Selain itu, perawat juga dapat melibatkan keluarga dalam perawatan pasien
hipoglikemia. Hal ini didukung oleh Maslikah (2018) yang menyatakan peran
keluarga sangat penting dalam menentukan perilaku penderita diabetes melitus,
diharapkan keluarga memberikan dukungan moral dalam penatalaksanaan
diabetes melitus. Mustika (2015) juga menyatakan bahwa keluarga juga turut
serta dalam mencegah terjadinya hipoglikemi pada pasien diabetes mellitus dan
merawatnya.
Evaluasi yang dilakukan tidak jauh berbeda dengan evaluasi pada teori.
Perawat melakukan pengukuran kadar gula darah kembali setelah diberikan
terapi D 40 per-IV dan memantau keadaan umum serta TTV pasien. Evaluasi ini
didukung oleh Maughton (2011) yang menyatakan bahwa pemberian dekstrosa
per-IV merupakan terapi pertama yang dapat meningkatkan kadar glukosa darah
selama 30-60 menit. Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan pengukuran kadar
gula darah kembali setelah pemberian dekstrosa per-IV. Sedangkan ada beberapa
intervensi pada teori tetapi belum bisa diimplementasikan pada pasien Tn. Dj
seperti memantau kadar gula darah
yang akan dilakukan di ruang perawatan karena pemantauan kadar gula darah
membutuhkan waktu yang lama dan dilakukan secara teratur. Evaluasi untuk
penderita Diabetes Mellitus dapat berkurang dengan melakukan manajemen
hipoglikemi. Evaluasi dari manajemen hipoglikemi bisa membantu klien untuk
menstabilkan kadar glukosa darah.
20
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah dilakukakan asuhan keperawatan hipoglikemi pada Tn. Dj diruang
Instalasi Gawat Darurat RS Ken Saras pada tanggal 04 September 2019 kemudian
membandingkan antara teori dan kasus, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pada saat pengkajian klien masuk rumah sakit pukul 22.15 dengan diagnosa
medik hipoglikemi, sumber informasi dari keluarga klien dan dalam hal ini
penanggung jawab yaitu anak kandung klien. Keluarga klien mengatakan
alasan masuk ke IGD karena terjadi penurunan kesadaran 3 jam SMRS. Klien
21
tampak pingsan disertai kejang 1 kali, keadaan umum lemas dan sesak nafas,
kesadaran somnolen, GCS: E2V4M6, , riwayat diabetetes, hipertensi dan
epilepsi, riwayat mondok di RS Ken Saras tanggal 27 Agustus sampai 3
September 2019. Hasil GDS 1: 39 mg/dL.
2. Berdasarkan hasil analisa data didapatkan diagnosis keperawatan yang utama
yaitu ketidaksetabilan kadar glukosa darah b.d gangguan status kesehatan fisik
dan diagnosa kedua adalah ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan.
3. Perencanaan keperawatan dirumuskan berdasarkan prioritas masalah dan
kondisi klien. Pada saat penulis melakukan pengkajian serta kemampuan
keluarga dalam kerja sama dengan penulis, dalam melakukan asuhan
keperawatan pada Tn. Dj, penulis telah berusaha melakukan tindakan
keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah ditujukan untuk
mengatasi masalah yang dialami klien dengan melakukan manajemen
hipoglikemi dan mengatasi masalah keperawatan lainnya.
4. Implementasi yang dilakukan penulis sudah sesuai dengan intervensi yang
telah direncanakan, evaluasi keperawatan pada Tn. Dj menggambarkan
kondisi Tn. Dj sudah mulai membaik ditandai kadar gula darah dalam
keadaan stabil dan tidak terjadi penurunan kesadaran.
5. Hasil evaluasi pada kasus nyata didapatkan tidak adanya kesenjangan antara
teori dan kasus. Dimana masalah keperawatan dapat teratasi, ini
dikarenakan perubahan keadaan pasien setelah dilakukan tindakan
keperawatan sudah teratasi sehingga pencapaian tujuan dan kriteria hasil dari
diagnosis keperawatan tersebut tercapai.
B. SARAN
a. Bagi Rumah Sakit
Pada saat memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
hipoglikemi hendaknya perawat ruangan memberikan pembekalan penanganan
dirumah supaya keluarga dapat merawat pasien saat pasien sudah pulang seperti
menasehati pasien untuk mengkonsumsi makanan sesuai diit, rutin meminum obat
sesuai jadwal dan sering mengontrol gula darah di fasilitas kesehatan.
b. Bagi Pasien
22
Diharapkan sebagai pedoman untuk mengetahui lebih lanjut penyakit yang
dialami dan dapat mengendalikan serta mengontrol gula darahnya.
c. Bagi Penulis
Hasil penelitian membuat pengalaman belajar dalam meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan berkaitan dengan pasien hipoglikemi dan
menambah wawasan sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya dalam
mengembangkan penelitian lanjutan terhadap pasien yang menderita
hipoglikemi.
23
24
25