Anda di halaman 1dari 25

DIPLOMASI MARITIM DALAM

KEBERHASILAN PATROLI TERKOORDINASI


INDONESIA-MALAYSIA-SINGAPURA DI SELAT MALAKA

Maratime Diplomacy Behind The Success of Indonesia-Malaysia-Singapore’s


Coordinated Patrol in Malaka Strait

Lintang Suproboningrum dan Yandry Kurniawan

Departemen Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Indonesia


Alamat email: suproboningrumlintang@gmail.com ykurniawank@gmail.com

Naskah Diterima: 13 September 2017


Naskah Direvisi: 26 Oktober 2017
Naskah Diterima: 22 November 2017

Abstract
This article analyses Indonesia-Malaysia-Singapore’s cooperation in securing the Strait of Malaka against non-
traditional security threats. Most of existing works on the topic being studied put emphasize on issues related to the
important of security cooperation, security cooperation mechanisms, and the involvement of extraregional power
in securing the Strait. Few, if any, scrutinize factors that led to the success of such cooperation. By employing
the concept of maritime diplomacy, this article seeks to explain that rezimes, cooperative diplomacy and coersive
diplomasy are the factors behind the success of Indonesia-Malaysia-Singapore’s coordinated patrol. This article
shows that the maritime diplomacy activity among those three litoral states has supported and facilitated the conduct
of coordinated patrol in Malaka Strait.
Keywords: Malaka Strait, maritime diplomacy, coordinated patrol, non-traditional security

Abstrak
Tulisan ini menganalisis kerja sama keamanan Indonesia-Malaysia-Singapura sebagai negara pantai dalam
mengamankan Selat Malaka dari ancaman keamanan non-tradisional. Sebagian besar kajian terdahulu
mengenai topik ini telah menjelaskan pentingnya kerja sama keamanan maritim, mekanisme kerja
sama dan keterlibatan aktor eksternal dalam pengamanan Selat Malaka. Namun, kajian-kajian tersebut
belum menjelaskan mengapa kerja sama keamanan di Selat Malaka tersebut dapat berjalan baik. Dengan
menggunakan konsep diplomasi maritim, tulisan ini menjelaskan rezim, diplomasi kooperatif dan diplomasi
koersif sebagai faktor-faktor yang menjadi latar belakang keberhasilan patroli terkoordinasi ketiga negara
pantai di Selat Malaka. Temuan tulisan ini menunjukkan bahwa diplomasi maritim yang dilakukan
Indonesia-Malaysia-Singapura telah mendukung dan memfasilitasi keberhasilan patroli terkoordinasi di
Selat Malaka.
Kata kunci: Selat Malaka, diplomasi maritim, patrol terkoordinasi, keamanan non-tradisional

PENDAHULUAN secara unilateral. Oleh karena itu, negara


Perubahan situasi dewasa ini menjadikan perlu bekerja sama dan saling ketergantungan
masalah keamanan non-tradisional1 tidak satu sama lain.2 Masalah keamanan non-
lagi dapat diatasi oleh negara-negara di dunia tradisional yang bersifat transnasional tersebut

1
Mely Callabero-Anthony, Non-Traditional Security in Asia: Issues Challenges and Framework for Action. Singapore: Institute of
Asian Studies, 2013), hlm. 5.
2
Heiner Hanggi, Ralf Roloff, & Jurgen Ruland, Interregionalism and International Relations, (London: Routledge, 2006). Lihat
juga Callabero, Non-Traditional Security, hlm. 6.

Lintang Suproboningrum dan Yandry Kurniawan: Diplomasi Maritim 163


seringkali mengeksploitasi wilayah maritim. kawasan yang dianggap berisiko tinggi untuk kapal
Peran domain maritim ini menjadi vital karena dagang dan rentan terhadap perang, penyerangan,
sekitar 80% perdagangan dunia melewati laut, terorisme dan bahaya lainnya.7 Sebagai contoh,
termasuk wilayah laut di Asia Tenggara.3 pada tahun 2000 terjadi 75 insiden atau 16 persen
Salah satu perairan di Asia Tenggara yang dari total serangan bajak laut di dunia. Pada tahun
cukup penting dan srategis bagi perdagangan yang sama, 25 persen dari serangan bajak laut dan
dunia adalah Selat Malaka. Selat inilah yang perompak terjadi di perairan Indonesia.8
menghubungkan wilayah Asia dengan Eropa Menyadari pentingnya keamanan
dan Timur Tengah. Selat Malaka adalah salah Selat Malaka, negara pesisir membangun
satu chokepoint4 maritim dunia yang berbahaya mekanisme kerja sama keamanan multilateral
dan menjadi tujuan kejahatan transnasional. untuk menangani masalah bajak laut dengan
Selat Malaka berada di antara negara-negara menyepakati patroli terkoordinasi Malacca Sea
pesisir dari Indonesia, Malaysia dan Singapura Patrol (MSP) atau Patroli Terkoodinasi Malaysia,
di utara pulau Sumatera Indonesia dan selatan Singapura Indonesia (MALSINDO) pada 2004.9
Malaysia yang terletak 600 mil panjang dan Kerja sama keamanan yang dilakukan ketiga
merupakan koridor utama dari bagian antara negara tersebut tidak selamanya dapat efektif
Samudera Hindia dan Laut China Selatan.5 karena pada implementasinya masih terhambat
Dengan panjang sekitar 800 km, lebar 50 hingga masalah kedaulatan dan perbedaan persepsi
320 km, dan kedalaman minimal 32 meter, terkait keterlibatan aktor eksternal.10 Namun di
Selat Malaka merupakan selat terpanjang di tengah adanya hambatan antara ketiga negara
dunia yang digunakan sebagai jalur pelayaran pesisir, keberadaan patroli terkoordinasi yang
internasional. Perkiraan saat ini menunjukkan telah disepakati dapat dikatakan berhasil. Hal ini
bahwa 150-500 kapal (kapal barang besar dan ditandai dengan menurunnya tingkat ancaman
kapal tanker, tidak termasuk lalu lintas lokal) di perairan Selat Malaka. International Chamber
melewati Selat Malaka per hari, atau kurang of Commerce (ICC) melaporkan bahwa jumlah
lebih 50.000 kapal per tahun.6 serangan telah menurun karena peningkatan
Selat Malaka menjadi salah satu kawasan patroli negara pesisir sejak Juli 2005.11 Pada
perairan di Asia Tenggara yang paling rawan
7
J. Ashley Roach,, “Enhancing Maritim Security in the
terjadinya pembajakan dan perompakan laut.
Strait of Malacca and Singapore”, Journal of International
Loyd’s Market Association Joint War Committee Affairs, Vol. 49, No. 1, (2005) hlm. 102.
memasukkan Selat Malaka ke dalam 21 daftar 8
International Chamber of Commerce, Piracy and Armed
Robbery Against Ship Annual Report 1 January – 31
3
Donna J. Nincic, “Sea Lane Security an U.S Maritime December 2000, United Kingdom: International Maritime
Trade: Chocke Points as Scarce Resources” Sam J. Berau, 2000) hlm. 5-6.
Tangrendi, (editor), Globalization and Maritime Power, 9
Ian Storey, “Maritime Security in Southeast Asia: Two
(Washington: National Defence University Press, 2002) Cheers for Regional Cooperation”, Southeast Asian Affairs,
hlm. 145 (2009), hlm. 36-58.
4
Chokepoint adalah konsep umum dalam geografi 10
Dalam kerja sama biasanya menunjukkan keefektifan
transportasi karena mengacu pada lokasi yang membatasi dengan beberapa indikator keberhasilan yang ada, namun
kapasitas sirkulasi dan tidak dapat dilalui dengan mudah. pada kenyataannya banyak sekali hambatan yang muncul
Ini menunjukkan bahwa setiap alternatif chokepoint dalam kerja sama keamanan di Selat Malaka. Lihat
melibatkan jalan memutar atau penggunaan alternatif Storey, 2009; Raymond, 2009; Mak, 2006; Shie, 2006.
yang berdampak pada biaya keuangan dan penundaan 11
Intenational Chamber of Commerce Commercial Service,
yang signifikan. Lihat Rodrigue, Jean Paul (2004), “Straits, “Piracy & Armed Robbery Prone Areas and Warning”,
Passage and Chocke Points A Maritime Geostrategy of https://www.icc-ccs.org/index.php/piracy-reporting-
Petroleum Distribution”, Cahiers de Geographie du Quebec, centre/prone-areas-and-warnings, diakses pada 11
Vol. 48, No. 135, (2004) hlm. 359. Januari 2017. Penulis menyadari bahwa terjadi serangan
5
Joshua Ho, “The Security of Sea Lanes in Southeast Asia,” aktual terhadap kapal-kapal di Selat Malaka dalam
Asian Survey, Vol. 46, No. 4, (2006): hlm. 55. kurun beberapa tahun terakhir. Namun, hal ini tidak
6
Adam J. Young, Contemporary Maritime Piracy in Southeast membantah data bahwa telah terjadi penurunan tingkat
Asia, (Singapore: Institute of Southeast Asian Studies, ancaman sejak tahun 2005, sejak Indonesia, Malaysia dan
2007) hlm. 2. Singapura menyepakati pelaksanaan patroli terkoordinasi.

164 Politica Vol. 8 No. 2 November 2017


tahun 2005 aksi pembajakan dan perompakan sama keamanan di Selat Malaka berdasarkan
laut tercatat 12 kasus, kemudian pada tahun kepentingan ekonomi-politik (Vevro, 2008;
2006 menurun menjadi 11 kasus, tahun 2007 Huang, 2008; Khalid, 2009). Ada tiga
sebanyak tujuh kasus, tahun 2008, 2009 dan kepentingan negara besar di Selat Malaka
2010 juga menurun menjadi dua kasus.12 yaitu proyeksi kekuatan militer di seluruh
Namun, faktor yang menjadi penyebab dibalik dunia, kepentingan komersil atau perdagangan
keberhasilan Patroli Koordinasi tiga negara maritim, dan eksploitasi ekonomi terhadap
pantai tersebut belum banyak dikaji dalam laut.15
kajian-kajian terdahulu mengenai keamanan Ketiga kategori kajian terdahulu tersebut
maritim di Selat Malaka. telah menunjukkan pentingnya kerja sama
Kajian terdahulu tentang keamanan keamanan maritim antar negara pesisir
maritim di Selat Malaka umumnya melihat tiga dan adanya peran dari aktor eksternal yang
isu besar, yaitu (1) penyebab terjadinya kerja berkepentingan di Selat Malaka. Namun,
sama di Selat Malaka, (2) mekanisme kerja penjelasan tersebut belum menjawab
sama keamanan dan (3) peran aktor eksternal permasalahan bagaimana kerja sama keamanan
yang berpengaruh. Kajian yang menelaah faktor negara-negara pantai di Selat Malaka tersebut
yang melatarbelakangi terwujudnya kerja sama dapat berjalan baik. Berdasarkan alasan
di Selat Malaka membahas adanya tanggung tersebut, tulisan ini menggunakan konsep
jawab bersama negara pesisir (Sittick, 2005), diplomasi maritim sebagai kerangka analisis
tinjauan sejarah (Young, 2007), dan norma untuk menjelaskan kerja sama ketiga negara
bersama (Lee and Mc.Gahan, 2015). Dari sisi pantai yang dimaksud. Untuk itu, tulisan ini
yang melatarbelakangi terjadinya kerja sama di mengangkat pertanyaan bagaimana peran
Selat Malaka ini didorong oleh adanya ancaman diplomasi maritim dalam memfasilitasi
kejahatan transnasional terhadap keamanan keberhasilan kerja sama patroli terkoordinasi
maritim sehingga hal ini menjadi tanggung jawab di Selat Malaka? Untuk menjawab pertanyaan
pengamanan oleh negara pesisir.13 Kategori tersebut, tulisan ini ini menjelaskan bentuk-
kajian yang kedua menekankan pentingnya bentuk diplomasi maritim yang dilakukan oleh
mekanisme kerja sama dalam pengamanan Indonesia-Malaysia-Singapura, yang meliputi
kawasan maritim Selat Malaka (Roach, 2005; diplomasi kooperatif dan koersif serta adanya
Ho, 2006; Mak, 2006; Shie, 2006; Bateman, rezim sebagai pedoman dalam pelaksanaan
et all, 2006; Bradford, 2009; Zara Raymond, kerja sama. Semua bentuk diplomasi tersebut
2009; Storey, 2009; Djalal, 2009; Beckman, dapat mendukung keberhasilan kerja sama
2013). Argumen utama kategori kajian ini patroli terkoordinasi di Selat Malaka. Di
secara umum menyebutkan bahwa kerja bagian berikutnya, tulisan ini secara berturut-
sama keamanan maritim perlu diikuti oleh turut menjelaskan konsep diplomasi maritim,
peningkatan kapasitas dan juga disesuaikan pembahasan yang berisikan analisis patroli
dengan kesepakatan internasional.14 Kategori terkoordinasi Indonesia, Malaysia, dan
kajian terakhir mengulas keterlibatan aktor Singapura sebagai negara pesisir melalui sudut
eksternal yang memainkan peran dalam kerja pandang diplomasi maritim, dan bagian penutup
dari tulisan ini.
12

International Chamber of Commerce, Piracy and Armed
Robbery Against Ship Annual Report 1 January – 31 December
2010, (United Kingdom: International Maritime Bureau,
2011)
13
Tammy M. Sittnick, “State Responsibility and Maritime
Terrorism in The Strait of Malacca: Persuading Indonesia 15
Inderjit Singh a/l Tara Singh, “Safeguarding The Straits
and Malaysia to Take Additional Steps to Secure the of Malacca Against Maritime Crime Issues Amongst
Straits”, Pacific Run Law & Policy Journal, Vol. 4, No. 3, States On Security Responsibility”, International Journal of
(2005): hlm. 743-69. Humanities and Social Science, Vol.2, No. 2, (2012): hlm.
14
Roach, Enhancing Maritim Security, 97-116. 111-19.

Lintang Suproboningrum dan Yandry Kurniawan: Diplomasi Maritim 165


Diplomasi Maritim kapasitas, pelatihan dan harmonisasi teknik
Perkembangan kajian tentang diplomasi maupun membangun kepercayaan di antara
telah mencakup bahasan tentang diplomasi negara untuk mewaspadai kekuatan angkatan
maritim untuk mengatasi ancaman keamanan laut lainnya.19 Diplomasi kooperatif tidak
maritim. Diplomasi maritim mengacu pada bertujuan untuk menggertak, menghalangi
berbagai kegiatan di wilayah maritim dan ataupun memaksa. Untuk mendorong bentuk
menitikberatkan pada Angkatan Laut suatu diplomasi ini berjalan dengan baik, dibutuhkan
negara. Diplomasi maritim dapat mengurangi keterlibatan penjaga pantai (coastguards)
kemungkinan konflik, menghalangi lawan, dan kekuatan pasukan maritim (maritime
menghapus ancaman atau memecahkan constabulary force) yang diberi tanggung jawab
perbedaan pendapat. Hal ini sejalan dengan untuk keselamatan dan keamanan maritim.
pendapat dari Cristian Le Miere yang Cooperative diplomacy ini pada dasarnya
menyebutkan bahwa diplomasi maritim bisa dikaitkan dengan konsep cooperative
mencakup spektrum kegiatan yang menavigasi security. Cooperative security merupakan konsep
tindakan diplomatik maritim kooperatif, latihan yang lebih fleksibel karena mengakui nilai-
maritim bersama, bantuan kemanusiaan, nilai pengaturan bilateral dan keseimbangan
penyebaran persuasif, dan koersif.16 kekuatan saat ini dalam memberikan kontribusi
Definisi tersebut juga didukung oleh pada keamanan regional dan memungkinkan
pendapat Kevin Rowland yang menjelaskan kerja sama multilateralisme yang berkembang
bahwa Pasca Perang Dingin memunculkan dari proses yang lebih ad hoc, informal, dan
transformasi dalam politik dunia dan fleksibel.20 Cooperative security mencoba
penilaian ulang dari utilitas kekuatan. mengubah perilaku negara dari persaingan
Sehingga penggunaan diplomasi angkatan dengan negara lain menjadi untuk bekerjasama
laut semakin diperluas dengan peningkatan dengan negara-negara tersebut.21
jumlah pemangku kepentingan maritim. Ini Diplomasi persuasif bertujuan untuk
terlihat dengan adanya aspek-aspek baru yaitu meningkatkan pengakuan kekuatan maritim
kerja sama keamanan, bantuan kemanusiaan, dan membangun kewibawaan bangsa di
bantuan bencana, dan lain-lain, yang semuanya panggung internasional. Hal ini tidak
merupakan bentuk diplomasi angkatan laut dimaksudkan untuk menyerang lawan potensial
postmodern.17 karena bertujuan untuk membujuk pihak lain
Le Miere memperluas pemahaman dengan dengan kehadiran militer yang efektif. Karena
mengklasifikasikan bentuk diplomasi maritim, itu, diplomasi maritim persuasif sangat mirip
yaitu diplomasi kooperatif, diplomasi persuasif, dengan apa yang dulu dikenal sebagai “showing
dan diplomasi koersif.18 Diplomasi kooperatif the flag”, di mana kapal angkatan laut digunakan
meliputi misi seperti kunjungan pelabuhan, hanya untuk mempengaruhi kebijakan negara
latihan bersama atau operasi keamanan maritim, lain.22 Diplomasi maritim koersif merupakan
bantuan kemanusiaan dan bantuan bencana. bentuk terbuka dengan menunjukkan ancaman
Diplomasi kooperatif bisa menjadi upaya untuk atau penggunaan kekuatan laut terbatas oleh
mendukung soft power melalui penggunaan aset aktor negara atau non-negara yang dirancang
hard power. Selain itu, bentuk diplomasi juga untuk memaksa lawan mundur atau sebagai
dirancang untuk membangun koalisi, mendapat
dukungan sekutu melalui peningkatan 19
Le Miere, Maritime Diplomacy, hlm. 7-11.
20
David Dewitt,, “Common, Comprehensive and
16
Cristian Le Miere, Maritime Diplomacy in the 21st Century. Cooperative Security”, Pacific Affairs, Vol. 7, No. 1,
New York: Routledge, 2014. (1994) hlm. 7.
17
Kevin Rowland, “Decided Proponderance at Sea: Naval 21
Craig A. Snyder, “Regional Security Structures”, Craig
Diplomacy in Strategic Thought”, Naval War College A. Snyder, (editor), Contemporary Security and Strategy,
Review, Vol. 65, No. 4, (2012) hlm. 89-103. (London: Deakin University, 1999) hlm. 114.
18
Le Miere, Maritime Diplomacy, hlm. 2. 22
Le Miere, Maritime Diplomacy, hlm. 12-13.

166 Politica Vol. 8 No. 2 November 2017


penggentaran dalam mencapai tujuan politik. sehingga tidak akan mengingkari komitmen
Cara termudah untuk mendekati topik yang implisit mereka.27 Berdasarkan kerangka analisis
menyerupai diplomasi maritim koersif adalah tersebut, tulisan ini akan menjelaskan patroli
diplomasi kapal meriam (gunboat diplomacy) terkoordinasi berdasarkan variabel-variabel
yang mengejar diplomasi melalui kemampuan diplomasi maritim yang telah diidentifikasi.28
angkatan laut. Di sini, peran Angkatan Laut,
penjaga pantai (coast guard) dan semua kekuatan PEMBAHASAN
laut adalah alat negara yang digunakan untuk Rezim Patroli Terkoordinasi Selat Malaka
kepentingan operasi maritim dan diplomasi Bagian tentang rezim patroli terkoordinasi
maritim.23 di Selat Malaka ini dijabarkan menjadi dua
Pada akhirnya, diplomasi maritim memiliki bagian. Bagian pertama membahas prinsip dan
tiga dampak. Pertama, mendorong penggunaan norma ketiga negara dengan adanya ASEAN
bentuk terbatas dari bentuk kekuatan maritim Way dan norma subsidiaritas. Sedangkan
tertentu yang diperlukan untuk membangun bagian kedua membahas aturan main yang
pengaruh diplomatik. Kedua, membangun disepakati ketiga negara dengan adanya Standart
kepercayaan (confidence building measure). Operational Procedure, Term Of Referrence Joint
Ketiga, membangun koalisi multilateral yang Cordinating Commite, Malacca Security Initiatives
memungkinkan negara-negara dapat bekerja Concept, Batam Statement, Jakarta Statement,
sama.24 Elaborasi lebih lanjut dari konsep Kuala Lumpur Statement, Singapore Statement,
diplomasi juga dapat dilihat dari penjelasan mekanisme kooperatif (Cooperative Mechanism).
James Kraska yang lebih menekankan pada kerja Norma-norma dan prinsip yang dianut oleh
sama counter-piracy sebagai bentuk diplomasi ketiga negara adalah ASEAN Ways. Norma dan
dalam kerangka luas dari norma-norma, rezim, prinsip tersebut diantaranya adalah prinsip non-
dan aturan hukum internasional dan lembaga- intervensi, penghormatan terhadap kedaulatan,
lembaga internasional. Dalam hal ini lebih persamaan, dan integritas teritorial negara lain,
berfokus pada kemitraan diplomatik multilateral penyelesaian masalah atau konflik dengan cara-
dan bilateral yang memfasilitasi kerja sama lebih cara damai, dan pelaksanaan kerja sama yang
erat untuk memerangi pembajakan maritim.25 efektif antar negara anggotanya.29 Prinsip tidak
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Krasner campur tangan juga telah diabadikan dalam
bahwa rezim adalah serangkaian prinsip- Perjanjian Persahabatan dan Kerja sama atau
prinsip, norma-norma, peraturan dan prosedur Treaty of Amity and Cooperation (TAC) di Asia
pembuatan keputusan secara implisit maupun Tenggara yang ditandatangani di Bali tanggal
eksplisit dari para aktor dalam hubungan 24 Februari 1976.30 Perjanjian Persahabatan
internasional.26 Ini berarti bahwa Rezim dapat
diartikan sebagai media untuk mengatur aktor 27
Robert Jervis, “Security Regimes”, International
dalam bertindak di sistem internasional yang Organization, Vol. 36, No. 2, (1982), hlm. 364.
28
Variabel-variabel yang digunakan adalah rezim, diplomasi
anarki. Robert Jervis menjelaskan bahwa prinsip
maritim kooperatif dan diplomasi maritim koersif. Tulisan
yang dijadikan dalam sebuah rezim, nantinya ini tidak mengelaborasi lebih lanjut mengenai diplomasi
harus diyakini oleh semua partisipan karena maritim persuasif karena dalam penjelasan Le Miere
akan menghasilkan keuntungan jangka panjang menyatakan bahwa bentuk diplomasi persuasif ini paling
samar-samar karena efeknya sering kabur dan tidak dapat
23
Le Miere, Maritime Diplomacy, hlm. 27. diukur.
24
Penjelasan Le Miere yang menekankan ketiga dampak 29
Association of Southeast Asian Nations, “About
tersebut lebih terlihat pada penjelasannya dalam diplomasi ASEAN”, http://asean.org/asean/about-asean/ diakses
kooperatif. pada 17 Maret 2017.
25
James Kraska, Contemporary Maritime Piracy: International 30
Untuk isi TAC lihat Association of Southeast Asian
Law, Strategy, and Diplomacy at Sea, (California: Praeger, Nations, “Treaty of Amity and Cooperatin in Southeast
2011), hlm. 143. Asia Indonesia, 24 February 1976”, http://asean.org/
26
Stephen D. Krasner, International Regimes, (New York: treaty-amity-cooperation-southeast-asia-indonesia-24-
Cornell University Press, 1983), hlm. 2. february-1976/, diakses pada 18 Maret 2017.

Lintang Suproboningrum dan Yandry Kurniawan: Diplomasi Maritim 167


dan Kerja sama ini menyediakan mekanisme negara-negara lemah mengembangkan aturan
formal untuk negara-negara ASEAN untuk mereka sendiri untuk mengamankan otonomi
melakukan hubungan mereka. global mereka dan menjaga terhadap gangguan
Terkait dengan patroli terkoordinasi di oleh negara-negara kuat. Norma-norma
Selat Malaka, ASEAN Way juga menjadi yang dianut negara lemah biasanya meliputi:
pedoman bagi ketiga negara yang berada kedaulatan, integritas teritorial, kemerdekaan,
dalam kawasan Asia Tenggara yaitu non-interferensi dan penentuan nasib sendiri.34
Indonesia, Malaysia dan Singapura untuk Dalam norma subsidiaritas, aktor yang
dapat melakukan perjanjian kerja sama untuk lemah membuat aturan untuk mengatur
meningkatkan keamanan maritim di kawasan hubungan di antara mereka sendiri dengan
perairan Selat Malaka. Pelaksanaan kerja sama tujuan mempertahankan otonomi dari
tersebut juga tetap konsisten untuk sesuai dominasi, pelanggaran atau penyalahgunaan
dengan penerapan prinsip kedaulatan dan non- oleh kelompok yang lebih kuat. Sebagai
intervensi. Selain itu, dalam perkembangannya, contoh, kerja sama Malaysia, Singapura,
patroli terkoordinasi yang dilakukan tidak Indonesia (MALSINDO), Malacca Strait Patrol
hanya melibatkan perjanjian trilateral antara dan Cooperative Mechanism sebagai pengaturan
negara-negara pesisir saja, tetapi juga adanya anti-pembajakan di Asia Tenggara tersebut
partisipasi dari Thailand telah menunjukkan merupakan contoh norma subsidiaritas dalam
bagaimana negara-negara Asia Tenggara tindakan negara-negara regional yang bergerak
dapat menggabungkan kekuatan melawan sebagai respon terhadap upaya negara-negara
pembajakan.31 ekstra-regional untuk mengatur pembajakan
Ide-ide dalam ASEAN Way inilah yang di Selat Malaka.35 Upaya ekstra-regional yang
menjadi pemicu penting bagi norma subsidiaritas, paling mengganggu adalah proposal Regional
di mana negara-negara ASEAN menolak campur Maritime Security Initiative (RMSI) dari Amerika
tangan kekuatan besar dan mengandalkan Serikat.36
hanya pada bentuk asli pemerintahan.32 Norma Implementasi norma subsidiaritas tersebut
subsidiaritas merupakan proses di mana negara- terlihat dalam tindakan kerja sama antara negara
negara lemah bersatu untuk mengembangkan pesisir yang bergerak cepat setelah adanya
aturan mereka sendiri, sebagai respon terhadap inisiatif Regional Cooperation on Combating
aktor kuat, untuk mencegah pengecualian Piracy and Armed Robbery against Ship in Asia
atau marjinalisasi mereka di lembaga (ReCAAP), RMSI dan kontroversi Fargo.37
internasional.33 Dalam hubungan antarnegara,
34
Acharya, “Norm Subsidiarity”, hlm. 101-102.
norma subsidiaritas menghasilkan dua efek 35
Lee dan McGahan, Norm Subsidiarity and Institutional
utama. Pertama adalah efek menantang Cooperation, hlm. 536.
atau menolak di mana negara-negara lemah 36
Lee dan McGahan, Norm Subsidiarity and Institutional
melawan tindakan negara-negara yang lebih Cooperation, hlm. 531. Upaya ekstra-regional lain yang
berpotensi mengganggu koordinasi negara-negara pantai
kuat. Negara lemah dengan mengerahkan hak
di Selat Malaka adalah inisiatif One Belt One Road yang
prerogatif mereka dalam merancang solusi dicanangkan oleh Tiongkok. Lihat antara lain, Kurniawan,
untuk mengelola urusan mereka sendiri tanpa Yandry. (2016) “One Belt One Road (OBOR): Agenda
campur tangan dari negara-negara kuat. Kedua, Keamanan Liberal Tiongkok?” Jurnal Politica Vol. 7 (2):
233-254.
efek yang mendukung atau memperkuat yaitu 37
Admiral Fargo sebagai komandan US Pacific Command
memberikan pernyataan terkait usulan RMSI adalah
31
Shie, Maritime Piracy in Southeast Asia, hlm. 180. untuk mengembangkan kemitraan dengan negara-negara
32
Lee dan McGahan, Norm Subsidiarity and Institutional regional yang bersedia dengan kemampuan dan kapasitas
Cooperation, hlm. 541. yang beragam untuk mengidentifikasi, memantau, dan
33
Amitav Acharya, “Norm Subsidiarity and Regional mencegat ancaman maritim transnasional berdasarkan
Orders: Sovereignty, Regionalism, and Rule-making in hukum internasional dan domestik yang ada. Usulan
the Third World”, International Studies Quarterly, Vol. 55, RMSI dan proposal Fargo ini memicu serangkaian protes
No. 1, (2011) hlm. 97. dari Indonesia dan Malaysia.

168 Politica Vol. 8 No. 2 November 2017


Pada bulan Juni 2004, Indonesia mengusulkan menjadi masalah bagi salah satu pemiliknya,
patroli terkoordinasi trilateral MALSINDO melainkan menjadi masalah bersama yang perlu
di Selat Malaka yang dengan cepat usulan ini diselesaikan bersama.
disetujui oleh Malaysia dan Singapura. Sebulan Standard Operating Procedure (SOP)
setelahnya, patroli terkoordinasi diluncurkan, kerja sama keamanan di Selat Malaka oleh
kemudian pada September 2005, inisiatif Eyes in tiga negara pesisir (Indonesia, Malaysia dan
the Sky dibentuk. Tahun berikutnya pada April Singapura) disahkan di Batam tanggal 21
2006, MALSINDO menjadi Malacca Strait April 2006. SOP yang disahkan ini merupakan
Patrol dan tiga negara sepakat memulai sebuah ketentuan bersama yang mengatur pelaksanaan
komite koordinasi bersama yang terdiri dari operasi pengamanan Selat Malaka oleh ketiga
pejabat untuk bertemu dua kali setahun. Selain negara yang menggabungkan patroli laut dan
itu, pada tahun 2005, saat pertemuan dengan udara. Prosedur ini membuat pengaturan
Indonesia, Najib Razak sebagai wakil Malaysia mengejar pada lintas-perbatasan bilateral antara
menyarankan untuk berusaha keras dalam Singapura dan Indonesia dan antara Malaysia
kerja sama yang ditujukan untuk menunjukkan dan Indonesia.41
kepada masyarakat internasional bahwa tiga TOR JCC mengatur kerja sama ketiga
negara pesisir di Selat Malaka cukup mampu negara pesisir dalam melakukan tindakan operasi
menjaga keamanan di jalur pelayaran tersibuk pengamanan di Selat Malaka termasuk tukar-
kedua di dunia.38 menukar informasi initelijen. TOR JCC ini juga
Kerja sama keamanan patroli terkoordinasi menjadi payung hukum bagi pelaksanaan patroli
di Selat Malaka mengalami kemajuan dengan terkoordinasi di Selat Malaka. Joint Coordinating
menyetujui pengaturan operasional atau Committee (JCC) menjadi komite yang akan
Standard Operating Procedure (SOP) dan mengawasi patroli udara dan laut dari Selat
Term of Reference Joint Coordinating Committe Malaka. Selain itu JCC akan menjadi saluran
(TOR JCC) di Selat Malaka. Ini termasuk komunikasi, pertukaran intelijen, dan koordinasi
ketentuan untuk hak pengejaran seketika untuk semua tindakan pengamanan operasional
(hot pursuit) terhadap tindak kriminal maritim yang berkaitan dengan Selat Malaka.42
oleh angkatan laut satu negara bagian pesisir Penandatanganan SOP dan TOR JCC
sejauh 5 mil laut ke perairan teritorial negara ini menjadikan patroli angkatan laut yang
bagian tetangga.39 Dalam pengaturan tersebut dilakukan oleh ketiga negara terintegrasi dan
disepakati bahwa Malacca Strait Patrol (MSP) terkoordinasi. Sehingga ketika terjadi tindak
terdiri dari tiga unsur: Malacca Strait Sea kejahatan di salah satu wilayah negara, ketiga
Patrol (MSSP), Eyes in The Sky (EIS) dan negara akan merespon dan ketika tindak
Intellegent Expert Group (IEG). IEG berfungsi kejahatan itu lari ke wilayah yang lain, akan
untuk melanjutkan dan mengembangkan ditangkap oleh militer di wilayah tersebut.
Malacca Straits Patrol-Information System Setelah ditandatanganinya SOP dan TOR JCC,
(MSP-IS) dalam meningkatkan koordinasi patroli dapat mengurangi tindak kejahatan di
dan kesadaran situasional di laut antara Selat Malaka.
tiga negara.40 Penandatanganan ini telah Konsep kerja sama keamanan di Selat
memperkuat komitmen ketiga negara untuk Malaka yang telah disepakati tersebut terwujud
melakukan pengamanan di Selat Malaka secara dalam The Malacca Straits Security Initiative
bersama yang berarti Selat ini tidak hanya (MSSI).43 Selain ini, ketiga negara juga

38

Lee dan McGahan, Norm Subsidiarity and Institutional 41
Joshua Ho, The Security of Sea Lanes,hlm. 572.
Cooperation, hlm. 548. 42
Ibid.
39
The International Institute for Strategic Studies, Chapter 43
Lebih jelas mengenai MSSI lihat Annisa Lestari, “Strategi
Five Advancing Maritime Security Cooperation, (London: Pertahanan Indonesia di Selat Malaka: Tawaran
IISS, 2006) hlm. 59. Proliferation Security Initiative Periode 2006-2008”,
40
Storey, Maritime Security in Southeast Asia, hlm. 41 Tesis, Universitas Indonesia, (2010), hlm. 60-61.

Lintang Suproboningrum dan Yandry Kurniawan: Diplomasi Maritim 169


melakukan pertemuan untuk mempererat sehubungan dengan Selat dan bahwa kerja
kemitraan diplomatik. Pertemuan tersebut sama semacam itu harus bersifat sukarela.49
terlihat dari beberapa pernyataan bersama (joint
statement), yaitu Batam Statement,44 Jakarta Diplomasi Kooperatif Indonesia, Malaysia,
Statement,45 Kuala Lumpur Statement,46 Singapura
Singapore Statement.47 Setelah beberapa Indonesia-Singapura
pertemuan yang diadakan selama periode Dalam upaya untuk memperkuat hubungan
2005 sampai 2007 tersebut menghasilkan bilateral, Angkatan Laut Singapura atau Royal
kerangka kerja sama antara pengguna selat dan Singapore Navy (RSN) telah memprakarsai
negara pesisir yang dikenal sebagai Cooperative jaringan kegiatan profesional yang semakin luas.
Mechanism yang merupakan tindak lanjut Ini termasuk latihan gabungan dan program
dari Konvensi Hukum Laut Pasal 43 terkait pelatihan, pertukaran kunjungan antar-
pembagian beban (burden sharing).48 petugas, serta alat tambahan bagi personil di
Cooperative Mechanism diluncurkan atas kapal dan kursus pelatihan staf komando.
secara resmi pada bulan September 2007 di Kegiatan ini telah mengembangkan hubungan
Singapura. Ini merupakan terobosan bersejarah seluruh angkatan laut, dimulai dari tingkat
dan pencapaian penting dalam kerja sama Kepala Angkatan Laut, melalui komandan
antara negara yang berbatasan dengan selat senior, sampai ke tingkat junior.50
yang digunakan untuk pelayaran internasional Pada dasarnya, kerja sama Angkatan Laut
dan negara-negara pengguna, serta pemangku Indonesia dan Singapura telah berlangsung lama
kepentingan lain. Cooperative Mechanism sebelum patroli terkoordinasi trilateral di Selat
menegaskan kembali bahwa kedaulatan dan Malaka disepakati pada tahun 2004. Dalam
tanggung jawab atas keselamatan navigasi dan perkembangannya, hubungan bilateral RSN
perlindungan lingkungan Selat terletak pada dengan angkatan laut negara tetangga terus
negara pesisir. Ini juga mengakui kepentingan berkembang dan menguat termasuk hubungan
negara pengguna atau pemangku kepentingan erat dengan Tentara Nasional Indonesia
dan peran yang dapat mereka lakukan Angkatan Laut (TNI AL) yang memberi model
kerja yang patut dicontoh. Hubungan bilateral
44

Lebih jelas mengenai Batam Statement lihat, Ocean dengan TNI AL mencakup banyak tingkatan
Policy Research Foundation “OPRF Blueprint a New seperti latihan angkatan laut gabungan yang
Cooperation Framework on The Strait of Malacca and
dimulai pada tahun 1974. Selama bertahun-
Singapore”, Jepang: OPRF, (2006)
45
Lebih jelasnya mengenai Jakarta Statement lihat, Joshua tahun, latihan tersebut telah terlihat adanya
Ho, “Enhancing Safety, Security, and Environmental peningkatan aset yang berpartisipasi dan
Protection of the Straits of Malacca and Singapore: cakupannya, yang kemudian menyebar ke area
The Cooperative Mechanism”, Ocean Development &
baru seperti tindakan pencegahan anti kapal
International Law, Vol. 40, (2009), hlm. 235-37.
46
Lebih jelas mengenai Kuala Lumpur Statement lihat, selam dan tambang dan latihan menyelam.51
International Maritime Organization, “Cooperation in Selain itu, adapula kerja sama patroli Indosin,
the Straits of Malacca and Singapore Cooperation in the Operasi Surya Bhaskara, Sea Eagle Joint Exercise,
Straits of Malacca and Singapore”, Maritime Studies, Vol.
150, (2006), hlm. 15-19. 49
Lebih jelasnya mengenai Cooperative Mechanism lihat,
47
Lebih jelas mengenai Singapore Statement lihat, Republic Bateman, S., Raymond, C.Z., Ho, J 2006, The Security
of Singapore, “Singapore Statement on Enhancement of Sea Lanes, hlm. 27 dan Marine Department Malaysia,
of Safety and environmental protection in the Strait of “Cooperative Mechanism on Safety of Navigation and
Malacca and Singapore”, 6 September 2007, IMO Doc. Environmental Protection in the Straits of Malacca and
IMO/SGP ¼. Singapore,” http://www.cm-soms.com/, diakses pada 17
48
Joshua Ho, “Enhancing Safety, Security, and April 2017.
Environmental Protection of the Straits of Malacca 50
Republic of Singapore Navy, “The RSN as a force for
and Singapore: The Cooperative Mechanism”, Ocean peace: Broadening the scope of regional co-operation and
Development & International Law, Vol. 40, No. 2, (2009), beyond”, Naval Forces, Vol. 28, (2002)
hlm. 237-38. 51
Ibid., hlm. 28.

170 Politica Vol. 8 No. 2 November 2017


Surpic, dan Combine Annual Report Meeting Pembentukan Indosin tersebut
(CARM). mencerminkan sebuah tonggak penting dalam
Patroli Terkoordinasi Indonesia-Singapura hubungan bilateral dengan adanya patroli untuk
(Indonesia-Singapore Coordinated Patrol) atau memerangi perompakan laut. Keberhasilan
Indosin muncul sebagai respon kedua negara Indosin terlihat dengan berkurangnya insiden
terhadap insiden pembajakan dan perompakan perompakan di laut secara signifikan sejak
laut di Selat Malaka, pada bulan Juni 1992. implementasinya. Pengaturan jangka panjang
Patroli ini melibatkan pembentukan hubungan ini tidak akan terjadi jika tidak untuk hubungan
komunikasi langsung antara angkatan laut dan yang erat dan antar-operasi antara angkatan
badan-badan terkait dari dua negara pesisir.52 laut, serta saling pengertian di antara para
Angkatan Laut Singapura dan penjaga komandan di laut. Kerja sama ini dapat memberi
pantai Singapura atau Police Coast Guard contoh bagaimana hubungan hangat antara
(PCG) melakukan patroli gabungan dengan angkatan laut Indonesia dengan negara tetangga
TNI AL dan Polisi Republik Indonesia (POLRI) menguntungkan dan membawa kepercayaan
untuk mencegah terjadinya perompakan laut. pada komunitas maritim internasional yang
Pengaturan Indosin menyediakan platform beroperasi di wilayah ini.55
untuk pertukaran informasi antara kedua Operasi Surya Bhaskara Jaya bermula
negara, dengan saluran komunikasi langsung dari undangan TNI AL kepada RSN untuk
serta prosedur untuk pencarian lintas batas. berpartisipasi dalam upaya bersama dalam
Dalam pengaturan Indosin, patroli terkoordinasi proyek pengembangan masyarakat. Selama
dilakukan sepanjang tahun dalam siklus tiga proyek ini, personil TNI AL dan RSN
bulan. Berdasarkan perjanjian ini, angkatan melaksanakan pengabdian masyarakat di desa-
laut Singapura dan Indonesia dan kepolisian desa di Indonesia. Tenaga medis RSN bekerja
maritim melakukan patroli di perairan mereka sama dengan mitra mereka di Indonesia dalam
sendiri, namun dapat memasuki perairan memberikan pemeriksaan kesehatan, serta
teritorial masing-masing dalam perjalanan memberi obat-obatan ke penduduk desa ini.
mengejar perompakan laut transnasional.53 Melalui kegiatan sosial dan kewarganegaraan
Sebagai perpanjangan dari latihan Indosin, tersebut, diharapkan hubungan hangat dan
kedua angkatan laut tersebut juga secara teratur ramah antara kedua angkatan laut dapat
melakukan kegiatan sosial dan kewarganegaraan diperluas ke masyarakat Indonesia dan
untuk kepentingan masyarakat yang dikenal Singapura juga.56 Pada tahun 2002, kedua
sebagai Indosin Bhakti Sosial (ISBS), misi angkatan laut melibatkan 400 personil dengan
tersebut melihat personil dari kedua angkatan menyediakan layanan medis gigi dan bedah
laut tersebut memberikan pendidikan kesehatan serta mendistribusikan komoditas makanan
dan layanan medis dan gigi kepada penduduk pokok dan bahan pendidikan kepada penduduk
setempat. Mereka juga mendistribusikan barang- setempat. Petugas dari kedua angkatan laut
barang seperti alat tulis, buku dan peralatan olah juga membantu dalam membangun proyek
raga ke desa dan sekolah.54 untuk memperbaiki infrastruktur lokal. Operasi
ini telah mencerminkan hubungan baik antara
52

Yann Huei Song “Security in the Straits of Malacca and RSN dan TNI AL. Kerja sama yang dekat
The Regional Maritime Security Initiative: Response
dan interaksi yang terjalin telah membantu
to the US Proposal,”International Law Studies, Vol. 83,
(2007) hlm. 121. (ISCP) and Joint Socio Civic Activities”, https://www.
53
Ministry of Defence Singapore (2012) “Indonesia- mindef.gov.sg/imindef/press_room/official_releases/
Singapore Coordinates Patrol (ISPC)” https://www. nr/2001/oct/09oct01_nr2.html, diakses pada 20 April
mindef.gov.sg/imindef/press_room/official_releases/ 2017.
nr/2012/may/11may12_nr/11may12_fs.html, diakses pada 55
Republic of Singapore Navy, “The RSN as a force for
19 April 2017. peace: Broadening the scope of regional co-operation and
54
Ministry Of Defence Singapore (2001) “Singapore and beyond”, Naval Forces, (2002), hlm. 28.
Indonesia Participate in Indo-Sin Coordinated Patrol 56
Ibid.

Lintang Suproboningrum dan Yandry Kurniawan: Diplomasi Maritim 171


menumbuhkan rasa hormat dan saling 40 tahun kerja sama kedua negara yang
pengertian profesional antara kedua angkatan terbukti saling menguntungkan dari segi teknis
laut tersebut.57 maupun taktis. Kondisi inilah yang diharapkan
Salah satu latihan bersama yang dilakukan mampu berdampak positif di masa datang
adalah Sea Eagle Joint Exercise. Latihan untuk membina hubungan diplomatis antara
bersama Sea Eagle dipraktekkan dalam Indonesia dan Singapura pada umumnya dan
rangka meningkatkan profesionalisme dan TNI AL dan RSN pada khususnya.60
interoperabilitas untuk personil Angkatan Laut Proyek Surfice Picture (Surpic) diluncurkan
Indonesia dan Singapura untuk menjaga dan di Batam pada 27 Mei 2005 untuk melawan
meningkatkan persahabatan antara keduanya. ancaman keamanan maritim bersama. Proyek
Ini menjadi latihan gabungan yang rutin yang ini merupakan sistem pengawasan untuk
dilakukan dua kali setahun.58 Latihan bersama berbagi gambaran situasi di Selat yang akan
ini diadakan setiap dua tahun oleh TNI AL dan memungkinkan kedua angkatan laut untuk
RSN yang berlangsung sejak 1974. Operasi ini lebih memantau jalur air yang sibuk, bertukar
juga sering dikenal dengan sandi Eagle Indopura. informasi dan memperkuat patroli mereka secara
Latihan ini terakhir beroperasi pada lebih efektif. Surpic merupakan instrumen
tahun 2016 dengan melibatkan KRI Sultan elektronik radar modern yang dapat memonitor
Hasanuddin-366, KRI Sultan Iskandar perkembangan situasi perairan secara langsung
Muda-367 dan satu Tim Satuan Komando (real-time). Pembentukan Surpic mencerminkan
Pasukan Katak (Satkopaska) Koarmatim dan sebuah langkah maju yang penting dalam upaya
Koarmabar. Ada pula unsur pendukung KRI kerja sama antara kedua angkatan laut untuk
Teluk Bintuni-520, KRI Lemadang-632, KRI memerangi perompakan laut.61 Kerja sama ini
Barakuda-633. Sedangkan unsur dari Singapura ditandai dengan penandatanganan naskah
adalah RSS Tinacious dan RSS Galaand. kerja sama antara Komandan Gugus Keamanan
Pelaksanaan operasi juga melibatkan unsur Laut Komando Armada RI Kawasan Barat,
kekuatan air dan udara Helly Bell-412 (HU-417) Laksamana Pertama TNI Budi Suyitno dan
dan MPA CN-235 (P-862) yang memiliki peran Komandan Perintah Pesisir Singapura (Coastal
peperangan anti kapal permukaan dan anti kapal Command Republic of Singapore Navy), Kolonel
selam. Selanjutnya, dalam latihan pembekalan Chng Teow Hiang di Pangkalan TNI AL di
di laut atau Replenishment at Sea, TNI AL dan Batam.
RSN melaksanakan latihan dengan baik dan CARM merupakan pertemuan rutin
berjalan sesuai rencana. Sebelum mengakhiri tahunan antara TNI AL dan RSN yang
latihan yang membawa misi kerja sama militer diselenggarakan secara bergantian di kedua
dan diplomasi, kedua kapal dari negara tersebut negara. Pertemuan ini membahas kegiatan
menutup latihan dengan manuver laut (Sea bersama antar militer kedua negara (military to
Manuvering Exercise).59 Kegiatan ini menandai military joint activity) yang telah terlaksana sejak
lama. Dengan adanya CARM ini dapat diketahui
57

Ministry of Defence Singapore (2002) “Singapore and
Indonesia Navies Participate in 52nd Surya Bhaskara bahwa selain operasi Indosin, Indonesia dan
Jaya”, https://www.mindef.gov.sg/imindef/press_room/ Singapura juga sepakat untuk mendorong
official_releases/nr/2002/apr/17apr02_nr.html, diakses
pada 29 April 2017. 60
TNI AL (2016) “Latma Eagle Indopura 2016 Resmi
58
Slamet Soebijanto, “Coordinated Patrol: One of the ways Dibuka”, http://www.tnial.mil.id/News/OperasiLatihan/
to secure Malacca Strait”, makalah dipresentasikan pada tabid/80/articleType/ArticleView/articleId/27527/
Seminar Asean Regional Forum Regional Cooperation In LATMA-EAGLE-INDOPURA-2016-RESMI-DIBUKA.
Maritime Security, Singapore, (2 – 4 Maret 2005). aspx, diakses pada 26 April 2017.
59
TNI AL (2016) “Aksi kapal perang Indonesia dan 61
Ministry of Defence Singapore (2005) “Closer Bonds with
Singapura dalam Exercise Eagle Indopura 2016, http:// Project SURPIC”, https://www.mindef.gov.sg/imindef/
www.tnial.mil.id/News/OperasiLatihan/tabid/80/ resourcelibrary/cyberpioneer/topics/articles/news/2005/
articleType/ArticleView/articleId/27613/Default.aspxl, may/27may05_news2.html#.WQb7rPmGPIU, diakses
diakses pada 26 April 2017. pada 25 April 2017.

172 Politica Vol. 8 No. 2 November 2017


kerja sama dalam menjaga keamanan regional bertujuan untuk dalam meningkatkan interaksi
di Selat Malaka. Bahkan setelah adanya kerja kedua negara. Upaya kerja sama ini termasuk
sama patroli terkoordinasi trilateral pada 2004, berbagai kegiatan seperti latihan bersama,
hubungan kerja sama yang sebelumnya telah patroli terkoordinasi, dan kegiatan produktif
dilakukan terus tumbuh dan semakin kuat. lainnya. Kedua pihak telah membuktikan bahwa
Ini terlihat dari adanya kegiatan pertukaran dari beberapa program yang direncanakan,
intelijen pada Agustus 2004 di Singapura sebagian besar telah dilaksanakan dengan
sehingga kedua pihak memperoleh manfaat baik dan mampu mencapai hasil yang optimal
atas hal-hal yang menjadi perhatian dan seperti keberhasilan yang telah dilaksanakan
kepentingan bersama. Hubungan kuat yang pada Indosin dan program bakti sosial lainnya.64
terjalin ini juga memungkinkan kedua negara Indonesia-Malaysia
bekerjasama dengan baik dalam pelaksanaan
Malaysia dan Indonesia juga telah
bantuan kemanusiaan Singapura di Aceh yang
mengembangkan kerja sama angkatan laut
dilanda gempa Tsunami.62
dalam bentuk patroli terkoordinasi berkala dan
Selain itu, pada hasil CARM yang dicapai
latihan gabungan.65 Kerja sama kedua negara ini
pada tahun 2007, hubungan kedua negara
juga terjalin jauh sebelum patroli terkoordinasi
semakin tumbuh kuat dengan berbagai
trilateral pada tahun 2004. Kegiatan kerja
kegiatan bersama dalam bentuk latihan, patroli,
sama kedua negara meliputi Malindo, Optima
dan bakti sosial bersama yang telah terlaksana
Malindo, latihan bersama Malindo Jaya (Joint
dengan baik dan kesemuanya berdampak
Exercise Malindo Jaya).
positif terhadap profesionalitas kedua negara.
Pada tahun yang sama ketika Indonesia
Ini terlihat dari semakin intensifnya operasi
dan Singapura meluncurkan Indosin, Indonesia
Indosin dan Surpic yang berhasil mengatasi
juga telah membentuk operasi terkoordinasi
masalah pembajakan laut. Kegiatan bakti
bilateral dengan Malaysia. TNI AL dan Tentara
sosial bersama juga mendapat dukungan
Laut Diraja Malaysia (TLDM) melakukan
antusias dan positif dari masyarakat. Ada pula
pengamanan di perairan Selat Malaka dari
kegiatan pendidikan dan pelatihan antar kedua
berbagai ancaman keamanan maritim. Usaha
negara untuk meningkatkan keterampilan
kerja sama ini disebut dengan Indonesia-
serta beberapa latihan bersama seperti Camar
Malaysia Coordinated Patrol, atau Malindo.66
Indopura sebagai latihan pengamatan maritim
Malindo dilaksanakan untuk untuk mengatasi
bilateral. TNI AL juga mengikutsertakan dua
setiap tindakan kekerasan yang melangar
kapalnya untuk bergabung dengan RSN dalam
hukum di perairan Selat Malaka sehingga dapat
kegiatan  International Maritime and Defence
memberikan dampak situasi yang kondusif bagi
Exhibition (IMDEX) yang diselenggarakan
masyarakat internasional maupun pengguna
bersamaan dengan Latihan Western Pacific
jalur laut internasional di Selat Malaka. Hal
Multilateral TTC dan Western Pacific Multilateral
inilah yang mendorong kerja sama TNI dan
Sea pada bulan Mei 2007.63
TLDM ini terus dibina secara insentif dan
Pada forum CARM ke 14 pada tahun 2011,
efektif.
Panglima TNI Agus Suhartono juga mengatakan
Dalam pelaksanannya, Malindo
bahwa kegiatan gabungan militer kedua negara
memerlukan dua kapal perang dari masing-
62
TNI (2005) “Pertemuan Tahunan TNI-SAF Annual Staff masing negara dan dilakukan sebanyak empat
Meeting (TSASM) 2005 di Jakarta”, http://www.tni.mil.
id/view-766-pertemuan-tahunan-tni-saf-annual-staff- 64

TNI (2011) “Pertemuan TNI dan AB Singapura”, http://
meeting-tsasm-2005-di-jakarta.html, diakses pada 29 web.tni.mil.id/view-26712-pertemuan-tahunan-tni-dan-
April 2017. ab-singapura.html, diakses pada 29 April 2017.
63
TNI (2007) “Combined Annual Report Meeting TNI- 65
Andrew Tan, “The Emergence of Naval Power in the
SAF 2007”, http://tni.mil.id/view-6219-combined- Straits of Malacca”, Defence Studies, Vol. 12, No. 1,
annual-report-meeting-tni-saf-2007.html, diakses pada (2012), hlm. 129
29 April 2017. 66
Song, Security in the Straits of Malacca, 121

Lintang Suproboningrum dan Yandry Kurniawan: Diplomasi Maritim 173


kali dalam setahun dan dilakukan selama satu bersama dengan angkatan laut Malaysia dan
bulan dengan mewakili unsur-unsur Angkatan operasi ini berlangsung sampai ke yang 20
Laut dari kedua negara di Selat Malaka. Pada tahun 2011.
dasarnya, tujuan patroli koordinasi adalah Patroli ini telah memberikan dampak
untuk meningkatkan kondisi aman di Selat positif bagi keamanan laut di Selat Malaka.
Malaka untuk aktivitas perdagangan melewati Hal tersebut terlihat dari pernyataan Datuk
wilayah laut ini.67 Pada Februari 2017, operasi Seri Najib Tun Razak yang menyatakan
MALINDO digelar di perairan Selat Malaka bahwa patroli terkoordinasi oleh angkatan laut
dan sekitarnya. Patroli ini diikuti dua unsur TNI Malaysia dan Indonesia di Selat Malaka telah
AL yaitu KRI Clurit-641 dan KRI Alamang-633 berhasil mengurangi kegiatan yang melanggar
serta dua unsur TLDM yaitu KD Laksamanan hukum di selat. Najib yang juga sebagai
Hang Nadim dan KD Ledang.68 Menteri Pertahanan menjelaskan bahwa patroli
Untuk meningkatkan kerja sama yang dikoordinasikan adalah untuk melawan
keamanan di Selat Malaka, Indonesia dan tuduhan Joint Committe on War (JCW) yang
Malaysia juga mendirikan patroli bersama yang berbasis di London yang telah menempatkan
lain yaitu Optima Malindo. Dengan operasi selat tersebut dalam daftar zona risiko perang.
ini telah berhasil melibatkan institusi maritim Pada pertemuan Malaysia-Indonesia General
lainnya atau institusi sipil seperti kantor bea Border Committe yang ke-34, Najib mengatakan
cukai, Direktorat Jenderal Perhubungan bahwa “Malaysia and Indonesia stepped up
Laut pencarian dan penyelamatan dan the coordinated patrols between their maritime
polisi dari kedua negara.69 Kedua negara agencies to counter and correct this perception
menyelenggarakan patroli di daerah operasi and to avoid foreign military presence in the
dengan titik berat menegakkan kedaulatan strait”. Ini menunjukkan bahwa Malaysia dan
dan hukum serta kegiatan pencarian dan Indonesia meningkatkan patroli terkoordinasi
penyelamatan atau Search and Rescue (SAR) antara badan-badan maritim mereka untuk
untuk menjaga keamanan di perairan Selat melawan dan memperbaiki persepsi dan untuk
Malaka. menghindari kehadiran militer asing di Selat.70
Operasi Optima Malindo dilaksakanan Latihan bersama Malindo Jaya (Joint
di Selat Malaka yang difokuskan pada sektor Exercise Malindo Jaya) dilakukan dalam rangka
operasi mulai dari Sabang sampai dengan meningkatkan persiapan kualitas operasional
Perairan Pulau Rupat. Adapun Operasi maritim pertempuran laut dan meningkatkan
ini melibatkan unsur gabungan dari TNI AL, keterampilan serta profesionalisme personel
Bea cukai, KPLP, Departemen Kelautan dan Angkatan Laut Indonesia dan Malaysia.
Perikanan dan Polisi Air dan udara (Polairud) Malindo Jaya adalah latihan bersama yang
yang bergabung dengan unsur Malaysia, TLDM, diprogram dilakukan dua kali setahun.71 Latma
Kastam dan Marine Policy Malaysia. Komando ini terakhir beroperasi pada tahun 2016 dengan
Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) juga sandi Malindo Jaya 24B/16. Pelaksanaan Latma
menggelar operasi pengamanan Selat Malaka ini merupakan latihan yang ke 24 kalinya
dengan TNI AL yang bertindak sebagai tuan
67
Soebijanto, Coordinated Patrol, (2005). rumah. Operasi ini memiliki manfaat untuk
68
TNI AL (2017) “TNI AL dan TLDM Gelar Patkor
meningkatkan hubungan bilateral kedua AL
Malindo 135-17”, http://www.tnial.mil.id/tabid/79/
articleType/ArticleView/articleId/34229/Default.aspx, maupun meningkatkan taktik, teknik dan
diakses pada 30 April 2017. prosedur operasi pertempuran laut. Dalam
69
Bernard Kent Sondakh, “National Sovereignty latihan ini, kedua negara dapat menjalin kerja
and Security in the Straits of Malacca”, makalah
dipresentasikan pada “The Strait of Malacca: Building a 70

BBC Monitoring Asia Pacific, “Minister says Malaysia-
Comprehensive Security Environment”, Maritime Institute Indonesia joint straits patrol boosting security”, (London:
of Malaysia, Kuala Lumpur, Malaysia (11-13 Oktober British Brodcasting Corporation, 2005).
2004) hlm. 11. 71
Soebijanto, Coordinated Patrol, (2005).

174 Politica Vol. 8 No. 2 November 2017


sama dengan baik sehingga setelah selesai patroli (KD Kelantan) dan Helikopter Super
melaksanakan Latihan Pos Komando dapat Lynx.74 Sementara itu, pada tahun 2016, kedua
mengaplikasikannya pada latihan Manuver negara kembali melakukan latihan Malapura
Lapangan.72 dengan melibatkan sekitar 650 personil dari
Malaysia-Singapura RSN dan RMN. RSN berpartisipasi dengan
kapal selam (RSS Supreme), korvet rudal (RSS
Kerja sama Malaysia Singapura di Selat
Victory), sebuah kapal patroli (RSS Freedom)
Malaka juga telah terjalin lama sebelum
dan helikopter angkatan laut Sikorsky S-70B
disepakatinya patroli terkoordinasi trilateral
Seahawk. Sedangkan RMN diwakili oleh kapal
pada tahun 2004. Kerja sama tersebut meliputi
fregat (KD Jebat), korvet (KD Kasturi), kapal
latihan Malapura dan kerja sama militer
patroli (KD Selangor) dan Helikopter Super
melalui FPDA. Kerja sama antara Malaysia dan
Lynx.75
Singapura telah dilakukan sejak 1984 dengan
Kedua negara juga telah mengembangkan
mengadakan latihan angkatan laut bilateral di
kerja sama militer melalui naungan FPDA. Dari
Selat Malaka dengan nama Malapura. Sejak
tahun 2005, latihan militer multilateral FPDA
diresmikan, latihan ini telah berkembang
berfokus pada keamanan maritim. Pada tahun
dalam ruang lingkup dan kompleksitas
2016, RSN dan RMN berinteraksi secara teratur
untuk mencakup peperangan angkatan laut
dalam berbagai kegiatan termasuk pertukaran
konvensional maupun keamanan maritim.
bilateral dan kursus, serta kegiatan multilateral
Malapura memberikan kesempatan berharga
di bawah FPDA. Interaksi ini memperkuat
bagi semua peserta untuk menumbuhkan saling
saling pengertian dan ikatan profesional di
pengertian, dan untuk meningkatkan hubungan
antara personil angkatan laut kedua negara
antara kedua angkatan laut.73
dan menggarisbawahi ikatan pertahanan yang
Pada tahun 2015, Royal Singapore Navy
hangat dan lama.76
(RSN) dan Royal Malaysian Navy (RMN)
Dari beberapa bentuk kerja sama seperti
menyelenggarakan latihan maritim bilateral
operasi maritim bersama, latihan bersama,
Malapura. Latihan Malapura ini melibatkan
pertukaran informasi dan berbagai kegiatan
sekitar 600 personil dari RSN dan RMN.
lain yang dilakukan dapat terlihat bahwa ketiga
Latihan ini dimaksudkan untuk melihat kedua
negara telah melakukan diplomasi kooperatif
angkatan laut dalam melakukan perencanaan
untuk dapat meningkatkan keamanan di Selat
dan pelatihan bersama di Pangkalan Angkatan
Malaka. Dengan adanya kegiatan yang produktif
Laut Changi untuk keamanan maritim di Selat
ini akan semakin memperkuat hubungan
Malaka. RSN berpartisipasi dalam latihan
diplomatik dan meningkatkan kepercayaan
dengan fregat (RSS Stalwart), korvet rudal (RSS
antar satu negara dengan lainnya. Hal inilah
Victory), sebuah kapal patroli (RSS Sovereignty)
yang akan mendorong patroli terkoordinasi yang
dan Helikopter Angkatan Laut Sikorsky S-70B
diciptakan ketiga negara sejak 2004 berjalan
Seahawk. RMN diwakili oleh sebuah kapal
dengan baik karena didukung dengan berbagai
fregat (KD Jebat), korvet (KD Lekir), kapal
kerja sama yang telah dijelaskan di atas.

72
TNI AL (2016) “TNI AL – TLDM Gelar Latma 74
Singapore Government (2015) “Singapore and Malaysian
Malindo Jaya 24B/16”, http://www.tnial.mil.id/News/ Navies Conclude Bilateral Maritime Exercise” https://
OperasiLatihan/tabid/80/articleType/ArticleView/ www.mindef.gov.sg/imindef/press_room/official_releases/
articleId/31803/TNI-AL--TLDM-GELAR-LATMA- nr/2015/mar/14mar15_nr.html#.WRJ-Ovl97IU, diakses
MALINDO-JAYA-24B16.aspx, diakses pada 30 April pada 30 April 2017.
2017. 75
Singapore Government (2016) “Singapore and Malaysian
73
National Archives of Singapore, “Joint New Release: Navies Conclude Bilateral Maritime Exercise”, https://
Malaysia and Singapore Navies Conduct Bilateral www.mindef.gov.sg/imindef/press_room/official_releases/
Naval Exercise”, http://www.nas.gov.sg/archivesonline/ nr/2016/mar/01mar16_nr2.print.noimg.html, diakses
speeches/view-html?filename=20051123989.htm, pada 30 April 2017
diakses pada 5 Mei 2017. 76
Ibid.

Lintang Suproboningrum dan Yandry Kurniawan: Diplomasi Maritim 175


Diplomasi Koersif Indonesia, Malaysia, Indonesia dan wilayah yuridiksi Indonesia.80
Singapura Pada implementasinya, Bakamla telah
Kapabilitas Militer Angkatan Laut dan melaksanakan kegiatan patroli keamanan laut
Penjaga Pantai Indonesia dengan sandi operasi Gurita. Operasi Gurita
Untuk meningkatkan kapabilitas militer adalah sebuah gelar kekuatan operasi bersama
dan menjadi kekuatan maritim, sejak tahun keamanan laut yang melibatkan Bakamla dalam
2005 Indonesia merencanakan untuk rangka menjaga keamanan dan keselamatan
membangun green water navy dan program laut. Selain menggelar Operasi Gurita, Bakamla
kekuatan pertahanan minimum (minimum juga menggelar Operasi Bersama Sepanjang
essential force, MEF).77 Sementara, khusus Tahun (OBST). Kedua operasi ini digelar
untuk mengatasi ancaman keamanan maritim secara rutin. Operasi tersebut dilakukan untuk
terutama di Selat Malaka, Indonesia memiliki mengatasi berbagai tindak kejahatan di wilayah
tiga badan operasional yaitu Tentara Nasional yurisdiksi dan perbatasan Indonesia.
Indonesia Angkatan Laut (TNI AL), Badan Selain kedua badan di atas, Indonesia
Keamanan Laut (Bakamla), dan Kesatuan juga memiliki penjaga pantai (coast guard)
Penjaga Laut dan Pantai (KPLP). yang disebut Kesatuan Penjagaan Laut dan
Kekuatan laut Indonesia didukung oleh Pantai (KPLP). KPLP ini merupakan satuan
kekuatan militer lewat TNI AL sebagai aparatur di bawah Direktorat Jenderal Perhubungan
negara yang bertugas untuk menjaga keamanan Laut, Kementerian Perhubungan Republik
di laut dalam melaksanakan tugasnya memiliki Indonesia. Berdasarkan Undang-undang
suatu panduan yang tercantum dalam sebuah Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
Prosedur Tetap (Protap). Secara umum, TNI pasal 1 ayat 59 menyatakan bahwa Penjagaan
mempunyai tiga peran utama yaitu peran Laut dan Pantai (Sea and Coast Guard) adalah
militer, peran polisionil dan peran diplomasi. lembaga yang melaksanakan fungsi penjagaan
Ketiga peran ini diseimbangkan dengan tugas dan penegakan peraturan perundang-
utama TNI AL. Tugas TNI AL diatur dalam undangan di laut dan pantai yang dibentuk dan
Undang-Undang Nomor 34 tahun 2004 Pasal bertanggung jawab kepada Presiden dan secara
9.78 teknis operasional dilaksanakan oleh Menteri.81
Selain peran Angkatan Laut yang sangat Dalam melaksanakan tugasnya, penjaga laut
penting, untuk mengkoordinasikan aspek- dan pantai mempunyai kewenangan untuk
aspek keamanan maritim, Indonesia juga telah melakukan patroli, melakukan pengejaran
membentuk Badan Koordinasi Keamanan seketika, memberhentikan dan memeriksa
Laut atau Barkorkamla untuk melaksanakan kapal dan melakukan penyidikan.
optimalisasi sosial penyelenggaraan koordinasi Dalam pengamanan Selat Malaka, TNI
keamanan laut untuk mengamankan maritim AL melakukan upaya preventif dan represif.
yang kuat.79 Dalam perkembangannya, Dalam upaya preventif bertujuan untuk
Bakorkamla kemudian berubah nama menjadi mencegah pihak tertentu dalam melakukan
Badan Keamanan Laut Republik Indonesia aksi pelanggaran hukum di laut dengan
(Bakamla) yang bertugas melakukan patroli menghadirkan unsur-unsur patroli laut dan
keamanan dan keselamatan di wilayah perairan udara di daerah rawan, jalur strategis, Alur
Laut Kepulauan Indonesia (ALKI). Sedangkan
upaya represif dilaksanakan dengan cara
77
Yandry Kurniawan, “Visi Poros Maritim Dunia: Proyeksi menindak dengan tegas kepada pihak tertentu
Indonesia sebagai Kekuatan Regional? Jurnal Legislasi yang terbukti melakukan pelanggaran di laut.
Pertahanan Vol. 6, No. 2, (2016), hlm. 22.
78
TNI AL, “Tugas Pokok TNI AL”, http://www.tnial.mil.id/ 80
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
Aboutus/TugasTNIAL.aspx, diakses pada 8 April 2017. 2014 tentang Kelautan
79
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 81
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2005 tentang Badan Koordinasi Keamanan Laut. 2008 tentang Pelayaran.

176 Politica Vol. 8 No. 2 November 2017


Upaya ini dilakukan dengan menerapkan Tim Pasukan Khusus. TNI AL menggelar
sanksi yang seimbang agar memperoleh efek operasi maritim bersama dan terkoordinasi
jera.82 Pada tataran operasi dan teknis, ada dua dengan Bakamla di Perairan Selat Malaka dan
tahapan yang harus dilalui oleh pemerintah Pulau Anambas, Natuna. Operasi ini ditujukan
dalam mewujudkan stabilitas keamanan di laut. untuk menekan kejahatan transnasional yang
Tahap pertama adalah upaya preventif dengan terjadi di wilayah perairan Indonesia. Operasi
menyiapkan seperangkat aturan yang berlaku besar yang digelar antara TNI AL dan Bakamla
untuk menjamin keamanan di Selat Malaka. ini diberi sandi Operasi Gurita.85 Pada bulan
Kemudian, tahap kedua adalah upaya represif Juli 2005, TNI AL melancarkan operasi Gurita
dengan melakukan operasi keamanan berupa dalam upaya untuk memerangi serangan bajak
penangkapan dan sweeping di Selat Malaka. laut yang merajalela di Selat. Pada tahun
Tindakan yang dilakukan pemerintah melalui 2005, pemerintah melancarkan Operasi Gurita
TNI AL ini bertujuan untuk mengurangi angka mengirimkan lebih dari 20 kapal angkatan laut
kejahatan atau modus operandi perompakan.83 Indonesia dan beberapa pesawat ke perairan
TNI AL melakukan Operasi Keamanan yang sering dikunjungi oleh bajak laut. Menurut
Laut betujuan untuk menjaga keamanan laut laporan IMB, hal tersebut membuahkan hasil
di seluruh perairan Nusantara dan melakukan positif, dengan berbagai geng perompak yang
penegakan kedaulatan dan hukum di laut. Di ditangkap.86
samping TNI AL, operasi ini dilaksanakan Dalam meningkatkan kapasitas menangani
bersama dengan instansi terkait seperti Bakamla, masalah keamanan di Selat Malaka, Indonesia
KPLP, Bea Cukai, Departemen Perindustrian, membentuk Pusat Komando Angkatan
dan Departemen Kelautan dan Perikanan. Laut (Puskodal) untuk mengatasi masalah
Operasi Keamanan Laut juga ditunjang dengan pembajakan dan perompakan laut di Batam
Operasi Pengamanan ALKI (PAM ALKI-I) dan Belawan. Puskodal ini diperlengkapi oleh
yang memiliki jangkauan luas. Operasi ini alat khusus dan angkatan bersenjata yang siap
dilakukan selama 300 hari untuk mencegah bertindak apabila terjadi insiden di laut.87 Selain
dan menangkal segala bentuk ancaman dan itu, pada bulan September 2005, Indonesia
pelanggaran di laut. Selain itu, TNI AL juga memutuskan untuk memasang radar di
menggelar Operasi Siaga Tempur Laut yang sembilan lokasi di sepanjang Selat Malaka untuk
dikenal dengan Operasi Trisila. Kawasan memperkuat keamanan di daerah tersebut dan
Operasi Trisila ini sama dengan Operasi mengumumkan Integrated Maritime Security
Gabungan Keamanan Laut dan Operasi PAM System (IMSS) di Selat Malaka yang akan segera
ALKI-I.84 diperkenalkan.88 Kemudian, keamanan maritim
Selain itu, Indonesia menggelar operasi akan lebih ditingkatkan dengan pembukaan
bersama dan terkoordinasi dengan Bakamla di 10 stasiun radar baru untuk memantau Selat
perairan Selat Malaka yang bertujuan untuk Malaka yang dijadwalkan pada tahun 2008.89
menekan tindak pelanggaran yang terjadi di
wilayah perairan barat Indonesia. TNI, dalam hal
ini Koarmabar, dalam operasi bersama tersebut
mengarahkan unsur kapal KRI, personel AL
85

TNI (2011) “Koarmabar dan Bakorkamla Gelar Operasi
dan Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) serta
Gurita 19/2011”, http://www.tni.mil.id/view-28301-
koarmabar-dan-bakorkamla-gelar-operasi-gurita-192011.
82
Lestari, Strategi Pertahanan Indonesia di Selat Malaka, hlm. html, diakses pada 29 April 2017.
50-51. 86
Bradford, Shifting the Tides Against Piracy, hlm. 480..
83
Steven Yohannes Pailah, “Pengelolaan Isu-Isu Keamanan 87
Sondakh, National Sovereignty, hlm. 8-10.
di Selat Malaka Periode 2005-2006”, Tesis, Universitas 88
Shicun Wu & Keyuan Zou, Maritime Security in the
Indonesia, (2008), hlm. 54-55. South China Sea: Regional Implications and International
84
Pailah, Pengelolaan Isu-Isu Keamanan di Selat Malaka, hlm. Cooperation, (UK: Ashgate, 2009) hlm. 117.
57-58. 89
Bradford, Shifting the Tides Against Piracy, hlm. 480.

Lintang Suproboningrum dan Yandry Kurniawan: Diplomasi Maritim 177


Kapabilitas Militer Angkatan Laut dan Departemen Bea Cukai, dan Departemen
Penjaga Pantai Malaysia Kelautan. Lembaga-lembaga maritim ini saling
Dalam melindungi perairan Malaysia, berhubungan yang diharapkan dapat lebih fokus
ada tujuh lembaga yang terlibat yaitu Polisi untuk meningkatkan kemampuan Malaysia
Laut Kerajaan Malaysia, Departemen Bea dan dalam menangani pelanggaran di wilayah
Cukai, Departemen Kelautan, Departemen maritim. Untuk membangun keberhasilan ini,
Perikanan, Angkatan Laut Malaysia atau yang pasukan Malaysia melakukan konsolidasi dari
dikenal dengan Tentara Laut Diraya Malaysia beberapa lembaga keamanan seperti MMEA
(TLDM), Departemen Lingkungan Hidup, yang mulai berpatroli pada November 2005.93
dan Departemen Imigrasi. Secara umum, Hal inilah mendorong operasi yang dilakukan
TLDM bertanggung jawab atas perlindungan oleh Malaysia di Selat Malaka telah efektif
Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Malaysia, dalam mengurangi insiden pembajakan yang
sementara agen lainnya bertanggung jawab jumlahnya sangat kecil.
atas berbagai operasi dan tugas di perairan MMEA memiliki tugas untuk melaksanakan
teritorial negara tersebut.90 Tugas dan fungsi fungsi penegakan di bawah semua hukum federal
pokok TLDM adalah menjaga perairan pantai untuk menjamin keselamatan dan keamanan
dan teritorial, ZEE, pulau-pulau teritorial dan dari zona laut Malaysia. MMEA bertugas
melawan tindak kejahatan di laut. TLDM untuk melakukan fungsi penegakan hukum
bertanggung jawab melindungi kedaulatan berdasarkan semua undang-undang federal
dan kepentingan negara dengan menyediakan untuk menjamin keamanan zona laut Malaysia
angkatan laut yang seimbang dan kredibel. dan merupakan agen utama yang bertanggung
TLDM juga berkomitmen untuk melaksanakan jawab untuk pencarian dan penyelamatan di
semua operasi dengan cemerlang serta menjalin laut. MMEA juga memiliki tanggung jawab
jaringan pertahanan bilateral dan multilateral untuk menangani kejahatan maritim, serta
yang erat.91 mengumpulkan informasi dan intelijen untuk
Kepolisian Malaysia mengerahkan menjamin keamanan laut Malaysia. Untuk
serangan senjata terhadap kapal tunda dan menjalankan fungsinya, MMEA diberikan aset
kapal berkas di jalur pelayaran sibuk Selat berupa kapal, pesawat udara dan sistem radar
Malaka dalam menanggapi dua serangan yang pengawasan laut. MMEA juga mengambil
melibatkan kapal tunda pada Maret 2005 langkah membangun hubungan bilateral dan
setelah lama tidak terjadi di perairan Malaysia. multilateral dengan beberapa negara di kawasan
Tindakan penting lainnya, pada bulan April Asia Pasifik. Angkatan Laut Kerajaan Malaysia
2005, Malaysia membentuk Malaysian Maritime memberikan enam kapal patroli untuk MMEA
Enforcement Agency (MMEA) akan dibentuk pada bulan Juni 2005.94
untuk bertanggung jawab atas patroli di Selat Pada tahun 2000, Royal Malaysia Marine
Malaka92 MMEA akan mempertemukan Police (RMMP) juga membentuk gugus tugas
beberapa instansi penegak maritim yang khusus terkait anti pembajakan laut dengan
ada seperti Polisi Kelautan Diraja Malaysia, melatih 60 petugas polisi sebagai upaya
Dinas Perikanan, Departemen Imigrasi, membentuk unit komando taktis polisi laut
Malaysia. Pada tingkat penegakan maritim,
satuan tugas anti-pembajakan laut khusus
90

Caroline Liss,“The Privatization of Maritime Security –
Maritime Security in Southeast Asia: Between A Rock yang didirikan oleh Kepolisian Laut Diraja
and a Hard Place?”, Asian Research Center Vol. 114, Malaysia tersebut mengakuisisi langsung 20
(2007), hlm. 6. kapal serang cepat (fast-track craft) dan empat
91
Tentara Laut Diraja Malaysia, “Piagam Pelanggan”,
kapal apung (rigid inflatable boats) yang menelan
http://www.navy.mil.my/index.php/piagam-pelanggan-
tldm, diakses pada 28 April 2017.
92
Shicun Wu & Keyuan Zou, Maritime Security in the South 93
Bradford, Shifting the Tides Against Piracy, hlm. 481.
China Sea, hlm. 118. 94
Joshua Ho, The Security of Sea Lanes, hlm. 566.

178 Politica Vol. 8 No. 2 November 2017


biaya 15 juta RM (4,12 juta $). Unit ini akan Kapabilitas Militer Angkatan Laut dan
dibantu oleh dua pasukan polisi elite yaitu Penjaga Pantai Singapura
Special Action Forces dan the 69 Commando Dalam melindungi perairannya, Singapura
Unit yang dikerahkan ke Selat Malaka untuk melibatkan tiga lembaga yaitu Angkatan Laut
mendampingi gugus tugas khusus ini. Satuan Singapura atau yang disebut The Republic of
tugas tersebut telah dikerahkan di sepanjang Singapore Navy (RSN), Singapore Police Force
Selat Malaka.95 Program latihan dan beberapa (SPF), dan Police Coast Guard (PCG). Misi
aset ini menunjukkan kesediaan Malaysia utama dari RSN adalah menjaga pertahanan
meningkatkan keamanan laut di wilayahnya. laut dan memastikan keselamatan jalur
Pada tahun 2004, Angkatan Laut Malaysia pelayaran Singapura sebagai SLOC yang
juga mengintensifkan kegiatan pelatihan dan berkontribusi terhadap perdamaian dan
patroli di bagian utara Selat diluar area One keamanan regional. Dalam masa damai, RSN
Fathom Bank dalam upaya untuk meningkatkan memiliki tugas untuk melakukan pengawasan
kehadiran angkatan laut yang dengan wilayah Singapura dari melakukan pengawasan
demikian dapat menghalangi pembajakan untuk melawan pembajakan, perompakan laut,
dan terorisme maritim.96 Pada bulan Februari terorisme, dan serangan yang tidak diinginkan
2006, Malaysia mengumumkan rencananya di antara mereka. Untuk melakukan ini, RSN
untuk meningkatkan patroli anti-pembajakan bekerja sama dengan lembaga maritim internal
di Selat Malaka dengan menambahkan dan eksternal serta masyarakat internasional
hingga 15 kapal polisi berkecepatan tinggi yang lebih luas seperti otoritas pelabuhan dan
baru dan melakukan latihan maritim bersama maritim Singapura dan polisi penjaga pantai
dengan Indonesia, Thailand dan Singapura.97 untuk mencapai misinya. Di masa perang, RSN
Menurut Wakil Perdana Menteri Malaysia akan bekerja untuk mendapatkan kemenangan
Razak dalam presentasi bulan Maret 2007, yang cepat atas musuh manapun di laut.
peningkatan patroli Malaysia yang signifikan Bukan hanya kekuatan tempur, namun juga
telah mengakibatkan beberapa penangkapan.98 melakukan misi diplomatik dengan bekerja
Selain itu, Malaysia membentuk stasiun sama dengan angkatan laut lain.100 RSN
pelacakan radar atau radar tracking stations perlu untuk melindungi Selat Malaka sebagai
dengan membangun pangkalan untuk salah satu jalur SLOC karena perekonomian
meningkatkan keamanan di Selat Malaka. Singapura bergantung pada perdagangan pada
Sejumlah pangkalan dibangun bersamaan pelabuhannya.
dengan penempatan polisi di kapal kecil Singapura juga telah menerapkan berbagai
seperti tugboat dan perahu yang berpatroli langkah untuk meningkatkan keamanan
melewati Selat Malaka.99 Malaysia membangun maritim dengan pengawasan dan jaringan
serangkaian stasiun pelacakan radar di informasi yang terintegrasi untuk melacak
sepanjang Selat Malaka ini dengan tujuan dan menyelidiki gerakan mencurigakan yang
untuk memantau lalu lintas dan mengakuisisi diintensifkan Angkatan Laut dan patroli penjaga
kapal patroli baru. pantai. Singapura membentuk sistem keamanan
maritim nasional, National Maritime Security
Systems (NMSS) yang akan aktif memindai
ancaman maritim di Singapura sehingga
95
Joshua Ho, The Security of Sea Lanes, hlm. 566. dapat memberikan peringatan dini. NMSS
96
Joshua Ho, The Security of Sea Lanes, hlm. 566. memberikan respon yang cepat dan terpadu
97
Shicun Wu & Keyuan Zou, Maritime Security in the South
terhadap ancaman di laut. Hal ini merupakan
China Sea, hlm. 118.
98
Bradford, Shifting the Tides Against Piracy, hlm. 481.
99
Yun Yun Teo, “Target Malacca Straits: Maritime 100
Republic of Singapore Navy, “Our Mission”, https://www.
Terrorism in Southeast Asia”, Studies in Conflict and mindef.gov.sg/navy/Our_Mission.HTM, diakses pada 30
Terrorism, Vol. 30, No.6, (2007), hlm. 547. April 2017.

Lintang Suproboningrum dan Yandry Kurniawan: Diplomasi Maritim 179


sebuh pendekatan keseluruhan pemerintah pembajakan dan anti-terorisme juga diambil
untuk memastikan keamanan maritim. NMSS oleh Singapura, seperti menggelar armada kapal
bertugas menganalisis ancaman maritim, dan yang dikendalikan jarak jauh, menyediakan dua
mengkoordinasikan dan melaksanakan rencana pesawat Fokker untuk patroli Selat Malaka,
di tingkat nasional. NMSS memiliki Crisis menggelar tim keamanan bersenjata di kapal-
Management Group for Maritime Security yang kapal pedagang yang masuk atau meninggalkan
terdiri dari dua kelompok: National Maritime perairan teritorial, dan meletakkan sonar array
Sense-making Centre (NMSC) dan National berteknologi tinggi di dasar laut yang melintasi
Maritime Operations Group (NMOG). Keduanya Selat Malaka.104
ditempatkan di Pusat Changi Command and Di samping tindakan operasi maritim
Control (C2) di Pangkalan Angkatan Laut yang dilakukan masing-masing negara,
Changi. Ada dua tahapan proses operasi yaitu ketiga negara juga telah melakukan kegiatan
pertama mengumpulkan dan menganalisis patroli terkoordinasi yang dapat dilihat
informasi bahari dan yang kedua melakukan pada tahun 2011, kapal perang Indonesia di
operasi untuk menetralisir ancaman maritim. bawah Koarmabar tergabung dalam Patroli
NMSS ini memberikan evaluasi ancaman Terkoordinasi (Patkor) di Selat Malaka bersama
secara real-time untuk mendapatkan peringatan Malaysia dan Singapura. Dalam kegiatan
dini dalam menghadapi ancaman yang akan patroli tersebut, kapal yang terlibat dilengkapi
datang. Dengan isyarat ini, dapat memudahkan peralatan komunikasi berbasis data melalui
operasi terpadu yang akan memanfaatkan satelit yang digunakan untuk memudahkan
kekuatan kolektif semua instansi maritim.101 pemantauan kapal perang dari ketiga negara
Pada implementasinya, NMSS akan terhadap terjadinya tindak pelanggaran
memberikan tentang informasi kapal-kapal pembajakan dan perompakan yang terjadi
yang berlayar di perairan Singapura bahkan pada kapal-kapal yang melintasi Selat Malaka.
sampai ke Selat Malaka dan Laut China Selatan Dengan peralatan tersebut akan memudahkan
untuk menyusun profil masing-masing kapal dalam melakukan deteksi dini dan pemeriksaan
sebelum masuk Singapura. Kapal-kapal yang terhadap kapal yang dicurigai serta tindakan
mencurigakan akan secara otomatis berbendera represif dengan pengejaran, penangkapan dan
merah dalam sistem yang tersedia.102 penyelidikan terhadap kapal yang melakukan
Di bawah U.S. Megaports Initiative, Singapura pelanggaran hukum. Adanya patroli ini
juga memasang detektor radiasi di pelabuhan dapat menekan tindakan pelanggaran dan
untuk memindai kontainer untuk bahan nuklir mengambil langkah antisipasi sedini mungkin
dan radioaktif. AL Singapura telah membentuk oleh Angkatan Laut Indonesia, Malaysia dan
Accompanying Sea Security Teams (ASSeT) yang Singapura dengan menghadirkan unsur-unsur
mirip dengan marsekal bersenjata untuk dapat kapal perang di masing-masing wilayah secara
memilih kapal dagang yang akan melanjutkan terkoordinasi. Dalam Patkor ini, TNI AL
ke dalam dan keluar dari pelabuhan untuk mengerahkan unsur-unsur di bawah Koarmabar
mencegah kemungkinan kapal diambil alih oleh yang mempunyai tugas pokok melaksanakan
teroris.103 Selain itu, sejumlah langkah anti- operasi patroli terkoordinasi mengamankan
perairan selat untuk menindak pelanggaran
101
Ministry of Defence Singapore (2011) “Integrated
hukum di Selat Malaka dan Selat Singapura
Response”, https://www.mindef.gov.sg/imindef/
resourcelibrary/cyberpioneer/topics/articles/ selama 300 hari pada kurun waktu tahun 2011.
features/2011/dec11_fs.html#.WRqg0fl97IV, diakses Unsur Koarmabar yang tergabung pada Patkor
pada 2 Mei 2017. ini terdiri dari kapal perang jenis Froch, Perusak
102
Intelijen, Uji Sistem Keamnana Singapura, https://www.
Kawal/Parchim, Fast Patrol Boat/PR, PC,
intelijen.co.id/uji-sistem-keamanan-maritim-nasional-
singapura-gelar-qnorthstar-viiiq, diakses pada 2 Mei
2017. 104
Shicun Wu & Keyuan Zou, Maritime Security in the South
103
Joshua Ho, The Security of Sea Lanes, hlm. 567. China Sea, hlm. 119.

180 Politica Vol. 8 No. 2 November 2017


dan melibatkan unsur patrol udara maritim, PENUTUP
Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal), Dari uraian tersebut di atas, tulisan ini sudah
Lanal dan Lanudal.105 menunjukkan bahwa pelaksanaan diplomasi
Saat ini, ketiga negara juga semakin maritim ketiga negara dapat dianalisis dalam
memperkuat koordinasi untuk mengatasi masalah tiga bentuk yaitu rezim, diplomasi kooperatif
di Selat Malaka sebagai jalur perdagangan dan diplomasi koersif. Dalam bentuk rezim
global. Menurut Chief Executive of Maritime meliputi prinsip yaitu ASEAN Way dengan
Port Authority (MPA) Singapura, Andrew Tan mengutamakan pada prinsip kedaulatan dan non
menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan intervensi. Prinsip dan norma yang menyatukan
upaya seperti berbagi praktik keselamatan di ketiga negara tersebut dapat menghasilkan
Selat Malaka. Selain itu, untuk kedepannya aturan main sebagai pedoman pelaksanaan
akan meningkatkan keselamatan navigasi di alur patroli terkoordinasi yaitu adanya SOP, TOR
pelayaran Selat untuk mengatasi perompakan JCC, Batam Statement, Jakarta Statement,
dan bocornya minyak bumi. Dengan amannya Kuala Lumpur Statement, Singapore Statement
gerbang keluar masuk perdagangan tersebut dan Cooperative Mechanism. Dalam diplomasi
juga akan menguntungkan negara-negara yang kooperatif, ketiga negara melakukan beberapa
berada di sekitarnya.106 kegiatan latihan bersama operasi bersama,
Hasil dari patroli terkoordinasi antar ketiga patroli terkordinasi, pertukaran informasi, dan
negara di Selat Malaka dapat dilihat dari press kegiatan lainnya. Kegiatan tersebut meliputi
release Kementerian Pertahanan Singapura Indosin, Operasi Surya Bhaskara, Sea Eagle Joint
mengatakan bahwa patroli terkoordinasi di Exercise, Surpic, Malindo, Optima malindo,
Selat Malaka telah berhasil memperbaiki Joint Exercise Malindo Jaya, Malapura, dan
keamanan maritim di Selat Malaka dan pembentukan Innaugural Malacca Strait Patrol
Singapura. Lloyd’s Joint War Risk Committee Information Sharing. Sedangkan untuk diplomasi
juga telah menurunkan klasifikasi Selat Malaka koersif, masing-masing negara menunjukkan
sebagai “daerah berisiko perang” pada bulan kapabilitas militer Angkatan Laut (AL),
Agustus 2006.107 Bahkan, pada tahun 2008, penjaga pantai dan lainnya. Dengan kapabilitas
IMO Secretary-General Efthimios Mitropoulos kapal perang yang dimiliki ketiga negara dapat
menyatakan bahwa Patroli Terkoordinasi di digunakan sebagai alat untuk operasi maritim
Selat Malaka ini sebagai model untuk ditiru dalam upaya pengamanan di Selat Malaka.
dalam menangani masalah pembajakan Teluk Dari penjelasan tersebut, terlihat bahwa
Aden. Penghargaan ini juga disampaikan oleh ketiga negara telah melakukan kegiatan
U.S Pacific Command pada tahun 2012.107 diplomasi maritim yang mendukung dan
memfasilitasi keberhasilan patroli terkoordinasi
105

TNI (2011) “Unsur TNI AL Gelar Patroli MSSP Bersama di Selat Malaka. Setelah pembentukannya pada
Dua Negara di Selat Malaka”, http://www.tni.mil.id/
tahun 2004, patroli terkoordinasi ini cukup
view-30580-unsur-tni-al-gelar-patroli-mssp-bersama-dua-
negara-di-selat-malaka.html, diakses pada 12 Juni 2017. berhasil dan efektif. Berdasarkan IMB, jumlah
106
Ratomo, Unggul Tri (2016) “Indonesia-Malaysia- kejahatan di Selat Malaka menurun dari 38
Singapura Perkuat Koordinasi keselamatan Selat Malaka”, pada tahun 2004 menjadi 1 pada tahun 2014.
http://www.antaranews.com/berita/586579/indonesia-
Bahkan perkembangan terakhir pada tahun
malaysia-singapura-perkuat-koordinasi-keselamatan-
selat-malaka, diakses pada 13 Juni 2014. 2016, insiden kejahatan bajak laut menjadi 0.
107
Singapore Government (2016) “Malacca Strait Patrol: Temuan dalam penelitian ini menunjukkan
Member State Commemorate 10 Years of Cooperation”, bahwa diplomasi persuasif tidak terlalu
https://www.mindef.gov.sg/imindef/press_room/official_
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
releases/nr/2016/apr/21apr16_nr.html#.WUA3o_
mGPIV, diakses pada 13 Juni 2014. patroli terkoordinasi di Selat Malaka. Hal
108
Koh Swee Lean Collin, “The Malacca Strait Patrol: Finding ini dapat dipahami karena penjelasan Le
Common Ground”, RSIS Commentary No. 91, (Singapore: Miere sendiri tentang diplomasi persuasif
Rajaratnam School of International Studies, 2016).

Lintang Suproboningrum dan Yandry Kurniawan: Diplomasi Maritim 181


yang merupakan bentuk diplomasi maritim mengoptimalkan pembangunan kesadaran
yang sering kurang dipilih daripada diplomasi akan pentingnya lingkungan maritim (maritime
kooperatif ataupun koersif karena efeknya domain awarness) terutama di Selat Malaka.
sering kabur dan tanpa hasil yang pasti. Bahkan, Ketiga, insiatif kerja sama multilateral
kegiatan diplomasi ini sering terbungkus dalam yang telah dilakukan oleh ketiga negara pesisir
kegiatan lain dan bahkan efeknya tidak dapat dengan patroli terkoordinasi di Selat Malaka
diukur. Oleh karena itu, dapat dikatakan harus tetap konsisten di masa depan sesuai
bahwa diplomasi persuasif mungkin yang paling dengan prinsip, norma dan aturan yang telah
samar-samar dari tiga bentuk diplomasi maritim disepakati. Keempat, ketiga negara pantai perlu
yang dijelaskan disini. Namun, pembangunan untuk terus membangun kapasitas (capacity
kekuatan maritim negara-negara pantai building) dengan meningkatkan kapasitas untuk
pun merupakan instrumen diplomasi yang menangkal ancaman keamanan menggunakan
bersifat persuasif di Selat Malaka. Argumen kekuatan angkatan laut yang kuat dan
dibangun dengan memperhatikan karakter profesional yang didukung oleh armada
gelar kekuatan maritim negara-negara tersebut, tempur yang lebih canggih dan modern, serta
seperti tipe kapal patroli dan disposisi satuan- dengan melakukan operasi rutin dan semakin
satuan operasional yang mendukung tugas- memperluas area operasi serta memperkuat
tugas pengamanan di laut, bukan bertujuan pemasangan alat pemantau lalu lintas selat.
untuk menghadapi konflik berintensitas tinggi Kelima, keberhasilan dari bentuk patroli
(high-intensity conflict). Gelar kekuatan yang terkoordinasi di Selat Malaka ini dapat dijadikan
demikian tentu berkontribusi positif dalam sebagai model bagi para pembuat kebijakan di
membangun kesalingpercayaan (confidence Indonesia untuk mengatasi keamanan maritim
building) di antara Indonesia, Malaysia dan di wilayah perairan Indonesia yang berbatasan
Singapura.109 dengan wilayah negara lainnya untuk kasus
Dengan nilai strategisnya, Selat Malaka kasus perairan Laut Sulu dan Sulawesi yang
akan tetap rentan terhadap berbagai macam sampai saat ini masih mengalami hambatan
masalah keamanan serta kepentingan dan dalam pelaksanaan kerja sama patroli gabungan
pengaruh dari berbagai pihak. Oleh karena itu, (joint patrol) antara Indonesia, Malaysia dan
dalam penelitian ini, penulis akan memberikan Filipina.
beberapa rekomendasi. Pertama, keberhasilan
patroli terkoordinasi antara Indonesia, Malaysia
dan Singapura patut dianggap sebagai salah
satu contoh terbaik (best practice) dan dapat
dijadikan model kerja sama antarpemerintah
ke depannya, terutama untuk jalur perairan
yang merupakan jalur internasional. Kerja sama
ketiga negara berlangsung tanpa mengganggu
kepentingan nasional dan mengutamakan
penghormatan kedaulatan setiap negara.
Kedua, arti penting domain maritim seharusnya
mendorong para pengambil kebijakan untuk
menempatkan keamanan maritim pada
prioritas tinggi. Sebagai upaya mencapai
keamanan maritim itu sendiri perlu untuk lebih
109
Penulis berterima kasih kepada mitra bebestari anonim
yang telah menyampaikan poin ini, di mana pembangunan
kekuatan maritim dapat berkontribusi mewujudkan
diplomasi persuasif.

182 Politica Vol. 8 No. 2 November 2017


DAFTAR PUSTAKA Mak, J.N. “Unilateralisme and Regionalisme:
Working Together and Along in tha
Malacca Strait”, Ong-Webb, Graham
Gerard, (ed.). Piracy, Maritime Terrorism
Buku and Securing the Malacca Straits, Singapore:
Acharya, A. Whose Ideas Matter? Agency and ISEAS Publishing, 2006.
Power in Asian Regionalism. Ithaca: Cornell Nincic, Donna J.”Sea Lane Security an U.S
University Press, 2009. Maritime Trade: Chocke Points as Scarce
Callabero-Anthony, Mely. Non-Traditional Resources” dalam Sam J. Tangrendi
Security in Asia: Issues Challenges and (editor), Globalization and Maritime Power.
Framework for Action. Singapore: Institute Washington: National Defence University
of Asian Studies, 2013. Press, 2002.
Bateman, Sam. “Building Good Order at Ocean Policy Research Foundation. “OPRF
Sea in Southeast Asia: The Promise of Blueprint a New Cooperation Framework
International Regimes”, Guan, K. & on The Strait of Malacca and Singapore”,
Skogan, J. K. (ed.). Maritime Security in Jepang: OPRF, 2006.
Southeast Asia, London & New York: Ong-Webb, Gerard, Graham.Piracy, Maritime
Routledge, 2007. Terrorism and Securing the Malacca Straits.
Beckman, Robert. “Piracy and Armed Robbery Singapore: Institute of Southeast Asian
Against Ships in Southeast Asia”, Gilfoyle, Studies. 2006.
Douglas. (ed.). Modern Piracy: Legal Pailah, Steven Yohannes. “Pengelolaan Isu-
Challenges and Responses. UK: Edward Elgar Isu Keamanan di Selat Malaka Periode
Publishing Limited, 2013. 2005-2006”. Tesis. Universitas Indonesia.
Guan, Kwa C & Schogan, John K. Maritime Jakarta: Universitas Indonesia, 2008.
Security in Southeast Asia, New York: Shiee, Tamara Renee. “Maritime Piracy
Routledge, 2007. in Southeast Asia: The Evolution and
Hanggi, H, Roloff, R. & Ruland, J. Progress of Intra ASEAN Cooperation”,
Interregionalism and International Relations, Ong-Webb, Graham Gerard (ed.). Piracy,
London: Routledge, 2006. Maritime Terrorism and Securing the Malacca
Straits,. Singapore: ISEAS Publishing, 2006.
Kraska, James. Contemporary Maritime Piracy:
International Law, Strategy, and Diplomacy Snyder, Craig A. “Regional Security Structures”,
at Sea. California: Praeger, 2011. Snyder, Craig A., Contemporary Security and
Strategy, London: Deakin University, 1999.
Krasner, Stephen D. International Regimes. New
York: Cornell University Press, 1983. Wu, Shicun & Zou, Keyuan. Maritime Security
in the South China Sea: Regional Implications
Le Miere, Cristian. Maritime Diplomacy in the
and International Cooperation. UK: Ashgate,
21st Century. New York: Routledge, 2014.
2009.
Lestari, Annisa. “Strategi Pertahanan Indonesia
Young, Adam J. Contemporary Maritime Piracy
di Selat Malaka: Tawaran Proliferation
in Southeast Asia, Singapore: Institute of
Security Initiative Periode 2006-2008”.
Southeast Asian Studies, 2007.
Tesis. Universitas Indonesia. Jakarta:
Universitas Indonesia, 2010.

Lintang Suproboningrum dan Yandry Kurniawan: Diplomasi Maritim 183


Jurnal Jetschke, A. dan Rüland, J.. “Decoupling
Acharya, A. “Norm subsidiarity and regional Rhetoric and Practice: the cultural Limits of
orders: sovereignty, regionalism, and rule- ASEAN cooperation”. The Pacific Review,
making in the third world”, International Vol. 22, No. 2, (2009), hlm. 179-203.
Studies Quarterly, Vol. 55, No. 1, (2011) Khalid, Nazer.. “With a Little Help from
hlm. 95-123. my Friends: Maritime Capacity Bulding
Bateman, S., Raymond, C.Z., Ho, J, “Safety Measures in the Strait of Malacca”.
and security in the Malacca and Singapore Contemporary Southeast Asia, Vol. 31, No.
Straits: An agenda for action”. Institute of 3, (2009), hlm. 424-46.
Defence and Strategic Studies, Policy Paper, Kurniawan, Yandry. “Visi Poros Maritim Dunia:
(2006). Proyeksi Indonesia sebagai Kekuatan
Bradford, John. “Shifting the Tides Against Regional?” Jurnal Legislasi Pertahanan Vol.
Piracy in Southeast Asian Waters”. Asian 6, No.2, (2016), hlm. 11-33.
Survey, Vol. 48, No. 3, (2008), hlm. 473-491. Kurniawan, Yandry. “One Belt One Road
Collin, Koh Swee Lean. “The Malacca Strait (OBOR): Agenda Keamanan Liberal
Patrol: Finding Common Ground”. RSIS Tiongkok?” Jurnal Politica Vol. 7, No. 2,
Commentary No. 91. Singapore: Rajaratnam (2016), hlm. 233-254.
School of International Studies, 2016. Lee, Terence & McGahan, K. “Norm
Dewitt, David. “Common, Comprehensive and subsidiarity and institutional cooperation:
Cooperative Security”. Pacific Affairs. Vol. explaining the straits of Malacca anti-piracy
7, No. 1, (1994) hlm. 1-15. regime”. The Pacific Review, Vol. 28, No. 4,
(2015): 529-522.
Djalal, Hasjim. “The Regime of managing safety
and security in the strait of Malacca and Liss, Caroline. “The Privatization of Maritime
Singapore”. Jurnal Diplomasi. Indonesia: Security – Maritime Security in Southeast
Kementerian Luar Negeri, 2009. Asia: Between A Rock and a Hard Place?”
Asian Research Center Vol. 114, (2007),
Heng, D. “State formation and the evolution
hlm. 7.
of naval strategis in Melaka Straits, c. 500-
1500 CE”. Journal of Southeast Asian Studies, Republic of Singapore Navy. “The RSN as a
Vol. 44, No. 3, (2013), hlm. 380-99. Force for Peace: Broadening the Scope of
Regional Co-operation and Beyond”, Naval
Ho, Joshua.. “The Security of Sea Lanes in
Forces, (2002): 26-33.
Southeast Asia”. Asian Survey, Vol. 46,
No. 4, (2006), hlm. 558-74. Roach, J. Ashley. “Enhancing Maritim Security
in the Strait of Malacca and Singapore”.
Huang, Victor “Building Maritime Security in
Journal of International Affairs, Vol. 49, No.
Southeast Asia”, Naval War College Review,
1, (2005), hlm. 97-116.
Vol. 61, No. 1, (2008) hlm. 87-100.
Rodrigue, Jean Paul. “Straits, Passage and
International Maritime Organization.
Chocke Points A Maritime Geostrategy
“Cooperation in the Straits of Malacca and
of Petroleum Distribution”. Cahiers de
Singapore Cooperation in the Straits of
Geographie du Quebec, Vol. 48, No. 135,
Malacca and Singapore”. Maritime Studies,
(2004), hlm. 357-374.
Vol. 150, (2006), hlm. 15-19.
Rowland, Kevin. “Decided Proponderance
Jervis, Robert. “Security Regimes”. International
at Sea: Naval Diplomacy in Strategic
Organization, Vol. 36, No. 2, (1982), hlm.
Thought”. Naval War College Review, Vol.
357–378.
65, No. 4, (2012) hlm. 89-105.

184 Politica Vol. 8 No. 2 November 2017


Singh, Inderjit dan Tara Singh. “Safeguarding Peraturan Hukum
The Straits of Malacca Against Maritime Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
Crime Issues Amongst States On Security 81 Tahun 2005 tentang Badan Koordinasi
Responsibility”, International Journal of Keamanan Laut.
Humanities and Social Science, Vol. 2, No. 2,
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
(2012), hlm. 111-19.
17 Tahun 2008 tentang Pelayaran.
Song, Yann Huei. “Security in the Straits
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
of Malacca and The Regional Maritime
32 Tahun 2014 tentang Kelautan
Security Initiative: Response to the US
Proposal”. International Law Studies, Vol.
Majalah/Surat Kabar
83, (2007), hlm. 97-156.
BBC Monitoring Asia Pacific. (2005). “Minister
Storey, Ian. “Maritime Security in Southeast says Malaysia-Indonesia joint strait
Asia: Two Cheers for Regional patrol boosting security”. London: British
Cooperation”. Southeast Asian Affairs, Broadcasting Coorporation.
(2009), hlm. 36-58.
Portal
Sukma, Rizal. “ASEAN and Regional Security
in East Asia”, Security Politics in Asia and Association of Southeast Asian Nations,
Europe, (2009), hlm. 109-120 “About ASEAN”, http://asean.org/asean/
about-asean/, diakses pada 17 Maret 2017.
Tan, Andrew. “The Emergence of Naval Power in
the Straits of Malacca”, Defence Studies, Vol. Association of Southeast Asian Nations, “Treaty
12, No. 1, (2012), hlm. 106-135. of Amity and Cooperatin in Southeast
Asia, 24 February 1976”, http://asean.org/
Teo, Yun Yun. “Target Malacca Straits: treaty-amity-cooperation-southeast-asia-
Maritime Terrorism in Southeast Asia” , indonesia-24-february-1976/, diakses pada
Studies in Conflict and Terrorism, Vol. 30, 18 Maret 2017.
No. 6, (2007), hlm. 541-61.
International Chamber of Commerce. (2000)
The International Institute for Strategic “Piracy and Armed Robbery Against Ships
Studies, “Chapter Five Advancing Annual Report 1 January–31 December
Maritime Security Cooperation”, London: 2000”. United Kingdom: International
IISS, 2006. Hlm. 59-64. Maritime Bureau.

Makalah International Chamber of Commerce. (2011).


“Piracy and Armed Robbery Against Ship
Soebijanto, Slamet. “Coordinated Patrol: One of Annual Report 1 January – 31 December
the ways to secure Malacca Strait”, makalah 2010”. United Kingdom: International
dipresentasikan pada “Seminar Asean Maritime Bureau.
Regional Forum Regional Cooperation In
Maritime Security”, Singapore (2 – 4 Maret Marine Department Malaysia. “Cooperative
2005). Mechanism on Safety of Navigation and
Environmental Protection in the Straits of
Sondakh, Bernard Kent. “National Sovereignty Malacca and Singapore,” http://www.cm-
and Security in the Straits of Malacca”, soms.com/, diakses pada 17 April 2017.
makalah dipresentasikan pada “The Strait
of Malacca: Building a Comprehensive Miles, M.B. & Huberman. (1984). Qualitative
Security Environment”, Maritime Institute data analysis: A Sourcebook of New Methods.
of Malaysia, Kuala Lumpur, Malaysia, (11- New York: SAGE Publications.
13 Oktober 2004).

Lintang Suproboningrum dan Yandry Kurniawan: Diplomasi Maritim 185


Ministry of Defence Singapore. (2001). Republic of Singapore Navy. “Our Mission”,
“Singapore and Indonesia Participate in https://www.mindef.gov.sg/navy/Our_
Indo-Sin Coordinated Patrol (ISCP) and Mission.HTM, diakses pada 30 April 2017.
Joint Socio Civic Activities”, https://www. Singapore Government. (2015). “Singapore
mindef.gov.sg/imindef/press_room/official_ and Malaysian Navies Conclude Bilateral
releases/nr/2001/oct/09oct01_nr2.html, Maritime Exercise” https://www.mindef.
diakses pada 20 April 2017. gov.sg/imindef/press_room/official_
Ministry of Defence Singapore. (2002). releases/nr/2015/mar/14mar15_nr.html#.
“Singapore and Indonesia Navies Participate WRJ-Ovl97IU, diakses pada 30 April 2017.
in 52nd Surya Bhaskara Jaya”, https://www.
Singapore Government. (2016). “Singapore
mindef.gov.sg/imindef/press_room/official_and Malaysian Navies Conclude Bilateral
releases/nr/2002/apr/17apr02_nr.html, Maritime Exercise”, https://www.mindef.
diakses pada 29 April 2017. gov.sg/imindef/press_room/official_
Ministry of Defence Singapore. (2005). releases/nr/2016/mar/01mar16_nr2.print.
“Closer Bonds with Project SURPIC”, noimg.html, diakses pada 30 April 2017
https://www.mindef.gov.sg/imindef/ Singapore Government (2016) “Malacca Strait
resourcelibrary/cyberpioneer/topics/ Patrol: Member State Commemorate
articles/news/2005/may/27may05_news2. 10 Years of Cooperation”, https://www.
html#.WQb7rPmGPIU, diakses pada 25 mindef.gov.sg/imindef/press_room/official_
April 2017. releases/nr/2016/apr/21apr16_nr.html#.
Ministry of Defence Singapore. (2011). WUA3o_mGPIV, diakses pada 13 Juni
“Integrated Response”, https://www. 2014.
mindef.gov.sg/imindef/resourcelibrary/ Tentara Laut Diraja Malaysia. “Piagam
cyberpioneer/topics/articles/features/2011/ Pelanggan”, http://www.navy.mil.my/
dec11_fs.html#.WRqg0fl97IV, diakses index.php/piagam-pelanggan-tldm, diakses
pada 2 Mei 2017 pada 28 April 2017.
Ministry of Defence Singapore. (2012). TNI. “Pertemuan Tahunan TNI-SAF
“Indonesia-Singapore Coordinates Patrol Annual Staff Meeting (TSASM) 2005
(ISPC)” https://www.mindef.gov.sg/ di Jakarta”, http://www.tni.mil.id/view-
imindef/press_room/official_releases/ 766-pertemuan-tahunan-tni-saf-annual-
nr/2012/may/11may12_nr/11may12_ staff-meeting-tsasm-2005-di-jakarta.html,
fs.html, diakses pada 19 April 2017. diakses pada 29 April 2017.
National Archives of Singapore. “Joint New TNI. (2007). “Combined Annual Report
Release: Malaysia and Singapore Navies Meeting TNI-SAF 2007”, http://tni.mil.
Conduct Bilateral Naval Exercise”, http:// id/view-6219-combined-annual-report-
www.nas.gov.sg/archivesonline/speeches/ meeting-tni-saf-2007.html, diakses pada 29
view-html?filename=20051123989.htm, April 2017.
diakses pada 5 Mei 2017.
TNI. (2011) “Koarmabar dan Bakorkamla Gelar
Ratomo, Unggul Tri (2016) “Indonesia- Operasi Gurita 19/2011”, http://www/
Malaysia-Singapura Perkuat Koordinasi tni.mil.id/view-28301-koarmabar-dan-
keselamatan Selat Malaka”, http://www. bakorkamla-gelar-operasi-gurita-192011.
antaranews.com/berita/586579/indonesia- html, diakses pada 29 April 2017.
malaysia-singapura-perkuat-koordinasi-
keselamatan-selat-malaka, diakses pada 13
Juni 2014.

186 Politica Vol. 8 No. 2 November 2017


TNI (2011) “Unsur TNI AL Gelar Patroli MSSP TNI AL. (2016). “Latma Eagle Indopura
Bersama Dua Negara di Selat Malaka”, 2016 Resmi Dibuka”, http://www.tnial.
http://www.tni.mil.id/view-30580-unsur- mil.id/News/OperasiLatihan/tabid/80/
tni-al-gelar-patroli-mssp-bersama-dua- articleType/ArticleView/articleId/27527/
negara-di-selat-malaka.html, diakses pada LATMA-EAGLE-INDOPURA-2016-
12 Juni 2017. RESMI-DIBUKA.aspx, diakses pada 26
TNI. (2011). “Pertemuan TNI dan AB April
Singapura” http://web.tni.mil.id/view- TNI AL. (2016). “TNI AL – TLDM Gelar
26712-pertemuan-tahunan-tni-dan-ab- Latma Malindo Jaya 24B/16”, http://www.
singapura.html, diakses pada 29 April 2017. tnial.mil.id/News/OperasiLatihan/tabid/80/
TNI AL. (2017). “TNI AL dan TLDM articleType/ArticleView/articleId/31803/
Gelar Patkor Malindo 135-17”, http:// TNI-AL--TLDM-GELAR-LATMA-
www.tnial.mil.id/tabid/79/articleType/ MALINDO-JAYA-24B16.aspx, diakses
ArticleView/articleId/34229/Default.aspx, pada 30 April 2017.
diakses pada 30 April 2017.
TNI AL. (2016). “Aksi kapal perang
Indonesia dan Singapura dalam Exercise
Eagle Indopura 2016, http://www.tnial.
mil.id/News/OperasiLatihan/tabid/80/
articleType/ArticleView/articleId/27613/
Default.aspxl, diakses pada 26 April 2017.

Lintang Suproboningrum dan Yandry Kurniawan: Diplomasi Maritim 187

Anda mungkin juga menyukai