Anda di halaman 1dari 6

A.

OTOLOGI
1. Fisiologi Organ Corti
Energi getaran yang sudah diamplifikasi melalui membran timpani akan
diteruskan ke tulang-tulang pendengaran hingga ke stapes yang kemudian akan
menggerakkan fenestra ovalis sehingga perilimfa pada skala vestibuli bergerak.
Getaran kemudian diteruskan ke membran Reissner yang mendorong endolimfa
sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran
tektoria. Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya
defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi
pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses
depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmiter ke dalam sinaps
yang akan menimbulkan potensial aksi pada safaf auditorius.
2. Gambaran Timpanometri

- Tipe A
Terdapat pada fungsi telinga tengah yang normal. Bentuk khas yaitu puncak
imitans pada titik 0 daPa dan penurunan imitans yang tajam dari titik O ke
arah negatif atau positif. Memberi kesan tekanan udara telinga tengah yang
normal.
- Tipe As
Terdapat pada otosklerosis dan keadaan membran timpani yang berparut.
Tampak seperti A (normal) tapi dengan ketinggian puncak yang secara
signifikan berkurang. Huruf s dibelakang berarti stiffness atau shallowness
- Tipe Ad
Terdapat pada keadaan membran timpani yang flaksid atau diskontinuitas
tulang-tulang pendengaran. Timpanogram kelihatan seperti A (normal) tetapi
dengan puncak lebih tinggi secara signifikan huruf d dibelakang berarti deep
atau discontinuity
- Tipe B
Timpanogram tidak punya titik puncak dan pola cenderung mendatar atau
sedikit membulat akibat cairan pada telinga tengah misalnya otitis media efusi
- Tipe C
Terdapat pada keadaan membran timpani yang retraksi dan malfungsi dari
tuba eustachius. Tekanan telinga tengah dengan puncaknya di wilayah tekanan
negatif di luar – 150 mmH2O akibat ventilasi telinga tengah yang tidak baik
karena gangguan tuba Eustachius.
3. Stenger tes
Tes stanger digunakan pada pemeriksaan tuli anorganik (simulasi atau pura-pura
tuli). Cara pemeriksaannya yaitu menggunakan prinsip masking. Misalnya pada
seseorang yang berpura-pura tuli pada telinga kiri. Dua buah penala yang identik
digetarkan dan masing-masing diletakkan di depan telinga kiri dan kanan, dengan
cara tidak kelihatan oleh yang diperksa. Penala pertama digetarkan dan diletakkan
di depan telinga kanan (yang normal) sehingga jelas terdengar. Kemudian penala
yang kedua digetarkan lebih keras dan diletakkan di depan telinga kiri (yang pura-
pura tuli). Apabila kedua telinga normal karena efek masking, hanya telinga kiri
yang mendengar bunyi jadi telinga kanan tidak menimbulkan bunyi. Tetapi bila
telinga kiri tuli, telinga kanan tetap mendengar bunyi.
4. Obat tetes serumen
Karboksigliserin 3% dan sodium docusate 5mg
5. Granuloma
Granuloma adalah lesi inflamasi noduler. Granuloma dapat timbul akibat
manifestasi dari OMSK dan juga dapat terjadi karena adanya benda asing di dalam
telinga yang dapat menimbulkan reaksi inflamasi kronik.

B. RHINOLOGI
1. Cottel’s area
Area 1: nostril. Area 2:nasal valve. Area 3:
area underneath the bony and cartilaginous
vault, also called the attic. Area 4: anterior
aspect of the nasal cavity including the
heads of the turbinates and the
infundibulum. Area 5: the posterior aspect
of the nasal cavity, including the tails of
the turbinates.

2. Miasis hidung
Merupakan infestasi larva lalat pada hidung
Siklus hidup : telur (8-24 jam) → larva (4-7 hari) → pupa (10-20 hari) → dewasa
Penyebab : rhinitis atrofi, rhinosporidosis ( perluasan cavum nasi akibat operas),
sianosis purulen, poor hygiene
Penanganan :
- irigasi menggunakan larutan kloroform
- ditutup menggunakan kain kasa yang diberikan turpentin oil dan
kloroform (4:1) selama 24 jam
- diambil menggunakan forsep
- irigasi dengan normal saline untuk mengeluarkan larva yang sudah
mati

3. Penatalaksanaan gangguan penghidu mendadak


Gangguan penghidu mendadak biasanya disebabkan oleh suatu trauma pada
hidung yang menyebabkan fraktur os nasal sehingga terganggunya nervus
olfaktorius. Pertama-tama atasi dulu perdarahannya dengan memasang tampon
efedrin dan rencana pembedahan.
Namun, apabila tidak terdapat tanda-tanda trauma dapat diterapi dengan
menggunakan drips mecobalamin
4. Penatalaksanaan epistaksis
- Epistaksis anterior
Dapat ditangani dengan kompresi manual menggunakan jari dengan menekan
hidung dari luar selama 10-15 menit. Bila sumber perdarahan dapat terlihat,
tempat asal perdarahan bisa dikaustik dengan larutan nitras argenti (AgNO3)
25-30%. Bila dengan cara ini perdarahan masih terus berlangsung, maka perlu
dilakukan pemasangan tampon anterior yang dibuat dari kasa atau kapas yang
diberi pelumas vaselin, tampon dipertahankan selama 2 x 24 jam.
- Epistaksis posterior
Untuk menanggulangi perdarahan posterior dilakukan pemasangan tampon
Bellocq.
5. Muara sinus paranasal
- Meatus nasi inferior : ductus nasolakrimalis
- Meatus nasi media : sinus frontalis, sinus maxillaris, sinus etmoidalis anterior
- Meatus nasi superior : sinus etmoidalis posterior, sinus sphenoidalis

C. LARING-FARING
1. Cara pemeriksaan hipertrofi adenoid
- Direk : Transoral → melihat langsung ke nasofaring
- Indirek : Rhinoskopi posterior → melihat nasofaring dari arah orofaring, dan
nasofaringoskopi
- X-ray → foto polos x-ray lateral
2. Cara mengukur besar tonsil
Dengan cara membagi area menjadi 4 bagian yang dibatasi oleh linea mediana
(uvula) dan linea paramedian
3. Ciri khas lpr pada pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik, yang sering ditemui adalah edema dan penebalan dinding
posterior glottis, granuloma pita suara, stenosis subglotis, dan contact ulcer.
4. Laringomalasia
Merupakan kelainan kongenital pada laring yang berupa flaksiditas dan
inkoordinasi dari kartilago supraglotik, mukosa aritenoid, plika ariepiglotik dan
epiglotis sehingga terjadi kolaps dan obstruksi saluran napas yang menimbulkan
gejala utama berupa stridor inspirasi.
Penyebab : immaturitas struktur kartilago. Namun dapat juga akibat latihan fisik
berlebihan (Exercise Induced Laringomalacia) yang dapat terjadi pada atlit yang
biasa melakukan inspirasi paksa yang terlampau kuat.
5. Diagnosis pasti laringitis TB
Melalui pemeriksaan Patologi anatomi hasil biopsi, ditemukan sel Datia
Langerhans

D. BRONKO-ESOPHAGOLOGY
1. Beda bronkus kanan dan kiri
Bronkus kanan memiliki lumen yang lebih luas dibandingkan bronkus kiri,
bronkus kanan lebih vertikal dibandingkan bronkusi kiri, dan percabangan
bronkus kanan ada 3 sedangkan kiri hanya 2.
2. Kenapa anak-anak mengalami udem bronkus lebih berat
Saluran pernapasan anak-anak resistensinya lebih besar dan struktur dinding
saluran napas anak-anak lebih tebal (lumennya kecil) yang menyebabkan sedikit
saja tumpukan debris dan edema akan menimbulkan gejala obstruksi yang parah
3. Kenapa bisa terjadi divertikulosis
Divertikulosis secara umum terjadi karena ada lokus minoris.
Patogenesis terjadinya divertikulosis melalui 2 mekanisme, yaitu : divertikulosis
desakan (pulsion diverticulum) yang terjadi akibat defek antara serat oblik dari
m.konstriktor inferior faring dengan serat transversal dari m.krikofaring. akibat
desakan pada saat menelan mukosa terdorong ke luar membentuk kantong yang
makin lama makin membesar; divertikulum tarikan (traction diverticulum)
merupakan divertikulum yang biasanya berasal dari proses peradangan yang
berdekatan dengan esofagus, di tempat terbentuk kontraktur jaringan ikat pada
dinding esofagus yang kemudian menarik dinding esofagus ke arah luar.
4. Tempat penyempitan esofagus
Vertebra cervicalis VI, vertebra thoracalis IX, vertebra thoracalasis X
5. Penyebab akalasia
Akalasia adalah ketidakmampuan bagian distal esofagus untuk relaksasi dan
peristaltik esofagus berkurang diduga karena inkoordinasi neuromuskular.
Akibatnya, bagian proksimal dari tempat penyempitan akan melebar dan disebut
mega-esofagus. Penyebab penyakit ini sampai sekarang belum diketahui, diduga
akibat gangguan neuromuskuler, gangguan emosi dan trauma psikis.

E. ONKOLOGY
1. Terapi kanker
- Terapi pembedahan. Pembedahan dapat dikatakan sebagai terapi utama dalam
penanganan kanker solid. Dengan pembedahan maka keseluruhan populasi
kanker ditempat yang dioperasi akan diangkat atau dibuang. Pembedahan
memiliki tujuan kuratif atau paliatif. Namun tidak semua keadaan kanker
dapat dilakukan tindakan pembedahan.
- Terapi radiasi. Pemberian radioterapi dapat ditujukan sebagai bagian dari
terapi primer atau menjadi bagian dari terapi tambahan terhadap pembedahan
atau kemoterapi. Sayang sekali tidak semua kanker sensitif terhadap
radioterapi. Radioterapi akan sangat baik pada tumor-tumor yang sensitif
terhadap radiasi. Radioterapi digunakan dalam dosis yang terbatas dan tempat
yang terbatas.
- Kemoterapi. Modalitas terapi ini menggunakan obat-obat antikanker yang
bersifat cytotoxic. Kemoterapi diberikan pada tumor-tumor yang sensitif
terhadap kemoterapi. Pemberian kemoterapi dapat dilakukan sebelum atau
sesudah terapi pembedahan.
- Terapi hormonan. Pemberian hormonal terapi ditujukan pada kanker-kanker
yang bertumbuh oleh karena ransangan hormonal. Pemberian obat ini dapat
efektif bila tumor tersebut memiliki reseptor hormonal yang baik
- Terapi biologikal. Terapi kanker melalui manipulasi faktor mekanisme
pertahanan tubuh secara natural yang berefek sebagai antitumor. Biological
therapy merangsang, menggunakan atau memodifikasi immune sistim tubuh
untuk mengenali dan menghancurkan sel kanker secara efektif.
2. Kenapa orang bisa kena kanker
Penyebab kanker adalah akibat gangguan dari suatu sel. Perubahan dari sel normal
menjadi suatu tumor melalui banyak fase. Perubahan tersebut merupakan hasil
dari interaksi faktor genetika seseorang dan faktor eksternal misalnya terdapat
inflamasi kronik.
3. Skema kelenjar limfe
Letak kelenjar limfa leher menurut Sloan Kattering Memorial Cancer Center
Classification dibagi dalam lima daerah penyebaran kelompok kelenjar, yaitu :
- Area I : Kelenjar terletak di segitiga sub-mental dan submandibula. Pembuluh
aferen submenta; menerima aliran limfa yang berasal dari dagu, bibir, pipi,
gusi, dasar mulut bagian depan dan 1/3 bagian bawah lidah. Pembuluh aferen
submandibula menerima aliran limfa dari kelenjar liud submandibula, bibir
atas, rongga hidung, bagian anterior rongga mulut, palatum mole dan 2/3
depan lidah.
- Area II : Kelenjar yang terletak di 1/3 atas dan termasuk kelenjar limfa jugular
superior, kelenjar digastrik dan kelenjar servikal posterior superior. Kelenjar
limfa jugular superior menerima aliran limfa dari palatum mole, tonsil, bagian
posterior lidah, dasar lidah, simus piriformis, dan supraglotik laring. Kelenjar
limfa servikal menerima aliran limfa dari kulit muka, sekitar parotis,
retroaurikula,.
- Area III : Kelenjar limfa jugularis diantara bifukartio karotis dan persilangan
m.omohioid dengan m.sternokleidomastoideus dan batas posterior
m.sternokleidomastoideus. Menerima aliran limfa dari subglotik laring, sinus
piriformis, krikoid posterior.
- Area IV : Grup kelenjar di daerah jugularis inferior dan supraklavikula.
Menerima aliran limfe dari glandula tiroid, trakea, esofagus.
- Area V : Kelenjar yang berada di segitiga poterior servikal. Kelenjar limfa
servikal menerima aliran limfa dari kulit muka, sekitar parotis, retroaurikula,.

4. Jenis kanker tertinggi


Tercatat pada pasien tumor ganas leher dan kepala lebih dari 75% berupa
karsinoma sel skuamos
5. Tujuan terapi paliatif
Untuk meningkatkan quality of life

Anda mungkin juga menyukai