Anda di halaman 1dari 27

KERANGKA ACUAN KERJA

(TERM OF REFERENCE)

“PERENCANAAN TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN NON STATUS


RUAS SKOFRO - SANGKE (LANJUTAN)”

DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN KEEROM

ARSO 2019

1
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

“PERENCANAAN TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN NON STATUS


RUAS SKOFRO - SANGKE (LANJUTAN)”

PEMERINTAH DAERAH : KABUPATEN KEEROM

Unit Organisasi : DINAS PERHUBUNGAN

Provinsi : PAPUA

Kode/Nama Satker : -

Program : PEMBANGUNAN JALAN DAN JEMBATAN

Sasaran Program : MEMBUKAKETERISOLASIAN DAERAH PERBATASAN


RI - PNG

PERENCANAAN TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN DAN


Kegiatan : JEMBATAN NON STATUS RUAS SKOFRO - SANGKE

Studi/Kajian/Survey/Master Plan/DETAIL ENGINEERING


Sub Kegiatan : DESAIN (DED)

MAK : Belanja Modal BARANG DAN JASA


KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

1.LATAR : Jaringan jalan dan jembatan sebagai urat nadi perekonomian


BELAKANG nasional, merupakan sarana transportasi yang handal dalam
mendukung kelancaran arus lalu lintas barang dan jasa dalam rangka
peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Dalam beberapa tahun terakhir, Pemerintah teah memprioritaskan
pembangunan di bidang infrastruktur (khususnya jalan), sehingga
secara regional dapat terwujud jaringan jalan yang memenuhi
kebutuhan aksesbilitas maupun mobilitas di suatu wilayah, yang
terintegrasi dengan Sistem Transportasi Nasional.
Untuk memenuhi maksud tersebut, khususnya pelaksanaan
pekerjaan konstruksi (civil works) jalan maupun jembatan Tahun
Anggaran 2019, diperlukan Perencanaan Teknis Pembangunan Jalan
Non Status Ruas Skofro - Sangke (Lanjutan) yang diprogramkan
Tahun Anggaran 2019 untuk menunjang kegiatan fisik tahun 2019,
dan juga untuk menunjang kegiatan fisik tahun selanjutnya.

2. MAKSUD : Jasa pelayanan ini dimaksudkan untuk membantu Dinas


DAN TUJUAN Perhubungan Kabupaten Keerom dalam rangka melaksanakan
pekerjaan Perencanaan Teknis Pembangunan Jalan Non Status
Ruas Skofro - Sangke (Lanjutan), dan ruas- ruas lain yang
diprogramkan.
Tujuan dari kegiatan ini adalah menyediakan hasil perencanaan
teknik jalan serta dokumen lelang, sesuai dengan standar,
ketentuan, pedoman, dan prosedur yang berlaku serta dapat
diwujudkan sesuai jadwal yang telah ditetapkan, sehingga dapat
memenuhi kebutuhan kegiatan konstruksi secara tepat waktu pula.

3.SASARAN Sasaran yang dicapai dari pekerjaan ini adalah :


1. Tersedianya Perencanaan Teknis Pembangunan Jalan Non
Status Ruas Skofro - Sangke (Lanjutan) di Kabupaten Keerom.
2. Terwujudnya hasil Perencanaan Teknis Pembangunan Jalan
Non Status Ruas Skofro - Sangke (Lanjutan) di Kabupaten
Keerom yang matang, ekonomis, dan berwawasan lingkungan.
3. Ketersediaan Dokumen Perencanaan Teknik Jalan serta
Dokumen Pelelangan pada lokasi yang ditetapkan dalam KAK
ini.
4. NAMA DAN Pemerintah Kabupaten Keerom.
ORGANISASI Dinas Perhubungan Kabupaten Keerom.
PEJABAT
PEMBUAT
KOMITMEN
DANA APBN TAHUN ANGGARAN 2019
5.SUMBER
PENDANAAN Total Perkiraan Biaya Rp. 90.000.000,- (Sembilan Puluh
Juta rupiah)

6. LINGKUP , a. Lingkungan Kegiatan


LOKASI,KEGIATAN,
DATA DAN Melaksanakan Pekerjaan “Perencanaan Teknis
FASILITAS Pembangunan Jalan Non Status Ruas Skofro -
PENUNJANG SERTA Sangke (Lanjutan)”
ALIH
Persiapan
PENGETAHUAN
a) Tujuan
Tujuan dari tahap persiapan adalah untuk
mengumpulkan informasi awal mengenai kondisi
topografi, geologi , tata guna lahan , lalu lintas,
serta lingkungan.
b) Lingkup
(1) Peta Topografi berupa peta kontur, dengan
skala minimum 1:50.000
(2) Peta jaringan jalan ,dokumen leger jalan ,
data base jaringan jalan, daerah rawan
kecelakaan
(3) Peta Kondisi tanah ,peta geologi dengan skala
minimal 1:250.000, daerah rawan
bencana
,dokumen tanah terdahulu ,dan koridor trase
(4) Peta wilayah Rencana Tata Ruang Wilayah
(5) Peta guna lahan
(6) Melakukan koordinasi dengan instansi terkait
dengan di sekitar lokasi proyek
(7) Lokasi Pekerjaan : Distrik Arso Timur,
Kabupaten Keerom.
c) Keluaran
Keluaran yang dihasilkan dalam persiapan meliputi
:
(1) Laporan studi koridor (jika bisa diterapkan),
(2) Laporan studi rancang-bangun pendahuluan,
(3) Rencana pendahuluan dari alternatif desain
(yaitu: profil atau lembar rencana, bagian –
bagian yang umum, materi pekerjaan utama
yang di kenali dan di alokasikan), dan
(4) Pekerjaan biaya konstruksi pendahuluan untuk
alternatif desain.

2) Survey Lapangan
(1) Tujuan
Tujuan survey pendahuluan adalah untuk mengumpulkan
data-data awal berdasarkan aspek-aspek yang diperlukan
yang akan digunakan sebagai dasar/refrensi servey
detail/survey berikutnya dan harus dilakukan oleh
seorang ahli madya.
(2) Lingkup Pekerjaan
Hal lain yang menjadi lingkup pekerjaan adalah :
(a) Survey Pendahuluan Desain Geometrik
1. Menentukan awal proyek (STA 0 + 000 ) dan akhir proyek
yang tepat untuk mendapatkan overlapping yang baik dan
memenuhi syarat geometric.
Pada penentuan titik awal dan titik akhir pekerjaan,
diwajibkan mengambil data sejauh 200 m sebelum titik awal
dan 200 m setelah titik akhir pekerjaan sepperti disajikan
dalam Gambar 1 berikut :

2. Mengidentifikasi medan secara stationing/urutan jarak


dengan mengelompokkan kondisi : medan datar, rolling
perbuktian, pegunungan/bukit curam dalam bentuk
tabelaris.
3. Mengidentifikasi/memperkirakan secara tepat penerapan
desain geometric (alinyemen horizontal dan vertikal)
berdasarkan pengalaman dan keahlian yang harus dikuasai
sepenuhnya oleh Highway Engineer yang melaksanakan
pekerjaan ini dengan melakukan pengukuran-pengukuran
secara sederhana dan benar (jarak, azimuth, kemiringan
dengan helling meter) dan membuat sketsa desain
alinyemen horizontal maupun vertical secara khusus untuk
lokasi-lokasi yang dianggap sulit untuk memastikan trase
yang dipilih akan dapat memenuhi persyaratan geometric
yang dibuktikan dengan sketsa horizontal dan oenamang
memanjang rencana trase jalan.
4. Di dalam penarikan perkiraan desain alinyemen horizontal
dan vertikal harus sudah diperhitungkan dengan cermat
sesuai dengan kebutuhan perencanaan untuk lokasi :
galian/timbunan, bangunan pelengkap jalan, gorong-gorong
dan jembatan (oprit jembatan ), persimpangnan yang bias
terlihat dengan dibuatnya sketsa-sketsa serta tabelaris di
lapangan dari identifikasi kondisi lapangan secara stationing
dari awal sampai dengan akhir proyek.
5. Semua kegiatan ini harus sudah di konfirmasikan sewaktu
mengambil keputusan team yang saling terkait dalam
pekerjaan ini.
6. Di lapangan harus diberi/dinuat tanda-tanda berupa patok
dan tanda banjir dengan diberi tanda bendera sepanjang
daerah rencana dengan interval 50 m untuk memudahkan
team pengukuran, serta pembuatan foto-foto penting untuk
pelaporan dan pendahuluan dalam melakukan survey detail
selanjutnya.
7. Dari hasil survey recon ini secara kasar harus sudah bias
dihitung perkiraan volume pekerjaan yang akan timbul serta
bisa dibuatkan perkiraan rencana biaya secra sederhana dan
diharapkan dapat mendekati final design.

(b) Survey Pendahuluan kondisi eksisting perkerasan


1. Inventarisasi terhadap data histori penanganan jalan
2. Identifikasi jenis perkerasan
3. Identifikasi kerusakan perkerasan

(c) Survey Pendahuluan Survey Topografi.


Kegiatan yang dilakukan oleh geodetic engineer pada survey
Pendahuluan adalah :
1. Menentukan awal dan akhir pengukuran serta pemasangan
patok beton Bench Mark di awal dan akhir Proyek
2. Mengamati kondisi topografi
3. Mencatat daerah-daerah yang akan dilakukan pengukuran
khusus serta, morfologi dan lokasi yang perlu dilakukan
perpanjangan koridor
4. Membuat rencana kerja untuk survey detail pengukuran.
5. Menyarankan posisi patok Bench Mark pada lokasi/titik yang
akan dijadikan refrensi.

(d) Survey Pendahuluan Bangunan Pelengkap Jalan


1. Untuk perencanan jalan baru perlu dicatat data lokasi/ Sta,
perkiraan lokasinya apa sudah sesuai dengan geometrik
serta rencana jenis konstruksi, dimensi yang diperlukan.
2. Untuk lokasi yang sudah ada, existing perlu dibuatkan
inventarisasinya dengan lengkap antara lain Sta, jenis
konstruksi, dimensi, kondisi serta mengusulkan penanganan
yang diperlukan. Untuk lokasi yang ada aliran airnya perlu di
catat tinggi muka air normal, muka air banjir dan mukia air
banjir tertinggi pernah terjadi serta adanya tanda-tanda/
gejala-gejala erosi yang dilengkapi oleh sket lokasi,
morfologi serta karakter aliran sungai dan dilengkapi foto-
foto jika diperlukan.
3. Mendiskusikan dengan team geometric, geologi, amdal dan
hidrologi apakah data-data dan usul penempatan lokasi serta
usul perencanaan / penanganan sudah sesuai secara teknis.
4. Membuat sket dan kalau perlu foto-foto beserta catatan-
catatan khusus serta saran-saran yang sangat berguna
dijadikan panduan dalam pengambilan data untuk
perencanaan pada waktu melakukan survey detail nanti dan
pengaruhnya terhadap keamanan/kestabilan.

(e) Survey Pendahuluan Geologi dan Geoteknik


Kegiatan yang dilakukan pada survey pendahuluan geologi
dan geoteknik adalah :

1. Melakukan pengambilan data mengenai karakteristik


tanah, perkiraan lokasi sumber material,dan
mengantisipasi dan mengindentifikasi lokasi yang akan
longsor;
2. Mengindentifikasi lokasi/ titik pengujian antara lain Bor,
Sordir , DCP, Test Pit;
3. Memberikan rekomendasi rencana trase alinyemen jalan;
4. Mengidentifikasi masalah-masalah geoteknik ,bahaya,
resiko-resiko, dan batasan-batasan proyek;
5. Mencatat pengamatan visual menurut stasiun, patok
kilometer atau informasi lokasi lain seperti GPS.

(f) Survey Pendahuluan Drainase


Kegiatan yang dilakuakn pada survey pendahuluan Drainase
adalah :
1. Mengumpulkan data curah hujan
2. Menganalisa luas daerah tangkapan (Catchment Area).
3. Mengamati kondisi terrain pada daerah tangkapan
sehubungan dengan bentuk dan kemiringan yang akan
mempengaruhi pola aliran .
4. Mengamati tata guna lahan.
5. Menginventarisasi bangunan drainase existing.
6. Melakukan pemotretan pada lokasi-lokasi penting.
7. Membuat rencana kerja untuk survey detail.
8. Mengamati karakter aliran sungai/ morfologi yang
mungkin berpengaruh terhadap konstruksi dan saran-
saran yang diperlukan untuk menjadi pertimbangan
dalam perencanaan berikutnya.

(g) Survey Pendahuluan /Identifikasi Rona Lingkungan


Awal dilakukan apabila tidak terdapat Dokumen
Lingkungan pada saat Pra FS/FS.
1. Mengidentifikasi komponen lingkungan dari berbagai
aspek (biologi, fisika-kimia, sosial, ekonomi, dan
kesehatan masyarakat)
2. Mengumpulkan data mengenai lokasi bangunan
bersejarah/bangunan budaya serta benda cagar budaya.
3. Mengidentifikasi lokasi dan batas-batas wilayah kawasan
lindung di sekitar rencana trase jalan.
4. Memperikarakan kebutuhan lahan untuk runija rencana
trase jalan .
5. Menentukan jenis dokumen lingkungan yang harus
disusun (AMDAL//UKL-UPL/SPPL).

(h) Keluaran survey pendahuluan meliputi :


1. Laporan seluruh hasil survey pendahuluan berkaitan
dengan konsep desain yang akan diterapkan dengan
mempertimbangkan faktor-faktor berdasarkan seluruh
hasil survey pendahuluan.
2. Laporan tindak lanjut survey pendahuluan yaitu survey
detail yang harus dilakukan termasuk batasan koridor
pengambilan data .

b) Survey Topografi
1) Tujuan
Tujuan pengukuran topografi dalam pekerjaan ini adalah
mengumpulkan data koordinat dan ketinggian permukaan
tanah sepanjang rencana trase jalan dan jembatan di
dalam koridor yang ditetapkan untuk penyiapan peta
topografi dengan skala 1:1000 yang akan digunakan
untuk perencanaan geometrik jalan.
2) Lingkup Pekerjaan
a) Pemasangan patok-patok
Patok-patok BM harus dibuat dari beton dengan
ukuran 15x15x125 cm atau pipa pralon ukuran 4
inci yang diisi degan adukan beton dan atasnya
dipasang nut dari baut dengan ujung kepala baut
(nut) diberi tanda alur silang (cross grooving),
ditempatkan pada tempat yang aman, mudah
terlihat. Patok BM dipasang setiap 1 (satu) km dan
pada setiap lokasi rencana jembatan dipasang
serta pada pada awal dan akhir proyek minimal 2
dan ditempatkan pada daerah yang aman terhadap
kemungkinan tercabut atau berubah posisi dan
mudah terlihat, masing-masing 1 (satu) pasang di
setiap sisi sungai/alur.
- Patok BM dipasang/ditanam dengan kuat,
bagian yang tampak diatas tanah setinggi 75
cm, dicat warna kuning, diberi lambang Bina
Marga dengan warna hitam.
- Patok BM yang sudah terpasang, kemudian
difoto sebagai dokumentasi yang dilengkapi
dengan nilai koordinat serta elevasi.
- Untuk setiap titik poligon dan sifat datar harus
digunakan patok kayu yang cukup keras,
lurus,dengan diameter sekitar 5 cm, panjang
sekurang-kurangnya 50 cm , bagian bawahnya
diruncingkan, bagian atas diratakan diberi
paku, ditanam kuat, bagian yang masih
nampak diberi nomor dan dicat warna kuning.
Dalam keadaan khusus, perlu ditambahkan
patok bantu.
- Untuk memudahkan pencarian patok sebaiknya
pada daerah sekitar patok diberi tanda-tanda
khusus.
- Pada lokasi-lokasi khusus dimana tidak
mungkin dipasang patok, misalnya diatas
permukaan jalan beraspal atau diatas
permukaan batu, maka titik-titik poligon dan
sifat datar ditandai dengan paku seng dilingkari
cat kuning dan diberi nomor.
b) Pengukuran titik kontrol horizontal
- Pengukuran titik kontrol horizontal dilakukan
dengan sistem poligon, dan semua titik ikat(
BM) harus dijadikan sebagai titik poligon.
- Sisi poligon atau jarak antar titik poligon
maksimum 100 meter, diukur dengan meteran
atau dengan alat ukur secara optis ataupun
elektronis.
- Sudut-sudut poligon diukur dengan alat ukur
theodolit dengan ketelitian baca dalam detik.
Disarakan untuk menggunakan Elekctronic
Distance Meter/ Theodolit jenis T2 atau yang
setingkat.

c) Pengukuran titik kontrol vertikal


- Pengukuran ketinggian dilakukan dengan cara
2 kali berdiri/ pembacaan pergi – pulang
- Pengukuran sifat datar harus mencakup semua
titik pengukuran ( poligon, sifat datar, dan
potongan melintang ) dan titik BM.
- Rambu- rambu ukur yang dipakai harus dalam
keadaan baik, berskala benar, jelas dan sama.
- Pada setiap pengukuran sifat datar harus
dilakukan pembacaan ketiga benangnya, yaitu
Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT), dan
Benang Bawah (BB), dalam satuan milimeter.
Pada setiap pembacaan harus dipenuhi : 2BT =
BA+BB
Dalam satu deksi ( satu hari pengukuran) harus
dalam jumlah slag (pengamatan)yang genap .
d) Pengukuran Situasi
- Pengukuran situasi dilakuakn dengan sistem
tachimetri, yang mencakup semua obyek yang
dibentuk oleh alam maupun manusia yang ada
disepanjang jalur pengukuran, seperti alur,
sungai, bukit, jembatan, rumah ,gedung, dan
sebagainya.
- Dalam pengambilan data agar diperhatikan
keseragaman penyebaran dan kerapatan titik
yang sehingga dihasilkan gambar situasi yang
benar. Pada lokasi-lokasi khusus (misalnya :
sungai ,persimpangan dengan jalan yang sudah
ada) pengukuran harys dilakukan dengan
tingkat kerapatan yang lebih tinggi.
- Untuk pengukuran situasi harus digunakan alat
theodolit.
e) Pengukuran Penampang Melintang
Pengukuran penampang melintang harus
dilakukan dengan persyaratan :

Untuk pengukuran penampang melintang harus


digunakan alat theodolit.
f) Pengukuran pada perpotongan rencana trase
jembatan dengan sungai atau jalan
- Koridor pengukuran ke arah hulu dan hilir
masing-masing minimum 200 m dari perkiraan
garis perpotongan atau daerah sekitar sungai
(huli/hilir) yang masih berpengaruh terhaap
keamanan jembatan dengan n interval
pengukuran penampang melintang sungai
sebesar 25 meter.
- Koridor pengukuran searah rencana trase
jembatan masing-masing minimum 100 m dari
garis tepi sungai / jalan atau sampai pada garis
pertemuan antara oprit jembatan dengan jalan
dengan interval pengukuran penampang
melintang rencana trase jalan sebesar 25
meter.
- Pada posisi lokasi jembatan interval
pengukuran penampang melintang dan
memanjang baik terhadap sungai maupun jalan
sebesar 10 m, 15m, dan 25 m.
Pengukuran situasi lengkap menampilkan
segala obyek yang dibentuk alam maupun
manusia disekitar persilangan tersebut.

3) Persyaratan
a) Pemeriksaan dan koreksi alat ukur.
Sebelum melakukan pengukuran, setiap alat ukur
yang akan digunakan harus diperiksa dan dikoreksi.
Hasil pemeriksaan dan koreksi alat ukur harus dicatat
dan dilampirkan dalam laporan.
b) Ketelitian dalam pengukuran
Ketelitian untuk pengukuran poligon adalah sebagai
berikut :
1. Kesalahan sudut yang di[erbolehkan adalah 10” √𝑛,
(n adalah jumlah titik poligon dari pengamatan
matahari pertama ke pengamatan matahari
selanjutnya atau dari pengukuran Global Position
System (GPS) geoteknic yang mempunyai presisi
tinggi pertama ke pengukuran GPS berikutnya).
2. Kesalahan azimuth pengontrol tidak lebih dari 5”.
c) Perhitungan
- Perhitungan Koordinat
Perhitungan koordinat poligon dibuat setiap
seksi. Koreksi sudut tidak boleh diberikan atas
dasar nilai rata-rata, tapi harus diberikan
berdasarkan panjang kaki sudut ( kaki sudut
yang lebih pendek mendapatkan koreksi yang
lebih besar ), dan harus dilakukan di lokasi
pekerjaan.
- Perhitungan Sifat Datar
Perhitungan sifat datar harus dilakukan hingga
4 desimal (ketelitian 0,5 mm), dan harus
dilakukan kontrol perhitungan pada setiap
lembar perhitungan dengan menjumlahkan
beda tingginya.
- Perhitungan Ketinggian Detail
Ketinggiian detail dihitung berdasarkan
ketinggian patok ukur yang dipakai sebagai titik
pengukuran detail dan dihitung secara
techimetris.
- Seluruh perhitungan sebaiknya menggunakan
sistem komputerisasi.

d) Penggambaran
- Penggambaran poligon harus dibuat dengan
skala 1:1000
- Garis-garis grid dibuat setiap 10 cm
- Koordinat grid terluar ( dari gambar) harus
dicantumkan harga absis (x) dan ordinat (y)
nya.
- Pada setiap lembar gambar dan/ atau setiap 1
meter panjang gambar harus dicantumkan
petunjuk arah Utara.
- Penggambaran titik poligon harus berdasarkan
hasil perhitungan dan tidak boleh dilakukan
secara grafis .
- Setiap titik ikat (BM) agar dicantumkan nilai
X,Y,Z-nya dan diberi tanda khusus.

e) Titik kontrol horisontal diukur dengan menggunakan


metode penentuan posisi Global Positioning System
(GPS) secara diferensial. GPS atau nama lengkapnya
NAVSTAR GPS merupakan singkatan dari Navigation
Satelite Timing and Ranging Global Positioning
System. Metode yang digunakan adalah metode
diferensial dengan menggunakan lebih dari satu
receiver GPS dimana minimal satu titik digunakan
sebagai titik referensi (base station) dan yang lainnya
ditempatkan pada titik yang akan diukur. Titik
referensi yang digunakan adalah titik referensi
Bakosurtanal ataupun Badan Pertahanan Nasional.
Untuk merapatkan titik kontrol horisontal dapat
dilakuakn pengukuran metode poligon dengan
menggunakan alat Total Station;

f) Sistem koordinat proyeksi yang digunakan adalah


sebagai Sistem koordinat proyeksi Universal
Transverse Mercator ( UTM).
Ketentuan proyeksi UTM :
 Proyeksi adalah Transverse Mercator
 Lebar zona adalah 6°
 Titik awal setiap zone adalah perpotongan meridian
tengah dan ekuator
 Faktor skala pada meridian tengah ko = 0,9996
 Timur (T) didefinisikan dengan penambahan
500.000 meter kepada nilai x yang dihitung dari
meridian tengah.
 Utara (U) didefinisikan dengan penambahan
10.000.000 meter kepada nilai yang dihitung dari
ekuator selatan.
 Zona 1 dimulai dari bujur 180° barat sampai
dengan bujur 174 ° barat dan seterusnya ke arah
Timur sampai dengan 180° timur.
 Satuan dalam meter
 Batas lintang 84° Utara dan lintang 80° selatan

 Notasi koordinat UTM, Timur (T) diletakan didepan


Utara (U)
 Datum DGN-95
Tabel Penomoran Zona dalam UTM di Wilayah Indonesia

g) Pengukuran dengan menggunakan GPS dilakukan


setiap interval 5000 m ( setiap 5 Km)
h) Pengukuran Titik Kontrol Horisontal Harus
menggunakan Jenis Total Station (TS) dengan
ketelitian 10√n untuk sudut serta 10√D untuk jarak ;
i) Pengukuran untuk titik kontrol Vertikal harus
menggunakan peralatan Waterpass jenis auto level
dengan ketelitian 2mm.

Semua hasil perhitungan titik pengukuran detail, situasi ,


dan penampang ,melintang harus digambarkan pada
gambar polygon, sehingga membentuk gambar situasi
dengan interval garis ketinggian (contour) 1 meter.
Proses pengambilan data untuk Topografi
mengacu pada Pedoman Pengukuran Topografi
No. 010/PW/2004, atau Pedoman yang
dipersyaratkan.
(4) Keluaran
Keluaran survey Topografi meliputi :
(a) Laporan Survey Topografi meliputi :
- Data pengukuran dan hitungan pengukuran
topograti yang telah diterima
- Data Koordinat dan Elevasi Bench Mark
- Foto dokumentasi proses pengukuran dan
Bench Mark.
(b) Peta topografi (peta trasies) dengan skala yang
disesuaikan dengan jenis perencanaan yang akan
dilakukan

c) Survey Lalu Lintas


1. Tujuan
Survey lalu lintas bertujuan untuk mengetahui kondisi lalu
lintas, kecepatan kendaraan rata-rata, menginventarisasi
jalan yang ada, serta menginventarisasi jumlah setiap
jenis kendaraan yang melewati ruas jalan tertentu dalam
satuan waktu, sehingga dapat dihitung lalu lintas harian
rata-rata sebagai dasar perencanaan peningkatan jalan.

2. Lingkup
(a) Pengumpulan data lalu lintas dilakukan setelah
mengetahui koridor trase lokasi perencanaan yang
dilakukan , yang merupakan hasil keluaran dari
pengumpulan data awal berupa titik-titik survey.
(b) Data lalu lintas yang telah didapatkan harus dianalisis
sehingga mendapatkan data yang siap pakai berupa
kondisi LHR eksisting dalam satuan kendaraan/hari
dan smp/hari serta kecepatan perjalanan pada kondisi
tata guna lahan tertentu dalam km/jam.
3. Persyaratan
Standar pengambilan dan perhitungan data harus
mengacu pada buku Manual Kapasitas Jalan Indonesia
(MKJ) 036/T/BM/1997, Pedoman Survey Pencatatan Lalu
Lintas dengan cara Manual Pd/T. 19-2004-B, atau
Pedoman yang disyaratkan.
4. Keluaran
Keluaran yang dihasilkan dari survey lalu lintas berupa
laporan yang didalamnya memuat :
a. Data LHR untuk perhitungan kapasitas jalan dan
perhitungan perkerasan jalan.
b. Data spektrum beban untuk perhitungan perkerasan
jalan.
c. Foto dokumentasi
d. Data lapangan

d) Survey Drainase
(1) Tujuan
Tujuan survey drainase yang dilaksanakan dalam
pekerjaan ini adalah untuk mengumpulkan data
hidrologi dan karakter/perilaku aliran air pada
bangunan air yang ada (sekitar jembatan maupun
jalan) , guna keperluan analisis hidrologi, penentuan
debit banjir rencana (elevasi muka air banjir),
perencanaan teknis drainase dan bangunan
pengaman terhadap gerusan, river training
(pengarah arus) yang diperlukan.

(2) Lingkup Pekerjaan


Lingkup pekerjaan survey hidrologi dan hidrolika ini
meliputi :
a. Mengumpulkan data curah hujan harian
maksimum (mm/hr) paling sedikit dalam rangka
10 tahun pada daerah tangkapan (catchment
area) atau pada daerah yang berpengaruh
terhadap lokasi pekerjaan, data tersebut bisa
diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika
dan / atau instansi terkait di kota terdekat dari
lokasi perencanaan.
b. Mengumpulkan data bangunan pengaman yang
ada seperti gorong-gorong, jembatan, selokan
yang meliputi :lokasi, dimensi, kondisi, tinggi
muka air banjir.
c. Menganalisis data curah hujan dan menentukan
curah hujan rencana, debit dan tinggi muka air
banjir rencana dengan periode 10 tahunan
untuk jalan arteri, 7 tahun untuk jalan kolektor ,
5 tahunan untuk jalan lokal dan 50 tahuan
jembatan dengan metode yang sesuai.
d. Menganalisa pola aliran air pada daerah rencana
untuk memberikan masukan dalam proses
perencanaan yang aman.
e. Menghitung dimensi dan jenis bangunan
pengaman yang diperlukan
f. Menentukan rencana elevasi aman untuk jalan/
jembatan termasuk pengaruhnya akibat adanya
bangunan air (aflux).
g. Merencanakan bangunan pengaman
jalan/jembatan terhadap gerusan samping atau
horisontal dan vertikal.

(3) Persyaratan
Proses analisa perhitungan harus mengacu pada
Standar Nasional Indonesia (SNI) No : 03-3424-1994
atau Standar Nasional Indonesia (SNI) No : 03-1724-
1989 SKBI-1.3.10.1987 (Tata Cara Perecanaan
Hidrologi dan Hidrolika untuk Bangunan di Sungai),
Pedoman Perencanaan Drainase Jalan Pd.T.02-2006-B,
Manual Hidrolika untuk Jalan dan Jembatan
No.01/BM/05, serta pedoman lain yang dipersyaratkan.
(4) Keluaran
Keluaran yang dihasilkan dari Survey Drainase adalah
berupa Laporan Drainase yang didalamnya memuat :
a. Data identifikasi semua aliran air yang ada dan
lintasan-lintasan drainase
b. Daerah-daerah tangkapan berdasarkan peta-peta
topografi
c. Informasi histori banjir yang tersedia (tingkatan dan
tanggal kejadian)
d. Lokasi-lokasi drainase yang ada meliputi
permasalahan banjir
e. Acuan banjir/sumber informasi drainase
f. Kapasitas aliran air dan debit aliran air permukaan
yang akan diterima oleh drainase yang akan
direncanakan.
g. Data curah hujan yang digunakan dalam desain
drainase
h. Dimensi saluran dan gorong-gorong
i. Potensi erosi baik erosi tebibg maupun erosi dasar
sungai/ saluran baik erosi umum maupun lokal.
e) Survey Geologi dan Geoteknik
(1) Tujuan
a. Tujuan utama dari penyelidikan geoteknik
lapangan dan bawah permukaan adalah untuk
memberikan informasi tentang kondisi bawah
permukaan tanah, bahaya geoteknik ,dan
ketersediaan tanah, agregat dan batuan pada
perencana.
b. Sangat disarankan untuk menggunakan
Pedoman Geoteknik untuk penyelidikan tanah
lunak Pd.T-9-2002-B dan pengujian labraturium
untuk lunak Pt.M-01-2002-B bilaman terdapat
suatu kondisi tanah dasar yang lunak (Soft Oil).

(2) Lingkup
Kegiatan penyelidikan geoteknik meliputi :
Pengambilan contoh tanah dari sumuran uji
a. Pengambilan contoh tanah dari sumuran uji
25-40 kg untuk setiap contoh tanah. Setiap
contoh tanah harus diberi identitas yang jelas
(nomor sumur uji, lokasi, kedalaman).
Penggalian sumuran uji dilakuakn pada setiap
jenis satuan tanah yang berbeda atau
maksimum 5 km bila jenis tanah sama ,
dengan kedalaman 1-2 m. Setiap sumuran uji
digali dan contoh tanah yang diambil harus
difoto. Dalam foto harus terlihat jelas idetitas
nomor sumur uji, dan lokasi. Ukuran test pit
panjang 1,5 m (Utara-Selatan) lebar 1,0 m,
Log sumuran uji digambarkan dalam 4 bidang
, dengan deskripsi yang lengkap dan 1 kolom
untuk unit satuan batuan. (lihatdaftar
lampiran) .
b. Pengambilan contoh tanah tak terganggu
Pengambilan contoh tanah tak terganggu
dilakuakn dengan cara bor tangan
menggunakan tabung contoh tanah (“split
tube” untuk tanah keras atau “piston tube”
untuk tanah lunak). Setiap contoh tanah
harus diberi identitas yang jelas (nomor bor
tangan, lokasi, kedalaman). Pemboran
tangan dilakukan pada setiap lokasi yang
diperkirakan akan ditimbun (untuk
perhitungan penurunan) dengan ketinggian
timbunan lebih dari 4 meter dan pada setiap
lokasi yang diperkirakan akan digali (untuk
perhitungan stabilitas lereng ) dengan
kedalaman galian lebih dari 6 meter; dengan
interval sekurang-kurangnya 100 meter dan
/atau setiap perubahan jenis tanah dengan
kedalaman sekurang-kurangnya 4 meter.
Setiap pemboran tangan dan contoh tanah
yang diambil harus difoto. Dalam foto harus
terlihat jelas identitas nomor bor tangan , dan
lokasi.

Semua contoh tanah harus diamankan baik


selama penyimpanan di lapangan maupun
dalam pengangkutan ke laboraturium.

c. Pemboran Mesin
Pemboran mesin dilaksanakan dengan
ketentuan-ketentuan berikut :
 Pada dasrnya mengacu pada ASTM D
2113-94
 Pendalaman dilakukan dengan
menggunakansistem putar (rotary
drilling) dengan diameter mata bor
minimum 75 mm.
 Putaran bor untuk tanah lunak
dilakuakn dengan kecepatan
maksimum 1 putaran per detik.
 Kecepatan penetrasi dilakukan
maksimum 30 mm per detik.
 Kestabilan galian atau lubang bor pada
daerah deposit yang lunak dilakukan
dengan menggunakan bentonite
(drilling mud) atau casing dengan
diameter minimum 100 mm.
 Apabila drilling mud digunakan
pelaksana harus menjamin bahwa
tidak terjadi tekanan yang berlebih
pada tanah.
 Apabila casing digunakan, casing
dipasang setelah mencapai 2 m atau
lebih. Posisi dasar casing berharak 50
cm dari posisi pengambilan sampel
berikutnya.

Pemboran mesin dilakuakn pada posisi


tanah ekspansif atau tanah lunak.

d. Pemboran Tangan
Pemboran tangan dilakukan dengan mengacu
pada ASTM D 4719

e. Pengujian Kompaksi Batu Gamping


Suatu studi untuk menilai kelayakan batu
gamping sebagai bahan timbunan dilakuakn
dengan memperhatikan :
 Perilaku pemadatan laboraturium
 Persyaratan material untuk timbunan
termasuk yang berkaiatan dengan
kkekuatan dan konsistensi material.
 Sifat kimia yang berkaitan dengan
pengaruh lingkungan dan air terhadap
durabilitas kinerja timbunan.

f. Sondir (Pnutrometer Static)


Sondir dilakukan untuk mengetahui
kedalaman lapisan tanah keras, menentukan
lapisan-lapisan tanah berdasarkan tahanan
ujung konus dan daya lekat tanah setiap
kedalaman yang diselidiki, alat ini hanya
dapat digunakan pada tanah berbutir halus,
tidak boleh digunakan pada daerah aluvium
yang mengandung komponen brangkal dan
kerikil serta batu gamping yang berongga,
karena hasilnya akan memberikan indikasi
lapisan tanah keras yang salah .
1. Sondir ringan dengan kapasitas 2,5 ton
2. Sondir berat dengan kapasitas 10 ton
Pembacaan dilakukan pada setiap penekanan
pipa sedalam 20 cm, pekerjaan sondir
dihentikan apabila pembacaan apabila
pembacaan pada manometer berturut-turut
menunjukkan harga >150kg/cm2, alat sondir
terangkat ke atas , apabila
p e m b a c a a n manometer belum menunjukan
angka yang m ak s i mu m, m ak a al at s o nd i r
p e r l u d i b e r i pemberat yang diletakkan
pada b aja kanal jangkar.
Hasil yang diperoleh adalah nilai sondir (qc)
atau p e r l aw anan p e ne t r as i k o nus d an
j uml ah hambatan pelekat (JHP). Grafik
yang dibuat adalah perlawanan penetrasi
konus (qc) pada tiap kedalaman dan jumlah
hambatan pelekat (JHP) secara kumulatif.
Pemboran mesin dilakukan pada kondisi tanah
ekspansif atau tanah lunak.

(g) Lokasi Quarry


Penentuan lokasi quarry baik untuk
perkerasan jalan, struktur jembatan, maupun
untuk bahan timbunan (borrow pit)
diutamakan yang ada di sekitar lokasi
pekerjaan. Bila tidak dijumpai, maka harus
menginformasikan lokasi quarry lain yang
,dapat dimanfaatkan.
Penjelasan mengenai quarry meliputi jenis
dan
karakteristik bahan, perkiraan kuantitas,
jarak ke lokasi pekerjaan, serta kesulitan-
kesulitan yang mungkin timbul dalam
proses, penambangannya, dilengkapi
dengan foto- foto.
Matriks Pengujian Geoteknik, sebagaimana
tercantum pada lampiran 1.

(3) Keluaran
Keluaran dari survey geologi/ geoteknik
berupa
:
(a)Laporan penyelidikan tanah yang
di dalamnya memuat:
 tanah berupa nilai CBR
 properties tanah berupa
nilai strength dan index
properties of soil
 kadar
air
 berat
jenis
( b )Pe t a pe nye b ar an t anah y ang
di d al amny a memuat :
 kondisi lapisan tanah
 Daerah rawan longsor
(c) Foto Dokumentasi

f. Survey Kondisi Perkerasan


(1) Tujuan
Survey kondisi perkerasan bertujuan untuk mengetahui
kondisi porkerasen jalan eksisting, jenis perkerasan, serta
permasalahan yang sering terjadi pada jalan tersebut.Hal ini
digunakan sebagai dasar perencanaanpeningkatan jalan.
(2) Lingkup

( a) Me ng analis a d at a Iapang an, de s ai n, d an g amb ar y


ang d i perole h d ari survey pendahuluan
(b)Menentukan variabel- variabel rencana seperti nilai CDR,
nilal lendutan.
(c) Melakukan desain perkerasanyaitu tebal dan tipe
perkerasan.

(3) Persyaratan
Persyaratan survey kondisi perkerasan harus mengacu pada pedoman
yang berlaku stau sesusi dengan yang dipersysratkan dalam Kerangka Acuan
Kerja.
Pengujian Perkerasan dan interval Sampling (dalam meter)

(4) Keluaran survey kondisi perkerasan jalan

Keluaran yang dihasilkan dari survey kondisi perkerasan berupa Iaporan yang
didalamnya memuat:
(a) Data history penanganan
(b) Data lendutan
(c) Data CBR eksisting

3) Pengendalian survey Pendahuluan dan Survey Detail.


Pengendalian survey bertujuan sebagai kendali mutu.

pengambilan data, kendali mutu tersebut diantaranya :


a) Setiap akan kegiatan survey baik pendahuluan
maupun survey detail pelaksana kegiatan wajib
mengajukan jadwal kegiatan yang kemudian
ditindaklanjuti dengan surat ijin melakukan survey
baik pendahuluan maupun detail yang dikeluarkan
oleh Kepala Satuan Kerja atau Pejabat Pembuat
Komitmen.

b) Proses survey balk pendahuluan maupun survey


detail wajib diawasi dimulai dari persiapan
peralatan sampai pads proses survey oleh petugas
yang ditunjuk oleh Kepala Satuan Keda atau
Pejabat Pembuat Komitmen.

c) Data hasil pengambilan pada survey detail wajib


diperiksa kebenarannya sebelum dilakukan proses
desain. proses desain dapat dilakukan apabila data
hasil survey detail sudah dapat diterima oleh Kepala
Satuan Kerja atau Pejabat Pembuat Komitmen.
d) Adanya berita acara pemeriksaan baik terhadap
survey pendahuluan maupun survey detail yang
dikeluakan oleh Kepala Satuan Kerja atau Pejabat
Pembuat Komitmen.

4) Proses Desain
a) Tujuan
Persiapan desain ini bertujuan :
(1) mempersiapkan dan mengumpulkan data-data
awal.
(2) menetapkan desain sementara dari data awal
untuk dipakai sebagai panduan survey
pendahuluan.
(3) menyiapkan dokumen perencanaan teknis yang
terdiri dari gambar desain, spesifikasi,
engineering estimate.

b) Lingkup Pekerjaan
Hal lain yang menjadi lingkup pekerjaan adalah
(1) Menetapkan awal dan akhir rencana proyek
pada peta, serta menarik beberapa Altematif
rencana As Jalan/Alinyemen Horizontal dengan
dilakukan pengecekan Alinyemen Vertikal
sesuai dengan kondisi medan yang memenuhi
Standar Perencanaan Geometrik Jalan dan
dibahas bersama-sama dengan Ahli Geologi,
Ahli Geodesi, Ahli Hidrolika, Ahli Lingkungan.
(2) Melakukan perencanaan alinyernen horisontal
dan vertikal berdasarkan afternatif yang dipakai
dengan tetap mengacu pada standar geometrik
jalan antar kota maupun perkotaan.
(3) Melakukan perencanaan tebal perkerasan baik
perkerasan kaku maupun fleksibel dengan
mengacu pada pedoman perencanaan tebal
perkerasan lentur dan tebal perkerasan kaku.
(4) Melakukan perencanaan drainase dan
bangunan perlengkapan jalan.
(5) Melakukan perencanaan manajemen traffic
pada saat pelaksanaan.
(6) Melakukan perencanaan K3 konstruksi berkaitan
dengan resiko yang ditimbulkan dengan adanya
kegiatan konstruksi.
(7) Menyiapkan peta penyebaran tanah berkaitan
dengan kondisi geologi.
(8) Membuat Estimasi panjang jalan, jumlah dan
panjang jembatan, box culvert/ gorong-gorong
dan bangunan pelengkap jalan lainnya yang
mungkin akan terdapat pada rute jalan tersebut.
(9) Melakukan analisis resiko yang harus dituangkan
dalam laporan perencanaan teknis yang di
dalamnya membuat identifikasi resiko, analisis
resiko, penilaian resiko, mitigasi resiko, alokasi resiko.

c) Persyaratan
Proses perencanaan harus mengacu pada standar,
Pedoman yang berlaku seperti standar atau
pedoman yang tertulis pada acuan normatif atau
referensi Iainyang tertuang dalam Kerangka Acuan
Kerja.
d) Penggambaran
Penggambaran Desain Jalan:
 Alinyemen Horisontal dengan Skala 1:1000
 Alinyemen Vertikal dengan Skala 1:100
 Potongan Melintang Skala Horisontal 1: 200, Skala
Vertikal 1:100

5) Pengendalian proses perencanaan


Pengendalian pada saat proses perencanaan dilakukan
agar desain yang dihasilkan memenuhi persyaratan
secara teknis, proses pengendalian dilakukan terhadap:
a) Konsep desain awal berdasarkan data sekunder harus
mendapat persetujuan dan Kepala satuan kerja atau
pejabat pembuat komitmen.
b) Konsep desain berdasarkan data survey pendahuluan
dan survey detail yang merupakan review terhadap:
desain awal harus diperiksa dan diasistensikan kepada
Kepala satuan kerja atau pejabat pembuat komitmen.
c) Pemeriksaan dan Asistensi perencanaan secara
bertahap wajib dilaksanakan oleh pelaksana kegiatan
kepada Kepala Satuan Keda /Pejabat Pembuat
Komitmen.
d) Pengecualian terhadap desain yang tidak memenuhi
standar harus mendapat persetujuan dad pejabat
setingkat eselon I.
e) Penggunaan teknologi baru dapat digunakan apabila
diterima oleh Tim yang dibentuk oleh pejabat Eselon
II dan mendapat persetujuan dad Direktorat Jenderal
Bina Marga.

b. Lokasi Kegiatan
Kegiatan jasa konsultansi ini harus dilaksanakan di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Lokasi
tempat tugas Penyedia jasa adalah Distrik Arso
Timur, Kabupaten Keerom.

c. Data dan Fasilitas Penunjang


1). Penyediaan oleh Pejabat Pembuat Komitmen
Data dan fasilitas yang disediakan oleh Pejabat
Pembuat Komitmen yang dapat digunakan dan harus
dipelihara oleh penyedia jasa:
a). Laporan dan Data (bila ada)
Kumpulan laporan dan data sebagai hasil studi terdahulu
serta photografi (bila ada).(nyatakan bila ada laporan
dan data/informasi yang dapat dipakai sebagai referensi
oleh penyedia jasa)
b). Akomodasi dan Ruangan Kantor (bila ada)
(Jelaskan dan nyatakan apakah ada akomodasi dan
ruangan kantor yang akan disediakan oleh pejabat
pembuat komitmen, misalnya untuk ruangan kantor,
luas/ukurannya dan keadaannya, atau harus disediakan
oleh penyedia jasa sandhi dengan cara sewa)
c). Staf Pengawas/Pendamping
Pejabat Pembuat Komitmen akan mengangkat petugas
atau wakilnya yang berpengawas,atau pendamping /
counterpart .............., atau project officer (PO) dalam
rangka pelaksanaan jasa konsultansi)
d).Fasilitas yang disediakan oleh Pejabat Pembuat
Komitmen yang dapat digunakan oleh penyedia jasa (bila
ada, cantumkan Nama barang tersebut)*).
2). Penyediaan oleh penyedia jasa
Penyedia jasa harus menyediakan dan memelihara
semua fasilitas dan peralatan yang dipergunakan untuk
kelancaran pelaksanaan pekedaan.

7. PENDEKATAN DAN Penyedia jasa berkewajiban untuk menyusun rencana kegiatan


METODOLOGI yang berdasarkan pada pendekatan dan metodologi, yang
menggambarkan kemampuan penyedia jasa dalam
mewujudkankualitas hasil perencanaan yang baik, dalam waktu
yang ditetapkan.

8. J A N G K A W A K T U Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan ini adalah 1 (satu) bulan.


PELAKSANAAN

9. TENAGA AHLI Tenaga ahli yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini adalah
sebagai berikut :

a. Team Leader
Mempunyai sertifikat keahlian Perencana Jalan yang dikeluarkan oleh
Asosiasi terkait, selama 5 tahun dalam kualifikasi sebagai Ahli
Madya dilegalisasi oleh Lembaga Pengembang Jasa Konstruksi
(LPJK).
Ketua Tim disyaratkan seorang Sarjana Teknik Sipil Strata 1(S.1)
lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta
yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau
perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi dan berpengalaman
dalam melaksanakan pekerjaan sejenis, lebih diutamakan/ disukai
Perencanaan Jalan. Sebagai ketua tim, tugas utamanya adalah
memimpin dan mengkoordinir seluruh kegiatan anggota tim kerja
dalam pelaksanaan pekerjaan sampai dengan pekerjaan dinyatakan
selesai.

b. Ahli Highway/Jalan Raya /soil dan Material / Ahli Kuantitsa


Mempunyai sertifikat keahlian Perencana Jalan yang dikeluarkan oleh
Asosiasi terkait, selama 3 tahun dalam kualifikasi sebagai Ahli
Muda dilegalisasi oleh Lembaga Pengembang Jasa Konstruksi
(LPJK).
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Teknik Sipil Strata. 1. (S.1)
lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi
swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau
perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi yang
berpengalaman melaksanakan pekerjaan sejenis lebih. Tenaga ahli
tersebut tugas utamanya membantu Team Leader/Ketua Tim dalam
Proses Perencanaan dari mulai persiapan sampai pada proses desain
dan penyiapan dokumen lelang.

Mempunyai sertifikat keahlian Perencana Jalan yang dikeluarkan


oleh Asosiasi terkait, selama 3 tahun dalam kualifikasi sebagai Ahli
Muda dilegalisasi oleh Lembaga Pengembang Jasa Konstruksi
(LPJK).
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Teknik Sipil/Geologi
Strata 1 (S1) lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau
perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah
lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah
diakreditasi dan berpengalaman melaksanakan pekerjaan
sejenis.Tenaga ahli tersebut tugas, utamanya membantu Team
Leader/Ketua Tim dan merencanakan dan melaksanakan semua
kegiatan dalam pekerjaan geologi yang mencakup pelaksanaan
survey geologi, pengolahan dan analisis data geologi, dan
penggambaran data geologi, serta harus menjamin bahwa
gambar geologi yang dihasilkan adalah benar, akurat, siap
digunakan, dapat memberikan masukan yang rinci mengenai
kondisi dan stabilitas badan jalan untuk tahap perencanaan
teknis jalan, dan dapat memberikan masukan yang rinci
mengenai sumber bahan beserta sifat-sifat bahannya.

e. Surveyor / Drafman :
Tenaga ahli yang dipersyaratkan adalah Sarjana Teknik Sipil (S1)
lulusan universitas perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi
swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara
atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi dan
berpengalaman melaksanakan pekerjaan selama lebih dari 3
tahun atau Sarjana Muda teknik Sipil (D3) lulusan universitas
perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah
diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau perguruan
tinggi luar negeri yang telah diakreditasi dan berpengalaman
melaksanakan pekerjaan selama lebih dari 6 tahun. Tenaga ahli
tersebut tugas utamanya membantu Team Leader/Ketua Tim dan
melakukan kegiatan survey dan pengukuran diantaranya
pengukuran topografi lapangan serta melakukan penyusunan dan
penggambaran data-data lapangan.

TENAGA AHLI :

NO TENAGA AHLI PENDIDIKAN PENGALAMAN KEAHLIAN KET


1. Team Leader Sarjana Teknik Sipil (S1) 5 Tahun Ahli Jalan
(1Orag) Madya

2. / Highway Engineer Sarjana Teknik Sipil (S1)


3 Tahun Ahli Jalan
Soil Engineer/Cost
Engineer/ Muda
Document & Spec.
Engineer (1 orang)
TENAGA PENDUKUNG :

NO TENAGA PENDIDIKAN PENGALAMAN KEAHLIAN KET


PENDUKUNG
1. Surveyor Sarjana Teknik 1 Tahun -
(1 orang ) Sipil (S1)

2. CAD Operator Sarjana Teknik 1 Tahun -


(1 orang ) Sipil (S1)

3. Administrasi
(1 orang ) SMU 3 Tahun
10. KELUARAN Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah :
Kegiatan ini bertujuan untuk melengkapi data perencanaan serta
sebagai bahan pelaksanaan, setiap tenaga ahli diwajibkan untuk
membuat laporan secara detail dan lengkap.

Jenis laporan yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan

ini : Laporan Teknis yang dihasilkan


a. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan yang berisikan: Pemahaman terhadap
KAK, Metodologi dan Rencana Kerja, Menyampaikan Kriteria
Desain secara
detail, Pengenalan Lokasi Awal, Organisasi Pelaksanaan
kegiatan,
dan Jadwal pelaksanaan termasuk persiapan survei.

b. Laporan Survey Topografi


Laporan topografi mencakup sekurang-kurangnya
pembahasan mengenai hal-hal berikut:
- Data proyek.
- Peta situasi proyek yang menunjukkan secara jelas lokasi
proyek terhadap kota besar terdekat.
- Kegiatan perintisan untuk pengukuran.
- Kegiatan pengukuran titik kontrol horizontal.
- Kegiatan pengukuran titik kontrol vertikal.
- Kegiatan pengukuran situasi.
- Kegiatan pengukuran penampang melintang.
- Kegiatan pengukuran khusus (bila ada).
- Perhitungan dan penggambaran.
- Peralat an uk ur y an g dig unak an b erikut nilai koreksinya.
- Dokumentasi foto (ukuran 3R) mengenai kegiatan,
pengukuran topografi termasuk kegiatan pencetakan: dan
pemasangan BM,
pengamatan matahari, dan semua obyek yang dianggap
penting
untuk keperluan perencanaan jalan.
- Deskripsi BM (sebagai lampiran).
- Data ukur hasil ploting dan negatif film harus diserahkan.

c. Laporan perencanaan
Laporan perencanaan ini dipisahkan berdasarkan paket pekerjaan
masing-masing laporan berisi :
- Daftar isi.
- Peta lokasi proyek.
- Daftar bangunan pelengkap.
- Uraian yang berisi data perencanaan beserta perhitungan struktur
bangunan bawah beserta pondasinya, drainase, jalan dan lain-
lain.
- Gambar rencana yang dibuat di atas kertas kalkir ukuran A3.

d. Laporan perkiraan kuantitas dan biaya


Laporan ini berisi perkiraan kuantitas dan biaya yang dihitung untuk tiap
item pekerjaan yang kemudian digabungkan sebagai kesimpulan
perkiraan biaya. Laporan perkiraan kuantitas dan biaya ini dipisahkan
sesuai dengan pekerjaan yang dilaksanakan dengan isi sebagai berikut:
- Daftar isi.
- Peta lokasi proyek.
- Daftar bangunan pelengkap/jembatan.
- Perhitungan perkiraan kuantitas.
- Analisa biaya.
- Perkiraan biaya.

e. Standar Dokumen Lelang termasuk didalamnya Spesifikasi Teknis


Dokumen Pelelangan Pekerjaan Fisik
Dokumen Pelelangan Pekerjaan Fisik sesuai dengan dokumen
pelelangan standar menurut Kepmen PU No.
38/KPTS/1998.Pelaporan untuk Perencanaan, sebagaimana
tercantum dalam Tabel 3 terlampir.

f. Gambar Perencanaan Teknis (Desain)


Gambar Perencanaan Teknis jalan/jembatan dibuat dengan tujuan
agar dapat digunakan pada saat penerapan di lapangan.Gambar
Rencana di buat dalam ukuran kertas A3.

g. Dokumentasi

h. CD RW Berisikan Semua Data Perencanaan, Perhitungan Desain,


Data-data Pengukuran dan Dokumentasi

Arso, 16 Mei 2019

Pejabat Pembuat Komitmen


DINAS PERHUBUNGAN

Drs. IRWAN, M.MT


NIP. 19660502 199203 1 017

Anda mungkin juga menyukai