Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROTEKNIK TUMBUHAN

PRAKTIKUM I

PREPARAT KESELURUHAN (WHOLE M OUNT )

NAMA : FATIMAH KHURNIAWANTY M.

NIM : H411 16 025

KELOMPOK : IV (EMPAT)

HARI/TANGGAL : SENIN/26 FEBRUARI 2018

ASISTEN : NUR QALBI NYAMBANG

LABORATORIUM BOTANI

DEPARTEMEN
FAKULTAS MATEMATIKA BIOLOGI
DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Sel tumbuhan mempunyai bentuk, ukuran dan struktur yang bervariasi.

Struktur sel rumit, namun demikian semua sel mempunyai persamaan dalam

beberapa segi dasar. Jaringan yang menyusun tumbuh-tumbuhan terdiri dari

jaringan muda dan dewasa. Jaringan-jaringan ini dapat ditemukan pada bagian

akar, batang dan daun tumbuhan. Jaringan ini dapat dilihat dengan membuat suatu

preparat penampang dari bagian-bagian tumbuhan (Latifa, 2015).

Jaringan merupakan sekelompok sel dengan asal usul, struktur dan fungsi

yang sama. Jaringan tumbuhan yang umum diamati adalah jaringan tumbuhan

monokotil dan jaringan tumbuhan dikotil. Menurut Campell, dkk., (2000) dalam

Apriani (2016) perbedaan monokotil dan dikotil dapat terlihat dari susunan

anatomi jaringan pada penampang akar dan batang (Apriani, 2016).

Pembuatan preparat dalam pengamatan sel dan jaringan tumbuhan/hewan

sangat membutuhkan pewarnaan. Pewarnaan bertujuan agar dapat mempertajam

atau memperjelas berbagai elemen tisu, terutama sel-selnya. Tanpa pewarnaan, sel

dan jaringan tumbuhan atau hewan akan transparan sehingga sulit untuk diamati

(Apriani, 2016).

Penggunaan pewarna pada preparat tidak lain yaitu untuk mempertajam

dan memperjelas gambaran jaringan dan sel-sel sehingga mempermudah untuk

diteliti menggunakan mikroskop. Berdasarkan hal diatas dilakukan praktikum ini

untuk membuat preparat keseluruhan ( whole mount) dengan menggunakan

metode glycerin-xilol (Apriani, 2016).


II.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui cara pembuatan

preparat berdasarkan metode glycerin-xylol.

II.3 Waktu dan Tempat Percobaan

Percobaan ini dilakukan pada hari Senin tanggal 26 Februari 2018 dan

bertempat di Laboratorium Botani, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tumbuhan yang dapat digunakan untuk pembuatan spesimen adalah

tumbuhan yang berbatang lunak dan serta berukuran kecil. Tumbuhan seperti ini

dikatagorikan sebagai tumbuhan yang berbatang basah ( herbaceus), batang

rumput (calmus) dan batang mendong ( calamus). Selain itu, dapat juga

menggunakan tumbuhan dengan batang berkayu dengan habitus semak

(Apriani, 2016).

Preparat adalah sampel spesimen yang diletakkan atau dioleskan pada

permukaan gelas obyek (object glass) atau slides, dengan atau tanpa pewarnaan,

yang selanjutnya dapat diamati di bawah mikroskop. Adapun beberapa preparat

yang umum yaitu (Latifa, 2015):

a. Preparat Sementara, yaitu preparat yang tidak tahan lama, mediumnya air atau

bahan kimia yang mudah menguap.

b. Preparat Semipermanen, yaitu preparat yang medianya adalah gliserin tahan

pekan.

c. Preparat Awetan, yaitu jika telah diproses secara histologis kemudian

diawetkan dengan Canada Balsam. Canada Balsam larut dalam xylol.

Berdasarkan metode pembuatan preparat yang umum dilakukan dapat

dibedakan berdasarkan (Latifa, 2015):

a. Whole mount, yaitu membuat sediaan utuh. Contoh: sel tumbuhan/hewan

b. Smear (ulas), yaitu dengan mengulaskan/menggoreskan di atas obyek glass

sehingga mendapatkan selaput tipis Contoh: pollen, darah, ulas vagina (untuk

mengetahui hewan bunting atau tidak), tumbuhan sekulen atau tanaman

xerofit yang hidup ditempat yang lembab.


c. Squash, yaitu ditekan dengan gelas penutup Contoh: mitosis ujung akar

bawang merah.

d. Section, yaitu dengan fiksasi (tergantung bahan) tumbuhan lebih lama butuh

waktu efektif 3 hari.

e. Maserasi, yaitu memisahkan serat-serat dari pohon kayu yang keras.

Pembuatan preparat struktur anatomis dan kerapatan trikoma dilakukan

dengan metode Parafin dan Leaf Clearing selanjutnya analisis aktivitas

antioksidan dengan metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). Contoh hasil

pengamatan struktur anatomi daun kersen muda dan tua terdiri atas epidermis atas

dan epidermis bawah, trikoma tidak bercabang/uniseluler (non glanduler) dan

bercabang/multiseluler (glanduler)), mesofil, kolenkim, kristal tipe drus dan

berkas pengangkut tipe kolateral (Kuntorini, dkk., 2013).

Jaringan pengangkut pada tumbuhan terdiri dari xilem yang menggunakan

jaringan pengangkut air dan floem sebagai jaringan pengangkut bahan organik

(bahan-bahan makanan). Xilem dan floem bersama-sama sering disebut sebagai

berkas pengangkut (berkas vascular). Tumbuhan yang mempunyai jaringan

pengangkut disebut tumbuhan vaskular, termasuk di dalamnya pteridophyta dan

spermatophyta (Latifa, 2015).

Kelemahan dalam penggunaan preparat basah adalah penampakan preparat

di mikroskop terkadang kurang jelas, sehingga perlu dilakukan pewarnaan pada

jaringan. Pewarnaan bertujuan untuk membedakan bagian setiap jaringan

sehingga mudah diamati dibawah mikroskop. Zat warna yang biasa digunakan

adalah safranin dan fastgreen. Kedua zat warna ini merupakan zat warna sintetik
dengan harga yang relatif mahal, sulit didapat dan tidak dapat disimpan dalam

jangka waktu yang lama (Apriani, 2016).


Pewarna alami dapat dijadikan sebagai alternatif, selain murah,

penggunaan bahan alami lebih aman digunakan oleh siswa. Warna yang berasal

dari pewarna alami berasal dari klorofil, karetenoid, tannin dan antosianin.

Pewarna alami ini dapat dihasilkan dari angkak beras merah dan teh

(Apriani, 2016).

Angkak beras merah merupakan hasil fermentasi dari beras oleh kapang

Monascus purpureus yang digunakan sebagai bahan pengawet dan pewarna.

Menurut Suwanto (1985) dalam Apriani (2016) angkak menghasilkan 6 pigmen,

yaitu rubropunktatin (merah), monaskorubrin (merah), monaskin (kuning),

ankaflavin (kuning), rubropunktamin (ungu) dan monaskorubramin (ungu) dan

pigmen pada angkak tidak bersifat toksik serta tidak mengganggu sistem

kekebalan tubuh (Apriani, 2016).

Pewarna alami lainnya adalah teh (Camellia sinensis). Menurut Towoha

(2013) dalam Apriani (2016) daun teh mengandung katekin, salah satunya

berperan dalam menentukan warna. Senyawa katekin terurai menjadi senyawa

theaflavin yang berperan memberi warna kuning dan senyawa thearubigin yang

memberi warna merah kecoklatan. Kandungan klorofil di daun memberikan

warna hijau namun dalam proses pengolahan teh, klorofil mengalami penguraian

menjadi feofitin yang berwarna hitam. Selain itu, teh mengandung karotenoid

yang akan memberikan warna kuning jingga. Adanya kandungan kimia yang

mampu menghasilkan pigmen warna dapat dimanfaatkan sebagai pewarna

alternatif (Apriani, 2016).

Pewarnaan adalah proses pemberian warna pada jaringan yang telah

dipotong sehingga unsur jaringan menjadi kontras dan dapat dikenali dengan

menggunakan mikroskop. Proses timbulnya warna pada jaringan yang diwarnai


terikat dengan terjadinya ikatan molekul antara zat warna dengan jaringan

tertentu. Zat warna yang terikat pada jaringan akan menyerap sinar dengan

panjang gelombang tertentu sehingga jaringan akan tampak berwarna

(Dewi, dkk., 2017).

Pewarna dari filtrat daun jati muda dapat menimbulkan kontras warna

antar jaringan sehingga jaringan dapat dibedakan, jadi pewarna ini telah

memenuhi tujuan dari pewarnaan jaringan dalam pembuatan preparat. Proses

pewarnaan pada preparat jaringan tumbuhan oleh filtrat daun muda jati

dikarenakan adanya reaksi ikatan elektrostatik antara muatan ion zat warna dan

bagian sel yang berbeda muatan sehingga jaringan tumbuhan dapat terwarnai

menjadi merah. Zat warna basa memiliki muatan ion negatif sedangkan zat warna

asam bermuatan positif (Dewi, dkk., 2017).

Contoh pembuatan preparat epidermis yaitu daun yang diambil adalah

daun yang sehat.Daun yang dicuci pada air yang mengalir, difiksasi dengan FAA

selama 24 jam. FAA merupakan larutan untuk memfiksasi daun yang terdiri dari

campuran formaldehid, asam asetat glasial dan alkohol 70% dengan perbandingan

(5 : 5 :90). Fiksasi bertujuan untuk mematikan sel tanaman tanpa merusak struktur

jaringan. Setelah difiksasi selama 24 jam, daun dibilas dengan akuades. Kemudian

daun dipotong menggunakan mikrotom geser secara melintang, dibilas dengan

NaOCl 5% agar jernih, dibilas dengan akuades kembali, digunakan pewarna

safranin 0.25%, selanjutnya irisan daun diletakkan di kaca preparat yang telah

diberi gliserin 30% lalu ditutup dengan gelas penutup yang bagian tepinya telah

diberi cutek. Pengamatan dilakukan menggunakan mikroskop cahaya dengan

perbesaran 40 x 10 untuk mengamati parameter tebal kutikula adaksial dan

abaksial dan epidermis adaksial dan abaksial (Aliah, dkk., 2015).


Pemanfaatan zat pewarna alami untuk mewarnai jaringan tumbuhan

menjadi alternatif untuk menggantikan pewarna sintetis yang harganya mahal dan

bersifat karsinogenik. Zat karsinogenik dalam pewarna sintetis dapat

menimbulkan masalah bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Oleh karena itu

zat warna sintetis perlu diganti menggunakan zat pewarna alami untuk

mengurangi masalah yang ditimbulkan. Bahan pewarna alami dapat berasal dari

hewan maupun tumbuhan (Sa’diyah, dkk., 2015).

Pewarna alami adalah zat warna yang diperoleh dari bagian-bagian

tumbuhan atau hewan, misalnya hematoksilin diperoleh dari tumbuhan

Haematoxyli camphecianum, carmin berasal dari insekta Coccus cacti (hanya

yang betina) yang hidup pada tanaman Oputia coccinellifera. Pewarna alami yang

ada, memiliki beberapa pigmen warna misalnya klorofil, karotenoid, tanin, dan

antosianin. Pigmen pewarna alami lebih aman digunakan meskipun tingkat

kestabilan terhadap panas, cahaya dan tingkat keasaman tidak menentu

(Sa’diyah, dkk., 2015).

Dalam pembuatan sediaan whole mount yang menjadi pembatas adalah

faktor ukuran, ketebalan, serta tingkat transparansi sediaan yang kita buat tersebut

berkaitan dengan faktor pembesaran pengamatan melalui mikroskop nantinya.

Metode whole mount memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Kelebihan metode ini adalah dapat mengamati seluruh bagian organisme secara

utuh dan jelas bagian-bagiannya. Sedangkan kelemahan metode whole mount ini

adalah metode ini hanya bisa dilakukan pada organisme atau spesimen yang

berukuran kecil saja sehingga perlunya untuk mengembangkan metode whole

mount. Perlunya mengembangkan metode whole mount agar hasil preparat lebih

baik (Setyawati, dkk., 2017).


BAB III

METODE PERCOBAAN

III.1 Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu mikroskop, kaca preparat,

deck glass, silet, gelas ukur, botol winkler, sendok tanduk, dan kamera.

III.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu tumbuhan Gandarusa

Justicia gendarussa, akuades, larutan gliserin 10%, larutan alkohol 96%, Larutan

xilol dan zat pewarna haematoxylin.

III.3 Cara Kerja

1. Dipotong batang muda Gandarusa Justicia gendarussa sepanjang 2 cm.

2. Dimasukkan batang muda Gandarusa Justicia gendarussa yang telah dipotong

ke dalam botol winkler yang berisi alkohol 96% sebanyak 20 mL, kemudian

didiamkan selama 2 jam.

3. Dimasukkan batang muda Gandarusa Justicia gendarussa ke dalam botol

winkler yang berisi akuades sebanyak 20 mL dan mendiamkannya selama 15

menit. Dilakukan pengulangan sebanyak 5 kali dengan interval waktu 3 menit.

4. Dimasukkan batang muda Gandarusa Justicia gendarussa yang berisi larutan

akuades dicampur dengan pewarna Haematoxyline 20 mL dan didiamkannya

selama 15 menit.

5. Dimasukkan batang muda Gandarusa Justicia gendarussa ke dalam botol

winkler yang berisi alkohol 96% dan mendiamkannya selama 1 menit.


6. Dimasukkan batang muda Gandarusa Justicia gendarussa ke dalam botol

winkler yang berisi gliserin 10% sebanyak 20 mL dan didiamkannya selama 5

menit.

7. Disiapkan botol winkler yang berisi campuran larutan alkohol-xilol dengan

konsentrasi 10:0, 9:1, 7:3, 5:5, 3:7, 1:9, dan 0:10.

8. Dimasukkan batang muda Gandarusa Justicia gendarussa ke dalam botol

winkler yang berisi campuran larutan alkohol-xilol dngan perbandingan 10:0

dan didiamkannya hingga 3 menit. Setelah 3 menit, batang muda Gandarusa

Justicia gendarussa dimasukkan ke botol winkler yang berisi campuran

larutan alkohol-xilol dngan perbandingan 9:1 dan didiamkannya selama 3

menit dan proses diulang kembali hingga sampai pada campuran larutan

alkohol-xilol dengan perbandingan 0:10.

9. Diiris batang muda Gandarusa Justicia gendarussa dan meletakkannya di kaca

preparat dan menutupnya dengan deck glass.

10. Diamati irisan batang muda Gandarusa Justicia gendarussa dengan

mikroskop, kemudian dilakukan dokumentas


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Preparat Keseluruhan (Whole Mount)


Tahap ke Gambar Penjelasan
I Tahap fiksasi, dilakukan
selama 2 jam berfungsi untuk
mengawetkan struktur sel
sehingga berada dalam
keadaan yang sama atau
hampir sama dengan waktu
pada masih hidup. Pada tahap
ini, terjadi perubahan warna
pada larutan alkohol yang
berwarna jernih berubah
menjadi kehijauan.

II Tahap aspirasi, dilakukan


selama 15 menit dengan tiap
interval 3 menit diganti
akuades di dalam botol. Hal
ini bertujuan untuk
mengeluarkan udara dari
dalam jaringan tumbuhan
supaya penetrasi dalam

larutan
tahap initidak terhalang.
diperoleh warnaPada
batang tetap sama seperti pada
saat fiksasi yaitu menjadi
hijau muda.
III Tahap pewarnaan, dilakukan
selama 15 menit. Pewarnaan
ini bertujuan untuk memberi
warna pada bagian-bagian
dari sel dan jaringan batang
Justicia gendarussa, sehingga
dapat diamati dengan
mikroskop.Warna batang
kemudian berubah menjadi
berwarna merah muda..
IV Tahap pencucian, dilakukan
selama 1 menit bertujuan
untuk
mengurangi/menghilangkan
warna pada batang Justicia
gendarussa.Warna batang
yang semula berwarna merah
muda kemudian dicuci
menghasilkan warna batang
tersebut memudar dan hampir
kembali ke warna hijau
sebelumnya.
V Tahap dehidrasi dilakukan
selama 5 menit dengan
menggunakan gliserin
bertujuan untuk mengawetkan
preparat yang akan di sayat
kemudian di amati dengan
menggunakan mikroskop.
Pada tahap ini batang
berwarna hijau dan
mengapung dengan
penampang membujur agak
berwarna merah muda.
VI Tahap dealkoholisasi
dilakukan selama 3 menit
untuk campuran larutan
alkohol-xilol 10:0 dengan
volume alkohol 50 mL dan 0
mL larutan xilol. Warna
batang semula masih hijau
tua menjadi hijau muda.Hal
ini menandakan bahwa
klorofil telah larut.

Tahap dealkoholisasi
dilakukan selama 3 menit
untuk campuran larutan
alkohol-xilol 9:1 dengan
volume alkohol 45 mL dan 5
mL larutan xilol. Warna
batang semula masih hijau

tua menjadi hijaubahwa


ini menandakan muda.Hal
klorofil telah larut.
Tahap dealkoholisasi
dilakukan selama 3 menit
untuk campuran larutan
alkohol-xilol 7:3 dengan
volume alkohol 45 mL dan 5
mL larutan xilol. Warna
batang semula masih hijau
tua menjadi hijau muda.Hal
ini menandakan bahwa
klorofil telah larut.

Tahap dealkoholisasi
dilakukan selama 3 menit
untuk campuran larutan
alkohol-xilol 5:5 dengan
volume alkohol 35 mL dan 15
mL larutan xilol. Warna
batang semula masih hijau
tua menjadi hijau muda.Hal
ini menandakan bahwa
klorofil telah larut.

Tahap dealkoholisasi
dilakukan selama 3 menit
untuk campuran larutan
alkohol-xilol 3:7 dengan
volume alkohol 25 mL dan
25 mL larutan xilol. Warna
batang semula masih hijau
tua menjadi hijau muda.Hal
ini menandakan bahwa
klorofil telah larut.

Tahap dealkoholisasi
dilakukan selama 3 menit
untuk campuran larutan
alkohol-xilol 1:9 dengan
volume alkohol 15 mL dan 35
mL larutan xilol. Warna
batang semula masih hijau
tua menjadi hijau muda.Hal
ini menandakan bahwa
klorofil telah larut.
Tahap dealkoholisasi
dilakukan selama 3 menit
untuk campuran larutan
alkohol-xilol 0:10 dengan
volume alkohol 0 mL dan 50
mL larutan xilol. Warna
batang semula masih hijau
tua menjadi hijau muda.Hal
ini menandakan bahwa
klorofil telah larut..

a. Gambar Penampang Melintang Batang Gandarusa Justicia gendarussa (2 jam)

EPIDERMIS

KORTEKS

KUTIKULA

XILEM

FLOEM

b. Gambar Penampang Melintang Batang Gandarusa Justicia gendarussa


(1×24jam).

EPIDERMIS

KORTEKS

XILEM

FLOEM
IV.2 Pembahasan

Preparat adalah sampel spesimen yang diletakkan atau dioleskan pada

permukaan gelas obyek atau slides, dengan atau tanpa pewarnaan, yang

selanjutnya dapat diamati di bawah mikroskop. Pembuatan preparat bermacam-

macam salah satunya mount whole yaitu pembuatan preparat secara keseluruhan

atau sediaan utuh dengan hasil yang diperoleh sel tumbuhan/hewan. Adapun

faktor yang menjadi pembatas dalam pengamata, yaitu ukuran, ketebalan, serta

tingkat transparansi sediaan yang kita buat tersebut berkaitan dengan faktor

pembesaran pengamatan melalui mikroskop.

Metode pembuatan preparat yang digunakan untuk pengamatan secara

menyeluruh, artinya mempelajari struktur vegetatif dan reproduktifnya tanpa

melakukan penyayatan terhadap tanaman tersebut karena metode ini

menggunakan semua bagian tanaman sebagai preparatnya. Tentu saja tanaman

yang diamati haruslah berukuran kecil sehingga dapat termuat pada objek glass.

Sedangkan pada tanaman yang agak besar bisa dilakukan pemangkasan agar

menjadi lebih rapi dan kecil.

Sampel yang digunakan dalam praktikum ini adalah batang muda

gandarussa Justiccia gandarrusa agar pada saat proses penyatan sampel mudah

untuk disayat dengan hasil yang lebih tipis dan untuk dapat melakukan sediaan

serta dapat diamati struktur batang tersebut. Metode pertama adalah fiksasi.

Reagen kimia yang digunakan adalah alkohol 96%. Tujuan utama dari fiksasi ini

adalah untuk mengawetkan semua struktur sel sehingga sedapat mungkin berada

dalam keadaan sama atau hampir sama dengan pada waktu masih hidup. Tujuan

direndamnya di dalam alkohol untuk melarutkan klorofil pada batang tumbuhan

dimana dalam praktikum ini dilakukan selama dua jam. Dengan hilangnya warna
pada batang tersebut, ini akan memudahkan pada saat pewarnaan nanti sehingga

preparat lebih terlihat dengan jelas.

Tahap aspirasi dengan tujuan untuk mengeluarkan udara dalam jaringan

tumbuhan agar penetrasi dari larutan aquades tidak terhalang. batang tersebut

direndam ke dalam aquades 20 mL selama 15 menit dengan pergantian aquades 5

kali dengan interval waktu setiap 3 menit. Pada pergantian aquades pertama,

batang melayang di dalam aquades yang menandakan bahwa alkohol masih ada di

dalam batang tersebut. Tetapi, pada saat pergantian terakhir, batang tersebut

tenggelam yang berarti alkohol telah keluar sepenuhnya dan warna pada batang

berubah menjadi hijau muda.

Tahap pewarnaan yaitu batang tersebut direndam didalam larutan

haematoxylin 20 mL selama 15 menit. Larutan ini diharapkan dapat merembes

masuk ke dalam sel-sel pada batang tersebut secara osmosis. Fungsi pewarnaan

pada tahapan ini adalah agar sel yang diamati dapat tampak dengan jelas seperti

bagian-bagian epidermis, korteks, berkas pengangkut, dan empulur itu dapat

terlihat dengan jelas.

Tahapan selanjutnya adalah pencucian dengan menggunakan alkohol 96%

selama satu menit. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan haematoxylin pada

permukaan batang. Setelah itu, batang tersebut dilakukan dehidrasi dengan

gliserin 10% sebanyak 20 mL selama 5 menit. Hal ini dimaksudkan untuk

menarik sisa air yang berada dalam larutan agar dapat kemudian diisi dengan

larutan tertentu dan juga sebagai pengawet sel-sel pada batang agar batang tetap

awet dan bisa digunakan sebagai preparat.

Tahapan selanjutnya adalah dealkoholisasi bertingkat dengan perbandingan

alkohol-xilol 10:0,dengan volume alkohol 50 mL dan 0 mL larutan xilol. Pada


perbandingan 9:1 dengan volume alkohol 45 mL dan 5 mL larutan xilol. Pada

perbandingan alkohol-xilol 7:3 dengan volume alkohol 35 mL dan 15 mL larutan

xilol. Kemudian perbandingan 5:5 dengan volume alkohol 25 mL dan 25 mL

larutan xilol. Kemudian perbandingan 3:7 dengan volume alkohol 15 mL dan 35

mL larutan xilol. Pada perbandingan 1:9 dengan volume alkohol 5 mL dan 45 mL

larutan xilol. Pada perbandingan 0:10 dengan volume alkohol 0 mL dan 50 mL

larutan xilol. Hal ini dilakukan agar melunturkan zat alkohol yang terdapat pada

batang Justicia gendarussa.dengan alkohol 50 ml dengan rentang waktu setiap 3

menit. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan sisa alkohol dengan digantikan

dengan xylol berfungsi untuk menghilangkan kadar alkohol yang tersisa/ terserap

di dalam sel/ jaringan pada batang dan untuk keperluan tertentu seperti untuk

menempelkannya pada paraffin. Setelah semua langkah itu selesai, batang disayat

melintang untuk dilihat hasil preparat yang telah dibuat.

Pada penampang batang melintang yang telah diamati di mikroskop

diperoleh hasil pada 2 jam kemudian terjadi perubahan pada air yang semula

jernih menjadi berwarna kehijauan dengan pengamatan mikroskop terdapat

epidermis, korteks, dan berkas pengangkut yaitu xilem dan floem. Pada

pengamatan dengan waktu 1 hari diperoleh penampang batang yang berwarna

merah muda keunguan terdapat epidermis, korteks dan berkas pengangkut yaitu

xilem dan floem.

Metode whole mounth memiliki kelebihan metode ini adalah dapat

mengamati seluruh bagian tanaman dengan jelas tiap bagian-bagiannya.

Sedangkan kelemahannya yaitu hanya dapat digunakan tanaman yang kecil saja

sehingga metode ini perlu terus dikembangkan agar lebih baik dalam pembuatan

preparat dan pengamatan preparat (Setyawati, dkk., 2017).


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Kesimpulan pada percobaan ini, yaitu tahap pembuatan preparat

keseluruhan (whole mount) adalah tahap pencucian dengan cara fiksasi, tahap

aspirasi, tahap pewarnaan, tahap pencucian, tahap dehidrasi, dan tahap

dealkoholisasi bertingkat yang keseluruhannya ini digunakan pada tanaman

Ganda rusa Justicia gendarrusa L. perbedaan waktu dalam pengamatan

menentukan hasil preparat yang amati, yaitu pada perbedaan warna penampang

batang lebih lama proses fiksasi maka warna penampang semakin tampak dengan

baik.

V.2 Saran

V.2.1 Saran Untuk Praktikum

Sebaiknya alat praktikum lebih dilengkapi seperti gelas winkler perlunya

perbaikan alat yang sudah tidak layak paka dan bahan pada praktikum seperti
bahan kimia sebaiknya disediakan agar kebutuhan yang memadai.

V.2.2 Saran Untuk Laboratorium

Sebaiknya laboratorium dijaga kebersihannya agar membuat nyaman dan

wastafel keran di laboratorium botani agar segera diperbaiki atau diganti agar

tidak satu tempat saja untuk mencuci alat yang sudah dipakai.

V.2.3 Saran Untuk Asisten

Sebaiknya asisten menjelaskan secara keseluruhan dan membimbing serta

memperhatikan praktikan agar apa yang dikerjakan sesuai dengan prosedur kerja.
Lampiran

Lampiran 1 Bagan Kerja

Batang Gandarusa Justicia gendarussa

- Dipotong sepanjang 2 cm.

- Difiksasi dengan alkohol 96% sebanyak 20 mL selama 1


jam

- Diaspirasi dengan akuades sebanyak 20 mL selama 15


menit dengan tiap interval 3 menit diganti dengan akuades
yang baru.

- Diberi warna dengan larutan akuades dan hematoksilin


selama 15 menit.

- Dicuci dengan alkohol 96% sebanyak 20 mL selama 1


menit.

- Dilakukan dehidrasi dengan diberi gliserin 10% sebanyak


20 mL selama 5 menit

- Didealkoholisasi dengan diberi larutan campuran alkohol-


xilol dengan perbandingan 10:0, 9:1, 7:3, 5:5, 3:7, 1:9,
0:10 selama 3 menit untuk tiap campuran.

- diiriris melintang dan diamati dengan mikroskop

Hasil
Lampiran 2 Tabel Percobaan
1. Tabel Tahapan Percobaan

Tahapan Pengamatan Waktu Keterangan

I Fiksasi 1 jam Alkohol 96%


20 mL

II Aspirasi 15 menit Tiap 3 menit


akuades diganti

III Pewarnaan 15 menit Hematoksilin

IV Pencucian 1menit Alkohol 96%


20 mL

V Dehidrasi 5 menit Gliserin 10%


20 mL

VI Dealkoholisasi Tiap 3 menit Campuran


alkohol-xilol

2. Tabel Dealkoholisasi

Perbandingan Alkohol Xilol

10:0 50 mL 0 mL

9:1 45 mL 5 mL

7:3 35 mL 15 mL

5:5 25 mL 25 mL

3:7 15 mL 35 mL

1:9 5 mL 45 mL

0:10 0 mL 50 mL
DAFTAR PUSTAKA

Aliah, N. U., Liliek, S., dan Anton, M., 2015. Hubungan Ketebalan Lapisan
Epidermis Daun Terhadap Jamur ( Mycosphaerella musicola) Penyebab
Penyakit Bercak Daun Sigatoka Pada Sepuluh Kultivar Pisang. Jurnal
HPT. 3 (1): 35-36.

Apriani, I., 2016. Pengembangan Media Belajar: Angkak Beras Merah dan Teh
(Camellia Sinensis) Sebagai Pewarna Alternatif Preparat Basah Jaringan
Tumbuhan. Jurnal Bioilmi. 2 (1): 59-61.

Dewi, A. R., Elly, P., dan Nurwidodo., 2017. Kualitas Preparat Section Organ
Tanaman Srikaya (Annona squamosa) Dengan Pewarna Alami Filtrat
Daun Jati Muda (Tectona grandis) Sebagai Sumber Belajar Biologi SMA,
Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner,
Prosiding Seminar Nasional III Pendidikan Biologi 2017 Pendidikan
Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Malang, Malang, 29 April
2017.

Kuntorini, E. M., Setya, F., dan Maria, D. A., 2013. Struktur Anatomi dan Uji
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Daun Kersen (Muntingia
calaburi), Prosiding Semirata Fakultas Matematika dan Ilmu Pegetahuan
Alam, Universitas Lampung, Lampung, 21 Maret 2013.

Latifa, R., 2015. Peningkatan Kualitas Preparat Histologi Berbasis Kegiatan


Praktikum Di Laboratorium Biologi, Peran Biologi dan Pendidikan
Biologi dalam Menyiapkan Generasi Unggul dan Berdaya Saing Global,
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi 2015 Pendidikan Biologi
FKIP Universitas Muhammadiyah Malang, Malang, 21 Maret 2015.

Sa’diyah, R. A., Johanes, D. B., dan Gatot, S., 2015. Penggunaan Filtrat Kunyit
(Curcuma domestica Val.) Sebagai Pewarna Alternatif Jaringan
Tumbuhan Pada Tanaman Melinjo ( Gnetum gnemon). Jurnal Biologi
Edukasi Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi. 4 ( 1): 765-766.

Setyawati,D., Budi, S., dan Arya, I., 2017. Pengaruh Variasi Konsentrasi KOH
Terhadap Kualitas Sediaan Permanen ( Rhipicephalus sanguineus). Jurnal
Ilmiah. 1 (1): 10.

Anda mungkin juga menyukai