MIKROTEKNIK TUMBUHAN
PRAKTIKUM I
KELOMPOK : IV (EMPAT)
LABORATORIUM BOTANI
DEPARTEMEN
FAKULTAS MATEMATIKA BIOLOGI
DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Struktur sel rumit, namun demikian semua sel mempunyai persamaan dalam
jaringan muda dan dewasa. Jaringan-jaringan ini dapat ditemukan pada bagian
akar, batang dan daun tumbuhan. Jaringan ini dapat dilihat dengan membuat suatu
Jaringan merupakan sekelompok sel dengan asal usul, struktur dan fungsi
yang sama. Jaringan tumbuhan yang umum diamati adalah jaringan tumbuhan
monokotil dan jaringan tumbuhan dikotil. Menurut Campell, dkk., (2000) dalam
Apriani (2016) perbedaan monokotil dan dikotil dapat terlihat dari susunan
atau memperjelas berbagai elemen tisu, terutama sel-selnya. Tanpa pewarnaan, sel
dan jaringan tumbuhan atau hewan akan transparan sehingga sulit untuk diamati
(Apriani, 2016).
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui cara pembuatan
Percobaan ini dilakukan pada hari Senin tanggal 26 Februari 2018 dan
TINJAUAN PUSTAKA
tumbuhan yang berbatang lunak dan serta berukuran kecil. Tumbuhan seperti ini
rumput (calmus) dan batang mendong ( calamus). Selain itu, dapat juga
(Apriani, 2016).
permukaan gelas obyek (object glass) atau slides, dengan atau tanpa pewarnaan,
a. Preparat Sementara, yaitu preparat yang tidak tahan lama, mediumnya air atau
pekan.
sehingga mendapatkan selaput tipis Contoh: pollen, darah, ulas vagina (untuk
bawang merah.
d. Section, yaitu dengan fiksasi (tergantung bahan) tumbuhan lebih lama butuh
pengamatan struktur anatomi daun kersen muda dan tua terdiri atas epidermis atas
jaringan pengangkut air dan floem sebagai jaringan pengangkut bahan organik
sehingga mudah diamati dibawah mikroskop. Zat warna yang biasa digunakan
adalah safranin dan fastgreen. Kedua zat warna ini merupakan zat warna sintetik
dengan harga yang relatif mahal, sulit didapat dan tidak dapat disimpan dalam
penggunaan bahan alami lebih aman digunakan oleh siswa. Warna yang berasal
dari pewarna alami berasal dari klorofil, karetenoid, tannin dan antosianin.
Pewarna alami ini dapat dihasilkan dari angkak beras merah dan teh
(Apriani, 2016).
Angkak beras merah merupakan hasil fermentasi dari beras oleh kapang
pigmen pada angkak tidak bersifat toksik serta tidak mengganggu sistem
(2013) dalam Apriani (2016) daun teh mengandung katekin, salah satunya
theaflavin yang berperan memberi warna kuning dan senyawa thearubigin yang
warna hijau namun dalam proses pengolahan teh, klorofil mengalami penguraian
menjadi feofitin yang berwarna hitam. Selain itu, teh mengandung karotenoid
yang akan memberikan warna kuning jingga. Adanya kandungan kimia yang
dipotong sehingga unsur jaringan menjadi kontras dan dapat dikenali dengan
tertentu. Zat warna yang terikat pada jaringan akan menyerap sinar dengan
Pewarna dari filtrat daun jati muda dapat menimbulkan kontras warna
antar jaringan sehingga jaringan dapat dibedakan, jadi pewarna ini telah
pewarnaan pada preparat jaringan tumbuhan oleh filtrat daun muda jati
dikarenakan adanya reaksi ikatan elektrostatik antara muatan ion zat warna dan
bagian sel yang berbeda muatan sehingga jaringan tumbuhan dapat terwarnai
menjadi merah. Zat warna basa memiliki muatan ion negatif sedangkan zat warna
daun yang sehat.Daun yang dicuci pada air yang mengalir, difiksasi dengan FAA
selama 24 jam. FAA merupakan larutan untuk memfiksasi daun yang terdiri dari
campuran formaldehid, asam asetat glasial dan alkohol 70% dengan perbandingan
(5 : 5 :90). Fiksasi bertujuan untuk mematikan sel tanaman tanpa merusak struktur
jaringan. Setelah difiksasi selama 24 jam, daun dibilas dengan akuades. Kemudian
safranin 0.25%, selanjutnya irisan daun diletakkan di kaca preparat yang telah
diberi gliserin 30% lalu ditutup dengan gelas penutup yang bagian tepinya telah
menjadi alternatif untuk menggantikan pewarna sintetis yang harganya mahal dan
menimbulkan masalah bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Oleh karena itu
zat warna sintetis perlu diganti menggunakan zat pewarna alami untuk
mengurangi masalah yang ditimbulkan. Bahan pewarna alami dapat berasal dari
yang betina) yang hidup pada tanaman Oputia coccinellifera. Pewarna alami yang
ada, memiliki beberapa pigmen warna misalnya klorofil, karotenoid, tanin, dan
faktor ukuran, ketebalan, serta tingkat transparansi sediaan yang kita buat tersebut
Kelebihan metode ini adalah dapat mengamati seluruh bagian organisme secara
utuh dan jelas bagian-bagiannya. Sedangkan kelemahan metode whole mount ini
adalah metode ini hanya bisa dilakukan pada organisme atau spesimen yang
mount. Perlunya mengembangkan metode whole mount agar hasil preparat lebih
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu mikroskop, kaca preparat,
deck glass, silet, gelas ukur, botol winkler, sendok tanduk, dan kamera.
III.2 Bahan
Justicia gendarussa, akuades, larutan gliserin 10%, larutan alkohol 96%, Larutan
ke dalam botol winkler yang berisi alkohol 96% sebanyak 20 mL, kemudian
selama 15 menit.
menit.
menit dan proses diulang kembali hingga sampai pada campuran larutan
IV.1 Hasil
larutan
tahap initidak terhalang.
diperoleh warnaPada
batang tetap sama seperti pada
saat fiksasi yaitu menjadi
hijau muda.
III Tahap pewarnaan, dilakukan
selama 15 menit. Pewarnaan
ini bertujuan untuk memberi
warna pada bagian-bagian
dari sel dan jaringan batang
Justicia gendarussa, sehingga
dapat diamati dengan
mikroskop.Warna batang
kemudian berubah menjadi
berwarna merah muda..
IV Tahap pencucian, dilakukan
selama 1 menit bertujuan
untuk
mengurangi/menghilangkan
warna pada batang Justicia
gendarussa.Warna batang
yang semula berwarna merah
muda kemudian dicuci
menghasilkan warna batang
tersebut memudar dan hampir
kembali ke warna hijau
sebelumnya.
V Tahap dehidrasi dilakukan
selama 5 menit dengan
menggunakan gliserin
bertujuan untuk mengawetkan
preparat yang akan di sayat
kemudian di amati dengan
menggunakan mikroskop.
Pada tahap ini batang
berwarna hijau dan
mengapung dengan
penampang membujur agak
berwarna merah muda.
VI Tahap dealkoholisasi
dilakukan selama 3 menit
untuk campuran larutan
alkohol-xilol 10:0 dengan
volume alkohol 50 mL dan 0
mL larutan xilol. Warna
batang semula masih hijau
tua menjadi hijau muda.Hal
ini menandakan bahwa
klorofil telah larut.
Tahap dealkoholisasi
dilakukan selama 3 menit
untuk campuran larutan
alkohol-xilol 9:1 dengan
volume alkohol 45 mL dan 5
mL larutan xilol. Warna
batang semula masih hijau
Tahap dealkoholisasi
dilakukan selama 3 menit
untuk campuran larutan
alkohol-xilol 5:5 dengan
volume alkohol 35 mL dan 15
mL larutan xilol. Warna
batang semula masih hijau
tua menjadi hijau muda.Hal
ini menandakan bahwa
klorofil telah larut.
Tahap dealkoholisasi
dilakukan selama 3 menit
untuk campuran larutan
alkohol-xilol 3:7 dengan
volume alkohol 25 mL dan
25 mL larutan xilol. Warna
batang semula masih hijau
tua menjadi hijau muda.Hal
ini menandakan bahwa
klorofil telah larut.
Tahap dealkoholisasi
dilakukan selama 3 menit
untuk campuran larutan
alkohol-xilol 1:9 dengan
volume alkohol 15 mL dan 35
mL larutan xilol. Warna
batang semula masih hijau
tua menjadi hijau muda.Hal
ini menandakan bahwa
klorofil telah larut.
Tahap dealkoholisasi
dilakukan selama 3 menit
untuk campuran larutan
alkohol-xilol 0:10 dengan
volume alkohol 0 mL dan 50
mL larutan xilol. Warna
batang semula masih hijau
tua menjadi hijau muda.Hal
ini menandakan bahwa
klorofil telah larut..
EPIDERMIS
KORTEKS
KUTIKULA
XILEM
FLOEM
EPIDERMIS
KORTEKS
XILEM
FLOEM
IV.2 Pembahasan
permukaan gelas obyek atau slides, dengan atau tanpa pewarnaan, yang
macam salah satunya mount whole yaitu pembuatan preparat secara keseluruhan
atau sediaan utuh dengan hasil yang diperoleh sel tumbuhan/hewan. Adapun
faktor yang menjadi pembatas dalam pengamata, yaitu ukuran, ketebalan, serta
tingkat transparansi sediaan yang kita buat tersebut berkaitan dengan faktor
yang diamati haruslah berukuran kecil sehingga dapat termuat pada objek glass.
Sedangkan pada tanaman yang agak besar bisa dilakukan pemangkasan agar
gandarussa Justiccia gandarrusa agar pada saat proses penyatan sampel mudah
untuk disayat dengan hasil yang lebih tipis dan untuk dapat melakukan sediaan
serta dapat diamati struktur batang tersebut. Metode pertama adalah fiksasi.
Reagen kimia yang digunakan adalah alkohol 96%. Tujuan utama dari fiksasi ini
adalah untuk mengawetkan semua struktur sel sehingga sedapat mungkin berada
dalam keadaan sama atau hampir sama dengan pada waktu masih hidup. Tujuan
dimana dalam praktikum ini dilakukan selama dua jam. Dengan hilangnya warna
pada batang tersebut, ini akan memudahkan pada saat pewarnaan nanti sehingga
tumbuhan agar penetrasi dari larutan aquades tidak terhalang. batang tersebut
kali dengan interval waktu setiap 3 menit. Pada pergantian aquades pertama,
batang melayang di dalam aquades yang menandakan bahwa alkohol masih ada di
dalam batang tersebut. Tetapi, pada saat pergantian terakhir, batang tersebut
tenggelam yang berarti alkohol telah keluar sepenuhnya dan warna pada batang
masuk ke dalam sel-sel pada batang tersebut secara osmosis. Fungsi pewarnaan
pada tahapan ini adalah agar sel yang diamati dapat tampak dengan jelas seperti
selama satu menit. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan haematoxylin pada
menarik sisa air yang berada dalam larutan agar dapat kemudian diisi dengan
larutan tertentu dan juga sebagai pengawet sel-sel pada batang agar batang tetap
larutan xilol. Hal ini dilakukan agar melunturkan zat alkohol yang terdapat pada
menit. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan sisa alkohol dengan digantikan
dengan xylol berfungsi untuk menghilangkan kadar alkohol yang tersisa/ terserap
di dalam sel/ jaringan pada batang dan untuk keperluan tertentu seperti untuk
menempelkannya pada paraffin. Setelah semua langkah itu selesai, batang disayat
diperoleh hasil pada 2 jam kemudian terjadi perubahan pada air yang semula
epidermis, korteks, dan berkas pengangkut yaitu xilem dan floem. Pada
merah muda keunguan terdapat epidermis, korteks dan berkas pengangkut yaitu
Sedangkan kelemahannya yaitu hanya dapat digunakan tanaman yang kecil saja
sehingga metode ini perlu terus dikembangkan agar lebih baik dalam pembuatan
V.1 Kesimpulan
keseluruhan (whole mount) adalah tahap pencucian dengan cara fiksasi, tahap
menentukan hasil preparat yang amati, yaitu pada perbedaan warna penampang
batang lebih lama proses fiksasi maka warna penampang semakin tampak dengan
baik.
V.2 Saran
perbaikan alat yang sudah tidak layak paka dan bahan pada praktikum seperti
bahan kimia sebaiknya disediakan agar kebutuhan yang memadai.
wastafel keran di laboratorium botani agar segera diperbaiki atau diganti agar
tidak satu tempat saja untuk mencuci alat yang sudah dipakai.
memperhatikan praktikan agar apa yang dikerjakan sesuai dengan prosedur kerja.
Lampiran
Hasil
Lampiran 2 Tabel Percobaan
1. Tabel Tahapan Percobaan
2. Tabel Dealkoholisasi
10:0 50 mL 0 mL
9:1 45 mL 5 mL
7:3 35 mL 15 mL
5:5 25 mL 25 mL
3:7 15 mL 35 mL
1:9 5 mL 45 mL
0:10 0 mL 50 mL
DAFTAR PUSTAKA
Aliah, N. U., Liliek, S., dan Anton, M., 2015. Hubungan Ketebalan Lapisan
Epidermis Daun Terhadap Jamur ( Mycosphaerella musicola) Penyebab
Penyakit Bercak Daun Sigatoka Pada Sepuluh Kultivar Pisang. Jurnal
HPT. 3 (1): 35-36.
Apriani, I., 2016. Pengembangan Media Belajar: Angkak Beras Merah dan Teh
(Camellia Sinensis) Sebagai Pewarna Alternatif Preparat Basah Jaringan
Tumbuhan. Jurnal Bioilmi. 2 (1): 59-61.
Dewi, A. R., Elly, P., dan Nurwidodo., 2017. Kualitas Preparat Section Organ
Tanaman Srikaya (Annona squamosa) Dengan Pewarna Alami Filtrat
Daun Jati Muda (Tectona grandis) Sebagai Sumber Belajar Biologi SMA,
Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner,
Prosiding Seminar Nasional III Pendidikan Biologi 2017 Pendidikan
Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Malang, Malang, 29 April
2017.
Kuntorini, E. M., Setya, F., dan Maria, D. A., 2013. Struktur Anatomi dan Uji
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Daun Kersen (Muntingia
calaburi), Prosiding Semirata Fakultas Matematika dan Ilmu Pegetahuan
Alam, Universitas Lampung, Lampung, 21 Maret 2013.
Sa’diyah, R. A., Johanes, D. B., dan Gatot, S., 2015. Penggunaan Filtrat Kunyit
(Curcuma domestica Val.) Sebagai Pewarna Alternatif Jaringan
Tumbuhan Pada Tanaman Melinjo ( Gnetum gnemon). Jurnal Biologi
Edukasi Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi. 4 ( 1): 765-766.
Setyawati,D., Budi, S., dan Arya, I., 2017. Pengaruh Variasi Konsentrasi KOH
Terhadap Kualitas Sediaan Permanen ( Rhipicephalus sanguineus). Jurnal
Ilmiah. 1 (1): 10.