Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PKN

PEMBAGIAN KEKUASAAN SECARA VERTIKAL

KELOMPOK 4 X IPA 1:
Yehezkiel Edyson Mangiri’
Andini Maharani Santosa
Muh. Daffa Nirian .B
Muhammad Nabil Shadiq
Nur Alya .H
Isabell Nicole Fischer
Ananta Taufanny
Siti Ameliannisa Asdar
Christpoher Abelard S. M
Fadisha Nurul
2019/2020
Kata Pengantar

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua limpahan nikmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Pembagian kekuasaan Secara
Vertikal“ dengan baik.

Adapun maksud dari tujuan kami menyusun makalah ini, yaitu dalam rangka memenuhi tugas pelajaran
PPKN.

Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan yang ditemukan dalam makalah ini. Oleh sebab itu,
kami mengharapkan masukan – masukan dan kritik yang membangun sebagai bahhan evaluasi guna
memperbaiki makalah ini.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................................... 4

BAB II..................................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................................... 5
2.1 Pengertian ..................................................................................................................................................... 5

2.2 Asas .......................................................................................................................................................... 6

2.2.1 Asas Desentralisasi ................................................................................................................................ 6

2.2.2 Asas Dekonsentrasi ................................................................................................................................ 6

2.2.3 Asas Tugas Pembantu ............................................................................................................................ 6

2.3 Pemerintahan Pusat ....................................................................................................................................... 6

2.3.1 Kewenangan Pemerintah Pusat .............................................................................................................. 6

2.4 Pemerintah Daerah ...................................................................................................................................... 12

2.4.1 Wewenang Pemerintah ........................................................................................................................ 13

2.5 Hubungan .................................................................................................................................................... 17

2.5.1 Hubungan Struktural ................................................................................................................................ 17

2.5.2 Hubungan Fungsional .............................................................................................................................. 17

BAB III ................................................................................................................................................................. 19


PENUTUP............................................................................................................................................................. 19
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................................. 19

Daftar Pustaka ....................................................................................................................................................... 20


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan kehidupan bernegara mengalami banyak

perubahan. Konsep negara mulai mengalami pergeseran yang pada awalnya negara merupakan negara yang

berdasarkan pada kekuasan beralih pada konsep negara yang mendasarkan atas hukum (rechtstaat). Ajaran

negara berdasarkan atas hukum mengandung pengertian bahwa hukum adalah supreme dan kewajiban bagi

setiap penyelenggara negara atau pemerintah untuk tunduk pada hukum.

Atas dasar pernyataan diatas maka tidak boleh ada kekuasaan yang sewenang-wenang (arbitrary power)

atau penyalahgunaan kekuasaan (misuse of power) baik pada negara berbentuk kerajaan maupun republik.

Secara maknawi, tunduk pada hukum mengandung pengertian pembatasan kekuasaan seperti halnya ajaran

pemisahan dan pembagian kekuasaan. Oleh sebab itu, negara berlandaskan hukum memuat unsur

pemisahan atau pembagian kekuasaan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pembagian kekuasaan secara vertiakal ?

2. Bagaiamanakah pembagian kekuasaan secara vertikal ?


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian

Pembagian kekuasaan secara vertikal merupakan pembagian kekuasaan menurut tingkatnya,

yaitu pembagian kekuasaan antara beberapa tingkatan pemerintahan. Pasal 18 ayat (1) UUD Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas

daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi,

kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.

Berdasarkan ketentuan tersebut, pembagian kekuasaan secara vertikal di negara Indonesia berlangsung

antara pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah (pemerintahan provinsi dan pemerintahan

kabupaten/kota. Berdasarkan ketentuan tersebut, pembagian kekuasaan secara vertikal di negara

Indonesia berlangsung antara pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah (pemerintahan provinsi dan

pemerintahan kabupaten/kota.

Pembagian kekuasaan secara vertikal muncul sebagai konsekuensi dari diterapkannya asas

desentralisasi di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan asas tersebut, pemerintah pusat

menyerahakan wewenang pemerintahan kepada pemerintah daerah otonom (provinsi dan

kabupaten/kota) untuk mengurus dan mengatur sendiri urusan pemerintahan di daerahnya, kecuali

urusan pemerintahan didaerahnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah

pusat.
2.2 Asas

2.2.1 Asas Desentralisasi

Desentralisasi merupakan penyerahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah

daerah dalam mengurusi urusan rumah tangganya sendiri. Berdasar dari adanya prakarsa dan aspirasi

dari rakyat, dalam kerangka NKRI.

2.2.2 Asas Dekonsentrasi

Asas Dekonsentrasi adalah pelimpahan sebagian urusan Pemerintahan yang menjadi

kewenangan Pemerintah Pusat kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat atau bisa juga kepada

instansi vertikal di wilayah tertentu atau kepada wali kota ataupun bupati sebagai penanggung jawab

urusan pemerintahan umum.

2.2.3 Asas Tugas Pembantu

Asas Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah Pusat kepada daerah otonom untuk

menjalankan pemerintahan sebagian Urusan Pemerintah yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat

atau dari Pemerintah Daerah provinsi pada Daerah kota atau kabupaten untuk menjalankan sebagian

Urusan Pemerintahan yang menjadi kekuasaan Daerah provinsi.

2.3 Pemerintahan Pusat

Pemerintahan pusat adalah penyelenggara pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia,

yakni Presiden dengan dibantu seorang Wakil Presiden dan oleh menteri-menteri negara. Dengan kata

lain, pemerintahan pusat adalah pemerintahan secara nasional yang berkedudukan di ibu kota Negara

Republik Indonesia.

2.3.1 Kewenangan Pemerintah Pusat

Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sangat luas. Urusan yang berkaitan dengan

pemerintahan juga beraneka ragam. Oleh karena itu, urusan-urusan yang bermacam-macam

tersebut tidak semuanya harus diselesaikan oleh pemerintah pusat. UUD 1945 menyatakan
bahwa pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten) diberi kewenangan untuk menjalankan

pemerintahan sendiri dengan otonomi seluas-luasnya (Bab VI) pasal 18 ayat 5 UUD 1945 hasil

amandemen. Otonomi artinya kekuasaan untuk mengatur daerahnya sendiri.

Urusan Pemerintahan yang dimiliki pemerintah pusat terdiri atas urusan pemerintahan

absolut, urusan pemerintahan konkuren, dan urusan pemerintahan umum. Pemerintahan absolut

adalah Urusan Pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat,

sedangkan urusan pemerintahan konkuren merupakan Urusan Pemerintahan yang dibagi antara

Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota. Dan Urusan pemerintahan

umum adalah Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden sebagai kepala

pemerintahan seperti pembinaan wawasan kebangsaan, pembinaan persatuan dan kesatuan

bangsa serta penanganan konflik.

Untuk kedua Urusan Pemerintahan terakhir, yakni urusan pemerintah konkuren dan

urusan pemerintah umum dilaksanakan oleh pemerintah daerah atau diberikan kewenangan oleh

pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Dan untuk urusan pemerintahan absolut dijalankan

oleh pemerintah pusat namun dalam penyelenggaraan urusan tersebut pemerintah pusat dapat

melaksanakan sendiri atau pun melimpahkan wewenang kepada Instansi Vertikal yang ada di

Daerah atau gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat berdasarkan asas Dekonsentrasi.

Urusan pemerintahan absolut terdiri atas :

Politik luar negeri

2. Pertahanan

3. Keamanan

4. Yustisi

5. Moneter dan fiskal nasional dan

6. Agama
Wewenang yang dimiliki oleh pemerintah pusat berkaitan dengan kebijakan-kebijakan

dalam skala nasional yang mengatur harkat dan kepentingan warga negara Indonesia. Wewenang

yang dimiliki oleh pemerintah pusat sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2004 diantaranya:

a. Mengatur Jalannya Proses Politik Luar negeri.

Indonesia adalah negara yang turut serta dalam membangun hubungan internasional

dengan negara-negara luar negeri. Hubungan yang terjalin tidak hanya pada aspek ekonomi

maupun keamanan, tetapi juga dalam aspek politik. Seperti yang kita ketahui, Indonesia

menganut sistem politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif dimana Indonesia turut serta

dalam menjaga perdamaian dunia namun tidak mencampuri urusan negara lain, sebagai berikut:

 Melalui sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, pelaksanaan politik luar negeri

dilakukan oleh pemerintah pusat. Segala kebijakan mengenai proses politik luar negeri diatur

oleh pemerintah pusat.

 Jika pemerintah daerah menginginkan suatu hubungan politik dengan negara lain, maka

pemerintah daerah tidak dapat memutuskan proses hubungan politik dengan sendirinya,

namun melalui perantara pemerintah pusat.

Hal ini diperlukan agar wewenang pemerintah daerah dan pemerintah pusat tidak

tumpang tindih dalam hal politik luar negeri. Walaupun politik luar negeri itu berkaitan dengan

pemerintah daerah, hanya pemerintah pusatlah yang berhak menentukan proses terjadinya

hubungan politik ini.

b. Mengatur Bidang Pertahanan Nasional.

Segala sesuatu yang berkaitan dengan pertahanan nasional adalah wewenang Pemerintah

Pusat. Pertahanan dengan skala nasional berkaitan dengan kedaulatan negara Indonesia itu

sendiri. Upaya pemerintah pusat untuk mengatur bidang pertahanan nasional merupakan salah

satu upaya menjaga keutuhan NKRI.


Pemerintah pusat bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk mewujudkan pertahanan

nasional yang stabil dan mantap. Namun, pemerintah daerah tidak memiliki hak untuk mengatur

kebijakan berkaitan dengan pertahanan nasional. Pemerintah daerah hanya mempunyai peran

sebagai pelaksana di lapangan karena hanya pemerintaj daerah yang mengerti bagaimana

menjaga pertahanan daerahnya melalui keberadaan masyarakat yang tinggal di daerah tersebut,

sebagai berikut:

 Dalam pengusulan kebijakan pertahanan nasional, pemerintah daerah berhak mengajukan

usulan terkait dengan usaha daerah untuk mewujudkan pertahanan nasional.

 Usulan yang diajukan oleh pemerintah daerah selanjutnya ditindak lanjuti oleh pemerintah

pusat untuk ditentukan bagaimana proses selanjutnya.

 Namun, dalam mengatur kebijakan yang berkaitan dengan pertahanan nasional, pemerintah

pusat tidak dapat menerapkan kebijakan semena-mena tanpa mempertimbangkan apa yang

menjadi kebutuhan daerah.

c. Mengatur Bidang Keamanan Nasional.

Keamanan negara merupakan sesuatu yang harus dijaga dan diatur oleh pemerintah, baik

itu pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Dalam hal ini, pemerintah pusat lebih mengatur

keamanan yang berskala nasional yang meliputi keamanan nasional di area darat, laut, maupun

udara. Kebijakan pemerintah pusat yang berkaitan dengan keamanan nasional diperlukan untuk

menjaga keamanan nasional dari gangguan pihak dalam dan luar yang dapat menyebabkan suatu

konflik seperti konflik sosial dalam masyarakat, sebagai berikut:

 Dalam menerapkan kebijakannya, pemerintah pusat menggandeng pemerintah daerah agar

pelaksanaan kebijakan yang berkaitan dengan keamanan nasional dapat berjalan dengan baik.

 Pemerintah pusat tetap harus menggandeng pemerintah daerah karena keamanan daerah

merupakan cikal bakal terwujudnya keamanan nasional.


 Kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah daerah yang berkaitan dengan bidang

keamanan diawasi oleh pemerintah pusat agar pelaksanaan kebijakan tersebut tidak

melenceng dari kebijakan keamanan yang dibuat oleh pemerintah pusat.

d. Mengatur Jalannya Proses yang Berkaitan Dengan Kehakiman.

Indonesia adalah negara yang berlandaskan pada hukum dan mempunyai sistem peradilan

di Indonesia. Jalannya proses hukum yang berkaitan dengan kehakiman, diatur oleh pemerintah

pusat. Pengaturan yang dilakukan oleh pemerintah pusat adalah mengatur sistem hukum baik

itu lembaga penegak hukum maupun menentukan siapa yang duduk di lembaga hukum tersebut.

Dalam pelaksanaan pengaturan proses hukum, pemerintah pusat melibatkan pemerintah daerah,

sebagai berikut:

 Pemerintah daerah digunakan oleh pemerintah pusat sebagai tempat dimana proses

kehakiman dan hukum berlangsung.

 Pemeritah pusat menunjuk lembaga peradilan di setiap daerah untuk mewakili

pemerintah pusat dalam menjalankan wewenangnya untuk mengatur proses kehakiman.

 Peranan lembaga peradilan yang berada di daerah-daerah menunjukkan bahwa

pemerintah pusat benar-benar melibatkan pemerintah daerah dalam menjalankan proses

hukum.

Ada kalanya proses hukum dapat diselesaikan melalui lembaga peradilan yang berada di

pemerintahan daerah dan tidak perlu sampai ke pemerintah pusat. Walaupun hal ini dapat

terjadi, pemerintah daerah tidak berhak untuk melakukan pengaturan apapun terhadap proses

hukum yang berkaitan dengan kehakiman.

e. Mengatur Kebijakan Moneter dan Fiskal Nasional.

Perlu kita ketahui, kebijakan moneter dan kebijakan fiskal adalah dua hal yang berbeda.

Kebijakan moneter merupakan suatu proses pengaturan terhadap persedian uang yang dimiliki
oleh negara dalam rangka untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh negara tersebut.

Kebijakan ini pada dasarnya merupakan kebijakan yang mempunyai tujuan untuk menjaga

keseimbangan internal seperti pertumbuhan ekonomi yang mencakup stabilitas harga pasar dan

keseimbangan eksternal yang mempunyai tujuan untuk mencapai keseimbangan dalam neraca

pembayaran.

Kebijakan fiskal sendiri merupakan suatu kebijakan yang dibuat oleh pemerintah pusat untuk

mengarahkan kondisi ekonomi negara melalui proses pengeluaran dan pendapatan khususnya

pajak. Kebijakan fiskal mempunyai tujuan yang berbeda dengan kebijakan moneter. Kebijakan

fiskal lebih bertujuan untuk menstabilkan perekonomian di suatu negara melalui pajak dan

tingkat suku bunga, sebagai berikut:

 Kedua kebijakan tersebut merupakan wewewnang yang hanya berhak dilakukan oleh

pemerintah pusat.

 Kebijakan moneter dan fiskal yang ditetapkan oleh pemerintah pusat diperlukan guna

mengantisipasi dampak globalisasi khususnya di bidang ekonomi.

 Dalam melaksanakan kedua kebijakan tersebut, pemerintah pusat menggandeng

pemerintah daerah sebagai bentuk kerjasama.

Pemerintah daerah berperan sebagai pelaksana dari kebijakan moneter dan fiskal yang telah

ditetapkan oleh pemerintah pusat. Jika pada pelaksanaan kebijakan di tingkat daerah menemui

kendala, pemerintah daerah hanya dapat mengusulkan cara penyelesaian masalah yang ditemui

kepada pemeritnah pusat, bukan menentukan cara penyelesaiannya sendiri.

f. Mengatur Kebijakan yang Berkaitan Dengan Agama.

Segala sesuatu yang berkaitan dengan agama di atur oleh pemerintah pusat dan dilindungi

oleh undang-undang. Seperti yang kita ketahui, agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia

ada enam yaitu Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha, dan Kong Hu Cu. Semua warga negara
Indonesia mempunyai hak untuk memeluk agamanya sesuai dengan keyakinannya masing-

masing, sebagai berikut:

 Masing-masing pemeluk agama berhak untuk menjalankan ibadah sesuai dengan agama

dan keyakinan yang dianutnya.

 Pemerintah pusat sebagai pengatur kebijakan yang berkaitan dengan agama tentunya

mempunyai strategi yang diterapkan sebagai cara merawat kemajemukan bangsa

Indonesia.

 Peran pemerintah daerah dalam kebijakan yang berkaitan dengan agama berkaitan

dengan hal-hal teknis seperti perizinan untuk mendirikan rumah ibadah. Selebihnya,

hanya pemerintah pusatlah yang mempunyai wewenang untuk mengatur.

2.4 Pemerintah Daerah

Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah

Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan

prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik

Indonesiasebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.[1] Pemerintahan Daerah di Indonesia terdiri dari Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan

Daerah Kabupaten/Kota yang terdiri atas kepala daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

dibantu oleh Perangkat Daerah.


2.4.1 Wewenang Pemerintah

Wewenang pemerintah daerah berkaitan dengan kebijakan-kebijakan untuk dilaksanakan

oleh suatu daerah. Wewenang pemerintah daerah yang satu dengan lainnya tentu saja berbeda

karena berkaitan dengan karakteristik daerah yang ada tetapi masih berpegang pada asas-asas

pemerintahan daerah yang ada. Secara umum, wewenang pemerintah daerah satu dengan lainnya

memiliki kesamaan yang sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2004. Wewenang tersebut

diantaranya:

1. Merencanakan dan Mengendalikan Pembangunan

Dalam pemerintahan daerah, perencanaan dan pengendalian pembangunan yang terjadi di

daerah merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Pemerintah daerah yang tahu kebutuhan

akan pembangunan dalam berbagai bidang sesuai dengan keinginan masyarakat daerahnya.

Adanya wewenang pemerintah daerah dalam perencanaan dan pengendalian pembangunan

adalah bentuk perwujudan fungsi pemerintah daerah dalam pembangunan. Pemerintah pusat

hanya berperan sebagai pengawas dan pemberi masukan terhadap jalannya pembangunan yang

terjadi di lingkungan pemerintah daerah.

2. Merencanakan, Memanfaatkan, dan Mengawasi Tata Ruang.

Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan terhadap tata ruang merupakan wewenang

dari pemerintah daerah. Tata ruang yang dimaksud di sini adalah penataan tata kota yang

meliputi penataan infrastruktur yang ada di daerah tersebut. Proses perencanaan, pemanfaat, dan
pengawasa terhadap tata ruang dilakukan oleh pemerintah daerah karena hanya pemerintah

daerah yang tahu bagaimana tata ruang yang cocok dan yang sesuai dengan karakteristik

daerahnya, bukan malah pemerintah pusat yang menentukan bagaiman tata ruang untuk suatu

daerah.

3. Menyelenggarakan Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat.

Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat merupakan tanggung

jawab pemerintah daerah. Perbedaan karakteristik daerah yang membuat perbedaan tingkat

ketertiban umum dan ketentraman di dalam masyarakatnya. Penyelenggaraan ketertiban umum

dan ketentraman dalam dilakukan melalui adanya struktur organisasi pemeritahan desa yang

dapat mengatur kebijakan-kebijakan daerah untuk ketertiban umum dan ketentraman masyarakat.

Oleh karena itu, demi wujudkan ketertiban umum dan ketetraman di masyarakat, pemerintah

daerah membuat berbagai macam peraturan daerah (perda) sesuai dengan tujuan dan

keperluannya masing-masing.

4. Menyediakan Sarana dan Prasarana Umum.

Pengadaan sarana dan prasarana umum seperti ruang terbuka hijau, sarana transportasi,

dan lainnya merupakan kewenangan pemerintah daerah. Keberadaan sarana dan prasanan umum

diperlukan untuk memehui kebutuhan masyarakat daerah dalam kemudahan akses terhadap

sarana dan prasarana umum. Perbaikan sarana dan prasarana juga merupakan wewenang dari

daerah yang seringkali menemui kendala dalam melakukan perbaikannya. Maka dari itu,

seringkali kita temukan sarana dan prasarana umum milik pemeritnah daerah yang sudah tidak

terawat bahkan terbengkalai. Sarana dan prasarana yang sudah tidak layak tersebut dapat

menjadi penyebab konflik sosial karena adanya perbedaan sarana dan prasarana umum daerah

yang satu dengan yang lain.

5. Menangani Bidang Kesehatan.


Penanganan terhadap bidang kesehatan juga merupakan kewenangan dari pemerintah

daerah. Penangan bidang kesehatan dapat berupa penyediaan sarana dan prasarana kesehatan

seperti rumah sakit atau puskesmas. Tidak hanya itu, penanangan terhadap bidang kesehatan juga

mencakup penyediaan tenaga kesehatan di lingkungan daerah. Secara fakta, penanganan

pemerintah di dalam bidang kesehatan masih tidak merata. Ada beberapa daerah di Indonesia

yang masih kesulitan untuk mencari puskesmas atau rumah sakit terdekat karena letaknya yang

jauh. Melalui adanya kewenangan pemeritnah dalam otonomi daerah, seharusnya penanganan di

bidang kesehatan dapat menjadi lebih baik dan merata demi menjangkau masyarakat daerahnya

masing-masing.

6. Menyelenggarakan Pendidikan dan Mengalokasikan SDM.

Setiap warga negara wajib mengenyam pendidikan minimal sembilan tahun tanpa

terkecuali demi menghasilkan sumber daya manusia yang berpotensi. Oleh karena itu, demi

mewujudkan kebijakan pemerintah pusat terhadap pendidikan, pemerintah daerah mempunyai

wewenang untuk meyelenggarakan pendidikan di daerahnya. Idealnya di suatu daerah terdapat

sekolah dasar (SD/MI) dan sekolah menengah (SMP, SMA/ MTS, MA) agar anak-anak yang

terdapat di dalam komunitas masyarakat dapat bersekolah.

Melalui penyelenggaraan pendidikan, pemerintah daerah diwajibkan untuk melakukan

proses pendidikan sesuai dengan karakteristik daerahnya masing-masing agar anak-anak yang

mengikuti proses pendidikan dapat mengembangkan potensi yang ada di daerahnya. Pemeritah

daerah melalui dinas pendidikan terkait juga mempunyai wewenang untuk merancang sistem

pembelajaran yang menarik sehingga proses pembelajaran yang terjadi di sekolah tidak

menjadi penyebab anak sekolah menjadi malas belajar.

7. Menanggulangi Masalah Sosial.

Masalah-masalah sosial yang terjadi di suatu daerah merupakan tanggung jawab dari

pemerintah daerah. Melalui wewenang yang dimiliki, pemerintah daerah dapat mengeluarkan
peraturan daerah untuk mengurangi terjadinya masalah-masalah sosial yang ada di daerahnya.

Peraturan daerah yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah tentunya didasarkan pada nilai-nilai

luhur Pancasila agar peraturan tersebut tidak bertentangan dengan Pancasila. Selain itu,

keberadaan peraturan daerah merupakan salah satu dasar hukum yang diperlukan

untuk penerapan Pancasila dalam kehidupan khususnya dalam menanggulangi masalah sosial

yang ada.

8. Melayani Bidang Ketenagakerjaan.

Setiap masyarakat di suatu wilayah berhak mendapatkan pekerjaan. Oleh karena itu,

pemerintah daerah mempunyai kewenangan dalam menyediakan lapangan pekerjaan untuk

menyerap masyarakat dalam lapangan pekerjaan tersebut. Layanan ketegakerjaan juga dilakukan

pemerintah daerah melalui adanya Dinas Tenaga Kerja, Sosial dan Transmigrasi untuk

memudahkan masyarakat dalam mengurus berkas atau kepentingan lain yang berkaitan dengan

ketenagakerjaan.

9. Memfasilitasi Pengembangan Koperasi dan UMKM.

Keberadaan koperasi dan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) merupakan aset

pemerintah daerah yang harus dijaga. Perlu kita ketahui, terdapat beberapa jenis-jenis

koperasi sesuai dengan fungsinya masing-masing. Jika dikaitkan dengan pemerintahan daerah,

maka koperasi yang paling umum ditemui adalah koperasi simpan pinjam dimana para pemilik

UMKM dapat melakukan peminjaman modal. Melalui pemeritahan yang dilakukan sekarang,

pengembangan koperasi dan UMKM merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Pemerintah

daerah mempunyai wewenang untuk mengembangkan koperasi daerah dan UMKM sebagai

salah satu pendukung dalam pendapatan daerah melalui pajak. Keberadan UMKM di daerah

perlu difasilitasi oleh pemerintah daerah agar UMKM tersebut dapat berkembang dan

mendatangkan kemajuan bagi daerah tersebut.

10. Mengendalikan Lingkungan Hidup.


Pengendalian lingkungan hidup merupakan wewenang dari pemerintah daerah.

Kebersihan lingkungan hidup dan pemeliharaan sumber daya alam dilakukan oleh pemerintah

daerah bersama-sama dengan masyarakat daerah tersebut. Pemerintah daerah dapat

mengeluarkan peraturan daerah untuk melakukan pengendalian lingkungan hidup agar terjadi

keselarasan dan keseimbangan diantara lingkungan hidup dan perilaku masyarakat di daerah

tersebut. Pengendalian lingkungan hidup yang dilakukan oleh pemerintah daerah tentunya sesuai

dengan karakteristik daerahnya masing-masing dan tidak dapat dipukul rata oleh pemeritah

pusat.

2.5 Hubungan

2.5.1 Hubungan Struktural

Hubungan struktural merupakan hubungan yang didasarkan pada tingkat dan jenjang di

pemerintahan. Pemerintah Daerah betugas menyelenggara urusan pemerintahan di daerah

masing-masing bersama DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, dalam sistem dan

prinsip NKRI. Secara struktural Presiden adalah pemegang kekuasaan tertinggi dalam

penyelenggara urusan pemerintahan di tingkat nasional. kepala daerah adalah penyelenggara

urusan pemerintahan di daerah masing-masing sesuai dengan prinsip otonomi seluas luasnya.

2.5.2 Hubungan Fungsional

Hubungan fungsional adalah hubungan yang didasarkan pada fungsi masing-masing

pemerintahan yang saling mempengaruhi serta saling bergantung antara satu dengan yang lain.

Pada dasarnya pemerintah pusat dan daerah mempunyai hubungan kewenangan yang saling

melengkapi satu sama lain. Hubungan tersebut terletak pada visi, misi, tujuan, serta fungsinya

masing-masing. Visi dan misi kedua lembaga ini, baik di tingkat lokal ataupun nasional adalah

melindungi serta memberi ruang kebebasan kepada daerah untuk mengolah dan mengurus rumah

tangganya sendiri berdasarkan kondisi serta kemampuan daerahnya. Hubungan fugsional


menyangkut atas pembagian tugas dan kewenangan yang mesti dijalankan oleh pemerintahan

pusat serta daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang baik (goog governance).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Pembagian kekuasaan menurut tingkatnya, yaitu pembagian kekuasaan antara beberapa tingkatan

pemerintahan. Pasal 18 ayat (1) uud 1945 menyatakan bahwa negara kesatuan republik indonesia (nkri)

dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi dibagi atas kabupaten dan kota.

Pembagian kekuasaan secara vertikal muncul sebagai konsekuensi dari diterapkannya asas

desentralisasi (otonomi daerah) di indonesia. Hal tersebut ditegaskan dalam pasal 18 ayat (5) uud 1945

yang menyatakan pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan

yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat.


Daftar Pustaka

https://www.temukanpengertian.com/2015/08/pengertian-pembagian-kekuasaan-secara_29.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintahan_daerah_di_Indonesia

https://guruppkn.com/wewenang-pemerintah-pusat

http://www.habibullahurl.com/2017/05/pembagian-kekuasaan-secara-vertikal.html

https://www.edukasippkn.com/2016/02/pembagian-kekuasaan-secara-vertikal.html

Anda mungkin juga menyukai