CONTOH BERKURBAN
(Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah fiqih ibadah)
Dosen pengampu:
HI.SURYANI,S.SOS.,M.M
Disusun oleh :
Bismillahirahmanirahim
Assalamualikum Wr.Wb
Makalah ini dapat diselesaikan tidak jauh dari kerja sama anggota
kelompok dan kami berterimakasih kepada pihak pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu.
Makalah ini telah disusun berdasarkan sumber sumber yang ada. Namun
kami selaku penulis sangat menyadari makalah ini jauh dari kesempuraan, tapi
kami sudah berusaha semaksimal mungkin agar makalah ini dapat digunakan
selayaknya. Oleh karena itu, kami harapkan kritik dan saran yang membangun
untuk membuat makalah selanjutnya lebih baik dan sempurna.
Wassalamu’alikum Wr.Wb
A. Latar Belakang
Shalat idain merupakan shalat dua hari raya umat islam yaitu shalat
idhul fitri dan shalat idhul adha. Adapun waktu pelaksanaan shalat ini adalah
satu tahun satu kali pada bulan syawal dan dzulhijjah. Shalat idain merupakan
amalan yang disunahkan, baik laki-laki, wanita, anak-anak, orang yang sedang
dalam perjalanan (musafir) maupun tidak (muqim), baik itu dikerjakan dengan
jamaah maupun sendirian dirumah, masjid atau tempat shalat lainnya.
Hari raya idhul fitri seringkali disebut hari kemenangan setelah ujian
khusus selama sebulan penuh wajah-wajah nan berseri memenuhi
menghadapkan wajah dengan penuh ketundukan. Sedangkan hari raya idhul
adha adalah hari raya kurban dimana hari raya ini adalah untuk mengahas
kepedulian kita terhadap sesama yaitu dengan berbagi hewan kurban
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan shalat idhul fitri dan shalat idhul adha ?
2. Apa hukum dan disyariatkannya shalat idhul fitri dan idhul adha ?
3. Bagaimana tata cara shalat dan khutbah shalat idhul fitri dan idhul
adha ?
4. Apa saja hal hal yang disunahkan pada waktu hari raya idhul fitri
dan idhul adha ?
5. Apa saja keutamaan dari shalat idhul fitri dan idhul adha ?
BAB II
PEMBAHASAN
Mengenai dasar hukum shalat ied (Idul Fitri maupun Idul Adha), sudah
jelas disebutkan dalam Al-Qur'an dan Al Hadist.
“Dari Abas r.a. berkata: “Saya menyaksikan hari Iedul Fitri bersama
Rasulullah SAW, Abu Bakar Umar dan Usman r.a. Mereka menjalankan shalat
sebelum khutbah, kemudian baru berkhutbah sesudahnya ”. (HR. Bukhari).
Sedangkan menurut pendapat ulama fiqh, sebagaimana pendapat Wahbah
al Zuhaily yang dikutip oleh Masdar Helmy “ Ada tiga pendapat mengenai
hukum sholat ‘Ied ada tiga” yaitu: 1) Fardhu kifayah, 2) Wajib, 3) Sunnah.
Pertama, menurut pendapat ulama Hanbali, sholat ied memiliki hukum
fardhu kifayah dikarenakan sholat ‘ied cukup dilaksanakan oleh beberapa orang
saja. Sesuai dengan Qs. Al-Kausar ayat 2:
ُسولَه ُ َّللاَ َو َر َّ َالزكَاةَ َوأ َ ِط ْعن َّ َصالةَ وآتِين َّ َوقَ ْرنَ فِي بُيُوتِكُنَّ َوال تَبَ َّرجْ نَ ت َ َب ُّر َج ا ْل َجا ِه ِليَّ ِة األو َلى َوأَقِ ْمنَ ال
ً ط ِ ِّه َر ُك ْم ت َ ْط ِه
يرا َ ُت َويِ س أ َ ْه َل ا ْل َب ْي ِّ ِ ع ْن ُك ُم
َ ْالرج َ َّللاُ ِليُ ْذ ِه
َ ب َّ ِإنَّ َما يُ ِري ُد
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan
bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah salat,
tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah
bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan
membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (Qs. Al-Ahzab ayat 33)[6]
Dalam ayat diatas menjelaskan bahwa para remaja/ gadis dilarang untuk
keluar dari rumah serta berhias sebab ditakutkan jika mereka keluar dari rumah
dapat menimbulkan fitnah yang dilarang oleh agama. Namun untuk para nenek-
nenek diperbolehkan sebab tidak dikhawatirkan menimbulkan fitnah yang
dilarang oleh agama.
Dalam hal wanita hendak menghadiri sholat ‘ied, Wahbah Zuhaili
mengatakan, “jika wanita ingin menghadiri shalat ied maka mereka harus suci,
tidak memakai wangi-wangian, tidak berpakaian mencolok seperti pakaian yang
transparan, mereka juga harus menyendiri dari jama’ah laki-laki dan bagi
mereka yang haidh harus menyendiri dari jama’ah shalat”.
Sebagaimana dari hadist Rasulullah,
ال تمنعوا أماء هللا مساجدهللا
ِّ ِّان
فمن فعل فقد أصاب سنتنا (رواه, ث ِّم نرجع فننحر,أول ما نبدأ من يومنا هذا ان نصلي
)البخاري
Di dalam menjalankan ibadah shalat ied, ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi sebagaimana menjalankan ibadah shalat lainnya. Secara garis besar
para ulama berbeda pendapat.[10]
Menurut ulama Hanafiyah, berpendapat bahwa yang menjadi syarat wajib
dan bolehnya Jumat adalah berlaku pula bagi sholat dua hari raya seperti:
a) Hadirnya Imam
b) Dilakukan ditanah lapang
c) Dilakukan dengan berjamaah
d) Baligh
e) Berakal
f) Merdeka
g) Sehat badan
h) Diakhiri dengan Khutbah
i) Mukim[11]
Sholat ‘ied tidak berlaku bagi orang yang lupa, anak-anak, orang gila,
hamba sahaya yang tidak diizinkan oleh tuannya, berpenyakit yang parah, sakit
biasa serta musafir yang tidak diwajibkan sholat Jum’at.
Sedangkan Rukun shalat ‘Ied, Menurut Imam Bashori Assayuthi,
rukun sholat ‘ied sama seperti rukun sholat pada sholat fardhu biasanya yaitu:
a) Niat
b) Berdiri tegak bagi yang mampu
c) Takbiratul ihram
d) Memabaca surat al-fatihah pada setiap rakaat
e) Ruku’ dengan tuma’ninah
f) I’tidal dengan tuma’ninah
g) Sujud dua kali dengan tuma’ninah
h) Duduk diantara dua sujud dengan tuma’ninah
i) Duduk tahiyat akhir dengan tuma’ninah
j) Membaca doa tasahud akhir
k) Membaca sholawat Nabi pada tasyahud akhir
l) Membaca salam yang pertama
m) Tertib.[12]
Sedangkan untuk sunnah-sunnah yang dilakukan dalam sholat ‘ied antara
lain:
a) Di sunnahkan untuk dilakukan berjamaah
b) Rakaat pertama takbir tujuh kali setelah doa iftitah dan sebelum membaca Al-
Fatihah, sedangkan rakaat kedua takbir sebanyak 5 kali sebelum membaca Al-
Fatihah.
c) Mengangkat kedua tangan setinggi bahu pada setiap takbir.
d) Membaca tasbih diantara beberapa takbir.
e) Membaca surat Qaf pada rakaat pertama dan membaca surat Al-Qamar pada
rakaat kedua atau membaca Al-A’la pada rakaat pertama dan Al-Ghasiyah pada
rakaat kedua.
f) Mengeraskan bacaan, kecuali makmum.
g) Khutbah dua kali setelah sholat, keadaan khutbahnya seperti khutbah dalam
sholat jum’at.
h) Pada khutbah pertama hendaknya dimulai dengan takbir sebanyak 9 kali atau
membaca puji-pujian (al-hamdulillah).
i) Hendaklah di dalam khutbah hari raya idul fitri diterangkan tentang zakat
fitrah dan pada hari raya idul adha diterangkan tentang hukum-hukum
berkurban.
j) Pada hari raya disunnahkan untuk mandi dan dengan memakai pakaian yang
sebaik-baiknya.
k) Disunnatkan untuk makan dahulu sebelum melaksanakan sholat idul fitri
sedangkan hari raya idul adha disunnatkan untuk tidak makan terlebih dulu,
melainkan setelah sholat.
l) Hendaklah ketika berangkat maupun pulang sholat melalui jalan yang
berbeda.[13]
2) Khutbah ‘Ied
Menurut jumhur ulama malikiyah khutbah ied disampaikan sebanyak
dua kali sebagaimana dua kali khutbah Jum’at dalam masalah rukun, syarat,
sunnah dan makruhnya, setelah melaksanakan sholat ‘ied itu sendiri. Dalam
sholat idul fitri khutbah sebaiknya berisi tentang materi yang berhubungan
dengan zakat fitrah sedangkan dalam sholat idul Adha sebaiknya berhubungan
dengan materi berkorban maupun berhubungan dengan wukuf di Arafah
maupun tentang haji yang lainnya. [15]
Shalat ‘ied tetap boleh dilaksanakan sekalipun khutbahnya tidak
dilaksanakan. Sebab Khutbah dalam sholat ‘ied merupakan sunnah. Alasan di
sunnahkannya demi menghormati nabi saw dan para khalifahnya. Dalam
khutbah sholat ‘ied khatib memulai dengan takbir, sebanyak 9 kali dalam
khutbah pertama dan 7 kali pada khutbah kedua.[16]
F. Cara Berkurban
Penyembelihan hewan kurban dilaksanakan pada hari Raya Iduladha (10
Zulhijah) setelah menggelar salat Ied dan dalam tiga hari tasyrik, yaitu 11, 12,
dan 13 Zulhijah. Penyembelihan ini tidak hanya bermakna penyempurnaan
ibadah, tetapi juga didasari kisah Nabi Ibrahim ketika mendapat perintah untuk
menyembelih putranya yang bernama Ismail. Dalam Alquran, terdapat beberapa
ayat yang berkaitan dengan kurban. Sebagai contoh, perintah agar umat Islam
berkurban, terdapat dalam Surah Al-Kautsar ayat 2. Allah berfirman sebagai
berikut.
Perintah berkurban bukan hanya ekskusif untuk umat Islam sejak era
Nabi Muhammad. Penyembelihan hewan kurban didasari kisah Nabi Ibrahim,
yang sempat diperintahkan Allah untuk menyembelih putranya sendiri, Ismail.
Setelah berdiskusi dengan Ismail, Ibrahim membulatkan tekad. Ketika itulah,
Allah mengganti Ismail dengan domba, sehingga Ibrahim tetap dapat
menyembelih kurban, tetapi tidak mengorbankan sang putra. Kisah ini terekam
dalam Alquran, Surah Ash-Shaffat ayat 103 hingga 107.
a. Doa Hendak Menyembelih Hewan Kurban
Sebelum melakukan penyembelihan hewan kurban, dianjurkan untuk
berdoa terlebih dahulu. Doa tersebut dibaca dengan harapan agar Allah
menerima ibadah kurban yang dilakukan. Berikut doa tersebut.
Artinya, "Ya Tuhanku, hewan ini adalah nikmat dari-Mu. Dan dengan ini
aku bertaqarrub kepada-Mu. Karenanya hai Tuhan Yang Maha Pemurah,
terimalah taqarrub-ku."
Artinya
Ketiga, menghadap ke arah kiblat baik untuk hewan yang akan disembelih
maupun orang yang akan melakukan penyembelihan terhadap hewan kurban.
Dalam hal ini, hewan dibaringkan di atas lambung sebelah kiri, dan posisi
lehernya yang dihadapkan ke kiblat. Keempat, setelah posisi sudah siap, maka
diiringi dengan bacaan takbir sebanyak tiga kali dan tahmid sekali.
ُْال َح ْمدُ َوِل أ َ ْكبَ ُر اَللُ أ َ ْكبَ ُر اَللُ أ َ ْكبَ ُر اَلل
Allâhu akbar, Allâhu akbar, Allâhu akbar, walillâhil hamd
Artinya
“Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, segala puji
bagi-Mu.”
Sholat ‘ied adalah sholat sunnat yang dikerjakan pada tanggal 1 Syawal
dan setelah puasa ramadhan untuk sholat ‘Ied Fitri serta tanggal 10 Dzulhijjah
untuk sholat ‘Ied Adha.
Syarat dan rukun sholat ‘ied sama dengan syarat dan rukun sholat fardhu
pada umumnya. Sedangkan untuk sunnah-sunnah yang dilakukan dalam sholat
‘ied antara lain: dilakukan berjamaah, Rakaat pertama takbir tujuh kali setelah
doa iftitah dan sebelum membaca Al-Fatihah, sedangkan rakaat kedua takbir
sebanyak 5 kali sebelum membaca Al-Fatihah, Mengangkat kedua tangan
setinggi bahu pada setiap takbir, Membaca tasbih diantara beberapa
takbir, Membaca surat Qaf pada rakaat pertama dan membaca surat Al-Qamar
pada rakaat kedua atau membaca Al-A’la pada rakaat pertama dan Al-Ghasiyah
pada rakaat kedua, Mengeraskan bacaan, kecuali makmum, Khutbah dua kali
setelah sholat, keadaan khutbahnya seperti khutbah dalam sholat jum’at, Pada
khutbah pertama hendaknya dimulai dengan takbir sebanyak 9 kali atau
membaca puji-pujian (al-hamdulillah), Hendaklah di dalam khutbah hari raya
idul fitri diterangkan tentang zakat fitrah dan pada hari raya idul adha
diterangkan tentang hukum-hukum berkurban, Pada hari raya disunnahkan
untuk mandi dan dengan memakai pakaian yang sebaik-baiknya, Disunnatkan
untuk makan dahulu sebelum melaksanakan sholat idul fitri sedangkan hari raya
idul adha disunnatkan untuk tidak makan terlebih dulu, melainkan setelah sholat,
Hendaklah ketika berangkat maupun pulang sholat melalui jalan yang berbeda.
Dalam sholat idul fitri khutbah sebaiknya berisi tentang materi yang
berhubungan dengan zakat fitrah sedangkan dalam sholat idul Adha sebaiknya
berhubungan dengan materi berkorban maupun berhubungan dengan wukuf di
Arafah maupun tentang haji yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Zuhaily, Wahbah. Al-Fiqh Al-Islam Wa Adillatuhu , Terj. Masdar Helmy, “Fiqih
Shalat Kajian Berbagai Mazhab”, (Bandung: CV. Pustaka Media Utama, 2004).
Assayuthi, Imam Bashori. Bimbingan Ibadah Sholat Lengkap, (Surabaya: Mitra
Ummat, 1998).
Jamaris, Zaenal Arifin. Menyempurnakan Shalat dengan Menyempurnakan Kaifiyat
dan Latar Filosofinya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996).
Ma’ruf, Tolhah. Et. Al., Fiqh Ibadah, (Kediri: PP. Al Falah Ploso Mojo).
Muhammad, Syaikh Kamil. Al-Jami’ Fii Fiqhi An-Nisa’, Terj. Abdul Ghoffar, “Fiqih
Wanita”, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005).
Soleh, Ach. Khudlori. Fiqh Kontekstual Perspektif Sufi Falsafi, (Jakarta: PT.
Pertja, 1998).
Rasyid, Sulaiman. Fiqh Islam, (Jakarta: CV Sinar Baru Bandung, 1986).
QS. al-A’la ayat (14-15)
QS. Al-Ahzab Ayat (33)
QS. Al-Kausar ayat (2)