KALIMAT EFEKTIF
PEMILIHAN KATA (DIKSI)
NRI : 18021102080
FAKULTAS : TEKNIK
JURUSAN/PRODI : ARSITEKTUR/ARSITEKTUR
A. SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA
1. Sejarah Bahasa Indonesia
a. Sebelum Kemerdekaan
Sebelum kemerdekaan Indonesia diproklamasi-kan, bahasa
Indonesia merupakan salah satu dialek bahasa Melayu. Telah berabad-
abad bahasa Melayu dipakai sebagai alat perhubungan antarpenduduk
Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan bahasa. Pada masa
penjajahan Belanda , bahasa Melayu juga dipakai sebagai bahasa
perhubungan yang luas. Bahkan komunikasi antara pemerintah Belanda
dan penduduk Indonesia yang memiliki berbagai macam bahasa juga
menggunakan bahasa Melayu.
b. Setelah Kemerdekaan
Diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, pada tanggal 18
Agustus 1945 ditetapkan UUD 1945 yang di dalamnya terdapat pasal yang
menyatakan bahwa “Bahasa Negara adalah bahasa Indonesia”. Pernyataan
dalam pasal tersebut mengandung konsekuensi bahwa selain menjadi
bahasa nasional bahasa Indonesia juga berkedudukan sebagai bahasa
Negara sehingga dipakai dalam semua urusan yang berkaitan dengan
pemerintahan dan negara.
Pada masa kemerdekaan ,bahasa Indonesia mengalami
perkembangan yang amat pesat. Setiap tahun jumlah pemakai bahasa
Indonesia semakin bertambah. Perhatian pemerintah Indonesia terhadap
perkembangan bahasa Indonesia juga sangat besar. Hal ini terbukti dengan
dibentuknya sebuah lembaga yang mengurus masalah kebahasaan yang
saat ini dikenal dengan nama Pusat Bahasa. Berbagai upaya
mengembangkan bahasa Indonesia telah ditempuh oleh Pusat Bahasa
seperti adanya perubahan ejaan bahasa Indonesia dari ejaan Van
Ophuijsen, ejaan Suwandi, hingga sekarang berlaku Ejaan yang
Disempurnakan (EYD).
B. KALIMAT EFEKTIF
1. Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif dapat diartikan sebagai susunan kata yang
mengikuti kaidah kebahasaan secara baik dan benar. Tentu saja
karena kita berbicara tentang bahasa Indonesia, kaidah yang
menjadi patokan kalimat efektif dalam bahasan ini adalah kaidah
bahasa Indonesia menurut ejaan yang disempurnakan (EYD).
2. Ciri-Ciri Diksi
Setelah mengetahui syarat diksi, tentu kita juga harus mengetahui
ciri-ciri diksi tersebut, dibawah ini merupakan ciri-ciri diksi, antara
lain:
a. Tepat dalam pemilihan kata untuk dapat mengungkapkan
gagasan atau juga hal-hal yang diamanatkan
b. Dapat digunakan untuk dapat membedakan secara tepat
nuansa makna serta bentuk yang sesuai dengan gagasan
serta juga situasi serta nilai rasa pembaca.
c. Menggunakan pembendaharaan kata yang dipunyai
masyarakat bahasanya serta dapat menggerakan dan juga
memberdayakan kekayaan itu menjadi jaring kata yang
jelas.
3. Syarat Diksi
Ada dua persyaratan yang harus dipenuhi dalam memilih kata-kata,
yaitu persyaratan ketetapan dan kesesuaian. Tepat, artinya kata-
kata yang dipilih itu dapat mengungkapkan dengan tepat apa yang
ingin diungkapkan. Di samping itu, ungkapan itu juga harus
dipahami pembaca dengan tepat, artinya tafsiran pembaca sama
dengan apa yang dimaksud dengan penulis. Untuk memenuhi
persyaratan ketetapan dan kesesuaian dalam pemilihan kata, perlu
diperhatikan
a) Pilihan kata sesuai dengan kaidah kelompok kata/ frase
Pilihan kata/ diksi yang sesuai dengan kaidah kelompok
kata/frase, seharusnya pilihan kata/diksi yang tepat,seksama,
lazim,dan benar.
1) Tepat
Contohnya : Makna kata lihat dengan kata pandang
biasanya bersinonim, tetapi kelompok kata pandangan
mata tidak dapat digantikan dengan lihatan mata.
2) Seksama
Contohnya : Kata besar, agung, akbar, raya, dan tinggi
termasuk kata-kata yang bersinonim. Kita biasanya
mengatakan hari raya serta hari besar, tetapi kita tidak
pernah mengatakan hari agung, hari akbar ataupun hari
tinggi. Begitu pula dengan kata jaksa agung tidak dapat
digantikan dengan jaksa besar ataupun jaksa raya, atau
pun jaksa tinggi karena kata tersebut tidak seksama.
3) Lazim
Lazim adalah kata itu sudah menjadi milik bahasa
Indonesia. Kata yang tidak lazim dalam bahasa Indonesia
apabila dipergunakan sangatlah akan membingungkan
pengertian saja. Contohnya, Kata makan dan santap
bersinonim. Akan tetapi tidak dapat mengatakan Anjing
bersantap sebagai sinonim anjing makan. Kemudian kata
santapan rohani tidak dapat pula digantikan dengan
makanan rohani. Kedua kata ini mungkin tepat
pengelompokannya, tetapi tidak seksama serta tidak lazim
dari sudut makna dan pemakain-nya.
b) Pilihan kata sesuai dengan kaidah makna kata.
Jenis makna
Berdasarkan sifatnya, makna dibedakan atas dua
macam:
Makna Denotasi adalah makna kata yang sesuai dengan
hasil observasi panca indra dan tidak menimbulkan
penafsiran lain. Makna denotasi disebut juga sebagai
makna sebenarnya.
Contoh :
Kepala: organ tubuh yang letaknya paling atas
Besi: logam yang sangat keras
Perubahan makna
Berdasarkan cakupan maknanya, perubahan makna
dibedakan atas: Meluas, cakupan makna sekarang lebih
luas daripada sebelumnya. Misalnya
Berdasarkan nilai rasanya, perubahan makna dibedakan
atas :
Ameliorasi adalah perubahan makna ke tingkat yang lebih
tinggi. Artinya baru dirasakan lebih baik dari arti
sebelumnya.
Contoh :
Kata wanita dirasakan lebih baik nilainya daripada
perempuan
Kata istri atau nyonya dirasakan lebih baik daripada kata
bini.
Pergeseran makna
Pergeseran makna dibedakan atas dua macam:
Asosiasi
Adalah pergeseran makna yang terjadi karena adanya
persamaan sifat.
Contoh:
– Tasya menyikat giginya sampai bersih
– Pencuri itu menyikat habis barang-barang berhatga
dirumah itu
Sinestesia
Adalah perubahan makna akibat adanya pertukaran
tanggapan antara dua indra yang berbeda.
Contoh:
– Sayur itu rasanya pedas sekali
– Kata-katanya sangat pedas didengar.
Relasi makna
Homonim
Adalah dua buah kata yang mempunyai persamaan tulisan
dan pengucapan.
– Bisa berarti 1). Dapat, sanggup
2). Racun
Homograf
Adalah dua buah kata atau lebih yang mempunyai
persamaan tulisan tetapi berlainan pengucapan dan arti.
Contoh:
– Teras (inti) dengan teras (halaman rumah)
– Sedan (isak) dengan sedan (sejenis mobil)
– Tahu (paham) dengan tahu (sejenis makanan)
Homofon
Adalah dua buah kata atau lebih yang mempunyai
persamaan pengucapan tetapi berlainan tulisan dan arti.
Contoh:
– Bang dengan bank
– Masa dengan massa
Sinonim
adalah dua buah kata yang berbeda tulisan dan
pengucapanya tetapi mempunyai arti yang sama.
Contoh:
– Pintar dengan pandai
– Bunga dengan kembang
Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan
atau kemiripan. Oleh sebab itu, di dalam sebuah karang
mengarang sebaiknya dipergunakan sinomin kata supaya
ada variasinya dan ada pergantiannya yang membuat
lukisan di dalam karangan itu menjadi hidup. Sinonim
dapat terjadi disebabkan oleh hal-hal berikut ini:
Antonim
Adalah kata-kata yang berlawanan artinya.
Contoh:
– Tua – muda
– Besar – kecil
– Luas – sempit
4. Fungsi Diksi
Diksi dalam pembuatan karya sastra memiliki beberapa
fungsi sebagai berikut: