Anda di halaman 1dari 18

BAHASA INDONESIA

KALIMAT EFEKTIF
PEMILIHAN KATA (DIKSI)

NAMA : DAVID IMMANUEL ROTTIE

NRI : 18021102080

FAKULTAS : TEKNIK

JURUSAN/PRODI : ARSITEKTUR/ARSITEKTUR
A. SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA
1. Sejarah Bahasa Indonesia
a. Sebelum Kemerdekaan
Sebelum kemerdekaan Indonesia diproklamasi-kan, bahasa
Indonesia merupakan salah satu dialek bahasa Melayu. Telah berabad-
abad bahasa Melayu dipakai sebagai alat perhubungan antarpenduduk
Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan bahasa. Pada masa
penjajahan Belanda , bahasa Melayu juga dipakai sebagai bahasa
perhubungan yang luas. Bahkan komunikasi antara pemerintah Belanda
dan penduduk Indonesia yang memiliki berbagai macam bahasa juga
menggunakan bahasa Melayu.

Pada tahun 1928 saat dilangsungkannya Kongres Pemuda pada


tanggal 28 Oktober, bahasa Melayu diubah namanya menjadi bahasa
Indonesia dan diikrarkan sebagai bahasa persatuan atau bahasa nasional
dalam sumpah pemuda.

Pada masa penjajahan Jepang, pemerintah Jepang melarang


penggunaan bahasa Belanda. Pelarangan ini mempunyai dampak yang
positif terhadap perkembangan bahasa Indonesia. Saat itu pemakaian
bahasa Indonesia semakin meluas. Bahasa Indonesia dipakai dalam
berbagai aspek kehidupan termasuk kehidupan politik dan pemerintahan
yang sebelumnya lebih banyak menggunakan bahasa Belanda.

b. Setelah Kemerdekaan
Diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, pada tanggal 18
Agustus 1945 ditetapkan UUD 1945 yang di dalamnya terdapat pasal yang
menyatakan bahwa “Bahasa Negara adalah bahasa Indonesia”. Pernyataan
dalam pasal tersebut mengandung konsekuensi bahwa selain menjadi
bahasa nasional bahasa Indonesia juga berkedudukan sebagai bahasa
Negara sehingga dipakai dalam semua urusan yang berkaitan dengan
pemerintahan dan negara.
Pada masa kemerdekaan ,bahasa Indonesia mengalami
perkembangan yang amat pesat. Setiap tahun jumlah pemakai bahasa
Indonesia semakin bertambah. Perhatian pemerintah Indonesia terhadap
perkembangan bahasa Indonesia juga sangat besar. Hal ini terbukti dengan
dibentuknya sebuah lembaga yang mengurus masalah kebahasaan yang
saat ini dikenal dengan nama Pusat Bahasa. Berbagai upaya
mengembangkan bahasa Indonesia telah ditempuh oleh Pusat Bahasa
seperti adanya perubahan ejaan bahasa Indonesia dari ejaan Van
Ophuijsen, ejaan Suwandi, hingga sekarang berlaku Ejaan yang
Disempurnakan (EYD).

2. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia


 Bahasa Indonesia memiliki dua kedudukan yaitu sebagai bahasa Nasional
dan sebagai bahasa Negara.
 Bahasa nasional suatu negara memiliki dasar hukum yang kuat /
dicantumkan dalam UUD 1945. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional sudah dimiliki bahasa Indonesia sejak dicetuskannya
Sumpah Pemuda .Kedudukan ini dimungkinkan karena bahasa Melayu
yang mendasari bahasa Indonesia telah dipakai sebagai lingua franca.
 Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai:
1) lambang kebanggaan kebangsaan,
2) lambang identitas nasional,
3) alat pemersatu berbagai suku bangsa, dan
4) alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya (Amran Halim,
1977:22).
5) Sebagai lambang kebanggaan kebangsaan, bahasa Indonesia
merupakan cerminan dari nilai-nilai sosial budaya bangsa
Indonesia.
6) Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia mempunyai
kedudukan yang sejajar dengan bendera negara. Dengan
demikian bahasa Indonesia haruslah memiliki identitas sendiri
yaitu sebagai bahasa yang bersih dari unsur-unsur bahasa yang
lain yang tidak benar-benar diperlukan.

B. KALIMAT EFEKTIF
1. Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif dapat diartikan sebagai susunan kata yang
mengikuti kaidah kebahasaan secara baik dan benar. Tentu saja
karena kita berbicara tentang bahasa Indonesia, kaidah yang
menjadi patokan kalimat efektif dalam bahasan ini adalah kaidah
bahasa Indonesia menurut ejaan yang disempurnakan (EYD).

2. Syarat Kalimat Efektif


Pada dasarnya, ada empat syarat utama sebuah kalimat dapat
dikatakan efektif atau tidak.
1) Sesuai EYD
Sebuah kalimat efektif haruslah menggunakan ejaan
maupun tanda baca yang tepat. Kata baku pun mesti
menjadi perhatian agar tidak sampai kata yang kamu tulis
ternyata tidak tepat ejaannya.
2) Sistematis
Sebuah kalimat paling sederhana adalah yang memiliki
susunan subjek dan predikat, kemudian ditambahkan
dengan objek, pelengkap, hingga keterangan. Sebisa
mungkin guna mengefektifkan kalimat, buatlah kalimat
yang urutannya tidak memusingkan. Jika memang tidak ada
penegasan, subjek dan predikat diharapkan selalu berada di
awal kalimat.
3) Tidak Boros dan Bertele-tele
Jangan sampai kalimat yang kalian buat terlalu banyak
menghambur-hamburkan kata dan terkesan bertele-tele.
Pastikan susunan kalimat yang kalian rumuskan pasti dan
ringkas agar orang yang membacanya mudah menangkah
gagasan yang kalian tuangkan.
4) Tidak Ambigu
Syarat kalimat efektif yang terakhir, kalimat efektif menjadi
sangat penting untuk menghindari pembaca dari
multiftafsir. Dengan susunan kata yang ringkas, sistemastis,
dan sesuai kaidah kebahasaan; pembaca tidak akan
kesulitan mengartikan ide dari kalimat kalian sehingga
tidak ada kesan ambigu.

3. Ciri-ciri Kalimat Efektif


Untuk membuat kalimat efektif tidaklah sulit asalkan sudah
memahami ciri-ciri suatu kalimat dikatakan efektif. Berikut ini
adalah 5 ciri-ciri sehingga suatu kalimat dapat kita katakan efektif.
1) Kesepadanan Struktur
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah kelengkapan
struktur dan penggunaannya. Inilah yang dimaksud dengan
kesepadanan struktur. Ada beberapa hal yang menyangkut ciri-
ciri yang satu ini.
a) Pastikan kalimat yang dibuat mengandung unsur klausa
minimal yang lengkap, yakni subjek dan predikat.
b) Jangan taruh kata depan (preposisi) di depan subjek karena
akan mengaburkan pelaku di dalam kalimat tersebut.
Contoh kalimat efektif dan tidak efektif:
Bagi semua peserta diharapkan hadir tepat waktu. (tidak
efektif)
Semua peserta diharapkan hadir tepat waktu. (efektif)
c. Hati-hati pada penggunaan konjungsi yang di depan
predikat karena membuatnya menjadi perluasan dari subjek.
Contoh:
Dia yang pergi meninggalkan saya. (tidak efektif)
Dia pergi meninggalkan saya. (efektif)
d. Tidak bersubjek ganda, bukan berarti subjek tidak boleh
lebih dari satu, namun lebih ke arah menggabungkan subjek
yang sama.
Contoh:
Adik demam sehingga adik tidak dapat masuk sekolah.
(tidak efektif)
Adik demam sehingga tidak dapat masuk sekolah. (efektif)
2) Kehematan Kata
Karena salah satu syarat kalimat efektif adalah ringkas dan
tidak bertele-tele, kalian tidak boleh menyusun kata-kata yang
bermakna sama di dalam sebuah kalimat. Ada dua hal yang
memungkinkan kalimat membuat kalimat yang boros sehingga
tidak efektif. Yang pertama menyangkut kata jamak dan yang
kedua mengenai kata-kata bersinonim. Untuk menghindari hal
tersebut, berikut ini contoh mengenai kesalahan dalam kata
jamak dan sinonim yang menghasilkan kalimat tidak efektif.

Contoh Kata Jamak:


Para siswa-siswi sedang mengerjakan soal ujian masuk
perguruan tinggi. (tidak efektif)
Siswa-siswi sedang mengerjakan soal ujian masuk perguruan
tinggi. (efektif)

Ketidakefektifan terjadi karena kata para merujuk pada jumlah


jamak, sementara siswa-siswi juga mengarah pada jumlah
siswa yang lebih dari satu. Jadi, hilangkan salah satu kata yang
merujuk pada hal jamak tersebut.

Contoh Kata Sinonim:


Ia masuk ke dalam ruang kelas. (tidak efektif)
Ia masuk ruang kelas.

Ketidakefektifan terjadi karena kata masuk dan frasa ke


dalam sama-sama menunjukkan arti yang sama. Namun, kata
masuk lebih tepat membentuk kalimat efektif karena sifatnya
yang merupakan kata kerja dan dapat menjadi predikat.
Sementara itu, jika menggunakan ke dalam dan menghilangkan
kata masuk—sehingga menjadi ia ke dalam ruang kelas—
kalimat tersebut akan kehilangan predikatnya dan tidak dapat
dikatakan kalimat efektif menurut prinsip kesepadanan
struktur.
3) Kesejajaran Bentuk
Ciri-ciri yang satu ini menyangkut soal imbuhan dalam
kata-kata yang ada di kalimat, sesuai kedudukannya pada
kalimat itu. Pada intinya, kalimat efektif haruslah berimbuhan
pararel dan konsisten. Jika pada sebuah fungsi digunakan
imbuhan me-, selanjutnya imbuhan yang sama digunakan pada
fungsi yang sama.
Contoh:
Hal yang mesti diperhatikan soal sampah adalah cara
membuang, memilah, dan pengolahannya. (tidak efektif)
Hal yang mesti diperhatikan soal sampah adalah cara
membuang, memilah, dan mengolahnya. (efektif)
4) Ketegasan Makna
Tidak selamanya subjek harus diletakkan di awal kalimat,
namun memang peletakan subjek seharusnya selalu
mendahului predikat. Akan tetapi, dalam beberapa kasus
tertentu, kalian bisa saja meletakkan keterangan di awal
kalimat untuk memberi efek penegasan. Ini agar pembaca dapat
langsung mengerti gagasan utama dari kalimat tersebut.
Penegasan kalimat seperti ini biasanya dijumpai pada jenis
kalimat perintah, larangan, ataupun anjuran yang umumnya
diikuti partikel lah atau pun.
Contoh:
Kamu sapulah lantai rumah agar bersih! (tidak efektif)
Sapulah lantai rumahmu agar bersih! (efektif)
5) Kelogisan Kalimat
Ciri-ciri kalimat efektif terakhir yang amat krusial menyangkut
kelogisan kalimat yang kalian buat. Kelogisan berperan penting
untuk menghindari kesan ambigu pada kalimat. Karena itu,
buatlah kalimat dengan ide yang mudah dimengerti dan masuk
akal agar pembaca dapat dengan mudah pula mengerti maksud
dari kalimat tersebut.
Contoh:
Kepada Bapak Kepala Sekolah, waktu dan tempat kamu
persilakan. (tidak efektif)
Bapak Kepala Sekolah dipersilakan menyampaikan pidatonya
sekarang. (efektif)

C. PEMILIHAN KATA (DIKSI)


1. Pengertian Pemilihan Kata (Diksi)
Diksi bisa diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk
menggambarkan sebuah cerita. Diksi bukan hanya berarti pilih
memilih kata melainkan digunakan untuk menyatakan gagasan
atau menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya
bahasa, ungkapan-ungkapan dan sebagainya.

Agar dapat menghasilkan cerita yang menarik melalui pilihan kata


maka diksi yang baik harus memenuhi syarat, seperti :

Ketepatan dalam pemilihan kata dalam menyampaikan suatu


gagasan. Seorang pengarang harus mempunyai kemampuan untuk
membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan
gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk
menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa bagi
pembacanya. Menguasai berbagai macam kosakata dan mampu
memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang
jelas, efektif dan mudah dimengerti.
Contoh Paragraf :

ini Aku pergi ke pantai bersama dengan teman-temanku.


Udara disana sangat sejuk. Kami bermain bola air sampai tak
terasa hari sudah sore. Kamipun pulang tak lama kemudian.

Liburan kali ini Aku dan teman-teman berencana untuk


pergi ke pantai. Kami sangat senang ketika hari itu tiba. Begitu
sampai disana kami sudah disambut oleh semilir angin yang tak
henti-hentinya bertiup. Ombak yang berkejar-kejaran juga seolah
tak mau kalah untuk menyambut kedatangan kami. Kami
menghabiskan waktu sepanjang hari disana, kami pulang dengan
hati senang.

Kedua paragraf diatas punya makna yang sama. Tapi dalam


pemilihan diksi pada contoh paragraph kedua menjadi enak dibaca,
tidak membosankan bagi pembacanya.
Sedangkan Menurut Enre, diksi merupakan pilihan kata yang tepat
dan selaras dalam mewakili perasaan yang nyata dalam pola
sebuah kalimat.

2. Ciri-Ciri Diksi
Setelah mengetahui syarat diksi, tentu kita juga harus mengetahui
ciri-ciri diksi tersebut, dibawah ini merupakan ciri-ciri diksi, antara
lain:
a. Tepat dalam pemilihan kata untuk dapat mengungkapkan
gagasan atau juga hal-hal yang diamanatkan
b. Dapat digunakan untuk dapat membedakan secara tepat
nuansa makna serta bentuk yang sesuai dengan gagasan
serta juga situasi serta nilai rasa pembaca.
c. Menggunakan pembendaharaan kata yang dipunyai
masyarakat bahasanya serta dapat menggerakan dan juga
memberdayakan kekayaan itu menjadi jaring kata yang
jelas.

3. Syarat Diksi
Ada dua persyaratan yang harus dipenuhi dalam memilih kata-kata,
yaitu persyaratan ketetapan dan kesesuaian. Tepat, artinya kata-
kata yang dipilih itu dapat mengungkapkan dengan tepat apa yang
ingin diungkapkan. Di samping itu, ungkapan itu juga harus
dipahami pembaca dengan tepat, artinya tafsiran pembaca sama
dengan apa yang dimaksud dengan penulis. Untuk memenuhi
persyaratan ketetapan dan kesesuaian dalam pemilihan kata, perlu
diperhatikan
a) Pilihan kata sesuai dengan kaidah kelompok kata/ frase
Pilihan kata/ diksi yang sesuai dengan kaidah kelompok
kata/frase, seharusnya pilihan kata/diksi yang tepat,seksama,
lazim,dan benar.
1) Tepat
Contohnya : Makna kata lihat dengan kata pandang
biasanya bersinonim, tetapi kelompok kata pandangan
mata tidak dapat digantikan dengan lihatan mata.
2) Seksama
Contohnya : Kata besar, agung, akbar, raya, dan tinggi
termasuk kata-kata yang bersinonim. Kita biasanya
mengatakan hari raya serta hari besar, tetapi kita tidak
pernah mengatakan hari agung, hari akbar ataupun hari
tinggi. Begitu pula dengan kata jaksa agung tidak dapat
digantikan dengan jaksa besar ataupun jaksa raya, atau
pun jaksa tinggi karena kata tersebut tidak seksama.
3) Lazim
Lazim adalah kata itu sudah menjadi milik bahasa
Indonesia. Kata yang tidak lazim dalam bahasa Indonesia
apabila dipergunakan sangatlah akan membingungkan
pengertian saja. Contohnya, Kata makan dan santap
bersinonim. Akan tetapi tidak dapat mengatakan Anjing
bersantap sebagai sinonim anjing makan. Kemudian kata
santapan rohani tidak dapat pula digantikan dengan
makanan rohani. Kedua kata ini mungkin tepat
pengelompokannya, tetapi tidak seksama serta tidak lazim
dari sudut makna dan pemakain-nya.
b) Pilihan kata sesuai dengan kaidah makna kata.
 Jenis makna
Berdasarkan sifatnya, makna dibedakan atas dua
macam:
Makna Denotasi adalah makna kata yang sesuai dengan
hasil observasi panca indra dan tidak menimbulkan
penafsiran lain. Makna denotasi disebut juga sebagai
makna sebenarnya.
Contoh :
Kepala: organ tubuh yang letaknya paling atas
Besi: logam yang sangat keras

Makna konotasi adalah makna kata yang tidak


sesuai dengan hasil observasi pancaindra dan
menimbulkan penafsiran lain. Makna konotasi disebut
juga sebagai makna kias atau makna kontekstual.
Contoh :
Ibu kota : pusat pemerintahan
Ibu jari : jari yang paling besar atau jempol
Jamban : kamar kecil

Perubahan makna
Berdasarkan cakupan maknanya, perubahan makna
dibedakan atas: Meluas, cakupan makna sekarang lebih
luas daripada sebelumnya. Misalnya
Berdasarkan nilai rasanya, perubahan makna dibedakan
atas :
Ameliorasi adalah perubahan makna ke tingkat yang lebih
tinggi. Artinya baru dirasakan lebih baik dari arti
sebelumnya.
Contoh :
Kata wanita dirasakan lebih baik nilainya daripada
perempuan
Kata istri atau nyonya dirasakan lebih baik daripada kata
bini.

Pergeseran makna
Pergeseran makna dibedakan atas dua macam:

Asosiasi
Adalah pergeseran makna yang terjadi karena adanya
persamaan sifat.
Contoh:
– Tasya menyikat giginya sampai bersih
– Pencuri itu menyikat habis barang-barang berhatga
dirumah itu

Sinestesia
Adalah perubahan makna akibat adanya pertukaran
tanggapan antara dua indra yang berbeda.
Contoh:
– Sayur itu rasanya pedas sekali
– Kata-katanya sangat pedas didengar.
Relasi makna
Homonim
Adalah dua buah kata yang mempunyai persamaan tulisan
dan pengucapan.
– Bisa berarti 1). Dapat, sanggup
2). Racun

– Buku berarti 1). Kitab


2). Antara ruas dengan ruas

Homograf
Adalah dua buah kata atau lebih yang mempunyai
persamaan tulisan tetapi berlainan pengucapan dan arti.
Contoh:
– Teras (inti) dengan teras (halaman rumah)
– Sedan (isak) dengan sedan (sejenis mobil)
– Tahu (paham) dengan tahu (sejenis makanan)

Homofon
Adalah dua buah kata atau lebih yang mempunyai
persamaan pengucapan tetapi berlainan tulisan dan arti.
Contoh:
– Bang dengan bank
– Masa dengan massa

Sinonim
adalah dua buah kata yang berbeda tulisan dan
pengucapanya tetapi mempunyai arti yang sama.
Contoh:
– Pintar dengan pandai
– Bunga dengan kembang
Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan
atau kemiripan. Oleh sebab itu, di dalam sebuah karang
mengarang sebaiknya dipergunakan sinomin kata supaya
ada variasinya dan ada pergantiannya yang membuat
lukisan di dalam karangan itu menjadi hidup. Sinonim
dapat terjadi disebabkan oleh hal-hal berikut ini:

Pengaruh bahasa daerah


Contoh:
Kata harimau yang diberi sinonim dengan macan .
Kata auditorium bersinonim dengan kata pendopo.
Kata rindu bersinonim dengan kata kangen

Perbedaan dialek regional


Contoh:
Handuk bersinonim tuala , selop bersinonim seliper

Pengaruh bahasa asing


Contoh:
kolosal bersinonim besar , aula bersinonim ruangan ,
realita bersinonim kenyataan.

Perbedaan dialek sosial


Contoh:
suami bersinonim laki , istri bersinonim bini , mati
bersinonim wafat.
Perbedaan ragam bahasa
Contoh:
membuat bersinonim menggubah, assisten bersinonim
pembantu, tengah bersinonim madya.

Perbedaan dialek temporal


Contoh:
membuat bersinonim menggubah, assisten bersinonim
pembantu, tengah bersinonim madya.

Antonim
Adalah kata-kata yang berlawanan artinya.
Contoh:
– Tua – muda
– Besar – kecil
– Luas – sempit

4. Fungsi Diksi
Diksi dalam pembuatan karya sastra memiliki beberapa
fungsi sebagai berikut:

 Membuat orang yang membaca atau pun mendengar karya


sastra menjadi lebih faham mengenai apa yang ingin
disampaikan oleh pengarang.
 Membuat komunikasi menjadi lebih efektif. Melambangkan
ekspresi yang ada dalam gagasan secara verbal “tertulis
atau pun terucap”.
 Membentuk ekspresi atau pun gagasan yang tepat sehingga
dapat menyenangkan pendengar atau pun pembacanya.
Kreativitas dalam memilih kata merupakan kunci utama pengarang
dalam menulis gagasan atau ungkapan. Penguasaan dalam
pengolahan kata juga merupakan kunci utama dalam menghasilkan
tulisan yang indah, dapat dibaca serta ide yang ingin disampaikan
penulis dapat dipahami dengan baik.

Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan


dengan tepat apa yang ingin disampaikannya baik secara lisan
maupun dengan tulisan. Pemilihan kata juga harus sesuai dengan
situasi kondisi dan tempat penggunaan kata–kata itu. Pembentukan
kata atau istilah adalah kata yang mengungkapkan makna konsep,
proses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang tertentu.

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa


diksi mempunyai persamaan yaitu sama-sama penulis ingin
menyampaikan sesuatu di hasil karya tulisannya dengan maksud
agar pembaca dapat memahami maksud dan tujuan penulis.
Sumber
https://www.academia.edu/11448192/SEJARAH_KEDUDUKAN_
DAN_FUNGSI_BAHASA_INDONESIA
https://www.gurupendidikan.co.id/diksi/
https://www.studiobelajar.com/kalimat-efektif/

Anda mungkin juga menyukai