OLEH : KELOMPOK 1
DOSEN PEMBIMBING :
DHONA ANDHINI, S.Kep.,NS, M.Kep.,
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah analisa jurnal keperawatan kritis. Makalah ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas pelajaran Keperawatan kritis
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER ......................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ................................................................................. 2
DAFTAR ISI ................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5
C. Tujuan ................................................................................................ 5
D. Metode ................................................................................................ 5
BAB II HASIL .............................................................................................. 6
BAB III PEMBAHASAN ............................................................................ 14
BAB IV PENUTUP ...................................................................................... 18
A. Kesimpulan......................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 19
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pressure ulcer merupakan suatu keadaan dimana jaringan kulit telah rusak
akibat tekanan langsung pada kulit dan akibat gesekan serta friksi (Morison,
2004). Pasien rawat inap yang tidak dapat beraktifitas mandiri pada hari ke-5
beresiko mengalami pressure ulcer (Suheri, 2009). Smeltzer (2002) menyatakan
1,7 juta orang di dunia setiap tahunnya mengalami pressure ulcer. Angka kejadian
pressure ulcer di RS Dr Sardjito Yogyakarta pada Oktober 2001 pada pasien yang
bedrest total, 40% nya mengalami pressure ulcer (Purwaningsih, 2001). Hal ini
haruslah menjadi perhatian penting bagi tenaga medis dan para medis, terutama
perawat yang berada 24 jam bersama pasien. Kejadian pressure ulcer di setiap
pelayanan rawat inap masih saja ada, di Indonesia yaitu sebesar 33.3 %, angka ini
sangat tinggi bila dibandingkan dengan insiden pressure ulcer di ASEAN yang
hanya berkisar 2.1-31.3 % (Sugama, 2000). Pasien dengan penyakit CVA
menduduki peringkat teratas sebagai penderita pressure ulcer, sedangkan penyakit
diabetes mellitus dan gangguan orthopedic lainnya menempati urutan dibawahnya
(Levina, 2013).
4
kelembaban merupakan faktor ekstrinsik, sedangkan faktor intrinsik terdiri dari
usia, temperatur, nutrisi, dan tekanan interface (Suriadi, et.al, 2003). Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Said di ruang ICU Makasar tahun 2013
yang menyebutkan bahwa pressure ulcer dipengaruhi oleh lama rawat pada
pasien rawat inap yang dapat meningkatkan tekanan interface serta kondisi
dimana pasien tidak banyak bergerak (immobilisasi). Sugama (2000) menyatakan
bahwa usia lanjut merupakan salah satu resiko terjadinya pressure ulcer. Bujang
(2003) menambahkan tidak dilakukannnya alih baring setiap 2 jam pada pasien
rawat inap dapat menyebabkan terjadinya pressure ulcer. Sedangkan faktor resiko
pressure ulcer menurut Suriadi 2003 terdiri da dari pergerakan dan pergeseran,
mobilitas, kelembapan, nutrisi, usia, merokok, dan aktifitas.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
1. Menggambarkan factor yang berhubungan dengan pressure ulcer
2. Menganalisis factor yang berhubungan dengan terjadinya pressure ulcer
D. METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan literature
riview. Menggunakan akses internet dalam mencari data melalui google scolar,
proquest, dan Ebsco. Dengan kata kunci pressure ulcer. Setelah dilakukan
pencarian ditemukan 15 jurnal tetapi yang diambil hanya 5 jurnal berdasarkan
kriteria inklusi berupa tahun terbit 2016-2019, penelitian kuantitatif.
5
BAB II
HASIL
Hasil
6
pada kulit, dan akibat
gesekan
2 Astutik Muji Universitas Tingkat Resiko Luka Pressure Ulcer, Tidak Tidak Hasil penelitian ini kurang
Arry. 2016. Muhammadiah Pressure Ulcer sinonimnya adalah bed melakukan membandin selaras dengan penelitian
Yogyakarta Dan Faktor sores, atau pressure intervensi gkan antar Lahmann et al (2009) di
Resikonya sore. Luka pressure intervensi Jerman, yang menemukan
Di Rumah ulcer adalah suatu area bahwa tidak semua
Sakit Daerah yang terlokalisir dengan subskala dalam skala
Tidar jaringan mengalami Braden memiliki pengaruh
Magelang. nekrosis yang biasanya yang sama dalam
terjadi pada bagian menentukan resiko
permukaan tulang yang terjadinya pressure ulcer.
menonjol, sebagai Subskala yang paling
akibat dari tekanan mempengaruhi terjadinya
dalam jangka waktu pressure ulcer menurut
yang lama yang penelitian tersebut adalah
menyebabkan subskala friksi dan gesekan.
peningkatan tekanan Subskala yang dianggap
kapiler. (Morison, penting selanjutnya adalah
2004). nutrisi dan aktifitas.
Sedangkan yang dianggap
7
paling tidak mempengaruhi
dalam subskala tersebut
adalah persepsi sensori
(Suriadi, 2004).
3 Nofiyanto, Prodi Kejadian Luka tekan merupakan Tidak Tidak Pencatatan kejadian HAI’s
Muhamat & Keperawatan Pressure Ulcer permasalahan serius di melakukan membandin dan luka tekan belum
Limpong, Stikes Jen. A. (Luka Tekan) seluruh dunia yang intervensi gkan antar terintegrasi dan lengkap
Muhamad Yani di ICU Rumah dapat meningkatkan intervensi antara PPI, IPCN dan data
Rusman Yogyakarta Sakit di mortalitas, morbiditas, rekam medis masih belum
Agus. 2018. Kabupaten pembiayaan, dan lama saling mendukung dan
Sleman rawat di ICU. Studi melengkapi. Dan hasil
epidemilogi terkait luka temuan penelitian ini,
tekan di Indonesia yang sistim/organ yang
meliputi insidensi, terdampak pada pasien luka
prevalensi, dan tekan di ICU terbanyak
dampaknya terhadap adalah pada hematologi,
outcome pasien di ICU yaitu trombositopenia,
masih terbatas. Hal anemia dan
tersebut menjadikan hipoalbuminemia.
luka tekan sebagai
fenomena gunung es
8
yang berlangsung terus
menerus setiap
tahunnya
4 Husneni Fakultas Ilmu Faktor Risiko Salah satu komplikasi Tidak Tidak Hasil penelitian ini
Mukhtar, Keperawatan yang yang banyak ditemukan melakukan membandin memberikan informasi
Sheizi Prista Universitas Mempengaruhi pada lansia sakit adalah intervensi gkan antar tambahan tentang kejadian
Sari, Eka Padjajaran Tingkat luka tekan (Pressure intervensi luka tekan pada lansia yang
Afrima Sari. Indonesia Keparahan Ulcer). Luka tekan tinggal di rumah,
2019. Luka Tekan merupakan luka yang khususnya tentang faktor
terlokalisir pada kulit risiko dominan tingkat
pada Lansia di
atau jaringan keparahan luka tekannya.
Masyarakat
dibawahnya, biasanya Melalui penelitian ini
pada diperkuat bahwa luka tekan
area penonjolan tulang tidak hanya terkait
sebagai akibat dari penekanan pada
penekanan atau kulit, namun penekanan
kombinasi penekanan minimal yang disertai
dan gesekan (11). Luka gesekan juga akan
tekan pada lansia di menimbulkan luka yang
rumah telah dapat
diketahui memiliki dikategorikan luka tekan
9
karakteristik yang Dengan demikian
berbeda dengan luka diperlukan upaya untuk
tekan yang terjadi pada meminimalkan gesekan
pasien lansia di rumah pada
sakit atau rumah bagian tubuh lansia pada
perawatan. saat melakukan aktivitas
rutin seperti sholat atau
duduk, diantaranya dengan
menghadirkan produk-
produk penyangga yang
mengurangi risiko gesekan.
Di sisi lain, penelitian ini
menunjukan hubungan
yang rendah antara variabel
kelembaban dan
nutrisi dengan keparahan
luka tekan pada lansia di
masyarakat. Meskipun
demikian, belum tentu
berarti
bahwa kedua faktor ini
10
tidak mempengaruhi
keparahan luka tekan
namun bisa saja
diakibatkan karena
kurang sensitifnya indikator
variabel tersebut untuk
diaplikasikan pada lansia di
masyarakat. Sesuai
dengan hasil penelitian
yang dipublikasikan oleh
R.J.G Halfens di tahun
2000 yang
merekomendasikan
bahwa perlu merumuskan
ulang faktor risiko
kelembaban dan nutrisi
untuk meningkatkan
sensitivitas
dan spesifisitasnya [28].
5 Teguh STIKES Gambaran Luka tekan merupakan Tidak Tidak Pressure ulcer akibat
Nugroho, Muhammadiya Deteksi Dini masalah yang harus Melakukan Membandin gangguan mobilitas dapat
11
Sri Hesthi h Pekajangan Luka Tekan dihadapi oleh pasien intervensi gkan diatasi dengan pemberian
Sonyo Rini Dengan Skala yang mengalami intervensi perubahan posisi,
2016 Braden Pada penyakit kronis, kondisi khususnya posisi lateral 30
Pasien Di lemah, kelumpuhan derajat. Sehingga
Ruang Icu (Morison, 2013). meminimalisir terjadinya
Rsud Dr. H. Prevalesi masalah luka luka atau robekan akibat
Soewondo tekan di dunia gesekan (Ignatavicius,
Kendal mencapai sekitar 1,7 2013). Tenaga merobek
juta orang setiap atau gesekan adalah
tahunnya (Astutik, kekuatan mekanis yang
2016). Di Negara meregangkan dan merobek
Amerika, Kanada dan jaringan pembuluh darah
Inggris sejumlah 5- serta struktur jaringan yang
32%., sedangkan di lebih dalam dan berdekatan
sebagian negara Asia dengan tulang yang
sudah menjadi menonjol (Wahyu &
permasalahan yang Agustin, 2015). Penelitian
sangat serius karena ada yang dilakukan oleh Sari
peningkatan prevalensi (2013) menghasilkan
dari 10,5% menjadi bahwa mobilisasi pasif
45%, khususya di berpengaruh terhadap
12
bangsal intensive care kejadian luka tekan, dimana
unit dengan perubahan posisi
memberikan aktifitas
kepada pasien untuk
menurukan resiko
terjadinya luka tekan.
13
BAB III
PEMBAHASAN
A. Jurnal 1
Pressure ulcer adalah masalah yang harus dihadapi pasien dengan penyakit
kronis, kelemahan, kelumpuhan dan bahkan ini menjadi penyakit sekunder bagi
pasien yang dirawat di rumah sakit. Pressure ulcer adalah suatu kondisi di mana
jaringan telah rusak akibat tekanan langsung pada kulit, dan akibat gesekan.
Faktor risiko pressure ulcer terdiri dari pergerakan dan pergeseran, mobilitas,
kelembaban, nutrisi, usia, merokok, dan aktivitas.
B. Jurnal 2
Pada penelitian ini terdapat 14,3% responden yang berada pada tingkat resiko
tinggi, hal ini disebabkan oleh karena seluruh reponden merupakan kelompok usia
lanjut. Individu pada kelompok usia lanjut telah mengalami penurunan elastisitas
kulit, sehingga rentan sekali mengalami gangguan integritas kulit.
14
Hasil analisa data didapatkan jumlah terbanyak responden sebesar 49% berada
pada kondisi somnolen. Kondisi tersebut, respon psikomotor lambat, mudah
tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang. Kondisi somnolen ini dapat
meningkatkan resiko terjadinya pressure ulcer, karena secara otomatis orang
dalam kondisi somnolen masuk dalam kondisi total di tempat tidur dan tidak bisa
beraktifitas secara mandiri sehinngga memerlukan bantuan orang lain. Pasien
dalam kondisi berbaring dalam jangka waktu yang lama akan berisiko mengalami
gangguan integritas kulit akibat tekanan yang lama, iritasi hingga timbulnya luka
pressure ulcer (Potter&Perry 2006). Pada penelitian ini 49 % responden berada
pada tingkat kesadaran somnolen, kondisi ini sangatlah berpengaruh terhadap
kejadian pressure ulcer. Meskipun ada juga sebagian kecil responden yang sadar
penuh. Namun seluruh responden merupakan pasien dengan gangguan penyakit
yang mengharuskan mereka untuk beristirahat total di tempat tidur.
C. Jurnal 3
Berdasarkan data dari bagian PPI dan IPCN, dalam kurun waktu 3 tahun
terakhir (2014-2016) kejadian luka tekan adalah 9 kejadian. Dari 9 data yang
dilaporkan, hanya 8 yang terdapat dokumennya dan dalam dokumen tersebut juga
tidak mencantumkan derajat dekubitus, kapan mulai terkena dekubitus, dan skor
risiko dekubitusnya.
Faktor risiko pasien dekubitus adalah usia > 65 tahun, kondisi imobilisasi,
inkontinensia, dan peningkatan lama rawat (Tariq, 2014). Penelitian Manning et
al. (2015) menjelaskan bahwa beberapa faktor penyebab luka tekan di bagian
oksipital pada pasien di ICU adalah terpasang ventilator (83%), penggunaan
sedasi (74%), pasien agitasi (42%), penggunaan obat vasoaktif (50%), dan
penggunaan device di area leher sehingga menghalangi pergerakan kepala (45%).
Luka tekan (dekubitus) lebih berisiko pada pasien kritis dikarenakan
keparahan penyakit, lama rawat, perfusi jaringan yang jelek karena
ketidakstabilan hemodinamik, penggunaan obat vasoaktif, anemia, penggunaan
sedasi yang mengakibatkan kerusakan sensorik (menurunkan sensitivitas terhadap
tekanan), maserasi kulit, imobilitas, dan status nutrisi yang buruk (Clarke, et al.,
2005).
15
Pada penelitian ini diagnosis terbanyak adalah penyakit kardiovaskular, diikuti
penyakit infeksi, pernapasan, dan gastrointestinal. Hasil temuan penelitian ini,
sistim/organ yang terdampak pada pasien luka tekan di ICU terbanyak adalah
pada hematologi, yaitu trombositopenia, anemia dan hipoalbuminemia.
Kondisi pasien kritis dengan ketidakstabilan hemodinamik dapat menjadikan
risiko luka tekan. Tekanan darah diastolik, tekanan vena sentral, peningkatan
frekuensi jantung, peningkatan usia, lamanya hospitalisasi, adanya diabetes,
riwayat pembedahan, merokok, merupakan faktor risiko luka tekan pasien kritis
(Senmar, et al., 2017).
Penelitian Boncagni, et al., (2015) menjelaskan bahwa pasien yang dirawat di
ICU tanpa HAIs memiliki lama rawat rata-rata 7 hari, sedangkan dengan satu
HAIs atau lebih, rata-rata lama rawatnya menjadi 17,5 hari. Prevalensi pasien luka
tekan di ICU adalah 28,7%, dengan rata-rata lama rawat adalah 11,2 hari (Bours,
et al., 2001).
D. Jurnal 4
E. Jurnal 5
16
Hasil penelitian menunjukkan pasien mayoritas memiliki risiko sangat tinggi
terhadap kejadian luka tekan yaitu sebanyak 22 (53,7%) responden. Hasil
penelitian sama halnya dengan penelitian Astutik (2016) yang menghasilkan
bahwa pasien di ICU sebanyak 73% pasien memiliki resiko tinggi terhadap
kejadian luka tekan. Penelitian Minjuan, Tang & Zheng (2016) di China juga
menghasilkan 68,6% pasien di ICU memiliki resiko tinggi luka tekan. Tingginya
risiko luka tekan pada pasien di ICU dapat terkait dengan usia. Pasien usia dewasa
awal (21-40) mayoritas sebanyak 66,7% memiliki risiko luka tekan ringan, pasien
setengah baya (41-60 tahun) separuhnya sebanyak 50% memiliki risiko luka tekan
sangat tinggi, dan pasien lanjut usia (>60 tahun) mayoritas sebanyak 75%
memiliki risiko luka tekan sangat tinggi. Semakin tua usia pasien, maka semakin
tinggi pula risiko mengalami luka tekan.
17
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari 5 jurnal terkait factor-faktor yang mempengaruhi Pressure Ulcer di ICU.
Dilakukan penelitian terhadap factor-faktor yang mempengaruhi Pressure
Ulcer di ICU didapatkan factor yang berhubungan bpaling dominan adalah
lama rawat, nutrisi, aktifitas, gesekan, dan kelembaban
18
DAFTAR PUSTAKA
Astutik Arry Muji, & Titih Huriah, 2017. Angka Kejadian Dan Faktor Resiko
Dominan Terjadinya Pressure Ulcer
Hafifah Ifa & Noor Fithriyah. 2018. Pengalaman Keluarga Dalam Pengambilan
Keputusan Pada Pasien Kritis Di Ruang Intensive Care Unit (Icu) Rsud
Ulin. Dunia Keperawatan, Volume 6, Nomor 1, Maret 2018: 11-18
Nugroho Teguh, Sri Hesthi Sonyo Rini.2016. Gambaran Deteksi Dini Luka Tekan
Dengan Skala Braden Pada Pasien Di Ruang Icu Rsud Dr. H. Soewondo
Kendal/
19