Tabel 2. Pengaruh perbandingan tepung jagung nikstamal dan tepung terigu terhadap flavor
biskuit jagung nikstamal
Tabel 2 menunjukkan skor flavor nikstamal 60% dan tepung terigu 40%
tertinggi (3.67) dihasilkan oleh biskuit dengan kriteria flavor agak khas jagung.
dengan perbandingan tepung jagung Perlakuan F1 yaitu biskuit dengan
nikstamal 100% dan tepung terigu 0% perbandingan tepung jagung nikstamal
dengan kriteria flavor khas jagung. Skor 100% dan tepung terigu 0% memiliki
terendah (2.99) dihasilkan oleh biskuit flavor yang khas jagung. Hal ini
pada perbandingan tepung jagung disebabkan penggunaan bahan baku utama
130 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.2, Juli 2014
Siti Nurdjanah et al Tepung Jagung Ternikstamalisasi
dalam pembuatan biskuit semi sweet tipe Warna memegang peranan penting
marie adalah tepung jagung nikstamal dalam pemilihan suatu produk karena jika
tanpa ada penambahan tepung terigu. warna tidak menarik akan mengurangi
Flavor khas jagung muncul karena penerimaan konsumen terhadap produk
lama nikstamalisasi yang relatif cepat tersebut, meskipun kandungan gizi yang
yaitu dengan pemasakan dalam larutan dimiliki sudah lengkap. Hal ini karena
kapur selama 30 menit dan perendaman warna merupakan respon yang paling
dalam larutan kapur selama 24 jam. Hal cepat dan mudah memberi kesan yang
ini sejalan dengan penelitian Widianti baik. Hasil analisis ragam menunjukkan
(2010) yang menyatakan bahwa bahwa perbandingan tepung jagung
nikstamalisasi selama 30 menit nikstamal dan tepung terigu memberikan
menghasilkan Tortilla chips dengan rasa pengaruh yang nyata terhadap warna
khas jagung. Berdasarkan penelitian Putri biskuit. Hasil uji lanjut BNT pada taraf
(2011), Tortilla chips yang dihasilkan 5% (Tabel 3) terhadap warna
dengan perendaman jagung selama 24 jam memperlihatkan bahwa F1 berbeda nyata
memiliki rasa khas jagung. dengan F2, F3, F4, dan F5.
Warna
Tabel 3. Pengaruh perbandingan tepung jagung nikstamal dan tepung terigu terhadap
warna biskuit jagung nikstamal
Perlakuan Perbandingan tepung jagung nikstamal dan
Skor terhadap warna
tepung terigu
F1 100:0 4.30a
F2 90:10 3.96b
F3 80:20 3.89b
F4 70:30 3.86b
F5 60:40 3.77b
BNT 5% = 0.3382
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji
BNT taraf 5%
Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa biskuit jagung nikstamal 100% dan tepung
skor warna tertinggi (4.30) dihasilkan oleh terigu 0%.
biskuit dengan perbandingan tepung Hal ini diduga karena pada formula
jagung nikstamal 100% dan tepung terigu biskuit tersebut tidak dilakukan
0% dengan kriteria warna kuning. Skor penambahan tepung terigu sehingga warna
warna terendah (3.77) dihasilkan oleh biskuit yang dihasilkan berkisar kuning
biskuit dengan perbandingan tepung hingga kuning pucat. Warna kuning pada
jagung nikstamal 60% dan tepung terigu biskuit jagung nikstamal pada dasarnya
40 % dengan kriteria warna kuning pucat. merupakan warna adonan biskuit yang
Warna biskuit jagung nikstamal yang didominasi oleh tepung jagung nikstamal
dihasilkan berkisar kuning sampai kuning yang merupakan bahan utama dalam
pucat. Warna kuning dihasilkan oleh pembuatan biskuit. Jagung memiliki
warna alami yang berasal dari pigmen
Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.2, Juli 2014 131
Tepung Jagung Ternikstamalisasi Siti Nurdjanah et al
karotenoid yaitu karoten, lutein, dan adanya penyerapan mineral pada proses
zeaxanthin yang terkandung di dalam nikstamalisasi. Selain itu juga, Widianti
jagung. Pigmen karotenoid tersebut (2010) melaporkan bahwa nikstamalisasi
sebagian besar yaitu sekitar 95-97 % dapat mempengaruhi warna tortilla chips
terdapat di bagian endosperma jagung yang dihasilkan yaitu semakin lama
dengan 75 % terdapat di bagian nikstamalisasi maka tingkat kecerahan
endosperma yang keras (Watson, 2003). warna akan semakin berkurang.
Proses pemanggangan biskuit
Tekstur
jagung nikstamal dilakukan pada suhu
yang relatif tingg yaitu 170ºC. Eskin Tekstur memegang peranan penting
(1979) menyebutkan bahwa karotenoid dalam pemilihan suatu produk. Hal ini
akan mengalami kerusakan pada suhu karena konsumen menginginkan tekstur
tinggi sehingga terjadi dekomposisi sesuai dengan jenis produk sehingga akan
karotenoid yang mengakibatkan turunnya meningkatkan penerimaan konsumen
intensitas warna karoten atau terjadi terhadap produk tersebut. Hasil analisis
pemucatan warna. Hal inilah yang diduga ragam menunjukkan bahwa perbandingan
mempengaruhi warna biskuit jagung tepung jagung nikstamal dan tepung terigu
nikstamal yang dihasilkan menjadi kuning memberikan pengaruh yang nyata
sampai kuning pucat. Hal ini didukung terhadap tekstur biakuit. Hasil uji lanjut
oleh penelitian Marta (2011) yang BNT taraf 5% (Tabel 4) terhadap tekstur
menyatakan bahwa MP-ASI memperlihatkan bahwa F1 berbeda nyata
menggunakan bahan baku tepung jagung dengan F3, F4, dan F5, sedangkan F3
nikstamal memiliki warna kuning karena berbeda nyata dengan F1, F2, F4, dan F5.
Tabel 4. Pengaruh perbandingan tepung jagung nikstamal dan tepung terigu terhadap
tekstur biskuit jagung nikstamal
Perlakuan Perbandingan tepung jagung nikstamal dan
Skor terhadap tekstur
tepung terigu
F1 100:0 3.94 a
F2 90:10 3.86 s
F3 80:20 3.46 b
F4 70:30 3.30 c
F5 60:40 3.19 c
BNT 5% = 0.2849
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji
BNT taraf 5%
Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa 40% dengan kriteria tekstur agak kompak.
skor tekstur tertinggi (3.94) dihasilkan Kriteria tekstur kompak merupakan
oleh biskuit dengan perbandingan tepung tekstur biskuit ketika dipatahkan tidak
jagung nikstamal 100% dan tepung terigu menghasilkan remahan yang terlalu
0% dengan kriteria tekstur kompak. Skor banyak tercecer. Tekstur biskuit jagung
tekstur terendah (3.19) dihasikan oleh nikstamal yang dihasilkan memiliki
biskuit dengan perbandingan tepung kriteria agak kompak sampai kompak.
jagung nikstamal 60% dan tepung terigu Hal ini dipengaruhi oleh adanya
132 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.2, Juli 2014
Siti Nurdjanah et al Tepung Jagung Ternikstamalisasi
penambahan air dalam proses pembuatan bahwa proses nikstamalisasi akan
biskuit. Apabila jumlah air yang mengikat granula pati sehingga granula
ditambahkan terlalu banyak maka adonan menjadi lebih kompak karena adanya
akan menjadi keras, sedangkan jika air penambahan kalsium hidroksida. Putri
yang ditambahkan sedikit maka akan (2011) melaporkan bahwa nikstamalisasi
membuat adonan sulit menyatu yang akan dengan lama pemasakan 30 menit dan
memberikan warna kecoklatan pada perendaman selama 24 jam menghasilkan
produk akhir dan tekstur yang mudah tortilla chips dengan tekstur renyah. Pada
hancur. Penambahan air pada pembuatan penelitian tersebut diduga semakin lama
biskuit jagung nikstamal ini sebanyak perendaman maka perikarp jagung akan
14% dari keseluruhan total bahan. Jumlah semakin mudah terlepas sehingga
air yang digunakan sudah sesuai dengan memudahkan penetrasi air dan kalsium
tekstur adonan yang diinginkan. kedalam biji jagung sehingga akan
Terbentuknya tekstur kompak pada menghasilkan produk akhir yang semakin
biskuit jagung nikstamal juga didasarkan renyah.
pada penelitian Bryant dan Hamaker
(1997) yang menyatakan bahwa proses Penerimaan Keseluruhan
nikstamalisasi menyebabkan pH larutan Penerimaan keseluruhan merupakan
menjadi tinggi sehingga terjadi ionisasi penerimaan panelis secara keseluruhan
Ca(OH)2 menjadi Ca2+ dan OH-. Hal ini terhadap beberapa parameter yaitu flavor,
menyebabkan ion Ca2+ akan berinteraksi warna dan tekstur dari produk biskuit
dengan pati membentuk ikatan silang. jagung nikstamal. Hasil analisis sidik
Interaksi ini akan menstabilkan dinding ragam menunjukkan bahwa perbandingan
granula pati sehingga granula pati akan tepung jagung nikstamal dan tepung terigu
lebih kuat dan keras. Ion Ca2+ yang memberikan pengaruh yang nyata
terdapat di dalam pati akan merusak terhadap penerimaan keseluruhan biskuit.
ikatan antara pati dengan molekul air, Hasil uji lanjut BNT pada taraf 5% (Tabel
kemudian akan membentuk ikatan silang 5) terhadap penerimaan keseluruhan
dengan molekul amilosa dan amilopektin memperlihatkan bahwa F1 berbeda nyata
yang ada di dalam pati. Selain itu, dengan F3, F4, dan F5, sedangkan F3
McDonogh et al. (2001) menyatakan berbeda nyata dengan F1, F2, F4, dan F5.
Tabel 9. Pengaruh perbandingan tepung jagung nikstamal dan tepung terigu terhadap
penerimaan keseluruhan biskuit jagung nikstamal
Perlakuan Perbandingan tepung jagung
Skor terhadap penerimaan kesesuruhan
nikstamal dan tepung terigu
F1 100:0 3.58a
F2 90:10 3.56a
F3 80:20 3.30b
F4 70:30 3.10c
F5 60:40 3.05c
BNT 5% = 0.2849
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT
taraf 5%
Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.2, Juli 2014 133
Tepung Jagung Ternikstamalisasi Siti Nurdjanah et al
Berdasarkan Tabel 5, terlihat bahwa Rekapitulasi hasil uji sensori
skor penerimaan keseluruhan tertinggi biskuit jagung (Tabel 6) menunjukkan
(3.58) dihasilkan oleh biskuit dengan bahwa produk terbaik menurut analisis
perbandingan tepung jagung nikstamal statistik dengan uji BNT pada taraf 5%
100% dan tepung terigu 0% dengan adalah F1 dengan perlakuan perbandingan
kriteria suka. Skor tekstur terendah (3.05) tepung jagung nikstamal dan tepung terigu
dihasikan oleh biskuit dengan 100:0. Perlakuan tersebut menghasilkan
perbandingan tepung jagung nikstamal biskuit jagung nikstamal dengan penilaian
60% dan tepung terigu 40% dengan panelis yang meliputi skor flavor sebesar
kriteria agak suka. Penilaian panelis 3.67 dengan kriteria khas jagung, skor
terhadap biskuit jagung nikstamal ini warna sebesar 4.30 dengan kriteria
adalah agak suka sampai suka. kuning, skor tekstur sebesar 3.94 dengan
Berdasarkan penilaian kesukaan dapat kriteria kompak, dan skor penerimaan
dilihat bahwa produk yang lebih disukai keseluruhan sebesar 3.58 dengan kriteria
dari kelima produk yang diuji adalah F1 suka. Selanjutnya terhadap hasil terbaik
(perbandingan tepung jagung nikstamal (F1) dari uji sensori tersebut dilakukan
dan tepung terigu 100%). Hal ini karena analisis proksimat dan polisakarida non
F1 menghasilkan skor penilaian tertinggi pati (Tabel 6). Biskuit dengan perlakuan
yaitu 3.58 dengan kriteria suka. Menurut perbandingan tepung jagung nikstamal
Putri (2011), semakin lama perendaman 90% dan tepung terigu 10% (F2) tidak
pada proses nikstamalisasi akan berbeda dengan perlakuan F1, pada
meningkatkan kesukaan panelis terhadap penilaian flavor, tekstur dan penerimaan
penerimaan keseluruhan. Selain itu keseluruhan. Perbedaan kedua perlakuan
penilaian panelis terhadap F1 juga ini terdapat pada parameter warna
didukung oleh flavor, warna dan tekstur berdasarkan hasil uji BNT, dimana
yang menghasilkan skor dengan nilai perlakuan F1 menghasilkan skor warna
tertinggi. yang lebih tinggi sebesar 4.30, sedangkan
skor warna perlakuan F2 sebesar 3.96.
Penetuan Perlakuan Terbaik
Parameter F1 F2 F3 F4 F5
Flavor 3.67 a* 3.66 a 3.23 b 3.16 c 2.99 c
Warna 4.30 a* 3.96 b 3.89 b 3.86 b 3.77 b
Tekstur 3.94 a* 3.86 a 3.46 b 3.30 c 3.19 c
Penerimaan keseluruhan 3.58 a* 3.56 a 3.30 b 3.10 c 3.05 c
Keterangan:
*) : Perlakuan terbaik pada parameter tersebut
F1: Perbandingan tepung jagung nikstamal 100% dan tepung terigu 0%
F2: Perbandingan tepung jagung nikstamal 90% dan tepung terigu 10%
F3: Perbandingan tepung jagung nikstamal 80% dan tepung terigu 20%
F4: Perbandingan tepung jagung nikstamal 70% dan tepung terigu 30%
F5: Perbandingan tepung jagung nikstamal 60% dan tepung terigu 40%
134 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.2, Juli 2014
Siti Nurdjanah et al Tepung Jagung Ternikstamalisasi
Hasil Analisis Proksimat Perlakuan sebesar 80.03% dan kadar serat pangan
Terbaik sebesar 6.5%.
Analisis proksimat yang dilakukan
terhadap biskuit jagung nikstamal terbaik DAFTAR PUSTAKA
meliputi kadar air, kadar abu, kadar
Ajila, C.M., K. Leevathi, U.J.S. Prasada
protein, kadar lemak, dan kadar
Rao. 2007. Improvement of dietary
karbohidrat. Biskuit dengan perbandingan fiber content and antioxidant
tepung jagung nikstamal 100% dan tepung properties in soft dough biscuits
terigu 0% menghasilkan kadar air sebesar with the incorporation of mango
3.48%, kadar abu sebesar 2.38%, kadar peel powder. Journal of Cereal
protein sebesar 2.94%, kadar lemak Science 20: 1-8
sebesar 11.18%, dan kadar karbohidrat Bryan, B.M., B.R, Hamaker. 1997.
Effect of lime gelatinization of corn
sebesar 73.52%, sedangkan polisakarida
flour and starch. Cereal Chemistry
non pati sebesar 6.5% 74(2): 171-175
Eskin. 1979. Plant Pigment, Flavor and
KESIMPULAN Texture. Academic Press. New
York
Biskuit jagung nikstamal yang Gracia, C., Sugiyono, dan B. Haryanto.
memiliki sifat sensori terbaik adalah F1 2009. Kajian formulasi tepung
jagung dalam rangka substitusi
dengan perbandingan tepung jagung
tepung terigu. Jurnal Teknologi dan
nikstamal 100% dan tepung terigu 0% Industri Pangan 20(1):32-40.
dengan skor flavor sebesar 3.7 (khas Mailgaard, M., G.V. Civille, dan B.T.
jagung), skor warna sebesar 4.3 (kuning), Carr. 1999. Sensory Evaluation
skor tekstur sebesar 3.9 (kompak), dan Techniques 3rd edition. CRC Press
skor penerimaan keseluruhan sebesar 3.6 LLC. USA
Manley, D. 2000. Technology of Biscuit,
(suka). Selanjutnya terhadap hasil terbaik
Crackers and Cookies 3rd edition.
(F1) dari uji sensori tersebut dilakukan Woodhead Publishing Limited.
analisis proksimat dan polisakarida non England.
pati (Tabel 11). Biskuit dengan perlakuan Marta, H. 2011. Sifat Fungsional dan
perbandingan tepung jagung nikstamal Reologi Tepung Jagung Nikstamal
90% dan tepung terigu 10% (F2) tidak serta Contoh Aplikasinya pada
berbeda dengan perlakuan F1, pada Pembuatan Makanan Pendamping
ASI. (Skripsi). IPB. Bogor.
penilaian flavor, tekstur dan penerimaan
McDonogh, C. M., M.H. Gomez, L.W.
keseluruhan. Perbedaan kedua perlakuan Rooney, dan S.O. Serna-Saldivar.
ini terdapat pada parameter warna 2001. Alkaline-cooked Corn
berdasarkan, dimana perlakuan F1 Product. Chapter 4 in: snack foods
menghasilkan skor warna yang lebih processing. E. Lucas and L. Rooney,
tinggi sebesar 4.30, sedangkan skor warna ed. Technomic publishing:
perlakuan F2 sebesar 3.96. Berdasarkan Lancaster, PA.
Noda. T., Y. Takahata, Kumamoto, T.
hasil analisis proksimat, biskuit jagung
Nagata, N. Shibuya, dan Ibaraki.
perlakuan terbaik F1 memiliki nilai kadar 1994. Cemical composition of cell
air sebesar 3.48%, kadar abu sebesar wall material from sweet potato
2.38%, kadar protein sebesar 2.94%, kadar starch residue. Starch/starke, 44:
lemak sebesar 11.18%, kadar karbohidrat 232-236
Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.2, Juli 2014 135
Tepung Jagung Ternikstamalisasi Siti Nurdjanah et al
Putri, S. 2011. Kajian Sifat Fisikokimia Suarni . 2009. Prospek pemanfaatan
Tepung Jagung Nikstamal dan tepung jagung untuk kue kering
Aplikasinya sebagai Bahan Baku (cookies). Jurnal Litbang Pertanian
Tortilla Chips. (Tesis). Universitas 28(2): 63-71
Lampung. Bandar Lampung. Sudarmadji. S., B. Haryono, dan Suhardi.
Rooney. L.W., S.O. Serna-Saldivar. 2003. 1984. Prosedur Analisis untuk
Food Use of Whole Corn and Dry Bahan Makanan dan Pertanian.
Milled Fractions. American Edisi Ketiga. Liberty. Yogyakarta.
Association Of Cereal Chemist, Inc. Watson. 2003. Corn: Chemistry and
St. Paul, Minnesota, USA Technology. American Association
Seprina, A. 2010. Kajian Substitusi of Cereal Chemists, Inc. St. Paul
Tepung Terigu dan Residu Ekstrak Minnesota. USA.
Pati Jagung (Zea mays L.) dalam Widianti, G.G. 2010. Pengaruh lama
Pembuatan Biskuit Berserat. nikstamalisasi terhadap tualitas
(Skripsi). Universitas Lampung. tortilla chip. (Skripsi). Universitas
Bandar Lampung. Lampung. Bandar Lampung.
Standar Nasional Indonesia. 1992. SNI
01-2973-1992 Mutu dan Cara Uji
Biskuit. Jakarta.
136 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 19 No.2, Juli 2014