Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Anak tunarungu adalah anak yang mengalami kehilangan fungsi pendengaran, baik
sebagian maupun seluruhnya yang berdampak kompleks dalam kehidupannya. Anak
tunarungu secara fisik terlihat seperti anak normal, tetapi bila diajak berkomunikasi barulah
terlihat bahwa anak mengalami gangguan pendengaran. Anak tunarungu tidak berarti anak
itu tunawicara, akan tetapi pada umumnya anak tunarungu mengalami ketunaan sekunder
yaitu tunawicara. Penyebabnya adalah anak sangat sedikit memiliki kosakata dalam sistem
otak dan anak tidak terbiasa berbicara.
Anak tunarungu memiliki tingkat intelegensi bervariasi dari yang rendah hingga jenius.
Anak tunarungu yang memiliki intelegensi normal pada umumnya tingkat prestasinya di
sekolah rendah. Hal ini disebabkan oleh perolehan informasi dan pemahaman bahasa lebih
sedikit bila dibanding dengan anak mampu dengar. Anak tunarungu mendapatkan informasi
dari indera yang yang masih berfungsi, seperti indera penglihatan, perabaan, pengecapan dan
penciuman. Pendidikan khusus dilaksanakan secara tersistem. Salah satu wujud pendidikan
khusus adalah pelaksanaan pembelajaran di kelas. Pelaksanaan pembelajaran bagi anak
tunarungu harus dimulai dari hal-hal yang dialami anak dalam kehidupan sehari-hari. Anak
tunarungu kurang memiliki pemahaman infomasi verbal. Hal ini menyebabkan anak sulit
menerima materi yang bersifat abstrak, sehingga dibutuhkan media untuk memudahkan
pemahaman suatu konsep pada anak tunarungu. Media gambar yang menarik dan digemari
siswa adalah dirasa sebagai media yang relevan untuk membantu anak tunarungu dalam
mengatasi permasalahan pembelajaran yang memiliki materi abstrak. Anak tunarungu
mengalami kesulitan dalam pembelajaran yang bersifat abstrak.

2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan anak tunarungu dan bagaimana karakteristiknya?
2. Apa penyebab terjadinya ketunarunguan dan upaya apa yang dapat dilakukan untuk
mencegah ketunarunguan tersebut?
3. Bagaimana klasifikasi tunarungu?
4. Bagaiman layanan bimbingan yang dapat diberikan pada penderita tunarungu dan
assesmen seperti apa yang cocok bagi penderita tunarungu?

3. TUJUAN
1. Untuk menjelaskan dan mengetahui pengertian anak tunarungu dan bagaimana
karakteristiknya.
2. Untuk menjelaskan dan mengetahui penyebab terjadinya ketunarunguan dan upaya yang
dapat dilakukan untuk mencegah ketunarunguan tersebut.
3. Untuk menjelaskan dan mengetahui klasifikasi tunarungu.
4. Untuk menjelaskan dan mengetahui layanan bimbingan yang dapat diberikan pada
penderita tunarungu dan assesment seperti apa yang cocok bagi penderita tunarungu
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ANAK TUNARUNGU


Istilah tunarungu diambil dari kata “tuna” dan “rungu”, tuna artinya kurang dan
rungu artinya pendengaran. Orang dikatakan tunarungu apabila tidak mampumendengar
atau kurang mampu mendengar suara.Secara umum anak tunarungu dapat diartikan anak
yang tidak dapat mendengar. Tidak dapat mendengar tersebut dapat di mungkinkan
kurang dengar atau tidak mendengar sama sekali. Secara fisik, anak tunarungu tidak
berbeda dengan anak dengar pada umumnya. Seperti yang kita ketahui bersama seperti
yang sudah kita ketahui bersama bahwa bahasa yang di gunakan oleh anak tunarungu
adalah bahasa isyarat yang menitikberatkan pada indra penglihatan dan gerap tubuh
untuk menegaskan kata atau kalimat yang ingin mereka sampaikan.
Ketunarunguan adalah seseorang yang mengalami gangguan pendegaran yang
meliputi seluruh gradasi ringan, sedang, dan sangat berat yang dalam hal ini dapat
dikelompokan menjadi dua golongan, yaitu kurang dengar dan tuli, yang menyebabkan
terganggunya proses perolehan informasi atau bahasa sebagai alat komunikasi. Bicara
dengan artikulasi yang jelas akan mempermudah orang lain memahami pesan yang di
sampaikan. Dalam penelitian ini terdapat satu anak yang mengalami tunarungu
sebagaian, denga artian masi dapat mendegarkan suara orang lain, meskipun demikian
artikulasi anak masi rendah karna artikulasinya tidak terlatih dengan baik baik di rumah
amaupun di sekolah sering menggunakan isyarat dan oral yang kurang jelas.
Pakar bidang medis, memiliki pandangan yang sama bahwa anak tunarungu
dikategorikan menjadi dua kelompok. Pertama, Hard of hearning adalah seseorang yang
masi memiliki sisa pendegaran sedemikian rupa sehingga masi cukup untuk digunakan
sebagai alat penangkap proses mendengar sebagai bekal primer penguasaan kemahiran
bahasa dan komunikasi dengan yang lain baik dengan maupun tanpa mengunakan alat
dengar. Kedua, The Deaf adalah seseorang yang tidak memiliki indra dengar sedekimian
rendah sehingga tidak mampu berfungsi sebagai alat penguasaan bahasa an komunikasi,
baik dengan ataupun tanpa mengunakan alat bantu dengar. Seseorang dikatakan tuli
(deaf) apabila kehilangan kemampuan mendengar pada tingkat 70 dB ISO atau lebih
sehingga dia tidak dapat mengertikan pembicaraan orang lain melalui pendegarannya
baik dengan ataupun tanpa alat bantu mendegar, sedangkan seseorang dikatakan kurang
dengar (hard of hearning) bila kehilangan pendegar pada 35 dB ISO sehingga dia
mengalami kesulitan untuk memahami pembicaraan orang lain melalui pendegarannya
baik dengan ataupun tanpa alat bantu mendengar.

B. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TUNARUNGU


Dalam faktor penyebab tunarungu ada beberapa ahli yang mengemukakan penyebab
tunarungu :
 Menurut Howard dan Orlensky (1994: 263-264) memberikan contoh penyebab
kerusakan pendengaran yaitu :
 Materna Rubella (campak), pada waktu ibu mengandung mudah
terkena penyakit campak sehingga dapat menyebabkan rusaknya pendengaran
anak
 Faktor keturunan, yang tampak dari adanya beberapa anggota keluarga yang
mengalami kerusakkan pendengaran.
 Ada komplikasi pada saat dalam kandungan dan kelahiran premature, berat badan
kurang, bayi lahir biru, dan sebagainya.
 Meningitis (radang otak), sehingga ada semacam bakteri yang dapatmerusak
sensitivitas alat dengar di bagian dalam telinga.
 Kecelakaan/trauma atau penyakit.
 Menurut Sardjono (2000:10-20),mengemukakan bahwa faktor penyebab
ketunarunguan dapat dibagi dalam:
1. Faktor-faktor sebelum anak dilahirkan (pre natal)
 Faktor keturunan
 Cacar air, campak (rubella, gueman measles)
 Terjadi toxaemia (keracunan darah)
 Penggunaan pilkina atau obat-obatan dalam jumlah besare)
 Kekurangan oxygen (anoxia)
 Kelainan organ pendengaran sejak lahir
2. Faktor-faktor saat anak dilahirkan
 Faktor rhesus (Rh) ibu dan anak yang sejenis
 Anak lahir pre mature
 Anak lahir menggunakan forcep (alat bantu tang)
 Proses kelahiran yang terlalu lama
3. Faktor-faktor sesudah anak dilahirkan (post natal)
 Infeksi
 Meningitis (peradangan selaput otak)
 Tunarungu perseptif yang bersifat keturunan
 Otitis media yang kronis
 Terjadi infeksi pada alat-alat pernafasan
 menurut Suryanah (1996), faktor penyebab tunarungu adalah
 Faktor endogen
a. Keturunan;
b. Ibu hamil yang terkena cacar atau rubella
c. Ibu hamil yang mengalami keracunan sehingga terjadi kerusakan
pada plasenta janin
 Faktor eksogena)
a. Terkena infeksi saat proses kelahiran
b. Terjadi otosklerosis atau tumbuhnya tulang pada sekitar fenestra
ovalisatau pada ketiga tulang pendengaran
c. Kecelakaan

Faktor-faktor ketunarunguan dapat dikelompokan sebagai berikut

 Faktor dalam diri anak


 Di sebabkan oleh faktor keturunan dari salah satu atau kedua orang tuanya
yang mengalami ketunarunguan.
 Ibu yang sedang mengandung menderita penyakit campak jerman (rubela)
 Ibu yang sedang mengandung menderita keracunan darah atau toxaminia
 Faktor luar diri anak
 Anak mengalami infeksi pada saat dilahirkan atau kelahiran. Misalnya, anak
terserang herpes simplex
 Meningitis atau radang selaput otak
 Otitis media (radang telinga bagian tengah)
 Penyakit lain atau kecelakaan yang dapat mengakibatkan kerusakan alat
pendengaran bagian tengah dan dalam.

C. Perkembangan kognitif, motorik, emosi, sosial dan kepribadian anak tunarungu


1. Perkembangan kognitif anak tunarungu
Pada umumnya intelegensi anak tunarungu secara potensial sama dengan anak pada
umumnya tetapi secara fungsional perkembangannya dipengaruhi oleh tingkat
kemampuan berbahasanya, keterbatasan informasi, dan kiranya daya abstraksi anak.
Akibat ketunarunguannya menghambat proses pencapaian pengetahuan yang lebih
luas. Dengan demikian, perkembangan intelegensi secara fungsional mengalami
hambatan. Perkembangan kognitif anak tunarungu sangat dipengaruhi oleh
perkembangan bahasa, sehingga hambatan pada bahasa, akan menghambat
perkembangan intelegensi anak tunarungu.
2. Perkembangan emosi anak tunarungu
Kekurangan akan pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali menyebabkan anak
tunarungu menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan ini sering menjadi
tekanan bagi emosinya. Tekanan pada emosinya itu dapat menghambat
perkembangan pribadinya dengan menampilkan sikap menutup diri, bertindak agresif
atau sebaliknya menampakkan kebimbangan dan keragu-raguan. Emosi anak
tunarungu selalu bergolak disatu pihak karena kemiskina bahasanya dan pihak lain
karena pengaruh dari liuar yang diterimanya. Anak tunarungu bila ditegur oleh orang
yang tidak dikenalnya akan tampak resah dan gelisah.
3. Perkembangan sosial anak tunarungu
Manusia sebagai makhluksosial selalu memerlukan kebersamaan dengan orang lain.
Demikian pula anak tunarungu, ia tidak terlepas dari kebutuhan tersebut. Akan tetapi
karena mereka memiliki kelainan dalam segi fisik, biasanya akan menyebabkan suatu
kelainan dalam segi fisik, biasanya akan menyebabkan suatu kelainan dalam
penyesuaian diri terhadap lingkungan. Pada umumnya lingkungan melihat mereka
sebagai individu yang memiliki kekurangan dan menilainya sebagai seseorang yang
kurang berkarya. Dengan penilaian lingkungan yang demikian, anak tunarungu
merasa benar-benar kurang berharga. Dengan demikian dari penilaian yang demikian
juga memberikan pengaruh yang benar-benar besar terhadap perkembangan fungsi
social. Anak tunarungu banyak dihinggapi kecemasan karena menghadapi lingkungan
yang beraneka ragam komunikasinya, hal seperti ini akan membingungkan anak
tunarungu. Anak tunarungu sering mengalami berbagai konflik, kebingungan, dan
ketakutan karena ia sebenarnya hidup dalam lingkungan yang bermacam-macan.
4. Perkembangan kepribadian/perilaku anak tunarungu
Perkembangan kepribadian banyak ditentukan oleh hubungan antara anak dan orang
tua terutama ibunya, khususnya pada masa awal perkembangan anak tunarungu.
Perkembangan kepribadian terjadi dalam pergaulan atau perluasan pengalaman pada
umumnya dengan diarahkan pada factor sendiri. Pertemuan antara factor-faktor dalam
diri anak tunarungu, yaitu ketidakmampuan menerima rangsangan pendengaran,
kemiskinan bahasa, ketidaktetapan emosi, dan keterbatasan inlegensi dihubungkan
dengan sikap lingkungan terhadapnya menghambat perkembangan kepribadiannya.
5. Perkembangan motorik anak tunarungu
Kemampuan motorik adalah proses dimana individu mengembangkan kemampuan
geraknya menjadi respon yang terkoordinasi, terkontrol, dan teratur. Kemampuan
motorik merupakan kemampuan untuk melakukan koordinasi kerja saraf motorik
yang dilakukan oleh saraf pusat untuk melakukan kegiatan. Kegiatan-kegiatan
tersebut terjadi karena kerja saraf yang sistematis. Alat indra menerima rangsangan,
rangsangan tersebut diteruskan melalui saraf sensoris ke saraf pusat (otak) untuk
diolah, dan hasilnya dibawa oleh saraf motorik untuk memberikan reaksi dalam
bentuk gerakan-gerakan baik itu gerakan yang di sadari maupun tidak di sadari. Jadi
kemampuan motorik kasar anak sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari.
Perkembangan motorik pada anak gangguan pendengaran umumnya berkembang
baik, apalagi perkembangan motorik kasar yang secara fisik berkembang lancar.
Pertumbuhan fisik yang kuat dengan otot-otot kekar dan kematangan biologisnya
berkembang sejalan dengan perkembangan motoriknya.

D. Dampak dan masalah anak tunarung


1. Konsekuensi akibat gangguan pendengaran atau tunarungu tersebut bahwa
penderitanya akan mengalami kesulitan dalam menerima segala macam rangsangan
atau peristiwa bunyi yang ada di sekitarnya.
2. Akibat kesulitan menerima rangsangan bunyi tersebut konsekuensinya penderita
tunarungu akan mengalami kesulitan pula dalam memproduksi suara atau bunyi
bahasa yang berada disekitarnya.

Masalah – masalah yang di alami anak tunarungu :


1. Masalah komunikasi
Masalah ini adalah masalah anak tunarungu yang paling kompleks, masalah ini
timbul karena tidak berfungsinya indra pendengaran baik sebagian maupun
seluruhnya yang ternyata berakibat fatal dalam kehidupannya. Masalah-masalah
lain yang ditimbulkan karena masalah komunkasi diataranya: tingkah laku yag
ditandai dengan tekanan emosi, suka marah, kesulitan dalam penyesuaian sosial,
perkembangan bahasa yang lambat dan gelisah.
2. Masalah pribadi
Masalah ini mencakup permasalahan yang berkaitan dengan masalah kondisi
pribadi anak tuarugu, masalah-masalah berkisar pada perasaan tertekan, perasaan
ragu-ragu, selalu curiga dan agresif.
3. Masalah pengajaran atau kesulitan belajar
Masalah ini berkaitan dengan kesulitan-kesulitan dalam proses belajar-mengajar.
Masalah yang timbul dalam proses belajar-mengajar misalnya kesulitan menangkap kata-
kata abstrak terutama mengalami kesulitan belajar bidang studi bahasa.
4. Masalah penggunaan waktu terluang
Dengan beralasan pada kelainan yang dimiliki, anak tunarungu sering membuat
waktu luangnya dengan sia-sia tidak sedikitpun kegiatan berguna yang
dilakukannya.
5. Masalah pembinaan dan keterampilan dan pekerjaan
Anak tunarungu biasanya memiliki kemampuan akademik terbatas atau terhambat
didalam pengembangannya, sehingga membuat dirinya kesulitan dalam mencari
pekerjaan dan megakibatkan ia terlalu menggantungkan dirinya pada orang lain.

Anda mungkin juga menyukai