Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KEGIATAN ELEKTIF

EVALUASI PROGRAM TBC DI PUSKESMAS NGABLAK


KECAMATAN NGABLAK KABUPATEN MAGELANG

Disusun untuk Memenuhi Syarat Ujian Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu


Kesehatan Masyarakat
Puskesmas Ngablak Kabupaten Magelang

Disusun Oleh
Nastiti Putri Arimami
14711024/17712064

Dokter Pembimbing Klinik :


dr. Nina Tiwi Handayani

Dokter Pembimbing Fakultas :


dr. Titik Kuntari, MPH

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KEGIATAN ELEKTIF

EVALUASI PROGRAM TBC DI PUSKESMAS NGABLAK


KECAMATAN NGABLAK KABUPATEN MAGELANG

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia

Disusun Oleh :
Nastiti Putri Arimami
14711024/17712064

Telah disetujui dan disahkan oleh :

Dosen Pembimbing Fakultas

dr. Titik Kuntari, MPH

Dosen Pembimbing Klinik

dr. Nina Tiwi Handayani


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan
laporan elektif yang berjudul “Evaluasi Program TBC di Puskesmas Ngablak
Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang” dalam rangka memenuhi syarat stase
Ilmu Kesehatan Masyarakat. Shalawat beserta salam semoga tercurah kepada
junjungan besar umat Islam Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang


sebesar-besarnya kepada:

1. Orang tua, kakak dan adik penulis yang selalu mendukung dan mendoakan
penulis, Papa Basis Triyono, Mama Sudaryati, Kakak Nikita Rizky dan Adik
Agil M. Pahlevi.
2. dr. Nina Tiwi Handayani sekalu dokter pembimbing klinik di Puskesmas
Ngablak yang meluangkan waktunya dalam membimbing penulis
3. drg. Niken Sulistio selaku Kepala Puskesmas Ngablak yang bersedia
mengarahkan dan membimbing penulis
4. dr. Titik Kuntari, MPH selaku dokter pembimbing fakultas yang membimbing
penulis
5. Ibu Hariyanti, Amd. Keb, selaku bidan Desa Sumberrejo
6. Bapak Subandi, selaku kepala desa Sumberrejo
7. Teman-teman sejawat kelompok koas FK UII
8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan. Semoga Allah
SWT membalas kebaikan kita semua, aamiin ya robbal’alamin.
Semoga laporan promosi kesehatan ini dapat memberikan manfaat bagi
rekan-rekan mahasiswa serta bagi para pembaca pada umumnya, Allahumma,
aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


BAB I

LATAR BELAKANG

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang sampai saat ini masih menjadi
suatu momok bagi Indonesia. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi menular
nomor satu yang menjadi penyebab kematian di Indonesia. Di tingkat dunia,
Indonesia menempati urutan ke-2 dengan kasus TB tertinggi dunia bersamaan
dengan China. Sampai saat ini, penanggulangan penyakit TB terus digalakkan
untuk mencapai tujuan pemerintah Indonesia, yaitu eliminasi kasus TB pada tahun
2035 dan bebas TB pada tahun 2050. Keberhasilan pengobatan TB nasional
ditargetkan mampu mencapai 90%. Angka yang ditetapkan Indonesia tersebut tidak
jauh berbeda dengan target WHO yang mematok angka keberhasilan pengobatan
TB sebesar 85% untuk negara-negara dengan kasus TB tertinggi di dunia. Angka
keberhasilan pengobatan TB tersebut terus berubah-ubah di Indonesia. Pada tahun
2008-2009, angka keberhasilan pengobatan TB di Indonesia pernah mencapai 90%.
Namun, keadaan ini tidak berlangsung lama kian berubah tiap tahun (Kemenkes RI,
2018; Irianti, T., 2016).

Banyak faktor yang menyebabkan masalah TB di Indonesia tidak pernah


menemui titik akhir. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah durasi pengobatan
TB yang lama, meningkatnya kasus HIV/AIDS, dan bermunculannya kasus TB
kebal obat. Durasi pengobatan TB yang lama dapat berpengaruh terhadap tingkat
kepatuhan minum obat pada pasien yang akhirnya dapat menyebabkan kasus TB
kebal obat. Kasus HIV/AIDS di Indonesia yang kian meningkat akan berdampak
pula pada peningkatan kasus TB disebabkan pasien dengan HIV/AIDS memiliki
daya tahan tubuh yang lemah sehingga mudah tertular kuman TB (Kemenkes RI,
2018).

Dewasa ini, pemerintah Indonesia telah menetapkan strategi-strategi yang


dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit TB. Strategi tersebut disebutkan
dalam Permenkes No. 67 tentang Penanggulangan Tuberkulosis, yaitu menguatkan
leadership program tuberkulosis, meningkatkan mutu pelayanan TB,
mengendalikan faktor risiko tuberkulosis, meningkatkan kemitraan tuberkulosis,
meningkatkan manajemen program, dan kemandirian masyarakat ditingkatkan
dalam penanggulangan tuberkulosis.

Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat dasar yang


memiliki andil penting dalam penanggulangan TB. Pelayanan yang dapat diberikan
puskesmas berupa penegakan diagnosis, pemantauan pengobatan, dan pengobatan
antituberkulosis yang sesuai dengan standar. Puskesmas Ngablak merupakan
puskesmas yang berada di Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang. Puskesmas
ini melayani 16 desa yang berada di kecamatan tersebut. Puskesmas Ngablak
berada di daerah dataran tinggi yang sebagian besar adalah pegunungan yang
tingkat kelembabannya cukup tinggi. Berdasarkan pengamatan penulis, banyak
rumah penduduk di Kecamatan Ngablak yang tidak tergolong ke dalam rumah
sehat. Hal ini dinilai dari ventilasi yang tidak memadai, lantai yang berasal dari
tanah atau berupa plester yang kotor, kebiasaan penduduk yang jarang membuka
jendela rumah dan posisi rumah yang tidak terkena cahaya matahari yang cukup.
Beberapa hal tersebut dapat menjadi faktor risiko penularan kuman TB. Dengan
adanya faktor risiko tersebut, penulis tertarik untuk mengevaluasi program TB yang
berada di Puskesmas Ngablak.
BAB II

METODE

Kegiatan elektif yang berjudul “Evaluasi Program TB di Puskesmas


Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah” ini penulis laksanakan mulai pada
tanggal 8 Agustus 2019 dan berakhir pada tanggal 14 Agustus 2019 bertempat di
Puskesmas Ngablak. Pengumpulan data pada kegiatan elektif ini penulis
kumpulkan melalui observasi, wawancara dan pencarian data sekunder. Data
sekunder pada kegiatan ini penulis dapatkan langsung dari penanggung jawab
program TB di Puskesmas Ngablak berupa data pasien TB yang terdiagnosis klinis
maupun bakteriologis dan data pasien suspek TB.

2.1 Observasi

Pada kegiatan ini, penulis mengobservasi program TB di balai pengobatan


(BP) Puskesmas Ngablak. Di Balai Pengobatan penulis mengamati mengenai alur
penegakan diagnosis TB, pemberian obat pada pasien dan edukasi dokter kepada
pasien. Selain di balai pengobatan, penulis juga ikut langsung ke lapangan dalam
rangka kunjungan rumah pasien TB dan terduga TB. Dalam kunjungan rumah,
penanggung jawab program TB melihat dan mengamati keadaan tempat tinggal
pasien. Penanggung jawab program memberikan edukasi kepada pasien serta
mendorong anggota keluarga yang tinggal serumah agar mau diperiksa juga.
Setelah itu penanggung jawab program menskrining beberapa rumah yang berada
di dekat rumah pasien TB tersebut.

Tempat observasi selanjutnya adalah laboratorium di Puskesmas Ngablak


yang menjadi tempat pemeriksaan dahak pada pasien yang diduga menderita TB.
Penulis mengamati kondisi ruangan laboratorium dan sarana prasarana di dalamnya
yang menunjang pemeriksaan. Di samping laboratorium terdapat bilik khusus
bernama “Pojok Dahak” yang digunakan pasien untuk mengeluarkan dahaknya
sebelum pemeriksaan.
2.2 Wawancara

Wawancara penulis lakukan ke beberapa narasumber. Narasumber pertama


yang penulis wawancarai adalah Ibu Tutik Kuswati, Amd. Kep. selaku penanggung
jawab program TB di Puskesmas Ngablak. Pada wawancara tersebut, penulis
menanyakan program TB di Puskesmas Ngablak mengenai bagaimana alur
penemuan kasus TB dan pengelolaan obat TB. Narasumber kedua adalah dr. Nina
Tiwi Handayani selaku dokter yang bertugas di Balai Pengobatan Puskesmas
Ngablak. Kepada beliau penulis menanyakan tentang alur penegakan diagnosis
pasien TB, pemeriksaan penunjang, pemberian obat-obatan TB dan rumah sakit
rujukan. Narasumber ketiga adalah Ibu Andika Wigga selaku penanggung jawab
sekaligus petugas laboratorium di Puskesmas Ngablak. Dalam sesi wawancara
dengan beliau, penulis menanyakan mengenai standar pelayanan laboratorium TB
di Puskesmas Ngablak, sarana prasarana yang ada, jenis pemeriksaan yang tersedia,
rumah sakit rujukan dan alur pemeriksaan dahak.

2.3 Pengambilan Data Sekunder

Data sekunder mengenai program TB di Puskesmas Ngablak penulis


dapatkan dari kepala Puskesmas Ngablak dan penanggung jawab program TB di
Puskesmas Ngablak. Data sekunder yang diambil berupa data SPM Puskesmas
Ngablak, data register laboratorium, dan data pasien TB yang berobat di Puskesmas
Ngablak sejak tahun 2017. Data-data tersebut berguna dalam evaluasi program TB
yang akan penulis lakukan.
BAB III

HASIL PENGAMATAN DATA

3.1 Fakta Masalah Kesehatan Yang Ditemukan

3.1.1 Hasil Wawancara

Wawancara dilakukan oleh penulis kepada penanggung jawab program TB


di Puskesmas Ngablak, Ibu Tutik Kuswati, Amd.Kep, dokter fungsional di
Puskesmas Ngablak, dr. Nina Tiwi Handayani, dan petugas laboratorium, Ibu
Andika Wigga. Hasil wawancara tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

 Wawancara dengan Penanggung Jawab Program TB


Penanggung jawab program TB di Puskesmas Ngablak memiliki
latar belakang seorang perawat. Petugas TB yang bertanggung
jawab dalam program TB harus memiliki keahlian khusus yang
diperoleh dari pelatihan. Ibu Tutik Kuswati, Amd.Kep. sebagai
penanggung jawab program TB mengatakan bahwa dirinya sudah
mengikuti pelatihan TB. Program TB yang berjalan di Puskesmas
Ngablak meliputi penemuan kasus TB, pemeriksaan pasien TB
sampai dengan diagnosis, pengobatan TB dan pencatatan serta
pelaporan. Sebagai petugas TB di Puskesmas Ngablak, Ibu Tutik
tidak memiliki anggota khusus di bawahnya yang membantu dalam
program TB. Sehingga hal ini kadang membuat beliau kewalahan.
Selain itu, banyaknya program nasional yang dibebankan kepada
fasilitas pelayanan tingkat dasar membuat petugas di puskesmas
merangkap pekerjaannya sehingga tidak dapat fokus pada satu
program yang dipegang. Dalam menyiasati hal ini, Puskesmas
Ngablak sudah membentuk kader-kader kesehatan khusus TB yang
tersebar di seluruh desa. Kader-kader TB tersebut diberi pelatihan
dan memiliki beberapa tugas seperti membantu pencarian suspek,
sebagai pengawas minum obat (PMO), dan melaporkan kepada
tenaga kesehatan jika ditemukan warga yang dicurigai menderita
TB. Namun, kader-kader TB ini belum berjalan efektif di semua
desa. Dari total 16 desa, hanya kader-kader di 2 desa yang
menjalankan tugas ini. Hal-hal inilah yang mempengaruhi jumlah
penemuan kasus baru TB di Kecamatan Ngablak belum memenuhi
target. Selama ini, Puskesmas Ngablak lebih sering menemukan
pasien TB melalui balai pengobatan dimana pasien memeriksakan
dirinya atas inisiatif sendiri atau inisiatif keluarga. Selain itu,
Puskesmas Ngablak juga cukup banyak menerima pasien rujukan
yang sudah terdiagnosis TB di fasilitas kesehatan lain. Pengambilan
obat TB dilakukan secara mandiri oleh Ibu Tutik. Beliau
menjelaskan bahwa alur pengambilan obat TB dimulai dengan
menyerahkan surat pengajuan obat TB ke Dinkes bagian P2P yang
menangani masalah TB kemudian akan didapatkan surat perintah
untuk pengambilan obat di Instalasi Farmasi Kabupaten (IFK).
Setelah itu, obat yang telah diterima dibawa ke puskesmas untuk
disimpan di bagian farmasi. Pengelolaan obat TB di puskesmas juga
dilakukan langsung oleh Ibu Tutik sebagai penanggung jawab
program TB.
 Wawancara dengan Dokter Fungsional Puskesmas
Wawancara selanjutnya penulis lakukan kepada dokter fungsional
yang bertugas di balai pengobatan puskesmas. Dalam wawancara
tersebut, Dokter Nina sebagai dokter penanggung jawab
menjelaskan berbagai macam hal mengenai program TB di
puskesmas. Penjelasan dimulai dengan alur pemeriksaan dan
penegakan diagnosis pasien terduga TB. Pasien yang memiliki
gejala TB, yaitu batuk lama yang lebih dari 2 minggu yang datang
ke balai pengobatan akan diminta oleh dokter menjalani
pemeriksaan dahak. Selama menunggu hasil pemeriksaan dahak
yang dapat memakan waktu kurang lebih 1 minggu, pasien diobati
sementara kemudian diminta kontrol sekaligus untuk memberi tahu
hasil pemeriksaan sebelumnya. Jika hasil pemeriksaan dahak
menunjukkan hasil positif, pasien akan diobati sesuai kategorinya
kemudian dilakukan pelacakan penularan. Pelacakan ini akan
dilakukan langsung oleh penanggung jawab program TB, yaitu Ibu
Tutik yang akan langsung turun ke lapangan mengunjungi rumah
pasien yang sudah terdiagnosa TB. Dalam kunjungan rumah
tersebut, petugas akan mengedukasi pasien mengenai penyakitnya
dan akan memeriksa anggota keluarga atau orang-orang yang
berkontak langsung dengan pasien. Setelah itu, petugas akan
melakukan skrining di rumah-rumah yang berdekatan dengan
rumah pasien. Kemudian penulis menanyakan mengenai angka
penemuan kasus baru TB di Puskesmas Ngablak yang belum
memenuhi target. Dokter Nina menyebutkan bahwa angka
penemuan kasus baru TB yang belum memenuhi target dipengaruhi
oleh banyak faktor. Salah satunya adalah kesibukan penanggung
jawab program TB yang membuat konsentrasinya terpecah dalam
pencarian pasien suspek. Kendala selanjutnya mungkin
dikarenakan kurang aktifnya kader-kader TB yang sebelumnya
telah dilatih oleh puskesmas untuk membantu dalam penemuan
kasus TB. Pada tahun 2017, Puskesmas Ngablak memiliki program
unggulan yang berhubungan dengan TB. Program tersebut diberi
nama “GEBRAK TEBAS TB” yang memiliki kepanjangan
Gerakan Bersama Kader Temukan Basmi TB. Program ini diadakan
setiap hari Jumat setiap minggunya. Agenda dari kegiatan ini adalah
petugas puskesmas bersama kader-kader di desa akan turun
langsung ke lapangan untuk menemukan pasien suspek TB. Pasien
terduga TB akan diminta mengeluarkan dahak yang ditampung
dalam pot khusus. Pot khusus ini selanjutnya akan dibawa ke
puskesmas untuk pemeriksaan lebih lanjut. Namun, program
Gebrak Tebas TB di Puskesmas Ngablak saat ini sudah tidak
berjalan seperti dulu karena program nasional baru yang
dibebankan kepada puskesmas.
 Wawancara dengan Petugas Laboratorium

Wawancara selanjutnya penulis lakukan kepada petugas


laboratorium, Ibu Andika Wigga. Dalam sesi wawancara, penulis
menanyakan beberapa hal terkait pemeriksaan TB di laboratorium.
Hal pertama yang penulis tanyakan adalah bagaimana struktur
organisasi laboratorium itu sendiri. Ibu Andika Wigga mengatakan
bahwa petugas laboratorium hanya dirinya sendiri yang
mengerjakan semua pemeriksaan laboratorium. Kemudian penulis
menanyakan mengenai alur pengujian sputum dan pemeriksaan
apa saja yang tersedia di laboratorium Puskesmas Ngablak. Alur
uji dahak dimulai saat pasien terduga TB datang ke laboratorium
untuk pemeriksaan. Pasien akan diminta mengeluarkan dahaknya
di pojok dahak dan ditempatkan pada pot khusus. Dahak yang
bagus memiliki ciri-ciri purulen kehijauan, tidak bercampur darah
atau liur. Setelah itu petugas laboratorium akan mengoleskan
dahak pasien pada object glass yang sebelumnya sudah diberi
identitas, tanggal dan nomor urut register. Preparat tersebut
kemudian dikeringkan di udara biasa. Petugas laboratorium
mengatakan proses pengeringan ini dapat memakan waktu yang
lama apabila cuaca sedang mendung. Setelah pengeringan,
preparat akan difiksasi di atas api sebanyak 3 kali kemudian
dilakukan pengecatan. Cat yang digunakan adalah cat Ziel Nielsen.
Kemudian preparat sudah siap untuk dibaca melalui mikroskop.
Hanya pemeriksaan mikroskopis yang tersedia di laboratorium
Puskesmas Ngablak untuk pengujian dahak pasien terduga TB.
Pemeriksaan lain contohnya seperti Tes Cepat Molekuler (TCM)
dilakukan di rumah sakit rujukan seperti RSU Muntilan. Namun,
akses kesana yang cukup jauh dan memakan waktu membuat
pemeriksaan TCM ini jarang dilakukan. Setiap 3 bulan akan
diadakan uji silang di labkes yang akan melakukan pemeriksaan
kembali pada preparat yang sudah diuji di puskesmas. Tujuannya
adalah sebagai konfirmasi pemeriksaan yang sebekumnya. Untuk
alat pelindung diri, petugas laboratorium mengatakan tidak ada
APD khusus yang diperuntukkan untuk pemeriksaan TB. APD
yang digunakan cukup jas lab, sarung tangan dan masker. Dalam
hal sumber daya manusia, petugas laboratorium biasanya diberikan
pelatihan tambahan untuk me-refresh ilmunya. Refreshing ilmu ini
diadakan oleh dinas kesehatan setempat yang dilakukan 1-2 tahun
sekali.

3.1.2 Hasil Data Sekunder

Hasil Pemeriksaan Kategori


Tahun No Nama Jenis TB
(BTA/RO) Pengobatan
1 Tn. S Tb Paru BTA + Kategori 1
2 Ny. W Tb Paru BTA + Kategori 1
2017
3 Ny. R Tb Paru BTA + Kategori 1
4 Ny. D Tb Paru BTA + Kategori 1
1 Tn. J Tb Paru BTA + Kategori 1
Tn. H Tb Ekstra BTA - Kategori 1
2
Paru
Ny. I Tb Ekstra BTA - Kategori 1
3
Paru
2018
4 Ny. F Tb Paru RO + Kategori 1
5 Ny. W Tb Paru BTA - Kategori 1
6 Tn. M Tb Paru BTA - Kategori 1
7 Tn. I Tb Paru BTA + Kategori 1
8 An. S Tb Anak BTA -, Skor 8 Kategori 1
1 Ny. M Tb Paru BTA -, Ro + Kategori 2
2019 Ny. S Tb Ekstra Kategori 1
2
Paru
3 An. Z Tb Anak Ro+ Kategori 1
4 An. S Tb Paru Ro+ Kategori 1
5 An. T Tb Anak Mantoux + Ro+ Kategori 1
6 An. Ty Tb Anak Mantoux + Ro+ Kategori 1

Tabel 1. Data Pasien TB Yang Diobati Di Puskesmas Ngablak Periode Januari


2017- Agustus 2019

Capaian
Target 2018 Sasaran 2018
Penemuan Pasien Jumlah Persentase
Baru TB BTA
(+) (Case
50% 48 9 18,75%
Detection Rate)

Tabel 2. Angka Penemuan Kasus Tahun 2018

3.1.3 Analisis Masalah Program TB di Puskesmas Ngablak

Hasil dari observasi, wawancara dan pegambilan data sekunder yang telah
penulis dapatkan akan penulis uraikan permasalahannya menggunakan analisis 5
M.

 Man
Sumber daya manusia (SDM) yang terlibat dalam program TB di Puskesmas
Ngablak saat ini berjumlah 3 orang, yaitu penanggung jawab program TB, dokter
dan analis laboratorium. Jumlah ini dirasa masih minum karena petugas
penanggung jawab mengerjakan tugas rangkap sehingga tidak fokus dalam
penemuan kasus TB.
 Machine
Alat bantu yang dipakai dalam program TB adalah kendaraan berupa motor
pribadi milik Ibu Tutik yang digunakan dalam pengambilan obat TB ke Dinas
Kesehatan dan digunakan untuk mendatangi rumah penderita TB.
 Money
Pendanaan program TB ini didanai oleh dana BOK puskesmas. Penanggung
jawab program TB tidak mengeluhkan mengenai masalah dana dalam program
TB ini.
 Method
Pedoman mengenai program TB ini sudah lengkap diberikan oleh dinas
kesehatan. Ibu Tutik selalu mengikuti pertemuan-pertemuan tentang program
TB. Dalam pertemuan tersebut dijelaskan berbagai macam hal yang menjadi
pedoman dalam pelaksanaan program di puskesmas. Ibu Tutik juga memiliki
buku saku yang diberikan oleh dinkes sebagai pedoman pelaksanaan program.
Selain itu, pedoman mengenai standar pelayanan laboratorium TB juga sudah
dimiliki puskesmas. Dalam pencatatan dan pelaporan, petugas TB sudah
menjalankan tugasnya yang ditulis dalam berbagai macam form TB. Mengenai
upaya pencegahan, penulis tidak menemukan program penyuluhan selama
observasi dan selama mengikuti kegiatan di Puskesmas. Petugas akan
memberikan edukasi hanya kepada pasien suspek atau pasien yang sudah positif
terdiagnosa TB.
 Material
Bahan yang dipergunakan dalam program TB ini berupa pot dahak khusus yang
digunakan untuk menampung dahak. Selama pengamatan, penulis tidak
menemukan bahan edukasi berbentuk visual yang dapat digunakan untuk
memudahkan pasien dalam memahami penyakit TB. Penulis juga tidak
menemukan poster atau brosur di puskesmas yang berisi tentang materi penyakit
TB.
3.2 Rencana Intervensi

Setelah penulis melakukan observasi dan wawancara, penulis memutuskan


untuk membuat leaflet mengenai penyakit TB dan booklet yang khusus
diperuntukkan untuk pasien TB.

3.2.1 Pembuatan Leaflet Mengenai Penyakit TB

Pembuatan leaflet mengenai penyakit TB ini bertujuan sebagai bahan edukasi


kepada masyarakat tentang gambaran penyakit TB. Isi dari leaflet ini dibuat
menarik dan selengkap mungkin untuk membantu masyarakat memahami
penyakit TB. Leaflet ini berisi definisi, penyebab, gejala, pengobatan dan
pencegahan penyakit TB. Penulis berharap media leaflet ini dapat membantu
puskesmas dalam program TB sebagai bahan edukasi, sebagai upaya
pencegahan penyakit TB, dan dapat meningkatkan kewaspadaan masyarakat
mengenai penyakit TB.

3.2.2 Pemberian Booklet Mengenai Penyakit TB Kepada Pasien TB

Pemberian booklet ini bertujuan untuk membuat pasien TB lebih memahami


tentang penyakitnya dan lebih peduli untuk rutin berobat. Isi booklet dibuat
dengan bahasa sederhana yang mudah dimengerti orang awam. Isi booklet ini
juga disertai dengan ilustrasi-ilustrasi menarik agar pasien senang
membacanya. Materi di dalam booklet berisi wawasan mengenai penyakit TB
dari definisi sampai pengobatan. Booklet yang penulis beri judul “Sudah
Minum Obatkah Anda Hari Ini?” diharapkan dapat mengingatkan pasien
untuk tidak lupa meminum obatnya setiap hari. Karena pengobatan TB
membutuhkan kekonsistenan dalam meminum obat. Dalam booklet ini juga
penulis sertakan sebuah hadits mengenai sakit sebagai penggugur dosa agar
pasien semangat untuk sembuh dan bersabar dalam menghadapi sakitnya.
BAB IV

INTERVENSI DAN HASIL

4.1 Kegiatan Elektif

Hari pertama kegiatan elektif pada tanggal 8 Agustus 2019 penulis menemui
penanggung jawab program TB, yaitu Ibu Tutik Kuswati, Amd. Kep. dan meminta
ijin untuk mengikuti kegiatan program TB. Sebelumnya, kegiatan ini sudah
diijinkan oleh kepala puskesmas dan dokter pembimbing klinik. Setelah menemui
Ibu Tutik, penulis melakukan sesi wawancara mendalam dengan beliau. Dalam
wawancara tersebut, penulis mendapatkan penjelasan mengenai program TB yang
berjalan di Puskesmas Ngablak. Wawancara yang penulis lakukan di hari pertama
belum sepenuhnya selesai karena Ibu Tutik saat itu sedang piket di bagian IGD
sehingga beliau berjanji melanjutkan wawancara pada keesokan harinya. Setelah
wawancara, penulis mengikuti kegiatan di balai pengobatan sambil mengobservasi
pasien-pasien yang datang apakah terdapat pasien TB yang datang berobat hari
tersebut.

Hari kedua kegiatan elektif, penulis mulai dengan melanjutkan wawancara


yang tertunda dengan Ibu Tutik. Pada wawancara ini, penulis ditunjukkan beberapa
formulir baku yang digunakan dalam pencatatan dan pelaporan. Setelah melakukan
wawancara, penulis diajak untuk ikut turun ke lapangan, yaitu mengunjungi rumah
pasien TB.

Hari ketiga kegiatan elektif penulis mengambil data sekunder dengan


mencatat data-data pasien TB sejak tahun 2017 sampai dengan bulan Agustus tahun
2019. Setelah mencatat seluruh data pasien TB, penulis juga meminjam data
register laboratorium pasien terduga TB. Selain pengambilan data sekunder, penulis
juga mengobservasi balai pengobatan dan bagian farmasi di Puskesmas Ngablak
untuk melihat obat-obat TB yang tersedia di puskesmas.

Hari keempat kegiatan elektif penulis mengikuti kegiatan di balai


pengobatan. Setelah kegiatan di balai pengobatan selesai, penulis melakukan
wawancara mendalam dengan Ibu Andika Wigga sebagai petugas laboratorium
yang ikut dalam program TB. Dalam wawancara ini, penulis menanyakan tentang
standar pelayanan laboratorium TB, alur pemeriksaan dahak pasien, sistem rujukan,
jenis pemeriksaan yang tersedia dan lain-lain.

Hari kelima kegiatan elektif penulis melakukan wawancara dengan dokter


fungsional yang bertanggung jawab di balai pengobatan. Penulis menanyakan
berbagai hal yang berkaitan dengan program TB dan menanyakan kendala apa saja
yang ditemui dalam program TB di Puskesmas Ngablak.

Hari keenam kegiatan elektif penulis mengikuti kegiatan di balai


pengobatan. Penulis berencana melakukan penyuluhan di hari ini, namun, karena
terdapat masalah teknis, penulis tidak jadi memberikan penyuluhan. Pada hari
keenam ini, penulis bertemu dengan pasien TB di balai pengobatan yang memiliki
TB kulit dan bersedia diwawancarai.

4.2 Respon Puskesmas

Intervensi yang dilakukan penulis, yaitu pembuatan leaflet dan booklet


disambut baik oleh petugas TB dan dokter penanggung jawab. Media ini dinilai
dapat membantu dalam mengedukasi pasien. Selama ini, pasien terkadang sulit
membayangkan penjelasan-penjelasan yang disampaikan saat edukasi. Namun,
dengan adanya media ini yang disertai dengan ilustrasi-ilustrasi dapat membantu
pasien dalam memahami penyakitnya. Media ini juga dapat menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang selama ini sering ditanyakan pasien.

4.3 Perubahan Yang Terjadi

Perubahan yang terjadi setelah penulis melakukan kegiatan elektif ini adalah
petugas TB menjadi lebih termotivasi dalam penemuan kasus TB. Petugas TB
merasa terbantu dengan adanya media leaflet dan booklet yang dapat dipakai saat
mengedukasi pasien.
4.4 Harapan Puskesmas

Puskesmas, khususnya penaggung jawab program TB berharap dengan


adanya media mengenai penyakit TB ini dapat meningkatkan kewaspadaan pasien
terhadap penyakitnya, dapat meningkatkan kewaspadaan masyarakat umum untuk
menjaga kesehatannya supaya tidak tertular kuman TB dan meningkatkan upaya
pencegahan penularan kuman TB. Dengan meningkatnya kewaspadaan
masyarakat, diharapkan masyarakat yang memiliki gejala TB dapat memeriksakan
dirinya dan diobati sampai sembuh jika benar terdiagnosa TB.

4.5 Rekomendasi

Berdasarkan hasil kegiatan elektif yang sudah penulis lakukan, penulis


merekomendasikan untuk mengadakan promosi kesehatan dengan para petinggi
desa atau tokoh masyarakat sebagai sasaran (sasaran tersier). Dengan adanya
promosi kesehatan tersebut, diharapkan para petinggi desa atau tokoh masyarakat
dapat turut serta dalam upaya peningkatan angka penemuan kasus TB dengan cara
mendukung program berantas TB dan membantu dalam penyediaan sumber daya.
BAB V

PEMBAHASAN

Penyakit tuberkulosis merupakan salah satu infeksi menular yang


menakutkan di beberapa negara. Penyebab ketakutan tersebut disebabkan karena
bakteri Mycobacterium tuberculosis memiliki daya invasif yang cukup luar biasa.
Oleh karena hal ini, pasien yang telah terdiagnosa penyakit TB harus meminum
obatnya setiap hari. Indonesia merupakan negara tertinggi ke-2 bersama dengan
China dalam kasus TB terbanyak di dunia. Sebagai negara tropis, Indonesia
memiliki iklim yang cukup baik bagi perkembangan bakteri penyebab TB.
Tuberkulosis merupakan 10 penyebab kematian tertinggi di dunia dan menjadi
penyebab kematian nomor 1 karena infeksi penyakit menular di Indonesia
(Kemenkes RI, 2018).

Pemerintah Indonesia menetapkan target dan sasaran dalam


penanggulangan kasus TB di Indonesia. Pada tahun 2035 Indonesia ditargetkan
dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB sejumlah masing-
masing 90% dan 95%. Sedangkan pada tahun 2050 pemerintah menargetkan
Indonesia telah bebas dari TB (Permenkes RI, 2016). Target ini dicapai dengan
berbagai strategi yang merupakan tanggung jawab dari berbagai sektor. Dalam hal
penanggulangan TB diperlukan upaya-upaya yang lebih mengutamakan aspek
promotif dan preventif. Kementrian Kesehatan RI pada tahun 2016 mencanangkan
program penanggulangan TB yang diberi nama TOSS TBC yang merupakan
singkatan dari Temukan TB Obati Sampai Sembuh. Program ini merupakan suatu
program yang mangampanyekan mengenai penemuan pasien TB lebih dini yang
dilakukan secara aktif dan menyeluruh, penegakan diagnosis, dan pengobatan
pasien TB sampai sembuh. Tujuan dari program ini dicapai dalam berbagai
kegiatan seperti penyuluhan mengenai penyakit TB, penemuan aktif pasien TB,
bekerja sama dengan berbagai sektor dalam penanggulangan TB serta
pengevaluasian pengobatan pasien TB secara intensif.

Angka penemuan kasus TB di Puskesmas Ngablak pada tahun 2018 belum


mencapai angka yang ditargetkan oleh dinas kesehatan kabupaten. Hal ini
disebabkan salah satunya karena keterbatasan sumber daya manusia yang ada di
Puskesmas Ngablak. Meskipun jumlah tenaga kesehatan minimal sudah tercapai,
namun, dibutuhkan dukungan dari tenaga kesehatan lain dalam upaya penemuan
kasus. Menurut Anggraeni (2014), kebutuhan minimal sumber daya manusia
Puskesmas Pelaksana Mandiri (PPM) terdiri atas 3 tenaga terlatih, yaitu satu orang
dokter, satu orang perawat atau petugas TB, dan satu orang petugas laboratorium.
Program rangkap yang dipegang penanggung jawab program TB di Puskesmas
Ngablak juga menjadi salah satu kendala dalam penemuan kasus TB. Kinerja
petugas Tb di puskesmas dipengaruhi oleh tugas rangkap yang dibebankan
kepadanya (Deswinda, 2019). Mengenai mutu tenaga kesehatan, tenaga kesehatan
di Puskesmas Ngablak sudah memadai. Setiap petugas yang ikut andil dalam
program TB diharuskan mengikuti keahlian yang didapatkan dari pelatihan.
Pelatihan merupakan suatu upaya dalam proses pengembangan sumber daya
manusia. Menurut Mansur (), kinerja, kemampuan dan ketrampilan dapat
ditingkatkan melalui pelatihan-pelatihan berjenjang dan berkelanjutan yang akan
membantu petugas TB meningkatkan upaya penanggulangan TB.

Metode pencarian kasus TB terbagi menjadi 2, yaitu secara aktif dan pasif.
Kedua metode ini sudah dilakukan oleh Puskesmas Ngablak, namun, penemuan
kasus secara aktif masih kurang terlaksana. Petugas TB lebih banyak menemukan
kasus secara pasif melalui pasien yang datang berobat ke puskesmas. Dalam kasus
TB di Indonesia, penemuan kasus secara pasif kurang disarankan karena tidak
maksimal dalam penemuan kasus TB khususnya di Indonesia yang kasus TB-nya
semakin meningkat. Penemuan kasus secara aktif lebih disarankan karena dapat
menjaring penderita TB yang enggan berobat di masyarakat dengan cepat dan tepat
(Nisa, S., 2017). Penemuan kasus secara aktif ini dapat dibantu oleh kader-kader
kesehatan. Dalam hal ini, Puskesmas Ngablak sebenarnya sudah memiliki kader-
kader kesehatan khusus untuk TB yang sudah diberikan pelatihan. Namun, kinerja
kader-kader kesehatan ini dirasakan kurang maksimal sehingga tidak dapat
membantu meningkatkan angka penemuan kasus.

Sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam program TB pada Puskesmas


Ngablak umumnya cukup memadai. Dalam pengamatan, penulis tidak menemukan
media promosi kesehatan mengenai TB. Menurut Anggraeni (2014), promosi
kesehatan yang dilakukan kepada pasien TB dapat membantu pasien memahami
penyakinya sehingga meningkatkan angka kesembuhan. Sasaran utama dalam
promosi kesehatan ini adalah pasien, masyarakat sehat, dan keluarga. Promosi
kesehatan ini juga dapat diberikan kepada tokoh-tokoh masyarakat yang diharapkan
dapat membantu dalam penanggulangan TB seperti mendorong masyarakat untuk
berobat jika memiliki gejala tb dan tidak mendiskriminasi pasien dengan TB.
LAMPIRAN

 Diary Elektif

Hari, Tanggal Jam Kegiatan Hasil


07.00 – 07.30 Mengikuti apel pagi di Mendapatkan
Puskesmas Ngablak informasi dan
07.30-08.00 Persiapan wawancara gambaran
08.00-09.00 Melakukan wawancara mengenai
dengan Penanggung Jawab program Tb di
Program TB Puskesmas
Kamis, 8 09.00-12.00 Mengikuti kegiatan di Ngablak,
Agustus 2019 balai pengobatan mendapatkan
12.00-13.00 ISHOMA gambaran
13.00-14.00 Mengikuti kegiatan di mengenai proses
balai pengobatan pemeriksaan
14.00-15.00 Penyusunan daftar pasien terduga
masalah sementara TB di balai
pengobatan
07.00-07.30 Mengikuti apel pagi di
Mendapatkan
Puskesmas Ngablak
gambaran
07.30-09.00 Melakukan wawancara
Jumat, 9 mengenai proses
dengan Penanggung Jawab
Agustus 2019 kunjungan rumah
Program TB
dan penjaringan
09.00-12.30 Perjalanan dan kunjungan
suspek
rumah pasien TB serta
penjaringan suspek di
sekitar rumah penderita
12.30-13.15 Perjalanan kembali ke
Puskesmas dan ISHOMA
13.15-14.00 Penyusunan daftar
masalah
14.00-16.00 Membuat konsep isi leaflet
07.00-07.30 Mengikuti apel pagi di Mendapatkan
Puskesmas Ngablak data-data
07.30-08.15 Proses peminjaman data mengenai pasien
puskesmas mengenai TB di Puskesmas
pasien TB Ngablak,
08.15-10.00 Pencatatan data-data Mengetahui
sekunder ketersediaan OAT
Sabtu, 10
10.00-12.00 Mengikuti kegiatan di di Puskesmas
Agustus 2019
balai pengobatan Ngablak
12.00-13.00 ISHOMA
13.00-14.00 Melakukan pengamatan
dan bertanya jawab
mengenai OAT di Farmasi
Puskesmas Ngablak
14.00-16.30 Pembuatan leaflet
07.00-07.30 Mengikuti apel pagi di Mendapatkan
Puskesmas Ngablak gambaran
07.30-11.00 Mengikuti kegiatan di mengenai sarana
Senin, 12
balai pengobatan dan prasarana di
Agustus 2019
11.00-12.30 Wawancara dengan laboratorium,
petugas laboratorium mendapatkan
12.30-13.00 ISHOMA informasi
13.00-14.00 Pengamatan di mengenai
laboratorium puskesmas pelayanan
14.00-15.30 Melanjutkan pembuatan laboratorium TB
leaflet di Puskesmas
07.00-07.30 Mengikuti apel pagi di Ngablak
Puskesmas Ngablak
07.30-12.00 Mengikuti kegiatan di
balai pengobatan
12.00-13.00 ISHOMA Mendapatkan
13.00-14.00 Wawancara dengan dokter informasi
Selasa, 13
fungsional Puskesmas mengenai
Agustus 2019
Ngablak program TB yang
14.00-16.00 Pembuatan konsep dan pernah berjalan,
pencarian materi untuk Mendapatkan
booklet informasi
mengenai kendala
yang ditemui
07.00-07.30 Mengikuti apel pagi di Mendapat
Puskesmas Ngablak informasi dari
07.30-11.30 Mengikuti kegiatan di pasien mengenai
balai pengobatan perjalanan sakit
11.30-12.15 Wawancara dengan salah TB nya,
Rabu, 14
satu pasien TB yang mendapatkan
agustus 2019
berobat gambaran
12.15-13.00 ISHOMA mengenai KIE
13.00-14.00 Mengikuti kegiatan di yang dilakukan
balai pengobatan oleh dokter
14.00-16.00 Pembuatan booklet kepada pasien TB
Booklet
Leaflet

Anda mungkin juga menyukai