Disusun Oleh
Nastiti Putri Arimami
14711024/17712064
Disusun Oleh :
Nastiti Putri Arimami
14711024/17712064
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan
laporan elektif yang berjudul “Evaluasi Program TBC di Puskesmas Ngablak
Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang” dalam rangka memenuhi syarat stase
Ilmu Kesehatan Masyarakat. Shalawat beserta salam semoga tercurah kepada
junjungan besar umat Islam Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya.
1. Orang tua, kakak dan adik penulis yang selalu mendukung dan mendoakan
penulis, Papa Basis Triyono, Mama Sudaryati, Kakak Nikita Rizky dan Adik
Agil M. Pahlevi.
2. dr. Nina Tiwi Handayani sekalu dokter pembimbing klinik di Puskesmas
Ngablak yang meluangkan waktunya dalam membimbing penulis
3. drg. Niken Sulistio selaku Kepala Puskesmas Ngablak yang bersedia
mengarahkan dan membimbing penulis
4. dr. Titik Kuntari, MPH selaku dokter pembimbing fakultas yang membimbing
penulis
5. Ibu Hariyanti, Amd. Keb, selaku bidan Desa Sumberrejo
6. Bapak Subandi, selaku kepala desa Sumberrejo
7. Teman-teman sejawat kelompok koas FK UII
8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan. Semoga Allah
SWT membalas kebaikan kita semua, aamiin ya robbal’alamin.
Semoga laporan promosi kesehatan ini dapat memberikan manfaat bagi
rekan-rekan mahasiswa serta bagi para pembaca pada umumnya, Allahumma,
aamiin.
LATAR BELAKANG
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang sampai saat ini masih menjadi
suatu momok bagi Indonesia. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi menular
nomor satu yang menjadi penyebab kematian di Indonesia. Di tingkat dunia,
Indonesia menempati urutan ke-2 dengan kasus TB tertinggi dunia bersamaan
dengan China. Sampai saat ini, penanggulangan penyakit TB terus digalakkan
untuk mencapai tujuan pemerintah Indonesia, yaitu eliminasi kasus TB pada tahun
2035 dan bebas TB pada tahun 2050. Keberhasilan pengobatan TB nasional
ditargetkan mampu mencapai 90%. Angka yang ditetapkan Indonesia tersebut tidak
jauh berbeda dengan target WHO yang mematok angka keberhasilan pengobatan
TB sebesar 85% untuk negara-negara dengan kasus TB tertinggi di dunia. Angka
keberhasilan pengobatan TB tersebut terus berubah-ubah di Indonesia. Pada tahun
2008-2009, angka keberhasilan pengobatan TB di Indonesia pernah mencapai 90%.
Namun, keadaan ini tidak berlangsung lama kian berubah tiap tahun (Kemenkes RI,
2018; Irianti, T., 2016).
METODE
2.1 Observasi
Capaian
Target 2018 Sasaran 2018
Penemuan Pasien Jumlah Persentase
Baru TB BTA
(+) (Case
50% 48 9 18,75%
Detection Rate)
Hasil dari observasi, wawancara dan pegambilan data sekunder yang telah
penulis dapatkan akan penulis uraikan permasalahannya menggunakan analisis 5
M.
Man
Sumber daya manusia (SDM) yang terlibat dalam program TB di Puskesmas
Ngablak saat ini berjumlah 3 orang, yaitu penanggung jawab program TB, dokter
dan analis laboratorium. Jumlah ini dirasa masih minum karena petugas
penanggung jawab mengerjakan tugas rangkap sehingga tidak fokus dalam
penemuan kasus TB.
Machine
Alat bantu yang dipakai dalam program TB adalah kendaraan berupa motor
pribadi milik Ibu Tutik yang digunakan dalam pengambilan obat TB ke Dinas
Kesehatan dan digunakan untuk mendatangi rumah penderita TB.
Money
Pendanaan program TB ini didanai oleh dana BOK puskesmas. Penanggung
jawab program TB tidak mengeluhkan mengenai masalah dana dalam program
TB ini.
Method
Pedoman mengenai program TB ini sudah lengkap diberikan oleh dinas
kesehatan. Ibu Tutik selalu mengikuti pertemuan-pertemuan tentang program
TB. Dalam pertemuan tersebut dijelaskan berbagai macam hal yang menjadi
pedoman dalam pelaksanaan program di puskesmas. Ibu Tutik juga memiliki
buku saku yang diberikan oleh dinkes sebagai pedoman pelaksanaan program.
Selain itu, pedoman mengenai standar pelayanan laboratorium TB juga sudah
dimiliki puskesmas. Dalam pencatatan dan pelaporan, petugas TB sudah
menjalankan tugasnya yang ditulis dalam berbagai macam form TB. Mengenai
upaya pencegahan, penulis tidak menemukan program penyuluhan selama
observasi dan selama mengikuti kegiatan di Puskesmas. Petugas akan
memberikan edukasi hanya kepada pasien suspek atau pasien yang sudah positif
terdiagnosa TB.
Material
Bahan yang dipergunakan dalam program TB ini berupa pot dahak khusus yang
digunakan untuk menampung dahak. Selama pengamatan, penulis tidak
menemukan bahan edukasi berbentuk visual yang dapat digunakan untuk
memudahkan pasien dalam memahami penyakit TB. Penulis juga tidak
menemukan poster atau brosur di puskesmas yang berisi tentang materi penyakit
TB.
3.2 Rencana Intervensi
Hari pertama kegiatan elektif pada tanggal 8 Agustus 2019 penulis menemui
penanggung jawab program TB, yaitu Ibu Tutik Kuswati, Amd. Kep. dan meminta
ijin untuk mengikuti kegiatan program TB. Sebelumnya, kegiatan ini sudah
diijinkan oleh kepala puskesmas dan dokter pembimbing klinik. Setelah menemui
Ibu Tutik, penulis melakukan sesi wawancara mendalam dengan beliau. Dalam
wawancara tersebut, penulis mendapatkan penjelasan mengenai program TB yang
berjalan di Puskesmas Ngablak. Wawancara yang penulis lakukan di hari pertama
belum sepenuhnya selesai karena Ibu Tutik saat itu sedang piket di bagian IGD
sehingga beliau berjanji melanjutkan wawancara pada keesokan harinya. Setelah
wawancara, penulis mengikuti kegiatan di balai pengobatan sambil mengobservasi
pasien-pasien yang datang apakah terdapat pasien TB yang datang berobat hari
tersebut.
Perubahan yang terjadi setelah penulis melakukan kegiatan elektif ini adalah
petugas TB menjadi lebih termotivasi dalam penemuan kasus TB. Petugas TB
merasa terbantu dengan adanya media leaflet dan booklet yang dapat dipakai saat
mengedukasi pasien.
4.4 Harapan Puskesmas
4.5 Rekomendasi
PEMBAHASAN
Metode pencarian kasus TB terbagi menjadi 2, yaitu secara aktif dan pasif.
Kedua metode ini sudah dilakukan oleh Puskesmas Ngablak, namun, penemuan
kasus secara aktif masih kurang terlaksana. Petugas TB lebih banyak menemukan
kasus secara pasif melalui pasien yang datang berobat ke puskesmas. Dalam kasus
TB di Indonesia, penemuan kasus secara pasif kurang disarankan karena tidak
maksimal dalam penemuan kasus TB khususnya di Indonesia yang kasus TB-nya
semakin meningkat. Penemuan kasus secara aktif lebih disarankan karena dapat
menjaring penderita TB yang enggan berobat di masyarakat dengan cepat dan tepat
(Nisa, S., 2017). Penemuan kasus secara aktif ini dapat dibantu oleh kader-kader
kesehatan. Dalam hal ini, Puskesmas Ngablak sebenarnya sudah memiliki kader-
kader kesehatan khusus untuk TB yang sudah diberikan pelatihan. Namun, kinerja
kader-kader kesehatan ini dirasakan kurang maksimal sehingga tidak dapat
membantu meningkatkan angka penemuan kasus.
Diary Elektif