Anda di halaman 1dari 4

BUDAYA

Site Terpilih
TARI GENDING SRIWIJAYA SONGKET LEPUS
Tari Gending Sriwijaya adalah tarian paling terkenal dan ikonik
di Sumatra Selatan. Songket lepus adalah jenis songket paling terkenal di Sumatra
Ditampilkan secara khusus untuk menyambut tamu-tamu Selatan.
agung seperti kepala Negara, Duta Besar dan tamu-tamu
agung lainnya. Awalnya songket lepus hanya khusus untuk lingkungan bang-
sawan.
Pementasan dapat dilakukan di panggung Indoor ataupun
Outdoor Songket lepus adalah songket pertama yang berasal dari
Palembang.
Indoor : Tempat pertunjukkan yang digunakan adalah pang-
gung berbentuk proscenium Songket lepus mempunyai benang emas hampir menutupi
Outdoor : Panggung pertunjukkan berbentuk panggung arena. seluruh bagian kain. Benang emas dengan kualitas tinggi
didatangkan dari China. Kadangkala benang emas ini diambil
Karakter penari : dari kain songket yang sudah sangat tua (ratusan tahun) karena
Satu orang penari utama pembawa tepak (tepak, kapur, sirih). kainnya menjadi rapuh, benang emas disulam kembali ke kain
Dua orang penari pembawa peridon (perlengkapan tepak). yang baru.
Enam orang penari pendamping (tiga dikanan dan tiga kiri).
Satu orang pembawa payung kebesaran (dibawa oleh pria).

Asal Usul Tari Gending Sriwijaya


Seperti disebutkan di atas, Tari Gending Sriwijaya berasal dari
Palembang, Sumatera Selatan. Tari ini di masa silam adalah
tarian yang biasa dipentaskan untuk menyambut kedatangan
tamu-tamu kerajaan Sriwijaya. Setiap ada pemuka agama
Hindu dan Budha dari India atau utusan-utusan dari Kerajaan
China, tari ini selalu dimainkan untuk menghormati mereka.
Adanya tarian ini menunjukan bahwa pemuka Kerajaan Sriwi-
jaya di masa lalu adalah orang-orang yang ramah. Mereka
selalu tulus dan terbuka pada kehadiran tamu.
REFERENSI
Tipologi Fasad Arsitektur Melayu dengan Fasad
Arsitektur
Tradisional Pelembang Selembayung mengandung beberapa makna,
Menurut Sabrizaa, (2007) dalam Rohamini antara lain: (1) Tajuk Bangunan: Selembayung
Yusoff, 2013:3) terdapat setidaknya 16 elemen membangkitkan seri dan cahaya bangunan; (2)
estetika dalam mengidentifikasi arsitektur Pekasih Bangunan: Lambang keserasian dalam
tradisonal Melayu, yaitu : bangunan; (3) Pasak Atap: lambang hidup yang
Bumbung (roof ): tunjuk langit, sisik naga, tahu diri; (4) Tangga Dewa: lambang tempat
sulur bayung, kepala cicak, andeande, turun para dewa, mambang, akuan, soko,
pemeles, tiang gantung; keramat, dan sisiyang membawa keselamatan
Dinding (wall) : sesiku keluang / kekisi; bagi manusia; (5) Rumah Beradat: tanda bahwa
Pintu (door): pintu gerbang, kepala pintugerbang, bangunan itu adalah tempat kediaman orang
gerbang pintu, kepala pintu; berbangsa, balai atau tempat orang patut-patut;
Tingkap (window): kepala tingkap, gerbang ting- (6) Tuah Rumah: yakni sebagai lambang bahwa
kap, pagar musang. Menurut Sabrizaa, (2007) dalam Rohamini bangunan itu mendatangkan tuah kepada
Yusoff, 2013:3) terdapat setidaknya 16 elemen pemilikinya; (7) Lambang keperkasaan dan
Motif dasar dari ornamen arsitektur tradisional estetika dalam mengidentifikasi arsitektur wibawa; (8) Lambang kasih sayang
Melayu Riau pada umumnya bersumber dari alam, tradisonal Melayu, yaitu :
yaitu terdiri atas flora, fauna, dan bendabenda Bumbung (roof ): tunjuk langit, sisik naga,
lainnya. Benda-benda tersebut kemudiandiubah sulur bayung, kepala cicak, andeande, Menurut buku Arsitektur Tradisional Daerah Sumat-
menjadi bentuk-bentuk tertentu, baik menurut pemeles, tiang gantung; era Selatan, 1991, dalamSiswanto, 2009 : 38, bagian
bentuk asalnya seperti bunga-bungaan, maupun Dinding (wall) : sesiku keluang / kekisi; depan rumah limas tidak
dalam bentuk yang telah dimodifikasi sehingga Pintu (door): pintu gerbang, kepala pintugerbang, terdapat jendela, diantara kedua pintu depan
tidak lagi memperlihatkan wujud gerbang pintu, kepala pintu; diberi dinding yang berupa ruji-ruji kayu dengan
asalnya, tetapi hanya menggunakan namanya saja Tingkap (window): kepala tingkap, gerbang ting- motif tembus. Keadaan tersebut cukup efektif
seperti itik pulang petang, itik sekawan, semut kap, pagar musang. untuk sirkulasi angin walaupun pemanfaatan sinar
beriring, dan lebah sedangkan Motif Bunga Mang- matahari kurang optimal.
gis, Cengkih, dan Melur (Motif Motif dasar dari ornamen arsitektur tradisional Gambar Fasad depan rumah limas
Flora) (Al Mudara, 2004 dalam Faisal 2013:4). Melayu Riau pada umumnya bersumber dari alam,
yaitu terdiri atas flora, fauna, dan bendabenda
lainnya. Benda-benda tersebut kemudiandiubah
menjadi bentuk-bentuk tertentu, baik menurut
bentuk asalnya seperti bunga-bungaan, maupun
dalam bentuk yang telah dimodifikasi sehingga
tidak lagi memperlihatkan wujud Bentuk arsitektur Rumah Limas dideskripsikan
asalnya, tetapi hanya menggunakan namanya saja terdiri dari atap limas, fencing (pagar),
seperti itik pulang petang, itik sekawan, semut tenggalong, tangga depan, ornamen Simbar, dan
Motif hewan yang dipilih umumnya yang men-
beriring, dan lebah sedangkan Motif Bunga Mang- ornamen tanduk kambing. Atap limas dihiasi
gandung sifat tertentu atau yang berkaitan dengan
gis, Cengkih, dan Melur (Motif dengan ornamen Tanduk Kambing, sedangkan
mitos atau kepercayaan setempat. Contohnya
Flora) (Al Mudara, 2004 dalam Faisal 2013:4). ornamen simbar diletakan pada bagian tengah
motif semut, walaupun tidak dalam bentuk sesung-
guhnya, disebut dengan motif semut beriring bubungan atap Simbar merupakan ornamen yang
Selembayung yang disebut juga Sulo Bayuang terletak di tengah bubungan atap berbentuk
dikarenakan sifat semut yang rukun dan
dan Tanduak Buang, adalah hiasan yang terletak bunga melati atau trisula
tolong-menolong, yang mana sifat inilah yang
bersilang pada kedua ujung perabung
menjadi dasar sifat orang-orang Melayu. Begitu
bangunan. Selembayung (Al Mudra, 2004)
pula halnya dengan motif lebah yang disebut
dalam Faisal 2013:4.
dengan motif lebah bergantung, karena sifat lebah
yang selalu memakan sesuatu (bunga) yang bersih,
kemudian mengeluarkannya untuk dimanfaatkan
oleh orang banyak (madu). Motif naga digunakan
karena berkaitan dengan mitos tentang keper-
kasaan naga sebagai penguasa lautan. Sedangkan
bendabenda lain, seperti bulan, bintang, matahari, https://temuilmiah.iplbi.or.id/wp-content/uploads/2017/12/ti6i017.pdf
dan awan sering juga dipakai sebagai motif.
REFERENSI
PERANCANGAN CULTURAL CENTER DENGAN
KONSEP ARSITEKTUR TROPIS DI PRAWIROTA-
MAN
Program Ruan

Tipologi Ruang/Massa
Pada umumnya pengguna di kategorikan menjadi 3 kelompok berdasarkan
fungsi bangunan yaitu:
1. Pengunjung dengan persentase 50%
Pengunjung berasal dari seluruh lapisan masyarakat baik
Analisis Pengelompokan Ruang Cultural Center masyarakat lokal
maupun mancanegara dengan kategori untuk
semua umur.
2. Pelaku Seni dengan persentase 30%
Pelaku seni berasal dari peseni lokal, luar kota dan mancanegara
serta dari kalangan semua umur.
3. Staff bangunan dengan persentase 20%
Untuk staff berasal dari penduduk yang berdomisili disekitar
daerah Cultural Center dengan kriteria umur berkisar remaja
hingga dewasa
Dari data pengguna yang telah disebutkan sebelumnya, berikut merupakan detil
pengguna serta kebutuhan ruang yang dibutuhkan.
TEORI REGIONALISM TEMA
Abstract Regionalism MUSI CULTURAL & EXHIBITION CENTER
Abstract Regionalism menekankan pada kuali-
tas-kualitas penting arsitektur setempat seperti
proporsi, sense of space, keterbukaan, pencaha-
yaan, tanggapan terhadap iklim atau bentuk dasar
bangunan; dan menerapkannya secara abstrak
[umum] pada bangunan baru.
Strategi ini mampu menciptakan kebaruan yang
relevan dengan karakteristik setempat tapi sering
dianggap kurang jelas memberikan identitas
setempat.

Anda mungkin juga menyukai