Mata kuliah :
Hama dan Penyakit Tanaman Hortikultura
Oleh :
Sumber: http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id/serangan-lalat-buah-pada-jeruk/
Lalat buah (Bactrocera spp), merupakan salah satu hama penting pada jeruk. Kerusakan
yang ditimbulkan oleh larvanya akan menyebabkan gugurnya buah sebelum mencapai
kematangan yang diinginkan. Hal ini sangat merugikan karena dapat menghambat
peningkatan produksi dan mutu buah. Buah yang terserang mudah dikenali dengan
adannyaperubahan warna kulit di sekitar tanda sengatan dan terjadinya pembusukan
buah dengan cepat. Pada buah yang terserang biasanya terdapat lubang kecil di bagian
tengah kulitnya/. Hal tersebut disebabkan oleh larva lalat buah yag hidup di dalam buah
yang hampir masak sehingga menyebabkan buah menjadi busuk. Apabila dibelah pada
daging buah terdapat belatung-belatung kecil yang biasanya meloncat apabila tersentuh.
Pada jeruk, lalat buah paling banyak menyerang pamelo (citrus grandis) dan sedikit
yang menyerang jeruk manis (C.sineis) serta jeruk jenis lain. Pada pamelo serangan lalat
buah menyebabkan kerugian 30-60% kadang-kadang bersamaan dengan serangan
penggerek buah (Citripestis segittiferella), sehingga agak sulit membedakan kedua hama
tersebut. Jenis lalat buah yang menyerang jeruk di Indonesia dilaporkan ada 4 jenis yairu
B. Carambolae, B. Papaye, B. Dorsalis dan B.Cucurbitae.
Pengendalian:
Berdasarkan hasil monitoring pengandalian lalat buah dapat dilakukan dengan beberapa
cara atau teknologi yang dapat diaplikasikan yaitu :
Pengandalian fisik dengan pembungkusan buah mulai umur 1.5 bulan untuk
mencegah oviposisi(peletakan telur)pada buah. Pembungkusan dapat dilakukan
dengan menggunakan kertas semen atau kantong plastik.
Sanitasi kebun, memusnahkan buah jeruk yang terserang baik yang masih dipohon
maupun yang sudah gugur dengan cara membenamkan ke dalam tanah atau
membakarnya, dengan tujuan mematikan larva yang ada di tanah.
Penggunaan atraktan/perangkap lalat buah jantan dengan senyawa Methyl Eugenol
(ME) yang dikombinasikan dengan insektisida untuk menangkap lalat jantan
sekaligus mengendalikan.
Pengendalian mekanis dengan tanah di bawah tajuk dan pengasapan secara berkala
agar pupa tidak menjadi dewasa dan untuk mengusir lalat dewasa.
Pengendalian dengan pelepasan serangga mandul yang dihasilkan dengan teknik
radiasi. Pengendalian ini masih merupakan pengendalian yang mahal.
Pengendalian biologi, yaitu dengan memanfaatkan parasitoid dan predator yang ada
di alam seperti Biosteres sp., Opius sp., semut dan laba-laba
Pengendalian : Menjaga agar lingkungan tajuk tanaman tidak terlalu rapat sehingga
sinar matahari bisa menerobos sampai ke bagian dalam tajuk. Hindari penggunaan
mulsa jerami yang dapat digunakan untuk tempat bertelur. Pengendalian terhadap hama
ini pada saat tanaman sedang bertunas, berbunga dan pembentukan buah pada musim
kemarau cukup efektif mengendalikan populasi thrips. Secara kimia thrips dapat
dikendalikan dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif
Alfametrin/Alfasipermetrin.
3. Kutu daun
Gejala: Kutu daun ini menyerang tunas dan daun muda dengan cara menghisap cairan
tanaman sehingga helaian daun menggulung. Koloni kutu ini berwarna hitam, coklat
atau hijau kekuningan tergantung spesiesnya. Kutu menghasilkan embun madu yang
melapisi permukaan daun sehingga merangsang jamur tumbuh (embun jelaga).
Di samping itu, kutu juga mengeluarkan toksin melalui salivanya sehingga timbul gejala
kerdil, deformasi dan terbentuk puru pada helaian daun.
Di antara kutu daun yang menyerang tanaman jeruk, kutu daun coklat dan hitam
merupakan yang terpenting karena kutu tersebut merupakan penular virus penyebab
penyakit Tristeza.
Kutu Daun Hitam Kutu Daun Coklat Kutu Daun Hijau
sumber: http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id/kutu-daun-dan-pengendaliannya-pada-tanaman-jeruk/
4.1 Kesimpulan
Jeruk merupakan komoditas buah-buahan yang mempunyai nilai ekonomi penting
dan nilai kesehatan yang berarti karena mengandung nilai gizi yang tinggi (Vitamin C dan
vitamin A).
Ada macam-macam hama menyerang tanaman jeruk. Serangan hama-hama
tanaman jeruk tersebut dapat mengakibatkan penurunan produktivitas hasil bahkan dapat
menyebabkan kerugian bagi para petani jeruk. Cara pengendalian hama tersebut dapat
dilakukan dengan cara preventif (pencegahan), mekanis (secara manual), biologis
(dengan memanfaatkan patogen dan parasitoid), dan kimiawi (penggunaan pestisida).
Pengendalian secara kimiawi merupakan tindakan terakhir untuk pengendalian hama dan
penyakit apabila sudah tidak dapat dikendalikan menggunakan ketiga cara lainnya, karena
pengendalian secara kimiawi memiliki banyak dampak negatif bagi lingkungan, seperti
pencemaran lingkungan serta juga membunuh musuh alami hama.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.uin-suska.ac.id/5775/3/BAB%20II%20TINJAUAN%20PUSTAKA.pdf di
akses pada 18 agustus 2019
http://etheses.uin-malang.ac.id/987/4/04520003%20Bab%202.pdf di akses pada 18 agustus
2019
http://repository.unpas.ac.id/31120/5/15.%20Bab%20II%20Ikhsan%20gatot%20A.P.pdf di
akses pada 18 agustus 2019
http://e-journal.uajy.ac.id/12522/3/BL014062.pdf di akses pada 18 agustus 2019
https://studylibid.com/doc/231032/makalah-dbt-hama-dan-penyakit-jeruk di akses pada 18
agustus 2019
http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id/serangan-lalat-buah-pada-jeruk/ di akses pada 18
agustus 2019
http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id/kutu-daun-dan-pengendaliannya-pada-tanaman-jeruk/
di akses pada 18 agustus 2019
http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id/gejala-serangan-thrips-dan-pengendaliannya-pada-
jeruk/ di akses pada 18 agustus 2019
http://ditlin.hortikultura.pertanian.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=10
7&Itemid=87 di akses pada 18 agustus 2019