Anda di halaman 1dari 9

I K ATA N M A H A S I S WA S I P I L

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL


KELOMPOK 2B
INDRALAYA

2.3 Pemeriksaan Spesific Gravity Agregat Halus


2.3.1 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan berat jenis
(bulk), berat jenis kering permukaan jenuh (saturated surface dry), berat jenis semu
(apparent), dan penyerapan (absorption) dari agregat halus.

2.3.2 Peralatan dan Bahan


Adapun peralatan dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
sebagai berikut :
1. Timbangan berkapasitas 1 kg lebih dengan ketelitian 0,1 gram
2. Piknometer dengan kapasitas 500 ml
3. Kerucut terpancung dengan diameter atasnya (40±3) mm, diameter bawahnya
(90±3) mm, dan tinggi (75±3) mm, dibuat dengan logam, tebal minimum
0,8 mm
4. Batang penumbuk dan bidang permukaan rata, beratnya (340±15) gram,
diameter permukaan penumbuk (25±3) mm
5. Oven yang suhunya dilengkapi dengan pengaturan suhu untuk memanasi sampai
suhu (100±5)ºC
6. Pan besar
7. Ember atau baskom
8. Bejana tempat air
9. Air suling
10. Contoh semen
11. Plat kaca
12. Bahan berupa agregat halus sebanyak kira-kira 5 kg

Civil Engineering of Sriwijaya University


I K ATA N M A H A S I S WA S I P I L
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
KELOMPOK 2B
INDRALAYA

Gambar 2.3.1 Timbangan Gambar 2.3.2 Piknometer Gambar 2.3.3 Oven

Gambar 2.3.4 Kerucut Gambar 2.3.5 Batang Gambar 2.3.6 Pan


Terpancung Penumbuk

Civil Engineering of Sriwijaya University


I K ATA N M A H A S I S WA S I P I L
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
KELOMPOK 2B
INDRALAYA

Gambar 2.3.7 Air Suling Gambar 2.3.8 Sendok Semen

Civil Engineering of Sriwijaya University


I K ATA N M A H A S I S WA S I P I L
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
KELOMPOK 2B
INDRALAYA

Gambar 2.3.9 Plat Kaca Gambar 2.3.10 Agregat Halus

2.2.3 Prosedur Percobaan


Adapun prosedur percobaan dalam praktikum ini adalah :
1. Timbang piknometer
2. Isi piknometer dengan air dan timbang
3. Timbang agregat halus sebanyak 1000 gram
4. Masukkan agregat halus yang sudah ditimbang ke dalam pan
5. Berikan air suling sedikit demi sedikit sambil aduk dengan sendok semen pada
agregat halus
1
6. Isi kerucut terpacung dengat agregat halus tersebut hingga mencapai 3 dari
kerucut terpancung tersebut.

Civil Engineering of Sriwijaya University


I K ATA N M A H A S I S WA S I P I L
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
KELOMPOK 2B
INDRALAYA

7. Padatkan dengan batang penumbuk sebanyak 8 kali.


2
8. Isi kerucut terpancung dengan agregat halus tersebut hingga mencapai 3 dari
kerucut terpancung dan padatkan sebanyak 8 kali.
9. Lakukan hal yang sama hingga kerucut terpancung penuh dengan contoh agregat
halus tersebut dan padatkan sebanyak 8 kali
10. Isi kerucut terpancung sampai penuh dan padatkan sebanyak 1 kali dan ratakan
dengan batang penumbuk.
11. Angkat kerucut terpancung. Keadaan ini tercapai bila benda uji runtuh akan
tetapi masih dalam keadaan tercetak.
12. Timbang agregat halus dalam kondisi saturated surface dry sebanyak 500 gram
13. Segera setelah ini tercapai, keadaan kering permukaan jenuh, masukkan benda
uji ke dalam piknometer, masukkan air suling sampai 90% isi piknometer.

14. Rendam piknometer dalam air selama 24 jam.


15. Timbang piknometer yang berisi air dan agregat halus.
16. Keluarkan benda uji, lalu keringkan dalam oven.
17. Timbang kembali benda uji.

Civil Engineering of Sriwijaya University


I K ATA N M A H A S I S WA S I P I L
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
KELOMPOK 2B
INDRALAYA

2.3.4 Data dan Perhitungan


Tabel 2.3 Data Hasil Perhitungan Spesific Gravity dan Penyerapan Agregat
Halus
Observasi I Observasi II
Berat Piknometer (A) 200 200
Berat Contoh Kondisi SSD (B) 500 500
Berat Piknometer + Air + Contoh SSD (C) 1060 1052
Berat Piknometer Diisi Air (D) 775 770
Berat Contoh Kering (E) 466 374
Bulk Spesific Gravity (Kondisi Kering)
E 2,17 1,71
= (B  D  C )
Apparent Spesific Gravity
2,58 4,06

Civil Engineering of Sriwijaya University


I K ATA N M A H A S I S WA S I P I L
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
KELOMPOK 2B
INDRALAYA

E
= (E  D  C )
Bulk Spesific Gravity SSD
B 2,33 2,29
= (B  D  C )
Persentase (%) Penyerapan
(B  E) 7,30% 33,7%
×100%
= E
Rata-Rata
Bulk Spesific Gravity Kondisi Kering 1,94
Apparent Spesific Gravity 3,32
Bulk Spesific Gravity SSD 2,31
Persentase (%) Penyerapan Air 20,5%

2.3.5 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan bahwa agregat
halus tersebut memiliki nilai Bulk Specific Gravity kondisi kering yaitu1,94 ,
Apparent Specific Gravity sebesar 3,32 , dan Bulk Specific Gravity kondisi SSD
sebesar 2,31 sedangkan untuk persentase absorpsi atau penyerapan air adalah sebesar
20,5%.

Civil Engineering of Sriwijaya University


I K ATA N M A H A S I S WA S I P I L
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
KELOMPOK 2B
INDRALAYA

2.3.6 Pembahasan
Pada percobaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis (bulk spesific
gravity) agregat halus serta kemampuannya menyerap air. Besarnya berat jenis yang
diperiksa adalah untuk agregat dalam keadaan kering, berat kering permukaan jenuh
(saturated surface dry), berat jenis semu (apparent spesific gravity). Dimana
pengertian dari Berat jenis ( Bulk Spesific Gravity ) adalah perbandingan antar berat
agregat kering dan air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan
jenuh pada suatu suhu tertentu, Berat jenis kering permukaan (SSD) yaitu
perbandingan berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya
sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suatu suhu tertentu , sedangkan
Berat jenis semu (Apperent Spesific Gravity) adalah perbandingan antara berat
agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam
keadaan kering pada suhu tertentu dan Penyerapan ialah persentase berat air yang

Civil Engineering of Sriwijaya University


I K ATA N M A H A S I S WA S I P I L
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
KELOMPOK 2B
INDRALAYA

dapat diserap prot terhadap berat agregat kering. . Dari hasil pengujian berat jenis
dan penyerapan agregat halus adalah sebagai berikut :
 Berat Jenis Bulk = 1,94
 Berat Jenis SSD = 2,31
 Berat Jenis Semu = 3,32
 Penyerapan Air = 20,5%
Kondisi SSD yang didapat adalah sebesar 2,31, kondisi itu didapat apabila
agregat halus runtuh tetapi masih dalam keadaan tercetak di kerucut terpancung.
Kami juga melakukan penghitungan persentase absorpsi air yang diperoleh dari
persentase pengurangan berat air dari keadaan SSD ke keadaan Kering. Persentase
absropsi air ini akan digunakan sebagai pedoman untuk melakukan pencampuran
beton. Semakin kecil persentase absorpsi, maka semakin sedikit air yang perlu untuk
ditambahkan begitupun sebaliknya dan pada percobaan ini didapat persentase nya
adalah 20,5 %.

Civil Engineering of Sriwijaya University

Anda mungkin juga menyukai