Anda di halaman 1dari 6

Ucapan Ini Merupakan Amal Sholeh dan Amal Sholeh

pun Akan Mengucapkannya


Posted on 19 Juni 2010 by Ummu Shofiyyah al-Balitariyyah

Ucapan ini adalah amalan sholeh dan kelak amal sholeh pun
akan mengucapkannya…

Ucapan ini bagi yang mengucapkannya adalah ibadah. Karena ucapan ini adalah sebuah
doa dan doa itu adalah ibadah.

Adapun bagi yang menerimanya, ucapan ini adalah sebuah kalimat yang sangat baik.

Membuat wajah ingin tersenyum dan membahagiakan hati…

Ucapan ini lebih manis daripada “Syukron”…

Dan lebih bermanfaat daripada “terima kasih”…

Dan sangat tepat diucapkan oleh seseorang yang ingin menyampaikan kepada temannya
bahwa ia tidak mampu membalas kebaikannya.

Ucapan yang dimaksud adalah: “Jazakallohu khoiron” (semoga Alloh membalasmu


dengan kebaikan) atau “Jazakillahu khoiron” jika yang diberi ucapan adalah wanita.

Ucapan ini adalah amalan sholih karena ucapan ini merupakan sunnah Nabi shollallohu
alaihi wa sallam. Sebagaimana dalam hadits Usamah bin Zaid, ia berkata: Rosululloh
shollallohu alaihi wa sallam bersabda :

‫الثنَاء‬ َ َ‫خ ْي ًرا؛ َف َق ْد أَ ْبل‬


َّ ‫غ فِي‬ ُ
َ ‫هللا‬ َ ‫ج َزا‬
‫ك‬ َ :ِ‫علِه‬
ِ ‫ل لِفَا‬ ٌ ‫ع إلَ ْي ِه م َْع ُر‬
َ ‫وف َف َقا‬ ُ ‫َن‬
ِ َ ِ‫صن‬ ْ ‫م‬

“Barang siapa yang diberi suatu kebaikan kepadanya, lalu ia mengucapkan kepada orang
yang memberi kebaikan tersebut: “Jazakallohu khoiron”, maka sesungguhnya hal itu
sudah mencukupi dalam menyatakan rasa syukurnya.”
[HR. at-Tirmidzi no. 1958, an-Nasa’i dalam as-Sunan al-Kubro 6/53, dll. Dan
dishohihkan oleh Syaikh al-Albani rohimahullohu ta’ala dalam Shohih at-Targhib wat
Tarhib (969).

Dalam Faidhul Qodir (172/6) dijelaskan: “telah mencukupi rasa syukurnya” maksudnya
adalah hal tersebut karena pengakuan terhadap kekurangannya, dan ketidakmampuan
dalam membalas kebaikannya, dan mempercayakan membalas kebaikannya pada Alloh
agar ia mendapatkan balasan yang sempurna.

Berkata al-allamah al-Utsaimin rohimahulloh dalam Syarah Riyadhus Sholihin : “Hal itu
dikarenakan jika Alloh membalas kebaikannya dengan kebaikan, hal itu merupakan
kebahagian baginya di dunia dan akhirat.”

Cara Menjawabnya

Dan yang utama dalam menjawab kalimat yang bagus ini adalah dengan mengulang
kalimat tersebut yakni membalasnya dengan mengatakan : “wa anta fajazakallohu
khoiron” atau yang semisalnya. Walaupun membalasnya dengan ucapan “wa
iyyakum” dan yang semisalnya adalah boleh-boleh saja, namun yang lebih afdhol
adalah membalas dengan mengulang lafadz doa tersebut. Sebagaimana difatwakan oleh
Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad al-Badr hafidzohulloh:

‫ هل هناك دليل على أن الرد يكون بصيغة (وإياكم)؟‬:‫السؤال‬

Pertanyaan: Apakah ada dalil bahwa membalasnya (ucapan jazakallohu khoiron)


adalah dengan ucapan “wa iyyakum”?

‫يعني‬, ‫ وإن قال (وإياكم) مثال عطف على جزاكم‬,‫(وجزاكم هللا خيرا) يعنى يدعى كما دعا‬: ‫ الذي ينبغي أن يقول‬, ‫ ال‬:‫فأجاب‬
‫ أنتم جزاكم هللا خيرا ونص على الدعاء هذا ال شك أنها أوضح‬:‫لكن إذا قال‬. ‫قول (وإياكم) يعني كما يحصل لنا يحصل لكم‬
‫وأولى‬

(‫ الترمذي سنن شرح دروس شريط من مفرغ‬,‫ والصلة البر كتاب‬,‫رقم‬:222)

Beliau menjawab: “Tidak, sepantasnya dia juga mengatakan “wa jazakallohu


khoiron” (dan semoga Allah juga membalasmu dengan kebaikan), yaitu didoakan
sebagaimana dia mendoakan, dan seandainya ia mengucapkan semisal “wa iyyakum”
sebagai athof (mengikuti) atas ucapan “Jazakum”, yakni ucapan “wa iyyakum”
bermakna “sebagaimana kami mendapat kebaikan, semoga kalian juga”.
Akan tetapi jika ia membalasnya dengan ucapan “antum jazakumulloh khoiron” dan
mengucapkan dengan lafadz do’a tersebut, tidak diragukan lagi bahwa ini lebih jelas dan
lebih utama.” [*] –selesai nukilan fatwa Syaikh Abdul Muhsin hafidzohulloh -

[*] Di transkrip dari kaset Durus Syarh Sunan at-Tirmidzi, kitab al-Birr wash Shilah no.
222, oleh ustadz Abu Karimah hafidzohulloh. Sumber:
http://ibnulqoyyim.com/content/view/36/9/, dengan perubahan dalam terjemahannya.

Dan dalil apa yang difatwakan Syaikh Abdul Muhsin di atas adalah sebagaimana dalam
hadits berikut :

Dari Anas bin Malik rodhiyallohu anhu ia berkata: Usaid bin al-Hudhoir an-Naqib al-
Asyhali datang kepada Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam, maka ia bercerita kepada
Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam tentang sebuah keluarga dari Bani Zhofar yang
kebanyakannya adalah wanita, maka Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam membagi
kepada mereka sesuatu, membaginya di antara mereka, lalu Rosululloh shollallohu alaihi
wa sallam berkata :

َ
.‫ أو اذكر لي ذاك‬،‫سمعت بطعام قد أتاني؛ فأتني فاذكر لي أهل ذلك البيت‬ ‫ فإذا‬،‫ حتى ذهب ما في أيدينا‬-!‫يا أسيد‬- ‫تركتَنا‬
َّ
َ ‫َسل‬
‫م‬ ْ َ َ َّ ُّ
ِ ‫فقسم النبي صَلى هللاُ علي‬
َ ‫هو‬ َ ٌ ٌ ٌ َّ
َ ‫َسل‬
،‫ شعير وتمر‬:‫م طعام مِن خيبر‬ َ ‫ل هللا صَلَّى هللاُ علي ِه و‬
ْ َ َ َ ‫ ثم أتى رسو‬،‫فمكث ما شاء هللا‬
ُ
- ‫هللا‬ َ ‫ جزا‬:‫ فقال له أسيد شاكرًا له‬،‫ ثم قسم في أهل ذلك البيت فأجزل‬:‫ قال‬،‫ ثم قسم في األنصار فأجزل‬:‫ قال‬،‫في الناس‬
‫ك‬
‫ وأنتم معش َر‬:َ‫َسلَّم‬
َ ‫ فقال له النبي صَلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه و‬: ‫ قال‬-‫ خي ًرا؛ يشك عاصم‬:‫أو‬- ‫أطيب الجزاء‬
َ ْ
َ ‫أي رسو‬
-!‫ل هللا‬
‫ص ُب ٌر‬
ُ ‫ة‬ َّ ‫ أَع‬-‫علمت‬
ٌ ‫ِف‬ ُ ‫ فإنكم – ما‬،-‫ أطيب الجزاء‬:‫ أو‬-‫األنصار! فجزاكم هللا خي ًرا‬

“Engkau meninggalkan kami wahai Usaid, sampai habis apa-apa yang ada pada kami,
jika engkau mendengar makanan mendatangiku, maka datangilah aku dan ingatkan
padaku tentang keluarga itu atau ingatkan padaku hal itu.”

Maka setelah beberapa saat, datang kepada Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam
makanan dari khoibar berupa gandum dan kurma, maka Nabi shollallohu alaihi wa
sallam membaginya kepada manusia. Ia berkata: kemudian beliau membaginya kepada
kaum Anshor lalu makanan itupun menjadi banyak, lalu ia berkata: kemudian beliau
membaginya kepada keluarga tersebut lalu makanan itupun menjadi banyak. Lalu Usaid
pun mengucapkan rasa syukurnya kepada Nabi: “Jazakallohu athyabal jaza’ –atau
khoiron- (Semoga Alloh membalasmu -yaitu kepada Rosululloh- dengan sebaik-baik
balasan –atau kebaikan), Ashim (perawi hadits, pent) ragu-ragu dalam lafadznya, lalu ia
berkata : Nabi shollallohu alaihi wa sallam kemudian membalasnya : “wa antum
ma’syarol Anshor, fa jazakumullohu khoiron –atau athyabal jaza’- (dan Kalian
wahai sekalian kaum Anshor, semoga Alloh membalas kalian dengan kebaikan –atau
sebaik-baik balasan), sesungguhnya setahuku kalian adalah orang-orang yang sangat
menjaga kehormatan lagi penyabar…”

[HR. an-Nasa’i no. 8345, ath-Thobroni dalam Mu’jam al-Kabir no. 567, Ibnu Hibban no.
7400 & 7402, Abu Ya’la al-Mushili dalam Musnadnya no. 908, dll. Dishohihkan syaikh al-
Albani dalam ash-Shohihah no. 3096]

Begitu pula terdapat contoh atsar para salaf yang mengamalkan ucapan ini. Imam
Bukhori rohimahulloh meriwayatkan dalam al-Adabul mufrod dengan sanadnya dari Abu
Murroh, maula Ummu Hani’ putri Abu Tholib:

ُ ُ
‫هللا وبركاتُه يا أمتاه! تقول‬
ِ ‫ورحمة‬ َّ
‫السال ُم‬ ِ‫ عليك‬: ‫ض ُه صَاح بأعلى صوتِه‬
َ ‫ل أ ْر‬ ُ ‫أنه ركِبَ مع أبي‬:
َ ‫ فإذا َد‬،‫هريرة إلى أرضِه بالعقيق‬
َ ‫خ‬

‫هللا؛ ربَّ ْيتِني صغيرًا‬


ُ ِ‫ رحمك‬:‫ يقول‬،‫هللا وبركاتُه‬ ُ
ِ ‫ورحمة‬ َّ
ُ ‫الس‬
‫الم‬ َ ‫وعلي‬
‫ك‬

‫ ورضي عنك؛ كما بَ َر ْرتَني كبيرًا‬،‫هللا خي ًرا‬


ُ َ ‫وأنت فجزا‬
‫ك‬ َ ّ ‫ يا ُبن‬:‫فتقول‬
!‫ي‬

Bahwasanya ia berkendara bersama Abu Huroiroh ke kampung halamannya di ‘Aqiiq.


Ketika ia sampai di rumahnya ia berkata dengan mengeraskan suaranya: “Alaikissalam
warohmatullohi wabarokatuh wahai ibuku.”

Lalu ibunya berkata :” wa’alaikassalam warohmatullohi wabarokatuh.”

Ia berkata (bersyukur kepada ibunya, pent) : “Rohimakillah (semoga Alloh


merahmatimu wahai ibu), engkau telah merawatku ketika aku masih kecil.”

Maka ibunya berkata : “Wahai anakku wa anta fajazakallohu khoiron, semoga Alloh
meridhoimu sebagaimana engkau berbuat baik kepadaku saat engkau sudah besar.”

[HR. al-Bukhori dalam al-Adabul Mufrod no. 15, syaikh al-Albani rohimahulloh berkata:
“sanadnya hasan” dalam shohih al-Adabul Mufrod no. 11]

Dalam Thobaqot al-Hanabilah diriwayatkan:

‫ حدثني أحمد بن محمد‬:‫أنبأنا المبارك عن أبي إسحاق البرمكي حدثنا محمد بن إسماعيل الوراق حدثنا علي بن محمد قال‬
‫ عزمت على النقلة إلى مكة فبعت داري فلما‬:‫بن مهران حدثنا أحمد بن عصمة النيسابوري حدثنا سلمة بن شبيب قال‬
‫ يا أهل الدار جاورناكم فأحسنتم جوارنا جزاكم هللا خيراً وقد بعنا الدار ونحن على‬:‫فرغتها وسلمتها وقفت على بابها فقلت‬
‫ وأنتم فجزاكم هللا خيرا ما رأينا‬:‫ فأجابني من الدار مجيب فقال‬:‫النقلة إلى مكة وعليكم السالم ورحمة هللا وبركاته قال‬
.‫منكم إال خيرا ونحن على النقلة أيضاً فإن الذي اشترى منكم الدار رافضي يشتم أبا بكر وعمر والصحابة رضي هللا عنهم‬

Dari Salamah bin Syabib[**], ia berkata : aku ingin pindah ke Mekkah, lalu akupun
menjual rumahku. Ketika urusannya selesai aku pamit kepada tetanggaku dan
mengucapkan salam sambil berdiri di depan pintu rumahnya, aku berkata: “Wahai
tetanggaku, kami telah hidup bertetangga dengan kalian dan kalianpun telah berbuat
baik dalam bertetangga dengan kami, jazakumulloh khoiron, aku telah menjual
rumah kami dan kami akan pindah ke Mekkah, wa’alaikumussalam warohmatulloh wa
barokatuh.”

Lalu seseorang dari rumah itu menjawab: “wa antum fajazakumulloh khoiron,
tidaklah kami melihat pada kalian melainkan kebaikan, tapi kami mau pindah juga
karena ternyata yang membeli rumah kalian adalah seorang Rofidhoh (syi’ah) yang
mencela Abu Bakr, Umar dan pada shahabat rodhiyallohu anhum.”

[Thobaqot al-Hanabilah 1/65, Maktabah Syamilah]

[**] Salamah bin Syabib (W. 246 H) adalah seorang ulama salaf perowi hadits yang
sezaman dengan imam Ahmad bin Hambal, adz-Dzahabi berkata tentang Salamah bin
Syabib: “al-Hafidz, Hujjah”.

Dan Amal Sholeh pun Mengucapkannya

Hal ini terjadi di alam kubur, sebagaimana dalam sebuah hadits yang panjang yang
diriwayatkan al-Barro’ bin Azib rodhiyallohu anhu, bahwa setelah seorang hamba yang
beriman diuji (dengan pertanyaan dalam kubur, pent) dan ditetapkan dalam menjawab
ujian:

ْ
ٍ ‫ِيم ُمق‬
‫ِيم؛‬ ٍ ‫هللا َونَع‬
ِ َ‫ة مِن‬
ٍ ‫كرَا َم‬ ِ ‫ أَ ْب‬:‫ل‬
َ ِ‫ش ْر ب‬ ُ ‫ َفي َُقو‬،ِ‫ن ال ِثّيَاب‬
ُ ‫َس‬
َ ‫الرّيحِ ح‬
ِ ‫ب‬ ُ ّ ‫ه طَ ِي‬ ْ ‫ن ْالو‬
ِ ‫َج‬ ُ ‫َس‬
َ ‫ه آتٍ ح‬
ِ ‫يَأتِي‬

َ ‫َن أَ ْن‬
‫ت؟‬ ْ ‫ م‬،‫خ ْي ٍر‬
َ ِ‫ك هللاُ ب‬
َ ‫َش َر‬ َ ‫ وَأَ ْن‬:‫ل‬
َّ ‫ت؛ َفب‬ ُ ‫َفي َُقو‬

.‫خ ْي ًرا‬ ُ
َ ‫هللا‬ َ ‫ج َزا‬
‫ك‬ َ ‫هللا؛‬
َ ‫ف‬ ِ ‫ة‬ ِ ‫ن م َْع‬
ِ َ‫صي‬ ْ ‫ِيئا َع‬ ِ ‫س ِري ًعا فِي طَا َع ِة‬
ً ‫ بَط‬،‫هللا‬ َ ‫ ُك ْن‬،‫ِح‬
ِ ‫ت – َو‬
َ -!‫هللا‬ ُ ‫الصال‬
َّ َ ُ‫مل‬
‫ك‬ َ ‫ ”أَنَا‬:‫ل‬
َ ‫ع‬ ُ ‫َفي َُقو‬

ُ ‫ار َف ُي َق‬
‫ال‬ ِ ‫َاب مِنَ ال َّن‬ َ ‫َاب مِنَ ْال‬
ِ ‫ج َّن‬
ٌ ‫ة َوب‬ ٌ ‫ح لَ ُه ب‬ َّ ُ‫ث‬:
ُ ‫م ُي ْف َت‬

‫ه َذا‬
َ ‫ه‬ َ َ‫ أَ ْبدَل‬،‫هللا‬
ِ ِ‫ك هللاُ ب‬ َ ‫ت‬ َ ‫ك لَ ْو َع‬
َ ‫ص ْي‬ َ َ‫ان َم ْن ِزل‬
َ ‫ه َذا َك‬
َ …

Datanglah seseorang dengan wajah yang baik, berbau wangi dan memakai baju yang
bagus, lalu orang tersebut berkata: “Bergembiralah dengan kemuliaan dari Alloh dan
kenikmatan yang abadi”, maka hamba yang beriman tersebut bertanya: “Wa anta fa
basyarokallohu bi khoirin (dan semoga Alloh juga memberimu kabar gembira berupa
kebaikan), siapakah anda?” lalu orang itu menjawab : “aku adalah amal sholehmu,
engkau dahulu –demi Alloh- sangat cepat dalam ta’at kepada Alloh sangat lambat
(menjauhi, pent) dalam maksiat kepada Alloh, fa jazakallohu khoiron”.
Kemudian dibukakan untuknya sebuah pintu surga dan sebuah pintu neraka, lalu
dikatakan: “Ini (neraka) adalah tempatmu seandainya engkau bermaksiat kepada Alloh,
dan Alloh telah menggantikan untukmu dengan yang ini (surga)…”

[HR. Ahmad no. 17872, Abdurrozzaq dalam Mushonnaf-nya no. 6736,dll. Dishohihkan
syaikh al-Albani dalam Ahkamul Jana’iz hal.158]

Maka beruntunglah seorang hamba yang diberi taufik dalam kehidupan dunianya
terhadap ucapan yang baik ini, baik ia mengucapkannya maupun ia menerimanya. Dan
di akhiratnya ia mendapat kabar gembira dengan ucapan ini oleh amal sholehnya.
Seandainya bukan karena keutamaan dan rahmat Alloh maka ia tidak mampu beramal
sholeh.

Subhanalloh… Alloh Yang Maha Memberi Nikmat, memberikan nikmat berupa taufik
kepada hamba-Nya untuk beramal sholeh, kemudian memberi nikmat lagi berupa
menjadikan amal sholehnya memuji hamba tersebut…

Subhanalloh… hadits yang mulia ini juga mengingatkan kita untuk cepat dalam ta’at
kepada Alloh dan menjauhi maksiat…

Semoga Alloh ta’ala memberikan taufik kepada kita untuk mampu mengamalkan sifat
yang mulia ini…

__________________

Maroji’ :

# Artikel “Hiya Amalun Sholih wa yaquluha al-Amal ash-Sholih” yang ditulis oleh salah
seorang putri syaikh al-Albani, yaitu Sukainah bintu Muhammad Nashiruddin al-
Albaniyyah hafidzohalloh dalam blog beliau [tamammennah.blogspot.com], dan tulisan
ini banyak mengambil faidah dari sana –fa jazahallohu khoiron-.

# Transkrip Fatwa Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad oleh ustadz Abu Karimah Askari
hafidzohulloh di http://ibnulqoyyim.com/content/view/36/9/

# Al-Maktabah asy-Syamilah v3, dan penomoran hadits & atsar merujuk kepada
software ini.

***

Anda mungkin juga menyukai