Anda di halaman 1dari 4

Hadirin sidang Jumat rahimakumullah.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memelihara Islam dan Iman di dalam jiwa kita. Sehingga hingga
kini kita masih tetap istiqamah dalam memperibadati-Nya.
Istiqamah dalam arti berdiri tegak lurus, teguh pendirian dan konsekwen tanpa mudah bergeser, dalam
menjalankan syariat Allah.
Istiqamah seperti dikatakan Umar bin Khattab adalah, komitmen terhadap perintah dan larangan Allah. Dan
puncaknya seperti disebutkan Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah senantiasa memurnikan tauhidullah, tidak
menyekutukan Allah dengan apapun dan siapapun.
Tentang Istiqamah ini, Allah menyebutkan di dalam beberapa ayat, di antaranya:

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah,” kemudian mereka meneguhkan
pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), “Janganlah kamu
merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah
dijanjikan kepadamu.” (Q.S. Fushshilat [4] : 30).
Ayat ini mengingatkan kita agar selalu beriman kepada Allah, kemudian istiqamah dalam mentaati-Nya
menghadap-Nya.
Ibnu Katsir menjelaskan makna ayat ini, bahwa orang-orang beriman senantiasa mengikhlaskan amal semata-
mata karena Allah dan tetap melaksanakan ketaatan sesuai dengan syari’at Allah.
Ayat ini menunjukkan pula bahwa para Malaikat pun akan turun menuju orang-orang yang istiqamah ketika
kematian menjemputnya, ketika dalam kubur dan ketika dibangkitkan.
Para malaikat itu memberikan rasa aman dari ketakutan ketika kematian menjemput dan menghilangkan rasa
sedih akibat berpisah dengan keluarganya, karena Allah menggantinya dengan yang lebih baik. Juga memberikan
kabar gembira berupa ampunan dosa dan kesalahan serta amalnya diterima. Juga kabar gembira tentang surga
yang belum pernah dilihat mata, belum pernah didengar telinga, dan belum pernah terlintas dalam hati
manusia.Pada ayat lain Allah menyebutkan:

Artinya: “Maka tetaplah engkau (Muhammad) (di jalan yang benar), sebagaimana telah diperintahkan kepadamu
dan (juga) orang yang bertaubat bersamamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sungguh, Dia Maha Melihat
apa yang kamu kerjakan.” (Hud [11] : 112).
Hadirin yang sama-sama mengharap ridha dan ampunan Allah.
Untuk itu, sebagai seorang Muslim, marilah kita senantiasa beristiqamah dan selalu mempertahankan keimanan
dan aqidah dalam situasi dan kondisi apapun. Keimanan kita harus setegar batu karang menghadapi gempuran
ombak-ombak yang datang silih berganti. Jiwa yang tidak mudah lusuh apalagi putus asa dalam perjalanan hidup.
Namun senantiasa sabar dalam memegang teguh tali keimanan. Dari hari ke hari semakin mempesona dengan
nilai-nilai kebenaran dan kebaikan Islam.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.
Selanjutnya, untuk tetap istiqamah di jalan Allah, ada beberapa langkah yang dapat kita lakukan, di antaranya
adalah:
Pertama, muraqabbah.senantiasa mendekatkan diri kepada Allah. Muraqabah adalah perasaan seorang hamba
akan pengawasan Allah dan kedekatan dirinya kepada Allah. Hal ini diwujudkan dengan mentaati seluruh perintah
Allah dan menjauhi seluruh larangan-Nya, serta memiliki rasa malu dan takut, apabila menjalankan hidup tidak
sesuai dengan syariat-Nya.
Kedua, muhasabah dengan rajin melakukan perhitungan dan evaluasi atas perbuatannya, baik sebelum maupun
sesudah melakukannya.
Ini sesuai firmanAllah:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa
yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Hasyr [59]: 18)
Orang yang pandai menghitung amal dirinya untuk persiapan menghadapi perjumpaan dengan Allah, itulah orang
yang cerdas. Seperti disebutkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam sabdanya:

Artinya: “Orang yang cerdas adalah orang yang (senantiasa) mengintrospeksi dirinya (bermuhasabah) dan
beramal untuk (kehidupan) setelah kematian.” (H.R. At-Tirmidzi).
Ketiga, mujahadah senantiasa bersungguh-sungguh dalam menjalankan syariat-Nya dan di dalam jihad
memperjuangkan syari’at-Nya, semaksimal mungkin.
Allah menyebutkan di dalam ayat-Nya (Q.S. Al-Hajj [22]: 78). yang Artinya: “Dan berjihadlah kamu pada jalan
Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk
kamu dalam agama suatu kesempitan. [Ikutilah] agama orang tuamu Ibrahim. Dia [Allah] telah menamai kamu
sekalian orang-orang muslim dari dahulu dan [begitu pula] dalam [Al Qur’an] ini, supaya Rasul itu menjadi saksi
atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang,
tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik
Pelindung dan sebaik-baik Penolong”. (Q.S. Al-Hajj [22]: 78).
Keempat, untuk tetap terjaga istiqamah dalam ketaatan dan dalam jihad, maka hendaknya kita sering bersama
orang-orang shalih, sehingga kita ikut dalam aura kesalihannya.
Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyebutkan

Artinya: “Seseorang itu menurut agama teman dekatnya, maka hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi
teman dekatnya.” (H.R. Abu Daud dan At-Tirmidzi).
Pada hadits lain digambarkan: Artinya: “Perumpamaan teman duduk yang baik dengan teman duduk yang jahat
adalah seperti penjual minyak wangi dengan pandai besi. Adapun penjual minyak wangi tidak melewatkan kamu,
baik engkau akan membelinya atau engkau tidak membelinya, engkau pasti akan mendapatkan baunya yang
enak, sementara pandai besi ia akan membakar bujumu atau engkau akan mendapatkan baunya yang tidak
enak.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Oleh karena carilah teman-teman yang dapat mempermudah kita menuju jalan istiqamah di jalan kebenaran.
Teman yang dapat mengingatkan kita untuk tetap taat kepada Allah dan ketika kita melakukan kesalahan serta
mencegah kita ketika hendak terpedaya kemaksiatan.
Termasuk berteman dengan para Nabi, sahabat Nabi dan orang-orang shalih terdahulu melalui buku-buku bacaan
Sirah Nabawiyah wash Shahabah atau film-film perjalanan dan perjuangan hidup mereka.
Kelima, memperbanyak doa agar senantiasa istiqamah di jalan Allah.
Di antara doa itu adalah:

Artinya: “Wahai Zat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.”
Artinya: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri
petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-
lah Maha Pemberi (karunia)”. (Q.S. Al-Imran [3]: 8).
Semoga dengan langkah-langkah tersebut kita akan tetap dalam iman dan istiqamah. Aamiin.
khutbah ke dua

maka bertasbihlah dengan memuji tuhanmu dan jadilah kamu diantara orang-orang yang bersujud (sholat)
dan sembahlah tuhanmu hingga datang kepadamu yang diyakini (kematian)

Anda mungkin juga menyukai