Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MATA KULIAH EKSPLORASI BATU BARA

Oleh :

YUNIHARTI KHOIRUNISA
115.170.019

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2019
1. Jelaskan genesa batu bara
 Batu bara ini terbentuk dari endapan sisa tumbuhan dan fosil pada iklim purba
sekitar khatulistiwa yang mirip dengan kondisi kini. Beberapa diantaranya
tegolong kubah gambut yang terbentuk di atas muka air tanah rata-rata pada
iklim basah sepanjang tahun. Dengan kata lain, kubah gambut ini terbentuk
pada kondisi dimana mineral-mineral anorganik yang terbawa air dapat masuk
ke dalam sistem dan membentuk lapisan batu bara yang berkadar abu dan sulfur
rendah dan menebal secara lokal. Hal ini sangat umum dijumpai pada batu bara
Miosen. Sebaliknya, endapan batu bara Eosen umumnya lebih tipis, berkadar
abu dan sulfur tinggi. Kedua umur endapan batu bara ini terbentuk pada
lingkungan lakustrin, dataran pantai atau delta, mirip dengan daerah
pembentukan gambut yang terjadi saat ini di daerah timur Sumatera dan
sebagian besar Kalimantan.(Sukandarrumidi,2006)
 Batubara adalah sedimen (padatan) yang dapat terbakar, terbentuk dari
sisatumbuhan yang terhumifikasi, berwarna coklat sampai hitam
yangselanjutnya terkena proses fisika dan kimia yang berlangsung selama
jutaan tahunhingga mengakibatkanpengkayaan kandunganC(Wolf, 1984
dalam Anggayana2002).
 Cook (1999) menerangkan bahwa batubara berasal dari sisa tumbuhan
yangterakumulasi menjadi gambut yang kemudian tertimbun olehsedimen,
setelahpengendapanterjadi peningkatan temperaturdan tekanan yang nantinya
mengontrolkualitas batubara. Pembentukan tanaman menjadi gambut dan
batubara melalui dua tahap, yaitutahap diagenesa gambut (peatilification) dan
tahap pembatubaraan (coalification).Tahap diagenesa gambut disebut juga
dengan tahap biokimia dengan melibatkanperubahan kimia dan mikroba,
sedangkan tahap pembatubaraan disebut juga dengantahap geokimia atau tahap
fisika-kimia yang melibatkan perubahan kimia dan fisikaserta batubaradari
lignit sampai antracit (Cook, 1982)
 Diessel (1992, dalam Mendra,2008) menyatakan enam parameter
yangmengendalikan pembentukan endapan batubara, yaitu : adanya sumber
vegetasi,posisi muka air tanah, penurunan yang terjadi dengan pengendapan,
penurununanyang terjadi setelah pengendapan,kendali lingkungan geoteknik
endapan batubaradan lingkungan pengendapan terbentuknya batubara.
 Dua tahap penting yang dapat dibedakan untuk mempelajari
genesabatubara adalah gambut dan batubara. Dua tahap ini merupakan hasil
darisuatu proses yang berurutan terhadap bahan dasar yang sama
(tumbuhan).Secara definisi dapat diterangkan sebagai berikut (Wolf, 1984)
 Batubara dapat didefinisikan sebagai batuan sedimen organik yang secara
kimia dan fisika adalah heterogen dengan kandungan unsur utamanya yaitu
karbon, hidrogen, oksigen serta unsur tambahan berupa belerang dan nitrogen.
Zat lain adalah senyawa anorganik pembentuk abu yang tersebar sebagai
partikel bahan mineral suatu batubara berasal dari sisa tumbuhan – tumbuhan
yang hidup di rawa-rawa dan delta sungai, yang mengalami pembusukan,
pemadatan, dan proses perubahan sebagai akibat dari pengaruh kimia dan
fisika. Proses ini berlangsung dalam jangka waktu yang sangat lama (Speight,
1994)
 Batubara merupakan salah satu bahan galian dari alam. Batubara dapat
didefinisikan sebagai batuan sedimen yang terbentuk dari dekomposisi
tumpukan tanaman selama kira-kira 300 juta tahun.Dekomposisi tanaman ini
terjadi karena proses biologi dengan mikroba dimana banyak oksigen dalam
selulosa diubah menjadi karbondioksida (CO2) danair (H2O).Perubahan yang
terjadi dalam kandungan bahan tersebut disebabkan oleh adanya tekanan,
pemanasan yang kemudian membentuk lapisan tebalsebagaiakibat
pengaruhpanasbumidalamjangka waktu berjuta-juta tahun,sehingga lapisan
tersebut akhirnya memadat dan mengeras. (Mutasim, 2007).
 Polayang terlihat dari proses perubahan bentuktumbuh– tumbuhan hingga
menjadi batubara yaitu dengan terbentuknya karbon. Kenaikan kandungan
karbon dapat menunjukkan tingkatan batubara. Dimana tingkatan batubara
yang paling tinggi adalah antrasit,sedangkantingkatan
yanglebihrendahdariantrasitakanlebih banyak mengandunghidrogen dan
oksigen.(Yunita,2000).
 Proses pembentukan batubara terdiri atas dua tahap, yaitu:
1. Tahap biokimia(penggambutan) adalah tahap ketika sisa-sisa tumbuhan
yang terakumulasi tersimpan dalam kondisi bebas oksigen (anaeorobik) di
daerah rawa dengan sistem penisiran (drainage system) yang buruk dan
selalu tergenang air beberapa inci dari permukaan air rawa. Material
tumbuhan yang busuk tersebut melepaskan unsur H, N, O, dan C dalam
bentuk senyawa CO2, H2O dan NH3 untuk menjadi humus. Selanjutnya
oleh bakteri anaerobik danfungi, material tumbuhan itu diubah menjadi
gambut. (Stach, 1982, opcit. Susilawati 1992).
2. Tahap pembatubaraan (coalification) merupakan proses diagenesis terhadap
komponen organik dari gambut yang menimbulkan peningkatan temperatur
dan tekanan sebagai gabungan proses biokimia, kimia dan fisika yang
terjadi karena pengaruh pembebanan sedimen yang menutupinya dalam
kurun waktu geologi. Pada tahap tersebut, persentase karbon akan
meningkat, sedangkan persentase hidrogen dan oksigen akan berkurang
sehingga menghasilkan batubara dalam berbagai tingkat maturitas material
organiknya. (Fischer, 1927, op cit. Susilawati 1992).
2. Kaitkan dengan proses industri pertambangan batu bara
Penerapan metode geologi dalam industri batubara adalah dalam upaya
menentukan sifatdasar program eksplorasi, lokasi keterdapatan batubara dan
kualitas batubara (Ward, 1984 ).
Jika sasaran target batubara sudah ditentukan, maka perlu melaksanakan
program eksplorasi sesuai dengan hasil yang diharapkan. Sebagai contoh, seperti
Cekungan Gippsland di Australia, adalah sasaran targetnya, dimana batubara high
bituminous coal dapat ditemukan. Seorang geologist seharusnya sadar potensi
pemanfaatan batubara dan menjadikannya familiar dengan sarana infrastruktur
yang ada, seperti ketersediaan jalan, jalan kereta api, air dan aliran listrik dan tenaga
kerja, serta pertimbangan lingkungan.
Pemanfaatan secara maksimum seharusnya menggunakan teknologi eksplorasi
yang tersedia melalui perencanaan, dan melaksanakan program-program eksplorasi
tersebut dengan tahapan yang berkesinambungan, masingmasing tahapan
berdasarkan hasil tahapan sebelumnya. Masing-masing tahapan seharusnya
memberikan informasi dalam jumlah yang optimum. Tahapan berikutnya adalah
pertimbangan evaluasi prospeksi yang digunakan sebagai petunjuk.
Tahapan tersebut tidak berdiri satu sama lain serta tergantung pada sifat dasar
dari prospek secara khusus, bagian-bagian tertentu dari tahapan itu bisa saja
dilaksanakan secara serentak, atau ada bagian yang dihapus. Semua pekerjaan
eksplorasi hendaknya diawasi oleh sebuah tim yang terdiri dari para ahli geologi,
ahli tambang, ahli pengolahan batubara, ahli teknologi pengembangan energi, ahli
pemasaran dan ahli keuangan, untuk melengkapi tujuan dan hasilnya. Eksplorasi
membutuhkan akuisisi data dan pengembangan data untuk memastikan potensi
pertambangan secara komersial, faktor geologi akan mempengaruhi dalam
merancang tambang sedangkan data analitik dibutuhkan untuk urusan pemanfaatan
dan pemasaran.
Masing-masing program eksplorasi hendaknya mempunyai satu atau lebih
personil yang berpengalaman pada semua tahapan ketika data geologi yang
dikumpulkan itu akan digunakan untuk mengambil keputusankeputusan tentang
apakah perlu mengubah strategi atau meneruskan program tersebut. Semua pihak
yang terlibat, termasuk kontraktor pengeboran, hendaknya benar-benar mengetahui
jenis informasi yang diharapkan dari masing-masing tahapan tersebut sehingga
keputusan yang benar dapat diambil dengan waktu cukup guna melangkah dari
tahap satu ke tahap berikutnya. Tujuan akhir program eksplorasi adalah
mendapatkan cadangan dan membuka tambang secara menguntungkan.
Tujuan tahapan eksplorasi batubara adalah mengidentifikasi keterdapatan
batubara, ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas, dan kualitas sebagai dasar dalam
penilaian kemungkinan untuk dilakukan investasi. Tahapan eksplorasi batubara
dilaksanakan mulai tahap : pra-eksplorasi (survey tinjau), prospeksi, eksplorasi
pendahuluan dan eksplorasi rinci sesuai dengan program eksplorasi yang telah
direncanakan sebelumnya, ke 4 tahap tersebut dirancang seefisien mungkin,
mengingat biaya tinggi dalam kegiatan eksplorasi. Pada dasarnya urutan tahapan
eksplorasi batubara tersebut adalah semakin banyak dan bertambah data serta
semakin detil data maka, semakin sempit wilayah kerja eksplorasi. Tingkat
keyakinan geologi sangat diperlukan dalam memutuskan untuk melanjutkan ke
tahapan berikutnya.
Eksplorasi pendahuluan dilaksanakan pada endapan yang dievaluasi secara
ekonomi dan yang dapat ditambang sesuai dengan hasil-hasil prospeksi rinci. Hal
terpenting dari eksplorasi pendahuluan adalah untuk menilai keekonomian endapan
batubara. Tahap eksplorasi ini juga memberikan informasi yang cukup mengenai
struktur geologi endapan batubara, sehingga layak untuk ditambang dan dapat
diusulkan metoda eksploitasinya. Eksplorasi pendahuluan bisa selesai tentunya
dengan persiapan laporan geologi dan estimasi cadangan batubara. Data geologi
digunakan untuk persiapan pembangunan penambangan pendahuluan dan
merupakan keputusan yang harus diambil, ketika akan menuju eksplorasi rinci.
Eksplorasi rinci umumnya dikerjakan pada endapan yang dimaksudkan untuk
segera diusahakan. Tujuannya untuk menilai cadangan batubara dengan akurasi
yang lebih besar serta untuk memasang semua data yang diperlukan untuk
konstruksi penambangan dan pabrik yang menguntungkan untuk menentukan
pemanfaatan batubara.
3. Apa itu Eksplorasi
 Konsep Eksplorasi adalah runtunan pemikiran yang sistimatis, dimana kita
menentukan dulu apakah yang menjadi objek dari pencarian itu atau jenis
bahan galian apa yang akan kita cari serta kondisi geologi yang bagaimana
bahan galian tersebut bisa dicari. Dengan demikian kita bisa menentukan cara
yang efisien dengan menggunakan urutan tahapan metoda, program
eksplorasi, teknologi eksplorasi dan biaya investasi yang dikeluarkan.
(Basuki Rahmad, 2017)
 Eksplorasi dapat dibagi menjadi sejumlah tahapan yang saling
berkesinambungan dan berurutan yang melibatkan biaya pengeluaran yang
semakin meningkat serta resiko yang semakin berkurang dan berdasarkan
tingkat pengetahuan geologi Istilah ini digunakan untuk menggambarkan
bahwa tahapan tersebut adalah beragam. Istilah yang 2 telah diterima secara
luas digunakan sebagai tahap awal eksplorasi yaitu tahap perencanaan dan
penyelidikan pendahuluan. Tahapan tersebut mencakup tahapan seleksi target
daerah untuk eksplorasi rinci. Tahap perencanaan mencakup seleksi
komoditas, jenis endapan, metoda eksplorasi dan lingkungan sebagai
organisasi eksplorasi (Evans, 1995).
 Eksplorasi dapat didefinisikan sebagai teknologi untuk menemukan bahan
galian baru, termasuk di dalamnya adalah aktifitas dan evaluasi yang
diperlukan sebelum keputusan berikutnya diambil, melalui suatu pentahapan.
Tujuan eksplorasi adalah menemukan dan mendapatkan bahan galian baru
yang telah memenuhi syarat-syarat operasi penambangan secara ekonomi
baik untuk saat ini atau waktu yang akan datang. Sasaran utama eksplorasi,
adalah untuk menemukan dan mendapatkan dalam jumlah maksimum dengan
biaya rendah dan dengan waktu yang singkat. (Modifikasi Eimon,1988 dalam
Evans, 1995)
 Tujuan utama dari program eksplorasi batubara adalah untuk melokalisir
keterdapatan endapan batubara, pengambilan sampel, pengujian kualitas
batubara dan cadangan yang ada di suatu daerah tertentu, serta
mengidentifikasikan faktor-faktor geologi yang akan mengontrol dalam
pengembangan tambang. Peranan tersebut mencakup evaluasi data lama,
pemetaan geologi dan pengambilan sampel, penggunaan metoda geofisika
dan pengeboran (Larry Thomas, 2005 ).
 Eksplorasi adalah penjelajahan lapangan dengan tujuan memperoleh
pengetahuan lebih banyak. Studi eksplorasi merupakan penelitian yang
berangkat dari beberapa rasional dan petunjuk untuk mengidentifikasi
masalah yang mencakup sejumlah peristiwa yang berkisar pada keputusan-
keputusan, program-program, proses implementasi, dan perubahan
oeganinsasi (Mudzakir, 2006: 31)
 Arikunto (2010: 14) menjelaskan bahwa studi eksploratif adalah penelitian
yang berusaha menggali sebab-sebab atau hal-hal awal yang mempengaruhi
terjadinya sesuatu serta menggali pengetahuan baru untuk mengetahui suatu
permasalahan.
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak
dan Gas Bumi, menjelaskan bahwa eksplorasi adalah kegiatan yang bertujuan
memperoleh informasi mengenai kondisi geologi untuk menemukan dan
memperoleh perkiraan cadangan minyak dan gas bumi di wilayah kerja yang
ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA

Anggayana, K., 2002, Genesa Batubara, Departemen Teknik Pertambangan,


FIKTM, Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Billah, Mustasim. 2010. Peningkatan Nilai Kalor Batubara Peringkat Rendah
Dengan Menggunakan Minyak Tanah dan Minyak Residu. Surabaya : UPN
Press.
Bustin, R.M., Cameron, A.R., Grieve, D.A., Kalkreuth, W., 1983. Coal Petrology
Its Principles, Methods, and Applications, Geological Association of
Canada. Short Course Notes, vol.3. 248p.
Cook, A.C. 1982. The Origin and Petrology of Organic Matter in Coals, Oil
Shales,and Petroleum Source-Rock. Australia: Geology Departement of
Wollonggong University.
Diessel.C.F.K., 1992. “Coal – Bearing Depositional Systems”, Springer-Verlag
Berlin Heidelberg. Germany
Evans, Anthony,M., 1995, Introduction of Mineral Exploration, Blackwell
Science Ltd.p.44-62.
Fadilah, F., 2005, Geologi dan Kontrol Struktur Geologi Terhadap Geometri
Lapisan Batubara Kab. Kuantan Singingi, Propinsi Riau. Laporan skripsi
mahasiswa S1 Prodi Teknik Geologi UPN “Veteran” Yogyakarta (tidak
dipublikasikan)
Hutton, A., Jones, B., 1995. Short Course on Coal Exploration, Manpower
Development Centre for Mines, Bandung, Indonesia 146
Koesoemadinata, Geologi Eksplorasi, Departemen Teknik Geologi, ITB.
Koesoemadinata, R.P., 2002. Outline of Tertiary Coal Basins of Indonesia.
Sedimentology Newsletter. Number 17/I/2002. Published by The
Indonesian Sedimentologist Forum, the sedimentology commission of the
Indonesian Association of Geologist. p.2-13
Mutassim, 2007. Analisis Kualitas Batubara (online).
(http://indah4din4t4.wordpress.com/category/batubara/, diakses 22
Februari 2014)
Notosiswoyo,S., Syafrizal, Heriawan, M.N., 2000. Teknik Eksplorasi, Jurusan
Teknik Pertambangan, ITB.
Peters, C.W., 1978. Exploration, Mining and Geology, Department of Mining and
Geological Engineering, The University of Arizona, John Wiley & Sons,
p.509-549.
Rahmad, Basuki. 2017. Pengantar Eksplorasi Geologi Batubara dan Kualitas
Batubara. Yogyakarta: UPNVYK
Speight, J. G., 1994, The Chemistry and Technology of Coal, Marcel Dekker Inc.,
New York.
Sukandarrumidi. (2006). Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis untuk Peneliti
Pemula. Yogjakarta: Gajah Mada University Press
Ward,C.R. (1984). Coal Geology and Coal Technology, Blackwell Scientific
Publications, Singapore, p.177-219.
Yuanita I. 2000. Upaya Peningkatan Kualitas Batubara Peringkat Rendah dengan
menggunakan Minyak Pelumas Bekas dan Minyak Tanah Melalui Proses
Upgrading. Samarinda : Fakultas Teknik Universitas Mulawarman.

Anda mungkin juga menyukai