2. Tujuan Negara
Pada hakikatnya manusia hidup di bumi memiliki tujuan yang akan dicapainya atau
yang biasa disebut dengan cita-cita. Sebuah negara pasti juga memiliki tujuan atau
cita-cita yang kan dicapainya. Menurut Soehino (1998; 146) tujuan sebuah negara
sangat berkaitan dan bergantung kepada tempat, keadaan setrta sifatt dari keadaan
penguasa. Adapun pengertian tujuan negara menurut para ahli antara lain sebagai
berikut.
a. Immanuel Kant
Menurut Immanuel Kant negara bertujuan untuk membentuk serta memelihara
hak kemerdekaan warga negara (the right of citizen independence)
b. Nicollo Machiavelli,
Tujuan Negara menurut Nicollo Machiavelli bahwa negara menghimpun dan
memperbesar kekuasaan negara (the power of the state) sehingga tercipta
kemakmuran (prosperity), kehormatan (honor), kesejahteraan rakyat (prosperity).
c. Roger F. Soltau
Tujuan negara menciptakan kemungkinan rakyat suatu negara untuk berkembang
dan mengeksplorasi daya kreasi rakyatnya secara sebebas
d. Harold J. Laski
Tujuan negara menciptakan kondisi rakyat (Create conditions of the people) yang
dapat mencapai harapan dan keinginannya semaksimal.
Dari beberapa pendapat diatas dapat sipahami bahwa tujuan dari adanya negara untuk
ememnuhi semua kebutuhan rakyat dan menjamin kesejahteraan rakyat. Kesejahteraan
rakyat berarti semua kebutuhan yang diperlukan oleh rakyatnya bisa terpenuhi dan bisa
didapatkan dengan mudah seoperti pendiidkan yang baik, perekonomian yang maju,
prasarana yang memadai dan lain sebagainya.
Indonesia sebagai sebuah negara juga memiikit tujuan atau cita-cita hal tersebut
sangat jelas tertera di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 pada alinea keempat yang berbunyi:
...Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia
yang melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial...
2. Sumber Historis
Secara historis pancasila dijadikan sebagai dasar negara yaitu dalam Proses
perumusan Pancasila yang diawali ketika dalam sidang BPUPKI. Dalam sidang
BPUPKI terbentuk pada tanggal 29 April 1945. Adanya Badan ini bangsa Indonesia
dapat mempersiapkan kemerdekaannya secara legal, untuk merumuskan syarat-
syarat sebagai negara yang merdeka. Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dilantik pada tanggal 28 Mei 1945. Badan
penyelidik ini mengadakan sidang hanya dua kali. Sidang pertama tanggal 29 Mei
sampai dengan 1 Juni 1945, sedangkan sidang kedua 10 Juli sampai dengan 17 Juli
1945. Pada sidang pertama M. Yamin dan Soekarno mengusulkan tentang dasar
negara.
Perumusan dasar negara dibentuk panitia kecil atau panitia sembilan yang
pada tanggal 22 Juni 1945 berhasil merumuskan Rancangan (pembukaan) Hukum
Dasar, yang oleh Mr. Muhammad Yamin dinamakan Piagam Jakarta. Pada sidang
kedua BPUPKI yaitu menentukan perumusan Dasar Negara Melalui hasil
kesepakatan bersama. Pada masa sidang kedua ini anggota BPUPKI mengalami
penambahan anggota yaitu di dalamnya yaitu enam anggota baru. Sidang lengkap
BPUPKI pada tanggal 10 Juli 1945 dengan menerima hasil panitia kecil tersebut atau
panitia sembilan lainnya yang disebut dengan piagam Jakarta. Di samping menerima
hasil rumusan Panitia sembilan dibentuk juga panitia-panitia Hukum Dasar yang
dikelompokkan menjadi tiga kelompok panitia perancang Hukum Dasar yakni:
1) Anggota Panitia Perancang Hukum Dasar diketuai oleh Ir. Soekarno dengan
anggota berjumlah 19 orang
2) Panitia Pembela Tanah Air dengan ketua Abikusno Tjokrosujoso beranggotakan
23 orang
3) Panitia ekonomi dan keuangan dengan ketua Moh. Hatta, bersama 23 orang
anggota.
Panitia perancang Hukum Dasar kemudian membentuk lagi panitia kecil
Perancang Hukum Dasar yang dipimpin Soepomo. Panitia-panitia kecil yang dalam
rapatnya tanggal 11 dan 13 Juli 1945 telah dapat menyelesaikan tugasnya yaitu
Panitia Persiapan Kemerdekaan (Dokuritsu Zyunbi Linkai), yang sering disebut
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sidang pertama PPKI tanggal 18
Agustus 1945 berhasil mengesahkan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia dan menetapkan: menyusun Rancangan Hukum Dasar. Selanjutnya
tanggal 14 Juli 1945 sidang BPUPKI mengesahkan naskah rumusan panitia sembilan
yang dinamakan Piagam Jakarta sebagai Rancangan Mukaddimah Hukum Dasar,
dan pada tanggal 16 Juli 1945 menerima seluruh Rancangan Hukum Dasar yang
sudah selesai dirumuskan dan di dalamnya juga memuat Piagam Jakarta.
Sidang BPUPKI tanggal 17 Juli 1945 merupakan sidang penutupan Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan pada tanggal 9
Agustus 1945 dibentuk Panita Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sidang
pertama PPKI 18 Agustus 1945 berhasil mengesahkan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia dan menetapkan:
1. Piagam Jakarta sebagai rancangan Mukaddimah Hukum Dasar oleh BPUPKI
pada tanggl 14 Juli 1945 dengan beberapa perubahan, disahkan sebagai
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.
2. Rancangan Hukum Dasar yang telah diterima oleh BPUPKI pada tanggal 16 Juli
1945 setelah mengalami berbagai perubahan, disahkan sebagai Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia.
3. Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama, yakni Ir. Soekarno dan Drs.
Moh. Hatta.
4. Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebagai Badan
Musyawarah Darurat.
Rumusan-rumusan Pancasila secara historis terbagi dalam tiga kelompok, yaitu :
1. Rumusan Pancasila yang terdapat dalam sidang-sidang Badan Penyelidik Usaha-
usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang merupakan tahap pengusulan
sebagai dasar negara Republik Indonesia.
2. Rumusan Pancasila yang ditetapkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia sebagai dasar filsafat Negara Indonesia yang sangat erat hubungannya
dengan Proklamasi Kemerdekaan.
3. Beberapa rumusan dalam perubahan ketatanegaraan Indonesia selama belum
berlaku kembali rumusan Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD
1945.
Dari tiga kelompok di atas secara lebih rinci rumusan Pancasila sampai dikeluarkannya
Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 ini ada tujuh yakni:
1. Rumusan dari Mr. Muh. Yamin tanggal 29 Mei 1945, yang disampaikan dalam
pidato “Asas dan Dasar Negara Kebangsaan Republik Indonesia” (Rumusan I).
2. Rumusan dari Mr. Muh. Yamin tanggal 29 Mei 1945, yang disampaikan sebagai
usul tertulis yang diajukan dalam Rancangan Hukum Dasar (Rumusan II).
3. Soekarno, tanggal 1 Juni 1945 sebagai usul dalam pidato Dasar Indonesia
Merdeka, dengan istilah Pancasila (Rumusan III).
4. Piagam Jakarta, tanggal 22 Juni 1945, dengan susunan yang sistematik hasil
kesepakatan yang pertama (Rumusan IV).
5. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tanggal 18 Agustus 1945 adalah
rumusan pertama yang diakui secara formal sebagai Dasar Filsafat Negara
(Rumusan V).
6. Mukaddimah KRIS tanggal 27 Desember 1949, dan Mukaddimah UUDS 1950
tanggal 17 Agustus 1950 (Rumusan VI).
7. Rumusan dalam masyarakat, seperti mukaddimah UUDS, tetapi sila keempatnya
berbunyi Kedaulatan Rakyat, tidak jelas asalnya (Rumusan VII).
1) Nilai Ketuhanan
Nilai Ketuhanan adalah nilai yang berhubungan dengan nilai individu dengan
sesuatu yang dianggapnya memiliki kekuatan sakral, suci, agung dan mulia.
Memahami nilai Ketuhahan sebagai pandangan hidup adalah mewujudkan
masyarakat yang beketuhanan, yakni membangun masyarakat Indonesia yang
memiliki jiwa maupun semangat untuk mencapai ridlo Tuhan dalam setiap
perbuatan baik yang dilakukan. Nilai ketuhanan ini tercermin dalam Pasal 29 UUD
1945 pada ayat 1 dan 2. Dalam Pasal 29 Ayat 1 berbunyi “ Negara berdasar
Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dan dalam Pasal 29 Ayat 2 berbunyi “ Negara
Menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”. Hal
tersebut menunjukan bahwa Negara menjamin Warga Negaranya dalam
beragama.
2) Nilai Kemanusiaan
Nilai Kemanusiaan adalah Nilai Kemanusiaan yang adil dan beradab,
pembentukan suatu kesadaran tentang keteraturan, sebagai asas kehidupan,
potensi untuk menjadi manusia sempurna, yaitu manusia yang beradab. Dalam
Nilai Kemanuasiaan ini tercermin dalam Pasal 28 A sampai Pasal 28J. dalam pasal
tersebut menyebutkan bahwa setiap orang berhak untuk hidup serta berhak
mempertahankan hidup dan kehidupannya. Makna isi tersebut adalah bahwa
setiap manusia terutama warga negara Indonesia mempunyai hak yang sama
dalam hidup dan mempertahankan kehidupannya.
3) Nilai Persatuan Indonesia
Nilai Persatuan Indonesia adalah Nilai yang terdiri atas beberapa bagian yang
terdapat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, Semboyan Bhineka
Tunggal Ika adalah cerminan dari Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai
Suku, Ras, Ethis, Agama, Bahasa, Budaya dan yang lainnya. Bangsa Indonesia
hadir untuk mewujudkan kasih sayang kepada segenap suku bangsa dari Sabang
sampai Marauke demi mewujudkan dan mempersatukan bangsa Indonesia.
4) Nilai Permusyawaratan dan Perwakilan
Nilai Permusyawaratan dan Perwakilan menunjukan manusia saling
membutuhkan, dalam pandangan hidup dengan orang lain, dalam interaksi terjadi
kesepakatan, dan saling menghargai satu sama lain atas dasar tujuan dan
kepentingan bersama. Prinsip kerakyatan yang menjadi cita-cita utama untuk
membangkitkanbangsa Indonesia, mengerahkan potensi mereka dalam dunia
modern.
5) Nilai Keadilan Sosial
Nilai keadilan di sini adalah nilai yang menjunjung tinggi norma berdasarkan
keadilan, kesetaraan, serta pemerataan terhadap masyarakat. Mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan yan terdapat dalam
Pembukaan UUD 1945 merupakan cita-cita bernegara dan berbangsa. bermakna
mewujudkan keadaan masyarakat yang bersatu dalam kehidupan, dimana
mempunyai kesetaraan yang sama untuk tumbuh dan berkembang di dalam
Negara.
Perkembangan Pancasila Sebagai Ideologi Politik adalah nilai-nilai dasar
yang terkandung dalam Pancasila dan UUD 1945. Contoh Nilai Pancasila Dalam
bidang politik, antara lain:
1. Sikap menghindari dan memaksakan pendapat diri sendiri
2. Dalam penyelenggara negara dan warga negara mewujudkan nilai ke
tuhanan, kemanusiaan, kebangsaan, serta kerakyatan dan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
3. Meyakini bahwa nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 sebagai nilai yang
mengandung jati diri bangsa Indonesia.
b. Bidang Ekonomi
Keberadaan koperasi di sekitar tempat tinggal kita memang pernah
dan masih dirasakan sebagai bagian dari bentuk usaha perekonomian
rakyat Indonesia. Memang bentuk badan usaha dalam sistem ekonomi
nasional bukan hanya koperasi, melainkan juga ada bentuk badan usaha
milik perseorangan atau swasta, dan badan usaha milik negara. Ketiga
bentuk badan usaha tersebut diakui keberadaannya bahkan menempati
posisi yang sama pentingnya dalam meningkatkan ekonomi nasional
danmeningkatkan kesejahteraan rakyat.
Akan tetapi, bentuk wujud usaha koperasi memiliki porsi yang cukup
signifikan berdasarkan Pasal 33 ayat (1) UUD 1945. Namun, jika ditelaah
ketentuan dalam Pasal 27 ayat (2), maka terdapat titik penekanan bahwa
BUMN bekerjasama dengan perusahaan swasta juga memiliki posisi yang
menentukan untuk mengembangkan ekonomi negara serta peningkatan
perekonomian rakyat. Pada sisi lainnya, ketentuan dalam Pasal 33 ayat (2)
dan ayat (3) UUD 1945, maka Badan Usaha Milik Negara juga menempati
posisi yang strategis dalam meningkatkan ekonomi nasional dan
meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Hal senada juga terdapat ketentuan yang berdasar pada Pasal 34
ayat (1), (2), (3), dan ayat (4) UUD 1945, negara Indonesia berkewajiban
mengembangkan sistem jaminan sosial, memberdayakan masyarakat yang
lemah, serta memelihara kelompok marginal, khususnya fakir miskin dan
anak terlantar.
Semangat ekonomi kerakyatan terdapat dalam Pasal 33, Pasal 27
ayat (2), dan Pasal 33 ayat (1), (2), (3), (4), dan (5), serta Pasal 34 UUD
1945 adalah wujud pengejawantahan nilai Pancasila dalam sektor
perekonomian bangsa dan negara Indonesia. Kondisi perekonomian bangsa
Indonesia terkini memang diisi oleh bentuk badan usaha yang selain BUMN,
terdapat pula perusahaan swasta yang mencerminkan nilai –nilai Pancasila
terutama sila kelima dalam hal pemerataan sektor perekonomian bangsa
dan negara Indonesia sekaligus memperkokoh nilai dan semangat
kemandirian bangsa melalui badan usaha yang dimiliki oleh negara. Di
tengah semangat kemandirian, terdapat pula nilai kompetitif yang wajib
dimiliki oleh bangsa Indonesi dengan menghadirkan perusahaan swasta
dalam hal ini perusahaan asing untuk meningkatkan spirit kreatifitas
perusahaan negara untuk dapat bersaing di kancah perekonomian secara
global.
Internalisasi nilai Pancasila sebagai nilai filosofis sekaligus norma
dasar negara Indonesia menghendaki tercapainya semangat untuk
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Oleh karenanya,
kebijakan ekonomi negara haruslah mengacu pada asas keselarasan,
keseimbangan, dan kesesuaian antara peran swasta, BUMN, pemerintah
sebagai pemangku kebijakan, dalam mengejawantahkan hal tersebut.
Selain itu negara juga memiliki kewajiban untuk menumbuhkembangkan
sistem jaminan sosial bagi seluruh bangsa Indonesia serta melakukan
pemberdayaan masyarakat yang lemah secara ekonomi.
d. Bidang Hankam
Kita sudah tidak asing lagi mendengar istilah bela negara, istilah
pertahanan, dan istilah keamanan negara. Istilah ketiganya erat berkaitan
dengan eksistensi dan kehadiran Pancasila dalam bidang pertahanan dan
keamanan negara. Pancasila menjadi jiwa dalam setiap upaya pembelaan
negara dalam menjaga pertahanan dan keamanan di negara kita yang diatur
dalam Pasal 27 ayat (3) dan Pasal 30 ayat (1), (2), (3), (4), dan ayat (5) UUD
1945. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 27 ayat (3) UUD 1945, “Setiap
warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”.
Sebuah keniscayaan sebagai warga negara yang baik, upaya dalam
mewujudkan bela negara tidak hanya disikapi sebagai sebuah kewajiban,
akan tetapi merupakan sebuah kebanggaan dan kehormatan sebagai
bagian dari bangsa Indonesia. Bela negara dapat diartikan sebagai segala
perilaku dan sikap warga negara yang dilandasi oleh semangat kebangsaan
dan rasa cinta tanah air untuk menjaga eksistensi bangsa dan negara
berdasarkan nilai Pancasila dalam upaya mewujudkan tujuan bangsa dan
negara Indonesia.
Implementasi peran serta warga negara dalam mewujudkan bela
negara dalam kondisi damai tanpa peperangan dapat diwujudkan dalam
banyak bentuk, salah satunya adalah upaya yang mencerminkan jiwa
mengabdi sesuai profesi termasuk upaya bela negara. Dalam semua bentuk
profesi mampu menjadi ruang untuk berupaya dalam membela negara
sepanjang diliputi rasa kebangsaan dan semangat pengabdian serta
dikokohkan dengan rasa cinta kepada tanah air.
Deskripsi di atas memperlihatkan bahwa jiwa dan sosok
kepahlawanan tidak hanya muncul dari perjuangan secara fisik dan raga
semata, namun sosok dan jiwa kepahlawanan mampu dilahirkan dari segala
macam upaya profesional setiap warga negara. Contohnya, dalam bidang
teknologi mampu melahirkan pahlawan dalam bidang sains dan teknologi.
Begitu juga dengan bidang-bidang non militer lainnya, seperti bidang
pendidikan, ekonomi, budaya dan segala macam bidang kehidupan yang
dapat dijadikan sebagai upaya yang melahirkan sosok pahlawan dalam
bidang masing-masing.
Usaha untuk membangun kekuatan pertahanan adalah daya upaya
negara dalam meningkatkan dan menggunakan kekuatan bangsa dalam
mengatasi ancaman dari dalam dan luar negeri serta ancaman lainnya yang
bisa mengancam kesatuan dan persatuan nasional. Selain yang dijelaskan
di atas, ada juga upaya membangun kekuatan dalam bidang keamanan
yang merujuk pada usaha negara untuk menggunakan kekuatan bangsa
dalam mengatasi ancaman terhadap kondusifitas serta ketertiban
masyarakat dan upaya penegakan hukum.
Tugas
1. Deskripsikan urgensi pancasila sebagai dasar negara di mata mahasiswa
sebagai generasi milenial!
2. Bagaimana menurut kalian cara menanamkan ideologi Pancasila dengan
cara teraktual?
Tugas Kelompok
Buatlah sebuah video blog kreatif di laman Youtube yang berisi ajakan untuk lebih
menumbuhkan kesadaran mengenal dan memahami ideologi Pancasila !
Daftar Pustaka
Kaelan. 2013. Negara Kebangsaan Pancasila Kultural, Historis, filosofis, Yuridis dan
Aktualisasinya. Yogyakarta: Paradigma