Anda di halaman 1dari 22

KOMPOSISI KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH PASCA ERUPSI MERAPI DI PETAK 58

RPH KALIURANG, PAKEM,


SLEMAN, YOGYAKARTA
DISTYANTO EKO PRIHANTORO
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Struktur dan Komposisi Jenis

Struktur vegetasi adalah suatu organisasi individu-individu di dalam ruang

yang membentuk suatu tegakan (Muller-Dombois dan Ellenberg, 1974; Nabilah,

1996). Ditegaskan pula bahwa elemen pokok dari struktur adalah bentuk

pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan (coverage). Komposisi vegetasi

merupakan susunan dan jumlah individu yang terdapat dalam suatu komunitas

tumbuhan. Komposisi dan struktur vegeatsi salah satunya dipengaruhi oleh faktor

tempat tumbuh (habitat) yang berupa situasi iklim dan keadaan tanah (Marsono,

1997; Nabilah, 1996).

2.2. Tumbuhan Bawah

Tumbuhan bawah adalah tumbuhan yang selain permudaan pohon

termasuk diantaranya juga merupakan rumput, herba dan semak belukar

(Kusmana, 1997). Tumbuhan bawah dapat diklasifikasikan dengan

mengelompokkan bermacam-macam jenisnya. Menurut Egtis (1989) vegetasi

adalah kumpulan dari tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari bermacam-macam

jenisnya dan hidup saling bersamaan pada suatu tempat.

Salah satu komponen dalam masyarakat tumbuh-tumbuhan adalah adanya

tumbuhan bawah. Masyarakat tumbuhan bawah ini hidup dan berkembang biak

secara alami dan selalu menjadi bagian dari komponen komunitas ekosistem hutan

tersebut (Hardjosentono, 1976). Sebagai bagian dari suatu komunitas, tumbuhan

bawah mempunyai korelasi yang nyata dengan tempat tumbuh (habitat) dalam hal

6
KOMPOSISI KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH PASCA ERUPSI MERAPI DI PETAK 58
RPH KALIURANG, PAKEM, 7
SLEMAN, YOGYAKARTA
DISTYANTO EKO PRIHANTORO
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

penyebaran jenis, kerapatan, dan dominansinya (Soerianegara dan Indrawan,

1980).

Menurut Soerianegara dan Indrawan (1980), tumbuhan bawah adalah

suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan kecuali

permudaan pohon hutan, yang meliputi rerumputan dan vegetasi semak belukar.

Lebih lanjut dikemukakan bahwa jenis-jenis pohon kecil (perdu), semak-semak,

dan tumbuhan bawah serta liana perlu dipelajari juga karena tumbuh-tumbuhan ini

antara lain :

1. Mungkin merupakan indikator tempat tumbuh

2. Merupakan pengganggu bagi pertumbuhan permudaan pohon-pohon

penting

3. Penting sebagai penutup tanah

4. Penting dalam pencampuran serasah dan pembentukan bunga tanah.

Pada lahan-lahan atau tegakan hutan tanaman, tumbuhan bawah seringkali

dianggap sebagai gulma. Menurut Nazif M dan Pratiwi (1991), gulma adalah

tumbuhan yang mengganggu tanaman budidaya, sebab gulma memiliki

kemampuan bersaing dengan tanaman pokok dalam hal unsur hara, cahaya, air

dan tempat tumbuh. Selain itu juga dapat berperan sebagai perantara dari hama

penyakit dan juga dapat bersifat alelopati yang dapat menimbulkan gangguan

fisiologis bagi tanaman pokok.

Muller-Dombois dan Ellenberg (1974) mengklasifikasikan tumbuhan

berdasarkan bentuk pertumbuhannya ke dalam tiga klasifikasi, yaitu:


KOMPOSISI KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH PASCA ERUPSI MERAPI DI PETAK 58
RPH KALIURANG, PAKEM, 8
SLEMAN, YOGYAKARTA
DISTYANTO EKO PRIHANTORO
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

1. Pohon yaitu tanaman tahunan, berkayu, berukuran besar dengan satu batang

pokok tajuk yang jelas, dengan tinggi lebih dari 5 meter.

2. Semak yaitu tumbuhan berkayu dengan tinggi antara 1-5 meter, biasanya

mempunyai cabang pada pangkal batang dan dekat tajuk.

3. Herba yaitu tumbuhan tanpa batang berkayu yang hidup di tanah. Herba

dibagi dalam tiga kelompok yaitu ferns (paku-pakuan), graminoids (rumput-

rumputan), dan forbs (herba selain paku-pakuan dan rumput-rumputan).

2.3. Keanekaragaman Jenis

McNoughton dan Wolf (1998) menyatakan bahwa keanekaragaman

mengarah kepada keanekaragaman jenis yang terdiri atas dua komponen, yaitu

jumlah jenis yang mengarah pada kekayaan jenis (species richness) dan

kelimpahan jenis yang mengarah pada kemerataan jenis (species eveness). Odum

(1998) lebih mengarahkan keanekaragaman jenis dengan mempergunakan indeks

kelimpahan jenis (species abundance), yaitu suatu indeks tunggal yang

mengkombinasikan antara kekayaan jenis dan kemerataan jenis. Penggunaan

indeks kekayaan jenis pada penilaian keanekaragaman bertujuan mengetahui

jumlah jenis yang ditemukan pada suatu komunitas. Indeks kekayaan jenis yang

sering digunakan oleh para peneliti ekologi adalah indeks kekayaan jenis

Margalef (Odum, 1998).

Penilaian keanekaragaman jenis dengan menggunakan indeks kemerataan

jenis, dapat digunakan sebagai petunjuk kemerataan kelimpahan individu diantara

setiap jenis. Melalui indeks ini pula dapat dilihat adanya gejala dominansi yang

terjadi diantara setiap jenis dalam suatu komunitas. Kombinasi antara indeks
KOMPOSISI KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH PASCA ERUPSI MERAPI DI PETAK 58
RPH KALIURANG, PAKEM, 9
SLEMAN, YOGYAKARTA
DISTYANTO EKO PRIHANTORO
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

kekayaan jenis dan kemerataan jenis sering digunakan dalam sebuah indeks

tunggal yang menggambarkan kelimpahan jenis suatu komunitas, atau sering juga

disebut indeks keanekaragaman jenis. Indeks keanekaragaman jenis yang paling

sering digunakan oleh para peneliti ekologi yaitu dari Shannon-Wiener

(Odum,1998).

2.4. Kelimpahan Jenis

Kelimpahan suatu vegetasi dipengaruhi oleh frekuensi, kerapatan dan

dominasi jenis. Frekuensi suatu jenis menunjukkan penyebaran suatu jenis dalam

suatu areal. Jenis yang menyebar secara merata akan mempunyai nilai frekuensi

yang besar. Kerapatan suatu jenis menunjukkan nilai yang menggambarkan

seberapa banyak atau jumlah jenis per satuan luas. Semakin besar nilai kerapatan

jenisnya maka semakin banyak jumlah individu yang berada dalam satuan luas

tersebut. Dominasi suatu jenis merupakan nilai yang menggambarkan penguasaan

jenis tertentu terhadap jenis-jenis lain dalam komunitas tersebut. Semakin besar

nilai dominasi suatu jenis maka besar pula pengaruh penguasaan jenis tersebut

terhadap jenis yang lain.

Nilai penting suatu jenis merupakan nilai yang menggambarkan peranan

suatu jenis dalam komunitas. Menurut Weaver dan Clement (Nabilah, 1996),

jenis-jenis dominan merupakan indikator yang penting bagi suatu habitat. Dengan

demikian, tumbuhan yang merupakan hasil kondisi lingkungan yang

mempengaruhinya dapat dijadikan alat pengukur lingkungan.

Besarnya indeks nilai penting dapat ditentukan dengan melakukan

pengukuran pada masing-masing jenis penyusun vegetasi yang akan dianalisis


KOMPOSISI KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH PASCA ERUPSI MERAPI DI PETAK 58
RPH KALIURANG, PAKEM, 10
SLEMAN, YOGYAKARTA
DISTYANTO EKO PRIHANTORO
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

meliputi jumlah individu, kehadiran jenis, dan luas bidang dasar. Pengukuran ini

dapat dilakukan dengan mengukur seluruh jenis yang ada di dalam areal, tetapi

dapat pula dilakukan dengan mengukur beberapa jenis dari sebagian areal sebagai

sampel.

Analisis tumbuhan bawah dilakukan dengan beberapa teknik yang

disesuaikan dengan pengambilan sampel. Pemilihan teknik tersebut disesuaikan

dengan tujuan yang hendak dicapai serta perkiraan bahwa teknik tersebut akan

memberikan hasil dengan tingkat kepercayaan yang lebih tinggi. Disamping itu

suatu teknik pengambilan sampel yang terpilih harus mempertimbangkan waktu

dan tenaga.

Beberapa metode pengambilan sampel yang dikenal dalam analisis

tumbuhan bawah adalah plot, metode jalur dan metode tanpa jalur. Ketiga metode

tersebut akan diuraikan sebagai berikut :

1. Metode Plot

Metode plot atau juga disebut metode kuadrat. Metode ini dilakukan dengan

mengambil beberapa petak ukur, berbentuk segi empat atau lingkaran pada

komunitas yang dipelajari. Luas dari petak ukur tersebut mempunyai arti

penting untuk mencapai pelaksanaan analisis vegetasi yang efisien. Luas petak

ukur harus dapat mencerminkan keadaan komposisi tumbuhan (Mueller,

Dumbois dan Ellenberg,1974). Teknik tersebut berlandaskan pada kurva yang

dibentuk oleh hubungan antara jumlah kumulatif jenis yang tercatat dengan

luas petak ukur yang semakin besar. Dalam pemakaiannya hanya bentuk
KOMPOSISI KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH PASCA ERUPSI MERAPI DI PETAK 58
RPH KALIURANG, PAKEM, 11
SLEMAN, YOGYAKARTA
DISTYANTO EKO PRIHANTORO
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

kurva yang mengalami perubahan bentuk semakin mendatar yang dapat

digunakan.

2. Metode Jalur

Metode jalur disebut juga dengan metode transek. Pengambilan sampel

dilakukan dalam bentuk jalur-jalur sejajar yang mempunyai ukuran dan jarak

tertentu.

3. Metode Tanpa Plot

Metode ini dilakukan dengan menentukan titik sampel pada komunitas yang

dipelajari. Penentuan sampel dilakukan secara acak dan lebih mudah dengan

mempergunakan garis-garis yang menembus areal pengamatan, pada garis-

garis tersebut ditentukan titik sampelnya. Pengukuran dilakukan dari suatu

titik yang merupakan titik sampel.


KOMPOSISI KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH PASCA ERUPSI MERAPI DI PETAK 58
RPH KALIURANG, PAKEM,
SLEMAN, YOGYAKARTA
DISTYANTO EKO PRIHANTORO
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem,

Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, pada bulan Juli 2013.

3.2 Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan adalah jenis-jenis tumbuhan bawah yang

tumbuh di lokasi penelitian.

3.3 Alat Penelitian

Alat–alat penelitian yang digunakan antara lain :

1. Pustaka identifikasi tumbuhan bawah untuk mengidentifikasi tumbuhan

bawah di lokasi penelitian.

2. Kamera digital untuk melengkapi foto.

3. Alat tulis untuk mencatat semua data yang diperlukan.

4. Tally sheet pengamatan untuk mencatat data tumbuhan bawah.

5. Tali tambang untuk membuat petak ukur di lokasi penelitian

3.4 Cara Penelitian

Pengambilan data dilakukan di daerah Kaliurang yang terkena erupsi

merapi pada tahun 2010, tepatnya di Desa Hargobinangun. Pengambilan sampel

dilakukan di kanan kiri jalan setapak secara berseling. Jarak petak ukur dengan

jalan sepanjang 2 meter dan jarak antar petak ukur 10 meter. Petak ukur (plot-

plot) yang dibuat sebanyak 20 buah dengan ukuran petak ukur 2x2 meter. Arah

jalur yang digunakan mengikuti jalan dari bawah menuju ke atas bukit.

12
KOMPOSISI KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH PASCA ERUPSI MERAPI DI PETAK 58
RPH KALIURANG, PAKEM, 13
SLEMAN, YOGYAKARTA
DISTYANTO EKO PRIHANTORO
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Layout Pembuatan PU: dst sampai 20 PU

PU
6

PU
5

PU
4

PU
3

PU
2

PU
1

Jalan setapak
KOMPOSISI KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH PASCA ERUPSI MERAPI DI PETAK 58
RPH KALIURANG, PAKEM, 14
SLEMAN, YOGYAKARTA
DISTYANTO EKO PRIHANTORO
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Untuk setiap petak ukur tersebut, data yang diambil adalah nama

tumbuhan dan jumlah individu, proses kemudian dicatat dalam tabel. Untuk

mempermudah dalam proses identifikasi, masing-masing jenis didokumentasikan

dalam bentuk foto.

3.5 Metode Analisis Data

Setelah data diproses, selanjutnya data maka dihitung kerapatannya dengan

rumus:

jumlah dari individu


𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾 =
luas contoh

kerapatan suatu jenis


𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 = kerapatan seluruh jenis
x 100%

Perhitungan frekuensi menggunakan rumus sebagai berikut :

julmlah plot ditemukannya suatu jenis


𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹 = jumlah seluruh plot

frekuensi dari suatu jenis


𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 = frekuensi seluruh jenis

Indeks Nilai Penting = Kerapatan relative+ frekuensi relative


KOMPOSISI KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH PASCA ERUPSI MERAPI DI PETAK 58
RPH KALIURANG, PAKEM,
SLEMAN, YOGYAKARTA
DISTYANTO EKO PRIHANTORO
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Wilayah

4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kaliurang merupakan hutan hujan tropis yang berada di tiga

kecamatan. Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Turi, sebelah Timur

berbatasan dengan kecamatan Cangkringan, sedangkan sebelah selatan dan

tengah berbatasan dengan kecamatan Pakem. Secara umum, kawasan ini

terletak di lereng selatan Gunung Merapi yang secara administratif termasuk

dalam wilayah Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman,

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kawasan kaliurang secara astronomis

terletak di antara garis 3°35’50”-3°39’10” Bujur Timur dan 7°33’30” -

7°36’15” Lintang Selatan dengan ketinggian tempat antara 150 – 2911 mdpl

(Johanes A, 1998).

4.1.2. Keadaan Tanah dan Topografi

Tanah di lereng selatan gunung Merapi merupakan tanah hasil endapan

vulkanik muda dengan solum tipis dan berstruktur pasiran serta termasuk

tanah regosol. Tanah yang memiliki permeabilitas tinggi ini memiliki

kandungan air 4,13 % dengan kadar lengas kapasitas lapangan 23,67 %, pH

H2O 6,8; pH HCl 5,7; kadar N 0,0291 %, P12,2021 ppm dan kadar K

tersedia 0,515 % (Johanes A, 1998).

15
KOMPOSISI KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH PASCA ERUPSI MERAPI DI PETAK 58
RPH KALIURANG, PAKEM, 16
SLEMAN, YOGYAKARTA
DISTYANTO EKO PRIHANTORO
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Keadaan topografi pada kawasan ini bervariasi. Daerah puncak

mempunyai kelerengan lebih dari 40 % dengan ketinggian tempat lebih dari

2400 mdpl. Lereng atas bukit berkisar antara 30 % - 40 % dengan ketinggian

antara 2100 – 2400 mdpl. Daerah lereng tengah memiliki ketinggian 1700 –

2100 mdpl dengan kemiringan 22 % - 30 % serta lereng bawah terletak pada

ketinggian 900 – 1700 mdpl dengan kemiringan hampir sama dengan lereng

tengah (Johanes A, 1998).

4.1.3. Hidrologi

Kondisi hidrologi kawasan dari ketinggian 1500 mdpl sampai puncak

Gunung Merapi merupakan daerah aliran permukaan dengan potensi air tanah

rendah, baik di permukaan maupun di bawah tanah. Hal ini disebabkan oleh

struktur tanah yang didominasi oleh pasir.

Daerah di bawahnya merupakan daerah resapan air dengan potensi air

tanah sedang. Sungai-sungai yang ada di kawasan ini berpola menjari dengan

arah aliran selatan dan barat. Kedalaman sungai pada bagian hulu, berkisar

antara 5 hingga 10 m. Kedalaman tersebut kian bertambah pada bagian hilir

yang dapat mencapai 30 – 50 m (Johanes A, 1998).

4.1.4. Iklim

Kawasan ini kurang lebih terletak pada zona transisi antara iklim

evernet maritime yang sebagian besar di daerah Jawa Barat, dan iklim

tropical monsoon yang berada di daerah Jawa Timur, curah hujan tahunan
KOMPOSISI KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH PASCA ERUPSI MERAPI DI PETAK 58
RPH KALIURANG, PAKEM, 17
SLEMAN, YOGYAKARTA
DISTYANTO EKO PRIHANTORO
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

3.778 mm dengan suhu berkisar 21°C (pada 850 mdpl) hingga 11°C (di atas

2500 mdpl) (Johanes A, 1998).

4.1.5. Flora dan Fauna

Dalam kawasan hutan ini terdapat dua tipe hutan berdasarkan

terbentuknya, yaitu hutan alam dan hutan tanaman. Vegetasi dominan yang

menyusun hutan alam diantaranya adalah Dadap, Laban, Bambu, Bendo,

Ketapang dan jenis ficus. Spesies lain yang kurang mendomonasi dalam

kawasan ini adalah Berasan, Pandan Duri, Kantung Semar dan beberapa jenis

Anggrek. Spesies tersebut juga terdapat dalam kawasan hutan tanaman selain

tanaman pokok yang mendominasi yaitu Rasamala, Sengon, Kaliandra,

Puspa, Kina, Damar, Flamboyan dan Cupressus.

Kawasan ini juga menjadi habitat dari beberapa jenis burung yang

dilindungi sepeti Elang Jawa, Bido dan Betet. Selain burung terdapat juga

beberapa jenis serangga dan reptile seperti Ular, Kadal, Cleret Gombel serta

beberapa jenis mamalia antara lain Kera Macaca, Lutung, Kancil, Babi

Hutan, Kucung Hutan dan Harimau Kumbang (Johanes A, 1998).


KOMPOSISI KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH PASCA ERUPSI MERAPI DI PETAK 58
RPH KALIURANG, PAKEM, 18
SLEMAN, YOGYAKARTA
DISTYANTO EKO PRIHANTORO
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

4.2. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

4.2.1. Komposisi jenis tumbuhan bawah

Hasil penelitian yang dilakukan di kawasan Gunung Merapi tepatnya di

Petak 58 RPH Kaliurang dapat dijumpai 56 jenis tumbuhan bawah. Jenis-jenis

yang ditemukan tersebut termasuk dalam Famili Fabaceae, Asteraceae, Poaceae,

Amaranthaceae, Lamiaceae, Cyperaceae, Convolvulaceae, Moraceae,

Polypodiaceae, Selaginellaceae, Rosaceae, Melastomataaceae, Malvaceae,

Oleaceae, Apiaceae, Nyctaginaceae, Athyriaceae, Piperaceae, Orchidaceae,

Scrophulariaceae, Rubiaceae, Blechnaceae, dan Solanaceae. Jenis tumbuhan yang

ditemukan sebanyak 56 terdiri dari 23 famili diantaranya terdapat 41 jenis herba

dan 15 jenis perdu, data lengkap disajikan lampiran 1, sedangkan daftar jenisnya

disajikan pada tabel 1 berikut ini :

Tabel 1. Daftar jenis tumbuhan bawah di Petak 58 RPH Kaliurang


No Nama ilmiah Famili Habitus
1 Desmodium gyrans Fabaceae Perdu
2 Eclipta prostata Asteraceae Herba
3 Brachiaria reptans Poaceae Herba
4 Celosia argentea Amaranthaceae Herba
5 Hyptis capitata Lamiaceae Perdu
6 Eupatorium triplinerve Asteraceae Herba
7 Echinochloa crus-galli Poaceae Herba
8 Eleutheranthera ruderalis Asteraceae Herba
9 Gomphrena globbosa Amaranthaceae Herba
10 Erigeron sumatrensis Asteraceae Herba
11 Panicum muticum Poaceae Herba
12 Cyperus rotundus Cyperaceae Herba
13 Wedelia trilobata Asteraceae Herba
14 Ipomoea batatas Convolvulaceae Herba
15 Ficus melanocarpa Moraceae Perdu
16 Polystichum setiferum Polypodiaceae Herba
17 Imperata cylindrica Poaceae Herba
KOMPOSISI KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH PASCA ERUPSI MERAPI DI PETAK 58
RPH KALIURANG, PAKEM, 19
SLEMAN, YOGYAKARTA
DISTYANTO EKO PRIHANTORO
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Lanjutan tabel 1.
No Nama Ilmiah Famili Habitus
18 Ageratum conyzoides Asteraceae Herba
19 Oplismenus burmannii Poaceae Herba
20 Oplismenus hirtellus Poaceae Herba
21 Desmodium gangeticum Fabaceae Perdu
22 Selaginella doederleinii Selaginellaceae Herba
23 Eupatorium odoratum Asteraceae Perdu
24 Panicum repens Poaceae Herba
25 Rubus niveus Rosaceae Perdu
26 Eclipta alba Asteraceae Herba
27 Clidemia hirta Melastomataaceae Perdu
28 Costus speciosus Costaceae Herba
29 Jasminum pubescens Oleaceae Perdu
30 Urena lobata Malvaceae Perdu
31 Centella asiatica Apiaceae Herba
32 Pisonia alba Nyctaginaceae Perdu
33 Syndrella nodiflora Asteraceae Herba
34 Rubus chrysophyllus Rosaceae Herba
35 Athyrium filix Athyriaceae Perdu
36 Nephrolepis exaltata Polypodiaceae Herba
37 Piper aduncum Piperaceae Perdu
38 Hyptis brevipes Lamiaceae Perdu
39 Crassocephalum crepidioides Asteraceae Herba
40 Spathoglottis plicata Orchidaceae Herba
41 Gomphrena celosioides Amaranthaceae Herba
42 Eupatorium inulifolium Asteraceae Perdu
43 Pityrogramma calomelanos Polypodiaceae Herba
44 Sida cordifolia Malvaceae Perdu
45 Dolichos falcatus Fabaceae Perdu
46 Mimosa pudica Fabaceae Perdu
47 Wightia borneensis Scrophulariaceae Herba
48 Borreria alata Rubiaceae Herba
49 Pseudelephantopus spicatus Asteraceae Herba
50 Polygala paniculata Polygalaceae Herba
51 Axonopus affinis Poaceae Herba
52 Digitaria violacens Poaceae Herba
53 Digitaria longiflora Poaceae Herba
54 Blechnum spicant Blechnaceae Herba
55 Solanum sp Solanaceae Herba
56 Sphaeralcea sp Malvaceae Perdu
KOMPOSISI KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH PASCA ERUPSI MERAPI DI PETAK 58
RPH KALIURANG, PAKEM, 20
SLEMAN, YOGYAKARTA
DISTYANTO EKO PRIHANTORO
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Menurut jumlah jenis yang ditemukan, dapat dikatakan bahwa areal tersebut

mempunyai keanekaragaman yang tinggi. Tingginya keanekaragaman jenis

tersebut dikarenakan lingkungan mempunyai iklim cocok untuk pertumbuhan.

Menurut Krebs (1978) adanya keanekaragaman jenis yang tinggi akan

mengakibatkan ekosistem yang ada meningkat kestabilannya, karena dengan

keanekaragaman yang tinggi serangan hama dan penyakit dapat dicegah secara

alami. Semakin tinggi keanekaragaman jenis penyusun maka komunitas tersebut

semakin stabil. Krebs (1978) juga menyatakan bahwa keanekaragaman jenis

penyusun vegetasi pada suatu tempat merupakan hasil interaksi dari beberapa

faktor, yaitu: faktor waktu, heteregonitas ruang, kompetisi, predasi, stabilitas

lingkungan dan produktivitas dari komponen tersebut.

Komposisi tumbuhan bawah yang bervariasi dalam suatu ekosistem pada

umumnya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan tempat tumbuhnya. Apabila

kondisi lingkungan dan tempat tumbuhnya tidak berbeda jauh, maka akan

memunculkan sedikit perubahan dalam komposisi jenis atau bahkan tidak sama

sekali (McNaughton dan Wolf, 1998). Komposisi tumbuhan bawah

menggambarkan susunan jenis tersebut dalam suatu ekosistem, untuk mengetahui

nilai penting suatu jenis tumbuhan bahwa dapat diketahui dari indeks nilai penting

suatu jenis tersebut.


KOMPOSISI KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH PASCA ERUPSI MERAPI DI PETAK 58
RPH KALIURANG, PAKEM, 21
SLEMAN, YOGYAKARTA
DISTYANTO EKO PRIHANTORO
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

4.2.2. Kelimpahan Jenis

Tabel 2. Kelimpahan jenis


Frekuensi Kerapatan
relatif relatif INP
No Nama ilmiah
(%)
(%) (%)
1 Oplismenus burmannii 8.33 16.97 25.31
2 Ageratum conyzoides 6.67 12.57 19.24
3 Eupatorium triplinerve 5.83 8.26 14.09
4 Celosia argentea 4.17 4.04 8.20
5 Panicum muticum 1.67 8.26 9.92
6 Imperata cylindrica 4.17 5.6 9.76
7 Eleutheranthera ruderalis 4.17 3.94 8.11
8 Erigeron sumatrensis 2.5 3.12 5.62
9 Centella asiatica 2.5 2.29 4.79
10 Syndrella nodiflora 2.5 2.2 4.7
11 Polystichum setiferum 3.33 1.19 4.53
12 Desmodium gyrans 3.33 0.64 3.98
13 Hyptis capitata 0.83 3.12 3.95
14 Gomphrena celosioides 1.67 2.02 3.69
15 Pityrogramma calomelanos 2.5 0.83 3.33
16 Wedelia trilobata 1.67 1.65 3.32
17 Eupatorium odoratum 1.67 1.65 3.32
18 Clidemia hirta 2.5 0.73 3.23
19 Ipomoea batatas 2.5 0.55 3.05
20 Dolichos falcatus 0.83 1.93 2.76
21 Selaginella doederleinii 1.67 1.01 2.68
22 Oplismenus hirtellus 0.83 1.56 2.39
23 Axonopus affinis 0.83 1.56 2.39
24 Eclipta prostata 1.67 0.64 2.31
25 Rubus niveus 1.67 0.64 2.31
26 Gomphrena globbosa 0.83 1.47 2.3
27 Athyrium filix 0.83 1.47 2.3
28 Eupatorium inulifolium 1.67 0.55 2.22
29 Brachiaria reptans 0.83 1.28 2.12
30 Rubus chrysophyllus 1.67 0.28 1.94
31 Crassocephalum crepidioides 1.67 0.28 1.94
32 Pseudelephantopus spicatus 1.67 0.28 1.94
33 Jasminum pubescens 1.67 0.18 1.85
KOMPOSISI KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH PASCA ERUPSI MERAPI DI PETAK 58
RPH KALIURANG, PAKEM, 22
SLEMAN, YOGYAKARTA
DISTYANTO EKO PRIHANTORO
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Lanjutan tabel 2.
Frekuensi Kerapatan
INP
No Nama Ilmiah relatif relatif
(%)
(%) (%)
34 Panicum repens 0.83 1.01 1.84
35 Pisonia alba 0.83 0.73 1.57
36 Echinochloa crus-galli 0.83 0.64 1.48
37 Nephrolepis exaltata 0.83 0.55 1.38
38 Borreria alata 0.83 0.55 1.38
39 Spathoglottis plicata 0.83 0.46 1.29
40 Cyperus rotundus 0.83 0.37 1.2
41 Eclipta alba 0.83 0.37 1.2
42 Hyptis brevipes 0.83 0.37 1.2
43 Digitaria longiflora 0.83 0.37 1.2
44 Polygala paniculata 0.83 0.28 1.11
45 Solanum sp 0.83 0.28 1.11
46 Ficus ampelas 0.83 0.18 1.02
47 Desmodium gangeticum 0.83 0.18 1.02
48 Piper aduncum 0.83 0.18 1.02
49 Costus speciosus 0.83 0.09 0.93
50 Urena lobata 0.83 0.09 0.93
51 Sida cordifolia 0.83 0.09 0.93
52 Mimosa pudica 0.83 0.09 0.93
53 Wightia borneensis 0.83 0.09 0.93
54 Digitaria violacens 0.83 0.09 0.93
55 Blechnum spicant 0.83 0.09 0.93
56 Sphaeralcea sp 0.83 0.09 0.93
jumlah 100 100 200

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa jenis yang mempunyai

kerapatan relatif yang paling tinggi adalah Oplismenus burmannii dengan nilai

16.97 % dan yang mempunyai kerapatan relatif paling rendah adalah Urena

lobata, Sida cordifolia, Mimosa pudica, Wightia borneensis, Digitaria violacens,

Blechnum spicant, dan Sphaeralcea sp dengan nilai 0.09 %. Kerapatan relatif

diperoleh dari perbandingan frekuensi suatu jenis terhadap frekuensi seluruh jenis

yang ada dalam kawasan tersebut. Data lengkap tersaji pada lampiran 1.
KOMPOSISI KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH PASCA ERUPSI MERAPI DI PETAK 58
RPH KALIURANG, PAKEM, 23
SLEMAN, YOGYAKARTA
DISTYANTO EKO PRIHANTORO
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Kerapatan relatif menggambarkan tentang banyaknya individu tersebut per satuan

luas. Jenis yang mempunyai frekuensi relatif yang paling tinggi adalah

Oplismenus burmannii dengan nilai 8.33 % dan jenis yang memiliki frekuensi

relatif paling rendah adalah pada jenis Brachiaria reptans, Hyptis capitata,

Echinochloa crus-galli, Gomphrena globbosa, Cyperus rotundus, Ficus ampelas,

Oplismenus hirtellus, Desmodium gangeticum, Panicum repens, Eclipta alba,

Costus speciosus, Urena lobata, Pisonia alba, Athyrium filix, Nephrolepis

exaltata, Piper aduncum, Hyptis brevipes, Spathoglottis plicata, Sida cordifolia,

Dolichos falcatus, Mimosa pudica, Wightia borneensis, Borreria alata, Polygala

paniculata, Axonopus affinis, Digitaria violacens, Digitaria longiflora, Blechnum

spicant, Solanum sp, dan Sphaeralcea sp.

Frekuensi tersebut menggambarkan persebaran suatu jenis pada suatu

areal. Seperti dari hasil pengamatan yang sudah dilakukan bahwa jenis

Oplismenus burmannii pada kawasan Gunung Merapi ditemukan pada setiap

petak ukur sehingga dapat dikatakan bahwa jenis tersebut tersebar secara acak.

Sedangkan untuk jenis yang lain, selain jumlahnya yang sedikit, persebarannya

kadang menggerombol sehingga frekuensi relatifnya bernilai kecil.

Indeks nilai penting pada tumbuhan bawah, hanya dihitung dengan

menggunakan dua data parameter, yaitu frekuensi relatif dan kerapatan relatif.

Indeks nilai penting suatu jenis menggambarkan peranan suatu jenis tersebut

dalam suatu komunitas. Menurut tabel 2, jenis yang mempunyai nilai INP yang

paling tinggi adalah Oplismenus burmannii dengan nilai 25.31 %. Gambar 1

berikut ini adalah performa dari Oplismenus burmannii.


KOMPOSISI KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH PASCA ERUPSI MERAPI DI PETAK 58
RPH KALIURANG, PAKEM, 24
SLEMAN, YOGYAKARTA
DISTYANTO EKO PRIHANTORO
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Gambar 1. Oplismenus burmannii-Poaceae

Jenis yang memiliki indeks nilai penting tertinggi kedua adalah Ageratum

conyzoides (gambar 2), dengan nilai 19.24 %. Sedangkan jenis dengan indeks

nilai penting ketiga adalah Eupatorium riparium (Gambar 3), dengan nilai 14.09

%. Gambar tumbuhan bawah selain 3 jenis dengan INP tertinggi disajikan pada

lampiran 2.

Gambar 2. Ageratum conyzoides Gambar 3. Eupatorium riparium


-Asteraceae -Asteraceae
KOMPOSISI KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH PASCA ERUPSI MERAPI DI PETAK 58
RPH KALIURANG, PAKEM, 25
SLEMAN, YOGYAKARTA
DISTYANTO EKO PRIHANTORO
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Indeks nilai penting pada jenis-jenis yang memiliki tiga nilai tertinggi

dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu tempat tumbuh atau faktor

lingkungan yang mendukung keberadaan jenis ini, kemampuan beradaptasi

dengan lingkungan serta dapat mengembangkan diri secara cepat pada habitatnya.

Jenis yang mempunyai nilai indeks nilai penting terendah adalah Urena lobata,

Costus speciosus, Sida cordifolia, Mimosa pudica, Wightia borneensis, Digitaria

violacens, Blechnum spicant, dan Sphaeralcea sp dengan nilai 0.93 %. Hal ini

menunjukkan jenis-jenis tersebut tidak mempunyai peran penting dalam

komunitas tersebut, akan tetapi mempunyai pengaruh yang penting terhadap

besarnya keanekaragaman jenis penyusun hutan.


KOMPOSISI KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH PASCA ERUPSI MERAPI DI PETAK 58
RPH KALIURANG, PAKEM,
SLEMAN, YOGYAKARTA
DISTYANTO EKO PRIHANTORO
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Berdasarkan penelitian, komposisi tumbuhan bawah yang ditemukan di

kawasan Gunung Merapi tepatnya di Petak 58 RPH Kaliurang, adalah 56 jenis

tumbuhan bawah yang ditemukan terdiri dari 23 Famili diantaranya terdapat

15 perdu dan 41 herba.

2. Berdasarkan hasil perhitungan yang sudah dilakukan, jenis yang mempunyai

nilai INP yang paling tinggi adalah Oplismenus burmannii dengan nilai 25.31

%, sedangkan yang mempunyai nilai indeks nilai penting terendah adalah

Urena lobata, Costus speciosus, Sida cordifolia, Mimosa pudica, Wightia

borneensis, Digitaria violacens, Blechnum spicant, dan Sphaeralcea sp.

dengan nilai 0.93 %.

26
KOMPOSISI KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH PASCA ERUPSI MERAPI DI PETAK 58
RPH KALIURANG, PAKEM, 27
SLEMAN, YOGYAKARTA
DISTYANTO EKO PRIHANTORO
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

5.2. Saran

Penelitian ini dikerjakan pada areal di Petak 58 RPH Kaliurang. Kawasan Gunung

Merapi yang terkena letusan sangat luas, sehingga di anjurkan data-data serupa

pada areal lain masih diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai