BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1996). Ditegaskan pula bahwa elemen pokok dari struktur adalah bentuk
merupakan susunan dan jumlah individu yang terdapat dalam suatu komunitas
tumbuhan. Komposisi dan struktur vegeatsi salah satunya dipengaruhi oleh faktor
tempat tumbuh (habitat) yang berupa situasi iklim dan keadaan tanah (Marsono,
tumbuhan bawah. Masyarakat tumbuhan bawah ini hidup dan berkembang biak
secara alami dan selalu menjadi bagian dari komponen komunitas ekosistem hutan
bawah mempunyai korelasi yang nyata dengan tempat tumbuh (habitat) dalam hal
6
KOMPOSISI KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH PASCA ERUPSI MERAPI DI PETAK 58
RPH KALIURANG, PAKEM, 7
SLEMAN, YOGYAKARTA
DISTYANTO EKO PRIHANTORO
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
1980).
suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan kecuali
permudaan pohon hutan, yang meliputi rerumputan dan vegetasi semak belukar.
dan tumbuhan bawah serta liana perlu dipelajari juga karena tumbuh-tumbuhan ini
antara lain :
penting
dianggap sebagai gulma. Menurut Nazif M dan Pratiwi (1991), gulma adalah
kemampuan bersaing dengan tanaman pokok dalam hal unsur hara, cahaya, air
dan tempat tumbuh. Selain itu juga dapat berperan sebagai perantara dari hama
penyakit dan juga dapat bersifat alelopati yang dapat menimbulkan gangguan
1. Pohon yaitu tanaman tahunan, berkayu, berukuran besar dengan satu batang
2. Semak yaitu tumbuhan berkayu dengan tinggi antara 1-5 meter, biasanya
3. Herba yaitu tumbuhan tanpa batang berkayu yang hidup di tanah. Herba
mengarah kepada keanekaragaman jenis yang terdiri atas dua komponen, yaitu
jumlah jenis yang mengarah pada kekayaan jenis (species richness) dan
kelimpahan jenis yang mengarah pada kemerataan jenis (species eveness). Odum
jumlah jenis yang ditemukan pada suatu komunitas. Indeks kekayaan jenis yang
sering digunakan oleh para peneliti ekologi adalah indeks kekayaan jenis
setiap jenis. Melalui indeks ini pula dapat dilihat adanya gejala dominansi yang
terjadi diantara setiap jenis dalam suatu komunitas. Kombinasi antara indeks
KOMPOSISI KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH PASCA ERUPSI MERAPI DI PETAK 58
RPH KALIURANG, PAKEM, 9
SLEMAN, YOGYAKARTA
DISTYANTO EKO PRIHANTORO
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
kekayaan jenis dan kemerataan jenis sering digunakan dalam sebuah indeks
tunggal yang menggambarkan kelimpahan jenis suatu komunitas, atau sering juga
(Odum,1998).
dominasi jenis. Frekuensi suatu jenis menunjukkan penyebaran suatu jenis dalam
suatu areal. Jenis yang menyebar secara merata akan mempunyai nilai frekuensi
seberapa banyak atau jumlah jenis per satuan luas. Semakin besar nilai kerapatan
jenisnya maka semakin banyak jumlah individu yang berada dalam satuan luas
jenis tertentu terhadap jenis-jenis lain dalam komunitas tersebut. Semakin besar
nilai dominasi suatu jenis maka besar pula pengaruh penguasaan jenis tersebut
suatu jenis dalam komunitas. Menurut Weaver dan Clement (Nabilah, 1996),
jenis-jenis dominan merupakan indikator yang penting bagi suatu habitat. Dengan
meliputi jumlah individu, kehadiran jenis, dan luas bidang dasar. Pengukuran ini
dapat dilakukan dengan mengukur seluruh jenis yang ada di dalam areal, tetapi
dapat pula dilakukan dengan mengukur beberapa jenis dari sebagian areal sebagai
sampel.
dengan tujuan yang hendak dicapai serta perkiraan bahwa teknik tersebut akan
memberikan hasil dengan tingkat kepercayaan yang lebih tinggi. Disamping itu
dan tenaga.
tumbuhan bawah adalah plot, metode jalur dan metode tanpa jalur. Ketiga metode
1. Metode Plot
Metode plot atau juga disebut metode kuadrat. Metode ini dilakukan dengan
mengambil beberapa petak ukur, berbentuk segi empat atau lingkaran pada
komunitas yang dipelajari. Luas dari petak ukur tersebut mempunyai arti
penting untuk mencapai pelaksanaan analisis vegetasi yang efisien. Luas petak
dibentuk oleh hubungan antara jumlah kumulatif jenis yang tercatat dengan
luas petak ukur yang semakin besar. Dalam pemakaiannya hanya bentuk
KOMPOSISI KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH PASCA ERUPSI MERAPI DI PETAK 58
RPH KALIURANG, PAKEM, 11
SLEMAN, YOGYAKARTA
DISTYANTO EKO PRIHANTORO
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
digunakan.
2. Metode Jalur
dilakukan dalam bentuk jalur-jalur sejajar yang mempunyai ukuran dan jarak
tertentu.
Metode ini dilakukan dengan menentukan titik sampel pada komunitas yang
dipelajari. Penentuan sampel dilakukan secara acak dan lebih mudah dengan
BAB III
METODE PENELITIAN
Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, pada bulan Juli 2013.
dilakukan di kanan kiri jalan setapak secara berseling. Jarak petak ukur dengan
jalan sepanjang 2 meter dan jarak antar petak ukur 10 meter. Petak ukur (plot-
plot) yang dibuat sebanyak 20 buah dengan ukuran petak ukur 2x2 meter. Arah
jalur yang digunakan mengikuti jalan dari bawah menuju ke atas bukit.
12
KOMPOSISI KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH PASCA ERUPSI MERAPI DI PETAK 58
RPH KALIURANG, PAKEM, 13
SLEMAN, YOGYAKARTA
DISTYANTO EKO PRIHANTORO
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
PU
6
PU
5
PU
4
PU
3
PU
2
PU
1
Jalan setapak
KOMPOSISI KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH PASCA ERUPSI MERAPI DI PETAK 58
RPH KALIURANG, PAKEM, 14
SLEMAN, YOGYAKARTA
DISTYANTO EKO PRIHANTORO
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Untuk setiap petak ukur tersebut, data yang diambil adalah nama
tumbuhan dan jumlah individu, proses kemudian dicatat dalam tabel. Untuk
rumus:
BAB IV
7°36’15” Lintang Selatan dengan ketinggian tempat antara 150 – 2911 mdpl
(Johanes A, 1998).
vulkanik muda dengan solum tipis dan berstruktur pasiran serta termasuk
H2O 6,8; pH HCl 5,7; kadar N 0,0291 %, P12,2021 ppm dan kadar K
15
KOMPOSISI KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH PASCA ERUPSI MERAPI DI PETAK 58
RPH KALIURANG, PAKEM, 16
SLEMAN, YOGYAKARTA
DISTYANTO EKO PRIHANTORO
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
antara 2100 – 2400 mdpl. Daerah lereng tengah memiliki ketinggian 1700 –
ketinggian 900 – 1700 mdpl dengan kemiringan hampir sama dengan lereng
4.1.3. Hidrologi
Gunung Merapi merupakan daerah aliran permukaan dengan potensi air tanah
rendah, baik di permukaan maupun di bawah tanah. Hal ini disebabkan oleh
tanah sedang. Sungai-sungai yang ada di kawasan ini berpola menjari dengan
arah aliran selatan dan barat. Kedalaman sungai pada bagian hulu, berkisar
4.1.4. Iklim
Kawasan ini kurang lebih terletak pada zona transisi antara iklim
evernet maritime yang sebagian besar di daerah Jawa Barat, dan iklim
tropical monsoon yang berada di daerah Jawa Timur, curah hujan tahunan
KOMPOSISI KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH PASCA ERUPSI MERAPI DI PETAK 58
RPH KALIURANG, PAKEM, 17
SLEMAN, YOGYAKARTA
DISTYANTO EKO PRIHANTORO
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3.778 mm dengan suhu berkisar 21°C (pada 850 mdpl) hingga 11°C (di atas
terbentuknya, yaitu hutan alam dan hutan tanaman. Vegetasi dominan yang
Ketapang dan jenis ficus. Spesies lain yang kurang mendomonasi dalam
kawasan ini adalah Berasan, Pandan Duri, Kantung Semar dan beberapa jenis
Anggrek. Spesies tersebut juga terdapat dalam kawasan hutan tanaman selain
Kawasan ini juga menjadi habitat dari beberapa jenis burung yang
dilindungi sepeti Elang Jawa, Bido dan Betet. Selain burung terdapat juga
beberapa jenis serangga dan reptile seperti Ular, Kadal, Cleret Gombel serta
beberapa jenis mamalia antara lain Kera Macaca, Lutung, Kancil, Babi
dan 15 jenis perdu, data lengkap disajikan lampiran 1, sedangkan daftar jenisnya
Lanjutan tabel 1.
No Nama Ilmiah Famili Habitus
18 Ageratum conyzoides Asteraceae Herba
19 Oplismenus burmannii Poaceae Herba
20 Oplismenus hirtellus Poaceae Herba
21 Desmodium gangeticum Fabaceae Perdu
22 Selaginella doederleinii Selaginellaceae Herba
23 Eupatorium odoratum Asteraceae Perdu
24 Panicum repens Poaceae Herba
25 Rubus niveus Rosaceae Perdu
26 Eclipta alba Asteraceae Herba
27 Clidemia hirta Melastomataaceae Perdu
28 Costus speciosus Costaceae Herba
29 Jasminum pubescens Oleaceae Perdu
30 Urena lobata Malvaceae Perdu
31 Centella asiatica Apiaceae Herba
32 Pisonia alba Nyctaginaceae Perdu
33 Syndrella nodiflora Asteraceae Herba
34 Rubus chrysophyllus Rosaceae Herba
35 Athyrium filix Athyriaceae Perdu
36 Nephrolepis exaltata Polypodiaceae Herba
37 Piper aduncum Piperaceae Perdu
38 Hyptis brevipes Lamiaceae Perdu
39 Crassocephalum crepidioides Asteraceae Herba
40 Spathoglottis plicata Orchidaceae Herba
41 Gomphrena celosioides Amaranthaceae Herba
42 Eupatorium inulifolium Asteraceae Perdu
43 Pityrogramma calomelanos Polypodiaceae Herba
44 Sida cordifolia Malvaceae Perdu
45 Dolichos falcatus Fabaceae Perdu
46 Mimosa pudica Fabaceae Perdu
47 Wightia borneensis Scrophulariaceae Herba
48 Borreria alata Rubiaceae Herba
49 Pseudelephantopus spicatus Asteraceae Herba
50 Polygala paniculata Polygalaceae Herba
51 Axonopus affinis Poaceae Herba
52 Digitaria violacens Poaceae Herba
53 Digitaria longiflora Poaceae Herba
54 Blechnum spicant Blechnaceae Herba
55 Solanum sp Solanaceae Herba
56 Sphaeralcea sp Malvaceae Perdu
KOMPOSISI KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH PASCA ERUPSI MERAPI DI PETAK 58
RPH KALIURANG, PAKEM, 20
SLEMAN, YOGYAKARTA
DISTYANTO EKO PRIHANTORO
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Menurut jumlah jenis yang ditemukan, dapat dikatakan bahwa areal tersebut
keanekaragaman yang tinggi serangan hama dan penyakit dapat dicegah secara
penyusun vegetasi pada suatu tempat merupakan hasil interaksi dari beberapa
kondisi lingkungan dan tempat tumbuhnya tidak berbeda jauh, maka akan
memunculkan sedikit perubahan dalam komposisi jenis atau bahkan tidak sama
nilai penting suatu jenis tumbuhan bahwa dapat diketahui dari indeks nilai penting
Lanjutan tabel 2.
Frekuensi Kerapatan
INP
No Nama Ilmiah relatif relatif
(%)
(%) (%)
34 Panicum repens 0.83 1.01 1.84
35 Pisonia alba 0.83 0.73 1.57
36 Echinochloa crus-galli 0.83 0.64 1.48
37 Nephrolepis exaltata 0.83 0.55 1.38
38 Borreria alata 0.83 0.55 1.38
39 Spathoglottis plicata 0.83 0.46 1.29
40 Cyperus rotundus 0.83 0.37 1.2
41 Eclipta alba 0.83 0.37 1.2
42 Hyptis brevipes 0.83 0.37 1.2
43 Digitaria longiflora 0.83 0.37 1.2
44 Polygala paniculata 0.83 0.28 1.11
45 Solanum sp 0.83 0.28 1.11
46 Ficus ampelas 0.83 0.18 1.02
47 Desmodium gangeticum 0.83 0.18 1.02
48 Piper aduncum 0.83 0.18 1.02
49 Costus speciosus 0.83 0.09 0.93
50 Urena lobata 0.83 0.09 0.93
51 Sida cordifolia 0.83 0.09 0.93
52 Mimosa pudica 0.83 0.09 0.93
53 Wightia borneensis 0.83 0.09 0.93
54 Digitaria violacens 0.83 0.09 0.93
55 Blechnum spicant 0.83 0.09 0.93
56 Sphaeralcea sp 0.83 0.09 0.93
jumlah 100 100 200
kerapatan relatif yang paling tinggi adalah Oplismenus burmannii dengan nilai
16.97 % dan yang mempunyai kerapatan relatif paling rendah adalah Urena
diperoleh dari perbandingan frekuensi suatu jenis terhadap frekuensi seluruh jenis
yang ada dalam kawasan tersebut. Data lengkap tersaji pada lampiran 1.
KOMPOSISI KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH PASCA ERUPSI MERAPI DI PETAK 58
RPH KALIURANG, PAKEM, 23
SLEMAN, YOGYAKARTA
DISTYANTO EKO PRIHANTORO
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
luas. Jenis yang mempunyai frekuensi relatif yang paling tinggi adalah
Oplismenus burmannii dengan nilai 8.33 % dan jenis yang memiliki frekuensi
relatif paling rendah adalah pada jenis Brachiaria reptans, Hyptis capitata,
areal. Seperti dari hasil pengamatan yang sudah dilakukan bahwa jenis
petak ukur sehingga dapat dikatakan bahwa jenis tersebut tersebar secara acak.
Sedangkan untuk jenis yang lain, selain jumlahnya yang sedikit, persebarannya
menggunakan dua data parameter, yaitu frekuensi relatif dan kerapatan relatif.
Indeks nilai penting suatu jenis menggambarkan peranan suatu jenis tersebut
dalam suatu komunitas. Menurut tabel 2, jenis yang mempunyai nilai INP yang
Jenis yang memiliki indeks nilai penting tertinggi kedua adalah Ageratum
conyzoides (gambar 2), dengan nilai 19.24 %. Sedangkan jenis dengan indeks
nilai penting ketiga adalah Eupatorium riparium (Gambar 3), dengan nilai 14.09
%. Gambar tumbuhan bawah selain 3 jenis dengan INP tertinggi disajikan pada
lampiran 2.
Indeks nilai penting pada jenis-jenis yang memiliki tiga nilai tertinggi
dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu tempat tumbuh atau faktor
dengan lingkungan serta dapat mengembangkan diri secara cepat pada habitatnya.
Jenis yang mempunyai nilai indeks nilai penting terendah adalah Urena lobata,
violacens, Blechnum spicant, dan Sphaeralcea sp dengan nilai 0.93 %. Hal ini
BAB V
5.1. Kesimpulan
nilai INP yang paling tinggi adalah Oplismenus burmannii dengan nilai 25.31
26
KOMPOSISI KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH PASCA ERUPSI MERAPI DI PETAK 58
RPH KALIURANG, PAKEM, 27
SLEMAN, YOGYAKARTA
DISTYANTO EKO PRIHANTORO
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
5.2. Saran
Penelitian ini dikerjakan pada areal di Petak 58 RPH Kaliurang. Kawasan Gunung
Merapi yang terkena letusan sangat luas, sehingga di anjurkan data-data serupa