PENDAHULUAN
Tumor abdomen adalah suatu massa yang padat dengan ketebalan yang berbeda-beda,
yang disebabkan oleh sel tubuh yang yang mengalami transformasi dan tumbuh secara
autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal, sehingga sel tersebut berbeda dari sel
normal dalam bentuk dan strukturnya. Kelainan ini dapat meluas ke retroperitonium, dapat
terjadi obstruksi ureter atau vena kava inferior. Massa jaringan fibrosis mengelilingi dan
menentukan struktur yang dibungkusnya tetapi tidak menginvasinya. Tumor intra abdomen
antara lain tumor hepar, tumor limpa atau lien, tumor lambung atau usus halus, tumor kolon,
tumor ginjal (hipernefroma), tumor pankreas. Pada anak-anak dapat terjadi tumor wilms
(ginjal).
kematian utama di Amerika Serikat. Lebih dari 496.000 orang Amerika meninggal akibat
tumor di Amerika Serikat meliputi kanker paru, prostate, dan area kolorektal pada pria dan
adalah4,3 per 1000 penduduk. Kanker merupakan penyebab kematian nomor 7 (5,7%) setela
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Tumor abdomen adalah suatu massa yang padat dengan ketebalan yang
berbeda-beda, yang disebabkan oleh sel tubuh yang yang mengalami transformasi
dan tumbuh secara autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal, sehingga
sel tersebut berbeda dari sel normal dalam bentuk dan strukturnya. Kelainan ini
dapat meluas ke retroperitonium, dapat terjadi obstruksi ureter atau vena kava
inferior. Massa jaringan fibrosis mengelilingi dan menentukan struktur yang
dibungkusnya tetapi tidak menginvasinya.
Yang termasuk tumor intra abdomen antara lain, Tumor hepar, Tumor limpa
/ lien, Tumor lambung / usus halus, Tumor colon, Tumor ginjal (hipernefroma),
Tumor pankreas. Pada anak-anak dapat terjadi Tumor wilms (ginjal). Yang akan
dibahaskan di sini adalah yang terutama tumor di saluran cerna intestinal.
2. Regio epigastrika
5. Regio umbilicus
2
6. Regio lumbal kiri
8. Regio hipogastrika
Bagian abdomen juga dapat dibagi menjadi 4 bagian berdasarkan posisi dari satu
garis horizontal dan 1 garis vertikal yang membagi daerah abdomen.
1. Kuadran kanan atas
3
4
C. ETIOLOGI
Penyebab neoplasi umumnya bersifat multifaktorial. Beberapa faktor yang
dianggap sebagai penyebab neoplasi antara lain meliputi bahan kimiawi, fisik,
virus, parasit, inflamasi kronik, genetik, hormon, gaya hidup, serta penurunan
imunitaws. Penyebab terjadinya tumor karena terjadinya pembelahan sel yang
abnormal. Perbedaan sifat sel tumor tergantung dari besarnya penyimpangan dalam
bentuk dan fungsi autonominya dalam pertumbuhan, kemampuannya mengadakan
infiltrasi dan menyebabkan metastasis.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya tumor antara lain:
1. Karsinogen
a. Kimiawi
Bahan kimia dapat berpengrauh langsung (karsinogen) atau memerlukan
aktivasi terlebih dahulu (ko-karsinogen) untuk menimbulkan neoplasi.
Bahan kimia ini dapat merupakan bahan alami atau bahan
sintetik/semisintetik. Benzopire suatu pencemar lingkungan yang
terdapat di mana saja, berasal dari pembakaran tak sempurna pada mesin
mobil dan atau mesin lain (jelaga dan ter) dan terkenal sebagai suatu
karsinogen bagi hewan maupun manusia. Berbagai karsinogen lain
antara lain nikel arsen, aflatoksin, vinilklorida. Salah satu jenis
benzo (a) piren, yakni, hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH), yang
banyak ditemukan di dalam makanana yang dibakar menggunakan
arang menimbulkan kerusakan DNA sehingga menyebabkan neoplasia
usus, payudara atau prostat.
b. Fisik
Radiasi gelombang radioaktif seirng menyebabkan keganasan. Sumber
radiasi lain adalah pajanan ultraviolet yang diperkirakan bertambah
besar dengan hilangnya lapisan ozon pada muka bumi bagian selatan.
Iritasi kronis pada mukosa yang disebabkan oleh bahan korosif atau
penyakit tertentu juga bisa menyebabkan terjadinya neoplasia.
c. Viral
Dapat dibagi menjadi dua berdasarkan jenis asam ribonukleatnya; virus
DNA serta RNA. Virus DNA yang sering dihubungkan dengan
kanker antara human papiloma virus (HPV), Epstein-Barr virus (EPV),
5
hepatiti B virus (HBV), dan hepatitis C virus (HCV). Virus RNA yang
karsonogenik adalah human T-cell leukemia virus I (HTLV-I) .
6
2. Hormon
Hormon dapat merupakan promoter
kegananasan.
3. Faktor gaya hidup
Kelebihan nutrisi khususnya lemak dan kebiasaan makan- makanan yang
kurang berserat. Asupan kalori berlebihan, terutama yang berasal dari lemak
binatang, dan kebiasaan makan makanan kurang serat meningkatkan risiko
berbagai keganasan, seperti karsinoma payudara dan karsinoma kolon.
4. Parasit
Parasit schistosoma hematobin yang mengakibatkan karsinoma
planoseluler.
5. Genetik, infeksi, trauma, hipersensivitas terhadap obat.
D. KLASIFIKASI
Dewasa :
- Tumor hepar
- Tumor limpa / lien
- Tumor lambung / usus halus
- Tumor colon
- Tumor ginjal (hipernefroma)
- Tumor pankreas
Anak-anak :
- Tumor wilms (ginjal)
E. GEJALA KLINIS
Kanker dini sering kali tidak memberikan keluhan spesifik atau menunjukan
tanda selama beberapa tahun. Umumnya penderita merasa sehat, tidak nyeri dan
tidak terganggu dalam melakukan pekerjaan sehari-hari. Pemeriksaan darah atau
pemeriksaan penunjang umumnya juga tidak menunjukkan kelainan.
Oleh karena itu, American Cancer Society telah mengeluarkan peringatan
tentang tanda dan gejala yang mungkin disebabkan kanker. Tanda ini disebut “
7- danfer warning signals CAUTION”. Yayasan Kanker Indonesia
menggunakan akronim WASPADA sebagai tanda bahaya keganasan yang perlu
dicuraigai.
7
C = Change in bowel or
bladder habit
A = a sore that does not heal
U = unusual bleding or discharge
T = thickening in breast or elsewhere
I = indigestion or difficult
O = obvious change in wart or mole
N = nagging cough or hoarsenes
8
Tumor abdomen merupakan salah satu tumor yang sangat sulit untuk
dideteksi. Berbeda dengan jenis tumor lainnya yang mudah diraba ketika mulai
mendesak jaringan di sekitarnya. Hal ini disebabkan karena sifat rongga tumor
abdomen yang longgar dan sangat fleksibel. Tumor abdomen bila telah terdeteksi
harus mendapat penanganan khusus. Bahkan, bila perlu dilakukan pemantauan
disertai dukungan pemeriksaan secara intensif. Bila demikian, pengangkatan dapat
dilakukan sedini mungkin.
Biasanya adanya tumor dalam abdomen dapat diketahui setelah perut tampak
membuncit dan mengeras. Jika positif, harus dilakukan pemeriksaan fisik dengan hati-
hati dan lembut untuk menghindari trauma berlebihan yang dapat mempermudah
terjadinya tumor pecah ataupun metastasis. Dengan demikian mudah ditentukan pula
apakah letak tumornya intraperitoneal atau retroperitoneal. Tumor yang terlalu besar
sulit menentukan letak tumor secara pasti. Demikian pula bila tumor yang berasal dari
rongga pelvis yang telah mendesak ke rongga abdomen.
Berbagai pemeriksaan penunjang perlu pula dilakukan, seperti pemeriksaan
darah tepi, laju endap darah untuk menentukan tumor ganas atau tidak. Kemudian
mengecek apakah tumor telah mengganggu sistem hematopoiesis, seperti pendarahan
intra tumor atau metastasis ke sumsum tulang dan melakukan pemeriksaan USG atau
pemeriksaan lainnya.
Tanda dan Gejala :
- Hiperplasia.
- Konsistensi tumor umumnya padat atau keras.
- Tumor epitel biasanya mengandung sedikit jaringan ikat, dan apabila tumor
berasal dari masenkim yang banyak mengandung jaringan ikat elastis kenyal atau
lunak.
- Kadang tampak Hipervaskulari di sekitar tumor.
- Bisa terjadi pengerutan dan mengalami retraksi.
- Edema sekitar tumor disebabkan infiltrasi ke pembuluh limfa.
9
- Konstipasi.
- Nyeri.
- Anoreksia, mual, lesu.
- Penurunan berat badan.
- Pendarahan.
.
F. PEMERIKSAAN
KLINIS
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
- Auskultasi
Pemeriksaan ini sangat penting, karena dari hasil pemeriksaan klinik yang
dilakukan secara teliti, menyeluruh, dan sebaik-baiknya dapat ditegakkan diagnosis
klinik yang baik pula. Pemeriksaan klinik yang dilakukan harus secara holistik,
meliputi bio-psiko-sosio-kulturo-spiritual.
10
dan rinci. Untuk tumor ganas yang letaknya berada di atau dekat dengan
permukaan
11
tubuh, jika perlu dapat digambar topografinya pada organ tubuh supaya mudah
mendeskripsikannya. Selain itu juga perlu dicatat :
2. Konsistensinya
3. Ada perlekatan atau tidak dengan organ di bawahnya atau kulit di atasnya.
G. PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Endoskopi (sebuah penelitian dimana sebuah pipa elastis digunakan
untuk melihat bagian dalam pada saluran pencernaan) adalah prosedur diagnosa
terbaik. Hal yang memudahkan seorang dokter untuk melihat langsung dalam perut,
untuk memeriksa helicobacter pylori, dan untuk mengambil contoh jaringan untuk
diteliti di bawah sebuah mikroskop (biopsi). Sinar X barium jarang digunakan
karena hal tersebut jarang mengungkapkan kanker tahap awal dan tidak dianjurkan
untuk biopsi. Jika kanker ditemukan, orang biasanya menggunakan computer
tomography (CT) scan pada dada dan perut untuk memastikan penyebarannya yang
mana tumor tersebut telah menyebar ke organ-organ lainnya. Jika CT scan tidak
bisa menunjukkan penyebaran tumor. Dokter biasanya melakukan endoskopi
ultrasonic (yang memperlihatkan lapisan saluran pencernaan lebih jelas karena
pemeriksaan diletakkan pada ujung endoskopi) untuk memastikan kedalaman tumor
tersebut dan pengaruh pada sekitar getah bening.
Pemeriksaan imaging yang diperlukan untuk membantu
menegakkan
diagnosis tumor ganas (radiodiagnosis) banyak jenisnya mulai dari yang
konvensional sampai dengan yang canggih, dan untuk efisiensi harus dipilih sesuai
dengan kasus yang dihadapi. Pada tumor ganas yang letaknya profunda dari
bagian tubuh atau organ, pemeriksaan imaging diperlukan untuk tuntunan
(guiding) pengambilan sample patologi anatomi, baik itu dengan cara fine needle
aspiration biopsi (FNAB) atau biopsy lainnya. Selain untuk membantu
menegakkan diagnosis, pemeriksaan imaging juga berperan dalam menentukan
staging dari tumor ganas. Beberapa pemeriksaan imaging tersebut antara lain:
12
- Radiografi dengan kontras, contoh: Foto Upper Gr, bronkografi, Colon in
loop, kistografi, dll.
- Scinfigrafi atau sidikan Radioisotop. Alat ini merupakan salah satu alat
scanning dengan menggunakan isotop radioaktif, seperti: Iodium, Technetium,
dll. Contoh: scinfigrafitiroid, tulang, otak, dll.
- RIA (Radio Immuno Assay), untuk mengetahui petanda tumor (tumor marker).
H. GAMBARAN
RADIOLOGI
1. Tumor
Hepar
13
Gambar 2.1 - Hepatoma Difuse dan Hepatoma Noduler
2. Tumor Limpa
Pada tumor primer pada limpa ditemukan gambaran bulging atau
penggelembungan tepi limpa dengan struktur eko parenkim yang tidak homogen.
14
Gambar 2.3 - Spiral CT scan dipotong 7 mm, dengan limpa sangat membesar (di
sebelah kanan pemirsa), menunjukkan massa tumor kurang radiodense dengan
limpa agak padat normal berdekatan.
15
Gambar 2.4 - Polypoid Carcinoma lambung. Radiografi dengan kontras
Foto Upper GI menunjukkan kelainan yang mengisi lobulated (panah) di antrum
lambung.
4. Tumor Kolon
- Adanya penonjolan ke dalam lumen berupa polip bertangkai
(pedunculated) atau tak bertangkai (sesile).
- Terjadi kerancuan dinding kolon bersifat simetris (napskin ring) atau
asimetris (apple core).
- Kekakuan dinding colon bersifat segmental (lumen colon dapat atau tidak
menyempit)
16
Gambar 2.6 – Pedunculated polip pada kolon descenden
17
Gambar 2.8 – Kanker caecum. Massa polipoid mendesak lipatan
iliocaecal sehingga menyebabkan obstruksi.
5. Tumor Ginjal
- pemeriksaan dengan IVP terlihat gambaran sistem kalixes yang tidak
teratur (tumor willms).
- bayangan masa dapat tidak homogen, tidak ada kalsifikasi, mengandung
banyak jaringan lunak (hipernefroma).
- massa di daerah ginjal, batas tidak jelas, menutupi bayangan musculus
psoas bagian atas (sarcoma ginjal).
Gambar 2.10 - CT scan bayi dengan massa ginjal yang besar (panah). Jaringan
ginjal normal adalah ditunjukkan di sebelah kanan tumor Wilms (panah kepala,
struktur berwarna putih).
18
6. Tumor Ureter
Terdapat gambaran filling defect pada daerah yang terdapat polip dengan
atau tanpa dilatasi proksimalnya.
Gambar 2.11 Gambaran filling defect (panah) di ureter adalah karakteristik dari
polip fibroepithelial.
7. Tumor Buli-buli
Penampakan carsinoma vesika urinaria dapat berupa defek pengisian
pada vesika urinaria yang terisi kontras atau pola mukosa yang tidak teratur
pada film kandung kemih pascamiksi. Jika urogram intravena menunjukkan
adanya obstruksi ureter, hal tersebut lebih menekankan pada keterlibatan otot –
otot di dekat orifisium ureter dibandingkan obstruksi akibat massa neoplasma
yang menekan ureter. CT atau MRI bermanfaat dalam penilaian praoperatif
terhadap penyebab intramural dan ekstramural, invasi lokal, pembesaran
kelenjar limfe, dan deposit sekunder pada hati atau paru.
19
Gambar 2.12 - Transisi Cell Carcinoma. Radiografi dari urogram
ekskretoris menunjukkan massa lobulated (panah) yang menyebabkan
kelainan di dasar kandung kemih
.
8. Tumor Pankreas
CT Scan dari multisection aksial pada pasien dengan kanker pankreas
menunjukkan penipisan massa rendah di kepala pankreas, berdekatan dengan
vena mesenterika superior.
Neoplasma usus kecil primer sangat jarang. Kolon terkena 40 kali lebih besar
dari usus kecil. Gejala sering kali tidak jelas; nyeri epigastrik, mual, muntah, kolik, diare,
perdarahan (biasanya samar). Alasan yang paling sering untuk operasi adalah
obstruksi, perdarahan dan nyeri. Tumor jinaj menyebabkan intususepsi pada orang dewasa;
tumor ganas secara langsung mengobstruksi atau membengkokkan usus. Diagnosis sulit
untuk ditentukan, endoskopi bermanfaat untuk deodenum, sisa usus membutuhkan
enteroklisis (intubasi usus kecil dengan radigraf barium).
Neoplasma usus kecil sangat jarang meskipun panjang usus kecil adalah 80% dari
panjang saluran gastrointestinal. Hanya 5% dari neoplasma dan 1% dari keganasan di
saluran gastrointestinal terkena usus kecil.
20
Neoplasma
jinak
Berasal dari epitel atau jaringan penyambung. Paling sering adenoma, leiomioma
atau lipoma. Sering tidak menimbulkan gejala, kecuali menyebabkan obstruksi melalu
intususepsi, juga dapat berdarah (sepertiga perdarahan samar). Pembedahan diindikasikan
jika diagnosis dibuat atau diduga. Yang paling sering digunakan adalah reseksi segmental
sederhana.
Adeno
ma
Adenoma mengisi kira-kira 15% dari semua tumor jinak usus halus dan mempunya tiga
tipe yang utama; Adenoma sejati, adenoma villosa atau adenoma kelenjar brunner
(proliferasi glandular deodenum hiperplastik tanpa potensi keganasan); 20% dalam
deodenum mayoritas asimptomati. Adenoma billosa mempunya potensial keganasan 35%-
55%. Lesi-lesi ini sering asimptomatik dan ditemukan secara tidak sengaja pada
pemeriksaan autopsi. Manifestasi klinis yang paling sering ditemukan adalah perdarahan
dan obstruksi. Terapi yang dianjurkan adalah reseksi segmental.
Leiomio
ma
21
Jinak, tunggal, lesi otot polos. Merupakan neoplasma jinak yang simptomatik. Akhir-akhir
ini ahli patologis menggunakan istilah tumor stroma bagi menggantikan istilah leiomioma.
Insiden terjadinya tumor adalah sama pada pria dan wanita, paling sering didiagnosa
pada
22
dekade kelima kehidupan. Tumor dapat tumbuh secara intramural dan menyebabkan
obstruksi. Namun tidak jarang juga tumor ini secara intramural dan ekstramural, kadang-
kadang mencapai ukuran yang cukup besar dan akhirnya tumbuh melampaui suplai
darah pada tumor dan mengakibatkan perdarahan, yang merupakan indikasi yang paling
umum untuk operasi pada pasien dengan tumor stroma jinak. Reseksi usus dilakukan bagi
mengurangkan dan menghentikan perdarahan, namun resiko untuk terjadinya rekurensi
masih ada.
Sindroma Peutz-
Jeghers
Pigmentasi melanotik mukokutan (sirkumoral, bukal, telapak tangan, telapak kaki, perianal)
dan polip gastrointestinal. Diturunkan secara dominan sederhana. Polipnya multiple pada
jejunum, iluem dan rektum, dan merupakan hamartoma. Dapat menyebabkan nyeri kolik
dari intususepsi intermitten. Reseksi kuratif biasanya tidak dimungkinkan. Pembedahan
diindikasikan utnuk obstruksi atau perdarahan.
Neoplasma Persentase
Leiomioma 17
Lipoma 16
Adenoma 14
Polip 14
-Poliposis, Peutz-Jeghenz 3
Hemangioma
10
Fibroma
10
Tumor neurogenik
5
Fibromioma
5
Miksoma
2
Limfangioma
2
Fibroadenoma
1
23
Neoplasma
ganas
24
pankretikoduodenektomi. Reseksi paliatif untuk mengurangi gejala.obstruksi. Kelangsungan
hidup keseluruhan buruk (rata-rata kelangsungan hidup 5 tahun adalah 20%). Karsinoma
periampular mungkin mempunyai kelangsungan hidup 5 tahun sampai 40%.
Adenokarsino
ma
Sekitar 50% dari keganasan usus kecil. Kebanyakan dalam deodenum dan jejunum
proksimal; 50% karsinoma deodenum melibatkan mapula dan berkaitan dengan ikterus
intermitten. Lesi jejunum berkaitan dengan obstruksi.
Sarko
ma
Merupakan 20% dari keganasan usus kecil; leiomiosarkoma paling umum. Dapat berdarah
atau mengobstruksi.
Limfo
ma
Merupakan 10-15% dari keganasan usus kecil. Paling umum dalam ileum. Mungkin
merupakan penyakit usus kecil primer atau bagian dari penyakit sistemik.
25
Karsino
id
Timbul dari sel enterokromafin (Kulchitdky). Terjadi sama seringnya dengan
adenokarsinoma usus kecil. Potensial keganasan bervariasi. Mensekresi serotonin dan
substansi P. Sindrom karsinoid (warna merah pada wajah, bronkospasme, diare, kolaps
vasomotor, hepatomegali, penyakit katup jantung kanan) terjadi dalam < 50%. Beberapa
orang percaya bahawa metastasis hepatik harus ada sebelum terjadinya sindrom. Paling
sering, karsinoid timbuk dalm apendik (46%), ileum (24%) dan rektum (17%). Tumor
apendiks 3% bermetastasis bila dibandingkan dengan karsinoid ileum (angka metastatik
35%). Dari tumor yang berdiameter
<1 cm (75% dari karsinoid gastrointestinal), hanya 2% yang bermetastasi. Penampilan
mayou adalah kuning atau coklat, bulat, nodul keras yang ditutupi oleh mukosa normal.
Gejalanya adalah sindrom karsinoid (jarang) atau nyeri abdomen, obstruksi, diare dan
turunnya berat badan.
Diagnosis serial usus kecil, arteriogram mesenterik, CT scan bermanfaat. Urin untuk 5-
HIAA
dengan/tanpa perangsangan pentagastrin digunakan untuk diagnosis
sindrom
26
Sindroma karsinoid ganas jarang terjadi, hanya dalam 6-9% pasien karsinoid. Paling sering
dengan penyakit usus kecil dan metastatik hepatk. Mengalami hepatomegali, diare, warna
merah pada wajah, penyakit kanutng jantung kanan dan asma. Gejala diakibatkan oleh
serotonin, substansi P, kemungkina bradikinin dan prostaglandin E dan F.
Terapi karsinoid primer <1 cm diterapi dengan reseksi usus kecil segmental. Lesi yang
lebih besar atau lesi dengan keterlibatan dari nodus, membutuhkan eksisi luas usus dengan
inklusi dan mesenterium. Karsinoid apendiseal <2 cm membutuhkan hanya apendiktomi
sederhana;
>/= 2cm harus menjalani hemikolektomi. Sindrom karsinoid dapat diterapi dengan reseksi
kuratif atau paliatif, atau dengan somastatin kerja lama.
Prognosis keseluruhan 54%, 75% untuk penyakit lokal, 59% untuk penyebaran regional,
dan
19% untuk penyebaran distal. Karena sifatnya yang indulen, membesar, maka digunakan
reseksi paliatif.
27
BAB III
LAPORAN KASUS
a. Anamnesa Pribadi
No.RM : 01.08.70.91
Umur : 64-6-0
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Melayu/Indonesia
b. Anamnesa mengenai os
Telaah : Hal ini sudah dialami pasien sejak 1 bulan yang lalu sebelum masuk
rumah sakit, pasien mengeluhkan benjolan di perut sebelah kiri awalnya kecil, dan semakin
lama benjolan semakin membesar. Mual(-), muntah(-), demam(-). Pasien dengan riwayat
tumor paru kiri, BAK(dalam batas normal), BAB seperti kotoran kambing(+), riwayat
Pemeriksaan Fisik
Status Presens
KU/KP/KG : Sedang/Sedang/Sedang
28
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Temperatur : 37C
BB Masuk : 48 Kg
P (Palpasi) : soepel
P (perkusi) : hypertimpani
longgar, nyeri(-), massa (-), sarung tangan: darah (-), feses (-)
d. Status Lokalisata
1. Kepala
Mata : Refleks cahaya (+/+), pupil isokor, conjungtiva palpebra inferior anemis (-/-)
3. Thoraks
29
4. Abdomen
Inspeksi : Distensi (+), teraba masa di regio umbilical sampai simfisis ukuran 15x10 cm
Perkusi : Hipertimpani
5. Ekstremitas
Ampula recti longgar, nyeri(-), massa (-), sarung tangan: darah (-),
feses (-)
feses (-)
e. Pemeriksaan Khusus
30
P-LCR 21.7 % 15.0-25.0
PCT 0.41% 0.2-0.5
Tgl 28 Juni 2019
Natrium 132 mmol/L 136,00-155,00
Kalium 3,70 mmol/L 3,50-5,50
Chlorida 118 mmol/L 95-103
Kimia Klinik Tgl 24 Juni 2019
albumin 2,90g/dl 3,60-5,00
Ureum 25,0 mg/dl 10,00-50,00
Creatinin 0,78 mg/dl 0,60-1,20
Uric Acid 3,90 mg/dl 3,50-7,00
Glukosa 78.0mg/dl 0,00-140,00
Adrandom
Natrium 141 mmol/L 136,00-155,00
Kalium 3,00 mmol/L 3,50-5,50
Chlorida 108 mmol/L 95-103
Waktu Protombin Tgl 24 Juni 2019
Waktu Protombin 14,2 N;11,6-14,5 detik C: detik
INR 1,07 1-1,3
APTT 36,1 N:28,6-42,2 detik C: detik
2. USG Upper + Lower Abdomen : Curiga hepatoselular carcinoma disertai dengan focal
31
3. Foto Thorax AP/PA: Kesan Massa paru kiri disertai dengan effusi pleura kiri.
b) Tumor colon
c) Tumor caecum
h. Terapi
- ivfd RL 20 gtt/I
- inj.meropenem 1 gr/12j
32
- inj ranitidin 1 gr/12j
i. i. Rencana
33
PENUTUP
KESIMPULAN
Tumor abdomen adalah suatu massa yang padat dengan ketebalan yang
berbeda-beda, yang disebabkan oleh sel tubuh yang yang mengalami transformasi
dan tumbuh secara autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal, sehingga
sel tersebut berbeda dari sel normal dalam bentuk dan strukturnya. Kelainan ini
dapat meluas ke retroperitonium, dapat terjadi obstruksi ureter atau vena kava
inferior. Massa jaringan fibrosis mengelilingi dan menentukan struktur yang
dibungkusnya tetapi tidak menginvasinya.
Yang termasuk tumor intra abdomen antara lain, Tumor hepar, Tumor limpa / lien,
Tumor lambung / usus halus, Tumor colon, Tumor ginjal (hipernefroma), Tumor
pankreas. Pada anak-anak dapat terjadi Tumor wilms (ginjal). Yang akan
dibahaskan di sini adalah yang terutama tumor di saluran cerna intestinal.
Penyebab neoplasi umumnya bersifat multifaktorial. Beberapa faktor yang
dianggap sebagai penyebab neoplasi antara lain meliputi bahan kimiawi, fisik,
virus, parasit, inflamasi kronik, genetik, hormon, gaya hidup, serta penurunan
imunitaws. Penyebab terjadinya tumor karena terjadinya pembelahan sel yang
abnormal. Perbedaan sifat sel tumor tergantung dari besarnya penyimpangan dalam
bentuk dan fungsi autonominya dalam pertumbuhan, kemampuannya mengadakan
infiltrasi dan menyebabkan metastasis.
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Carpenito, Lynda Juall. 1995. Diagnosa keperawatan Aplikasi pada praktek klnik
2. Ganong, F . Wiliam. 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17. Jakarta : EGC.
3. Sabiston, david C. 1995. Buku Ajar Ilmu Bedah. Bagian 1. Jakarta: EGC
4. Sjamsuhidayat, R& Wim de jong, 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta :
EGC
5. W. Sudoyo Aru, Setiyohadi bambang, dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1.
Jakarta : FKUI
35
36