Anda di halaman 1dari 30

MASOHIAMBON

AMBON SEBAGAI SENTRA KEPULAUAN MALUKU

KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA


DEPUTI BIDANG PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN
ASDEP URUSAN HUBUNGAN ANTAR BUDAYA
2004
MASOHI AMBON
AMBON SEBAGAI SENTRA KEPULAUAN MALUKU

KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA


DEPUTI BIDANG PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN
ASDEP URUSAN HUBUNGAN ANTAR BUDAYA
2004

Asdep Urusan Hubungan Amar Budaya • ,


MASOHI AMBON
AMBON SEBAGAI SENTRA KEPULAUAN MALUKU

Penulis Endang Sriwigati


Lindyastuti
Dahlia Silvana
Sukiyah

Penyunting R. Widiati
Sjamsul Hadi

Diterbitkan Oleh Kementerian Kebudayaan dan


Pariwisata
Deputi Bidang Pelestarian dan
Pengembangan Kebudayaan
Asdep Urusan Hubungan Antar
Budaya

Tahun 2004

Asdef? Urusan Hubungan Antar Budaya


KATA PENGANTAR

Keragaman Budaya yang dimiliki oleh Suku Bangsa di


Indonesia banyak mengandung nilai budaya yang positif dan
masih relevan p a d a m a s a kini, o l e h s e b a b itu p e r l u
diinformasikan dan disebarluaskan k e berbagai kalangan dalam
rangka memperkokoh jati diri bangsa.

lnformasi budaya yang akan disebarluaskan dimaksud


adalah buklet berisi tentang "Masohi Ambon"yang merupakan
salah satu s i s t e m gotong royong masyarakat A m b on.

Mudah-mudahan informasi singkat ini dapat meningkatkan


wawasan tentang keanekaragaman budaya di Indonesia sebagai
salah satu ·::ujud pelestarian dan pengembangan kebudayaan.

Asdep Urusan Hubungan Antar Budaya


MASOHI DI AMBON
AMBON SEBAGAI SENTRA KEPULAUAN MALUKU

P. Ambon
•Hila

Peta kepulauan Ambon

Lokasi dan Lingkungan Alam

Ambon adalah salah satu wilayah yang terletak di belahan


Indonesi a bagian timur. Nama tersebut dapat berarti nama
sebuah kota, dan dapat juga berarti nama sebuah pulau. Secara
astronomis pulau ini terletak antara 3o 29' LS - 3o 48'LS dan
antara 1270 55' BT - 1280 21' BT dengan topografi yang
berbukit-bukit, serta tanah vulkanik yahg subur dan sebagian
tertutup hutan tropik. Adapun lua;, Pulau Ambon adalah 761 km
persegi dengan batas-batas sebagai berikut : sebelah utara
berbatasan dengan Pulau Seram, di sebelah timur dengan
Pulau-pulau Lease yang meliputi Pulau Haruku, Saparua, dan
Nusalaut. Di sebelah selatan berbatasan dengan Laut Banda,
dan di sebelah barat dengan Pulau Buru.
Pulau Ambon memiliki curah hujan 3.000 milimeter per
tahun, dengan temperatur rata-rata 26,60 Celsius. Daerah ini
dapat dikatakan subur, karena terdapat anak-anak sungai , dan
banyak sumber air tawar yang cukup untuk keperluan hidup.
Kombinasi gunung-gunung, laut, sifat tanah dan angin
menyebabkan daerah ini sangat baik untuk ditanami pohon
cengkeh dan pala.
Ambon yang berstatus kotamadya, merupakan ibu kota
Propinsi Maluku, terdiri dari dua daerah yang disebut sebagai
Leitimur dan Leihitu. Seluruh daerah Leitimur dan sebagian dari

Asdep Urusan Hubungan Antar Budaya .. ']


Leihitu bagian timur terbagi menjadi 3 kecamatan, yaitu
Kecamatan Nusaniwe, Sirimau, dan Baguala. Sementara
sebagian lain dari daerah Leihitu berada di luar Kotamadya
Ambon dan terbagi menjadi dua kecamatan, yaitu Kecamatan
Leihitu dan Kecamatan Salahutu.
Sebagai pusat pemerintahan, Kota Ambon memiliki
berbagai sarana bagi pelayanan masyarakat. Satu di antaranya
adalah transportasi. Transportasi darat memegang peranan
penting, walaupun keadaan jalan belum semua dalam kondisi
baik. Namun keadaan tersebut sudah cukup membantu
kelancaran mobilitas penduduk setiap harinya, baik dari tempat
tinggal ke pusat kota maupun dari pusat kota ke daerah
sekitarnya. Demikian juga kegiatan perekonomian masyarakat
Maluku, terutama yang terjadi di sekitar Ambon seperti Kei, dan
Kepulauan Banda juga terdapat di kota Ambon. Sarana
transportasi untuk menghubungkan pulau-pulau di wilayah
Propinsi Maluku yang terkenal dengan perintis. Kapal feri,
merupakan salah satu transportasi penyeberangan antar pulau
dan juga telah melayani pelayaran antara Ambon dengan pulau­
pulau di sekitarnya. Dengan demikian kehadirannya seolah telah
membuka isolasi antar pulau di sekitar Ambon.
Dalam kedudukannya sebagai ibukota Propinsi Maluku, kota
Ambon merupakan pusat aktifitas di Kepulauan Maluku.
Fungsinya sebagai pusat pemerintahan, pendidikan,
perdagangan dan jasa, menjadikan kota Ambon juga berperan
sebagai pusat transit bagi orang dan barang dari dan ke wilayah­
wilayah sekitar. Sejak zaman kolonial, kota Ambon dikenal cukup
strategis. Pada saat itu Ambon merupakan kota transit
perdagangan rempah-rempah dari daerah-daerah di Kepulauan
Maluku ke negara-negara Eropa. Hal ini juga ditunjukan dengan
penempatan Benteng Victoria di pantai kota Ambon oleh
Bangsa Portugis, kemudian diikuti oleh Pemerintah Hindia
Belanda dalam memfungsikannya sebagai basis untuk
keamanan Maluku dan lrian Jaya.
Dilihat dari segi ketersediaan sumber daya alam, pulau atau
kota Ambon tidak memiliki potensi yang dapat diunggulkan bagi
pengembangan daerah, namun memiliki keunggulan lain yaitu
ketersediaan infrastruktur. lnfrastruktur yang dapat diandalkan,
antara lain Pelabuhan Alam Vos Sudarso dengan berbagai
fasilitas pendukung yang memadai, serta Pelabuhan Udara
Pattimura yang bertaraf internasional. Kedua Pelabuhan ini
berfungsi sebagai Port of Entry (pelabuhan masuk) yang
berskala nasional dan internasional sekaligus berperan
sebagai pelabuhan eksport dan import. Ketersediaan infrastruktur dan
jasa pelayanan yang memadai, serta upaya-upaya peningkatan

Asdep Urusan Hubungan Antar Budaya ..


.... ' 2
,..r...:,
layanan dengan cepat, mudah dan efisien, menjadikan kota
Ambon memiliki keunggulan komparatif dibandingkan dengan
daerah-daerah lain di Propinsi Maluku. Namun saat terjadi krisis
ekonomi yang menggoncang sendi kehidupan masyarakat,
bangsa dan negara pada bulan Mei 1998, kondisi ini sangat
dirasakan oleh masyarakat di kota Ambon dan Maluku, terutama
di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, dan keamanan.
Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi pada tahun-tahun
sebelumnya dibanding pertumbuhan yang sama di tingkat
nasional, secara mendadak menurun menjadi minus. Kini,
kondisi kota Ambon telah semakin membaik, penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan mulai ditata kembali. Dengan
demikian perkembangan sejarah kota ini merupakan garis
penghubung yang naik turun sejalan dengan dinamika
masyarakat yang ada di kota Ambon.

Penduduk
Di antara berbagai kelompok penduduk yang mendiami
Pulau Ambon, terdapat kelompok komunitas yang dikategorikan
sebagai penduduk asli Ambon. Sumber sejarah yang tertulis
dalam Hikayat Tanah Hitu, menginformasikan bahwa penduduk
asli Ambon adalah orang Arafuru (Alifuru) yang datang dari
Pegunungan Paunussa di Pulau Seram dan tiba di pantai Hitu.
lnilah gelombang pertama penduduk yang mendiami Pulau
Ambon.
Adapun nama orang Ambon itu amat terkenal, sehingga
orang yang mendiami Kepulauan Maluku itu sering disebut oleh
orang luar sebagai "Orang Ambon", padahal di Maluku itu cukup
banyak kelompok lain dengan nama tersendiri. Masing-masing
kelompok itu menunjukkan variasi budaya, yang tersebar dalam
kawasan yang sering disebut daerah "seribu pulau".
Orang Ambon selain menggunakan bahasa Indonesia juga
menggunakan bahasa daerah yang sesuai dengan identitas
daerahnya, yaitu bahasa Ambon. Bahasa Ambon digunakan
oleh orang-orang di Pulau Ambon, Seram, dan Lease. Bahasa ini
merupakan salah satu dari 10 bahasa terbesar penuturannya,
yang termasuk kelompok bahasa yang disebut bahasa Siwalima.
· Bahasa Siwalima ialah bahasa penduduk daerah seribu pulau,
atau bahasa yang dipakai oleh penduduk daerah Maluku.
Penduduk Kotamadya (Kota) Ambon yang pada sensus
penduduk tahun 1 998 mencapai 333. 778 jiwa, terdiri atas
189. 903 laki-laki dan 143 .875 perempuan. Penduduk Kota
Ambon tergolong hiterogen, artinya dari seluruh penduduk yang
ada, mayoritas beragama Kristen Protestan (53 ,5% ) dan
sejumlah penduduk beragama lain, seperti penduduk yang ber-

Asdep Urusan Hubungan Antar Budaya . 3



Gotong royong memindahkan rumah

agama Islam sebanyak 4 1 % , Katolik sebanyak 5,26 % , Hindu


sebanyak 0,09 % , dan yang beragama Budha sebanyak 0,05 % .
Selain itu penduduknya terdiri atas berbagai suku bangsa
baik yang datang dari wilayah Maluku seperti Saparua, Haruku,
Seram, Maluku Utara, dan Maluku Tenggara, maupun yang
berasal dari luar Kepulauan Maluku seperti Jawa, Bugis, Toraja,
Manado, Padang, Flores, Batak, Pontianak, Cina, dan A-rab.

Pola Permukiman
Pola permukiman di Kota Ambon terlihat mengelompok.
Selain itu, adanya pemisahan permukiman antar etnis, antar
agama, dan antar suku bangsa yang memang terjadi sejak
dahulu kala. Permukiman penduduk Cina merupakan kampung
yang terpisah secara eksklusif dan sekaligus sebagai pusat
perniagaan karena terletak dekat dengan pelabuhan. Tempat
tinggal penduduk pribumi berkelompok menurut agama yang
dianut, kadang juga berkelompok menurut asal suku bangsanya
sehingga dapat dibedakan antara permukiman yang mayoritas
Kristen dan permukiman yang mayoritas Islam, atau permukiman
orang Buton dan permukiman orang Maluku.
Permukiman penduduk yang mayori tas beragama Islam
antara lain Kampung Batumerah, dan Kampung Waehong.
Sementara itu permukiman penduduk yang mayoritas beragama
Kristen antara lain: Kampung Halong Mardika, Belakang Soya,
Batu Gajah, dan Batu Gantong. Selain kampung-kampung
tersebut penduduk tinggal menyebar di kampung lainnya tidak
secara berkelompok.

Asdep Urusan Hubungan Antar Budaya 4


Ciri yang membedakan antara kampung Kristen dengan
kampung Islam adalah jarak rumah. Biasanya antara rumah­
rumah di kampung penduduk yang beragama Kristen memiliki
jarak yang agak berjauhan, sedangkan jarak antar rumah
penduduk yang beragama Islam berdekatan satu sama lain. Hal
ini merupakan akibat dari politik devide et impera pada zaman
penjajahan Belanda, yang menginginkan adanya perpecahan di
antara masyarakat.
Masyarakat yang tinggal di daerah pusat kota kebanyakan
adalah kelompok pengusaha besar seperti pedagang,
pengusaha hotel atau bioskop, dan kontraktor, yang merupakan
warga negara Indonesia keturunan Arab atau Cina. Mereka ini
adalah kelompok masyarakat golongan atas. Ada juga
masyarakat golongan bawah yang tinggal di pusat kota, antara
lain pedagang kaki lima, tukang dan bakul,. calo, serta tukang
becak. Mereka ini pada umumnya mengontrak rumah secara
bersama-sama. Adapun masyarakat yang berada pada golongan
menengah menempati permukiman di pinggir kota. Sebagian
besar terdiri atas pegawai negeri sipil, ABRI, pengusaha
menengah, dan pengusaha kecil.

Mata Pencaharian
Penduduk kota Ambon sebagian besar bekerja dalam bida­
ng jasa kemasyarakatan, antara lain pegawai Pemda, perawat,
dokter, dosen, guru, bidan, pramuwisata, dan sopir. Selain itu
ada juga penduduk yang nienjadi pedagang, pekerja di pabrik,
sektor bangunan, dan lain-lain.
Berlainan halnya dengan masyarakat yang mendiami kota
Ambon, masyarakat daerah pedesaan Pulau Ambon
kehidupannya sangatlah tergantung dari kemampuan dan
ketrampilan mengolah dan memanfaatkan lingkungan alam
sekitar. Bagi masyarakat pedesaan, sistem mata pencaharian
hidup mereka terutama pada usaha pertanian. Jenis tanaman
bahan makanan yang diusahakan antara lain ubi kayu, ubi jalar
dan jenis umbi-umbian lainnya. Pada umumnya hasil tanaman
tersebut untuk memenuhi kebutuhan sendiri, selebihnya barulah
dipasarkan di kota Ambon. Penanaman bahan makanan
tersebut, lebih banyak dilakukan oleh suku Buton yang tersebar
hampir diseluruh Pulau Ambon.
Selain tanaman bahan makanan, hutan-hutan dalam
petuanan desa juga ditanami dengan berbagai jenis tanaman
buah-buahan seperti langsat, salak, durian, rambutan, jeruk,
nanas, pisang, manggis dan sebagainya. Hasil tanaman buah­
buahan tersebut pada umumnya dipasarkan di kota Ambon.

Asdep Urusan Hubungan Antar Budaya 5


Bag i masyarakat desa pantai, selain bertan i mereka j uga
aktif dalam usaha sumber daya laut. Seluruh perai ran pulau
Ambon memang merupakan sentra hasil laut. Ada 3 buah desa
nelayan yang terpenting di Pulau Ambon , antara lain Desa Hitu,
Desa Tu lehu, dan Desa Galala. Men u rut perki raaan 10% dari
pen d u d u k p u l au Am bon adalah n e l ayan dan terbag i atas:
n e l ayan tetap (5% ) , n e l ayan musi man (3% ) , dan n e l ayan
sambi lan (2% ). U saha nelayan ini ada yang di laku kan secara
perseorang an , ada j ug a dalam bentuk koperasi peri kan an.
Adapun jen is-jen is ikan yang ditang kap tidak berbeda deng an
daerah lainnya di Maluku, seperti i kan cakalang/ tuna, tong kol ,
selar, layang , kembung , julung , lemuru , dan udang . Selanjutnya
i kan -i kan tersebut ada yang dijual lang sung kepada konsumen ,
pabrik dalam bentuk in dustri kecil maupun pabrik peng aleng an
i kan .

Keadaan Sosial Budaya


Masyarakat Ambon , baik pendatang maupun penduduk asli
meng embang kan bentuk kerja sama dalam hal gotong royong
atau " masoh i" yang bersif at tolong menolong. Keg iatan tolong
men olong sudah merupakan suatu pola umum. Hubung an antar
warg a atau kelompok dalam masyarakat amat jelas kelih atan
pada waktu terten t u atau pada saat terjadin ya peri sti wa
kematian , perkawin an , men d i ri kan rumah, memung ut hasi l
panen , pelantikan pemerintah desa, bersih desa, dan peristiwa
lainnya. Pada keg iatan in i , setiap angg otanya tidak terikat pada
s u ku , ag a m a , dan tem pat t ingg a l . Sesama warg a desa
melibatkan diri secara aktif tan pa pamrih.
Apa yang d i ke m u ka kan di atas mas i h n a m pak pada
sebag ian masyarakat pedesaan di wilayah Maluku, khususnya di
Ambon dan Seram. Di samping itu ada keg iatan l� in yang khusus
berg e rak dalam bidang keag amaan atau etn is. Biasanya yang
berg e rak dalam bidang keag amaan di lakukan dalam bentuk
i badah bersama, sedang kan yang bersifat etn is, ditunjukkan
deng an p e m ben tu kan perm u k i man dalam etn i s te rten tu.
Hubung an sosial dalam perkampung an in i sangat kuat, terutama
apabila ada anggota permuki man yang disakiti oleh anggota
permukiman lain.
Adapun si stem kekerabatan yang berlaku secara umum
pada masyarakat Am bon adalah yang berdasarkan hubung an
patri l in e a l , yang di i kuti deng an pola men etap pat r i l okal
( Koen tj a ran ing rat 1985: 17 0). Un it terkec i l dalam s i stem
kekerabatan in i adalah keluarga batih yang terdiri atas ayah, ibu,
dan an ak- an ak. N amun kesatuan kekerabatan sel ain keluarga

Asdep Urusan Hubungan Antar Budaya 6


Gotong royong membuat jalan

in ti jug a be rpe ran pen ting dalam meng isi ge rak ke hidu pan
se lu ru h keg i atan masyarakat yang be rtalian deng an adat
sete mpat.
Siste m ke ke rabatan be rdasarkan hu bung an patriline al yang
le bih be sar dari ke lu arga batih adalah mataru mah atau f am.
Mataru mah me ru pakan ke satu an dari laki- laki dan pe re mpu an
yang be lu m kawin dan para istri dari laki- laki yang te lah kawin .
Mataru mah in i pen t ing dala m hal meng atu r pe rkawin an
warganya se cara e ksog ami. Pada masyarakat Ambon jug a
dikenal kesatu an ke ke rabatan yang be rsifat biline al, yaitu famili.
Famili in i me ru pakan kesatu an ke ke rabatan di se ke liling in div idu
yang te rd i r i dari yang masih hidu p dari mataru m ah as l i .
Walau pun me re ka me mil iki hu bung an be rdasarkan patriline al,
tetapi me re ka jug a tetap me miliki hubungan yang akrab deng an
ke lu arga pihak ibu .
Ben tu k ke ke rabatan lainnya yang be rsifat in fo rmal dan jug a
te rdapat dalam masyarakat Am bon adalah org an isasi pe la.
O rgan isasi in i te rbentu k karen a pe rsahabatan antar warga yang
ber dasarkan adat. Anggota dari organ isasi in i me miliki be rbagai
ke waj i ban satu sama lain , te tapi dapat jug a meng harapkan
bantu an spontan dari sesama anggota apabila dalam ke adaan
ba haya atau ke su sahan. Se ring ka l i angg ota pe l a tidak
me mandang pe rbed aan ag ama, diman a de sa- de sa yang
warganya Nasran i be rg abung deng an de sa-desa yang warganya
pe me lu k ag ama Islam. ltu lah sebabnya me re ka secara be rsama­
sama me mbangun atau me mpe rbaiki te mpat ibadah se pe rti
ge reja dan me sjid. Hal itu se su ai deng an kod rat manu sia yang

Asdep Urusan Hubungan Antar Budaya 7


tidak akan mung kin mampu memen u h i semua kebutuhannya
tan pa memerlukan bantuan orang lain .

MASOHI MASA LALU

Di Maluku , khususnya Kotamadya Ambon tradisi kehidu pan


gotong royong di kenal deng an isti lah Masohi. Masohi adalah
sebuah tata n il ai yang sejak dahulu telah melekat dan menjadi
bag ian dari kebudayaan dan peradaban orang Ambon yang
tinggal di Maluku. Masohi mengandung arti sejarah dan budaya
ketika masyarakat Mal uku khususnya orang Ambon melakukan
berbag a i keg i atan seperti patah ceng kih, pukul sag u, kerja
negeri, membang un gedung gereja atau mesjid. Prof. Dr. Leirissa
Z, dalam Tifa ( 1996 : 16) meng atakan bahwa Masohi merupakan
bentuk kerja sama tan pa pamrih (suke rela) yang hidup dan
berkembang di sepanjang kehidupan orang Ambon . Deng an kata
lain masohi meru pakan perwujudan dari rasa cinta kasih dan
rasa sukarela.
Masohi masa lalu orang Ambon tidak meng enal perbedaan
an tara sistem tolong menolong deng an gotong royong (kerja
bakti). Semua masohi yang dilakukan mereka diangg ap sebagai
suatu aktiv itas untuk d i ri sen d i ri, kelompok, dan masyarakat
baik itu aktiv itas tolong menolong ataupun gotong royong (kerja
bakti).
O rang Am bon sej ak zaman dahulu hidu p secara ber­
kelompok pada suatu lokasi tertentu. Mereka in i men amakan
di rin ya satu Soa atau Uku (kampung). Masyarakat satu Uku
meng anggap di rinya sebagai keturunan- keturun an yang berasal
dari satu leluhur. Mereka juga meng an ut kepercayaan yang
sama. Semua pekerjaan yang dilakukan masyarakat satu U ku ,
baik untuk kepenting an uku, kelompok, ag ama, suku dan pribadi
diangg ap meru pakan kepentingan bersama.
Masohi masa lalu pada orang Ambon diikat oleh dua unsu r
yaitu ( 1 ) kepe rcayaan dan (2 ) hubung an kel u arg a. Dal am
kepercayaan asli mereka, ada anggapan bahwa masyarakat satu
Uku berasal dari lelu h u r yang sama. Masyarakat satu U ku
memiliki N itu yang diangg ap sebagai pelindung . Kepercayaan in i
meng andung n ilai yang kuat dalam men unjang semang at gotong
royong warg a satu U ku. Dal am hubung an kelu arga orang
Ambon mengen al beberapa istilah kekerabatan yaitu Lumatau,
Tauli, dan Malameit. Lumatau adalah sekelompok orang yang
teri kat dalam i katan kekerabatan yang dihitung menurut garis
ayah (patrilineal ) . Tauli adalah sekelompok orang yang terdiri
atas keluarga inti pihak suami, ibu, dan saudara-saudaran ya
deng an keluarga in ti pihak istri. Malameit adalah sekelompok

Asdep Urusan Hubungan Antar Budaya 8


orang yang terdiri atas keluarga in ti pihak istri deng an keluarga
inti pihak suami.
Aktiv itasn ya masohi berawal dari sebuah kerja sama yang
angg ota berasal dari satu Mata Rumah. Sebuah mata rumah
mengg ambarkan ikatan kekeluargaan yang masih terikat deng an
hubung an darah dan hubung an pe rkawin an. Pelaksan aan
sebuah masohi terg antung pada bentuk keg iatan yang akan
dikerjakan . Biasanya diawali deng an musyawarah bersama antar
angg ota maso h i . Sebe l u m mu syawarah di laku kan, d i m u l ai
dengan " membuat mau- mau" yaitu upacara adat untuk memohon
kepada Tu han Yang Maha E sa ag ar direstui pekerjaan yang
akan dilakukan . U pacara dibuka deng an doa bersama sesuai
deng an kepercayaan yang mereka an ut. Kemudian dilanjutkan
dengan menentukan pembag ian tugas kerja, waktu pelaksan aan ,
dan penangg ung jawab.
Ada beberapa bentuk masohi yang di lakukan orang Ambon
masa lalu ya itu masohi dalam (1) bidang mata pencarian hidup
seperti hasil panen , membuat kebun baru , peng ambilan sag u ,
dan nelayan; (2) bidang kepentingan umum seperti membang un
rumah , dan membersih kan neg eri; (3 ) bidang sekitar rumah
tangg a seperti upacara kematian dan upacara perkawin an; (4)
bidang kepercayaan seperti membersih kan kubu ran dan tempat­
tempat keramat. Selanjutnya uraian sing kat dari masing-masing
masohi.
1 . Masohi hasil panen
Masohi hasil pan en adalah keg i atan tol ong menolong
dalam b idang pekerjaan bercocok tan a m yang di lakukan
orang Ambon bai k di kebun, di ladang , mau pun di sawah.
Seperti diketah u i bahwa pekerj aan bercocok tanam sudah
d i laku kan sejak d a h u l u kala oleh n en e k moyang orang
Ambon. Sampai sekarang in i pun pekerj aan bercocok tan am
masih terus d i l a k u kan o l e h orang Ambon. Pekerj aan
bercocok tan am in i selain meru pakan warisan, memang cocok
di laku kan orang Am bon karen a sang at didukung oleh masih
banyaknya tan ah tersed ia tersedia yang un tuk diu sahakan
menjadi lahan pertan ian . Selain itu hampir semua keluarga
orang Ambon rata- rata memiliki banyak tan ah. Tan ah-tanah
tersebut ada yang sudah dijadi kan lahan pertan ian deng an
diberi tan aman palawija dan sayur- sayu ran tetapi tidak sedikit
p u l a yang d i biarkan kosong tan pa d i beri tan aman sama
sekal i . Sehingg a tan a h tersebut d i t u m b u h i lalang dan
tan aman liar. Sementara tan ah yang dijadikan lahan pertan ian
secara rutin dikerjakan orang Ambon di samping pekerj aan
lain yang mereka lakukan.

Asdep Urusan Hubungan Antar Budaya 9


Sebag ai mata pencaharian, pekerjaan bercocok tanam
di laku kan orang Ambon baik di kebu n, di ladang , maupun di
sawah. Pe kerjaan ini mereka laku kan dalam ke h idupan
sehari- harinya. Letak kebun orang Ambon pada umumnya
dekat deng an rumah tem pat tingg al mereka. Kebun yang
paling dekat dengan rumah adalah berada di sekeliling rumah
tempat tingg al. Kebun akan terlihat mengeliling i rumah dengan
berbag ai tanaman sepert i kelapa dan say u r- sayu ran .
Sementara kebun yang letaknya ag ak berjau han dari rumah
adalah kebun yang diberi tanaman sejenis misalnya cabai dan
ceng keh. Berbeda dengan kebun, letak ladang atau sawah
relatif jauh dari rumah tempat tingg al. Ada ladang atau sawah
yang jaraknya dari rumah sekitar 3 ki lometer. Ada pula yang
mencapai 6 kilometer bahkan lebih jauh lag i. Untuk jarak yang
cukup jauh ini, biasanya di sekitar ladang atau sawah dibangun
rumah- ru mah yang keci l . Di samping rumah- rumah tersebut,
orang Ambon jug a sering membuat pondok- pondok kecil
terutama di sekitar kawasan perladang an. Pondok- pondok
keci l ini dig u nakan orang Ambon untuk tempat beri stirahat
atau berteduh di saat hujan, selama bekerja di
ladang atau di sawah.
Pada zaman dahulu pekerjaan bercocok tanam baik di
kebun, di l adang , atau di sawah oleh orang Ambon tidak
dilakukan secara send i ri- sendiri melai nkan di lakukan secara
bersama- sama. Pekerjaan bercocok tanam dilakukan dengan
berg otong royong yang mereka sebu t sebag ai masoh i .
Berg otong royong d i keb u n dalam h a l i n i m e l i batkan
anggota kelu arga dekat yaitu bapak, ibu dan anak- anaknya
serta sanak saudara yang tinggal dalam satu rumah. Sedang kan
bercocok tanam di ladang atau di sawah meli batkan banyak
orang yang masih terhitung ke luarga. O rang-orang tersebut
ada yang berasal dari keluarga yang masih terikat hubungan
darah atau hubungan perkawinan yang dikenal dengan istilah
Mata rumah
Biasanya mata rumah merupakan ku mpu lan dari bebe­
rapa L u mata u , Ta u l i , dan Malameit. Ketig a kelompok
kekerabatan ini biasanya berdiam di satu tempat yang saling
berdekatan. Kelompok ini terhitung kecil karena hanya terdiri
atas beberapa keluarga batih dan keluarg a luas. Pada desa
tertentu , seperti desa H itu, di Kecamatan L eihitu di Maluku,
mata rumah disebut dengan Soa. Ada beberapa Soa di tempat
ini misal nya Soa H itu , Soa Tomu, Soa N usal unul, dan Soa -
Meseng. Masing- masing Soa dengan anggotanya melakukan
pekerjaan bersama di° ladang atau di sawah.

Asdep Urusan Hubungan Antar Budaya 10


A p a b i l a akan m e m u l a i pe kerj aa n b e rcocok t a n a m d i
ladang atau di sawah biasanya anggota Soa diberitahu sehari
sebelumnya melalui sebuah u ndang an yang diucapkan secara
langsung . Tujuan pemberitahuan ini adalah ag ar anggota Soa
berku mpul dan membicarakan keg iatan yang akan dilaku kan.
Keesokan harinya seluruh anggota Soa datang ke rumah yang
meng u ndang . Selain untuk berku mpul angg ota-angg ota Soa
j ug a selalu m eng adakan m usyawarah . Dalam m usyawarah
ditentu kan h a l- h al seperti p e m bag i an t ug as kerj a , waktu
pelaksanaan, penangg u ng jawab, dan tug as-tug as l ai n nya.
Setelah sel u r u h angg ota Soa berku m p u l, d i awal i deng an
melaksanakan u pacara-u pacara adat o rang A m b o n yang
dikenal deng an u pacara Mau- mau. Yang melaku kan upacara
mau-mau ini ialah orang yang diangg ap lebih tua atau tua adat
dalam satu kelompok Soa. Dalam u p acara i n i , d i ucapkan
m antera- m a ntera yang b e rtuj u a n m e m i nta p e rl i n d u ng an
kepada N itu ag ar d alam bekerja tidak mend apat ham batan
dan h a s i l panen nanti nya d i peroleh d e ng an b e rl i m p a h.
Setelah pembacaan doa maka d i l anj utkan deng an makan
bersama. Selesai makan bersama kemud ian d i laksanakan
pembag ian tug as. Kelompok laki- laki bertug as m encang ku l ,
mem balikkan dan m e ratakan tanah . Sedang kan kelompok
pere m p u an bertug as m e m b e rs i h kan lahan dan menanam
tanaman. Apabila satu l ahan telah selesai d i bers i h kan m aka
kelompok Soa akan berpindah ke lahan berikutnya. Demikian
seterusnya h i ngg a s e l u r u h lahan angg ota Soa selesai
dibersihkan.
Setiap a ngg ota S o a yang t e r l i bat d a l a m p e k e rj a a n
bercocok tanam ini deng an s ukarela menolong keluarg a yang
m asih terhitung kerabatnya. Tolong menolong i n i di laku kan
secara berg antian . Apabila telah tiba waktu panen, masing­
masing angg ota Soa memberikan hasil ladang atau sawahnya.
H asil-hasil tersebut d i k u m p u l kan. Peng u m p u lan hasil panen
dilakukan di satu tempat atau l u mbung . Setelah sel u ruh hasil
panen terkumpul maka h asil panen tersebut dibag i-bag i kan
kepada anggota Soa. M asing -masing angg ota Soa menerima
h asil panen sesuai p e m b ag i a n yang s u d a h d i at u r o l e h
kelompok ini.

2. Masohi membuat kebun baru


Bag ian lain d ari masohi bidang m ata pencaharian h i d u p
adalah masohi m e m bu at k e b u n baru. S a m a seperti masohi
hasil panen, semingg u sebelumnya atau paling lambat sehari
sebelu m pelaksanaan m asohi membuat kebu n baru diad akan
u pacara adat mau-mau. B i asanya kepala adat melihat d u l u

Asdep Urusan Hubungan Antar Budaya 11


daerah yang akan dijadi kan kebun baru . Sesudah itu kepala
adat masuk ke teng ah-teng ah daerah yang akan dijadi kan
kebun baru . Kepala adat lalu membersihkan rumput- rumput
yang tumbuh di sekitar daerah yang akan dijadikan kebun baru
deng an luas sekitar 2 x 3 meter sebag ai dasar permulaan
pekerjaan. Hal in i diken al deng an istilah taru tampa tang an
artin ya meletakkan tempat tang an . Makn anya adalah kepala
adat adalah o rang yang pertama- tama harus m e m u l ai
pekerjaan itu. Biasanya dalam melaku kan pekerjaan membuat
kebun baru in i dibacakan mantera- mantera yang dalam istilah
orang Ambon d i sebut Alaman a atau Pasawari. Mante ra­
mantera yang diucapkan meng andung permin taan kepada roh­
roh para datuk- datuk atau di ken al deng an i stilah tete bapa,
n en e moyang. Tuj uan di ucapkan mantera- man tera tersebut
adalah ag ar mereka mendapat perlin dung an dari marabahaya.
Di samping itu un t u k m e m in ta kesu b u ran dan hasil yang
mel impah dari kebun tersebut.
Keesokan h arin ya sete lah matahari terbit, orang-orang
datang dan berku mpul sambil membawa peralatannya masing­
masing. Kaum laki- l aki dewasa mem bawa g o l o k dan
cang k u l sedang kan an ak laki- l aki ikut mem ban t u orang
tuan ya. Semen tara itu kaum pere mpuan baik itu dewasa
maupun an ak- an ak membawa n asi dan lauk pauk untuk bekal
makan siang. Setelah semuanya berkumpul, maka rombong an
berang kat men uju daerah yang akan dijadi kan kebun baru .
Sesampain ya di tempat tujuan masing- masing orang bekerja
sesuai deng an pembag i an kerja. Apabila pekerjaan fll embuat
kebun baru tidak dapat diselesai kan dalam satu hari maka
bi asanya orang- orang akan berembuk lag i un tuk men cari
waktu yang tepat g un a men yelesai kan pekerjaan tersebut.
Setelah memperoleh kesepakatan masing-masing orang akan
datang lagi pada hari yang sudah disepakati.

3 . Masohi peng ambilan sag u


Masohi peng ambilan sag u j ug a merupakan bag ian dari
bidang mata pen caharian h i d u p orang Am bon. Wal aupun
orang Am bon yang tingg al d i Maluku sej ak dah u l u su dah
men an a m padi, makan an pokok mereka masih tetap sag u.
Sag u diangg ap orang Ambon dar i dahulu h in gga sekarang in i
merupakan su mber karbohid rat yang utama sehingg a menjadi
bahan makan an sehari- harin ya. Alasan mereka lainnya adalah
bahwa pohon sag u tidak perlu ditan am karen a alam Maluku
yang sebag i an berawa- rawa telah men yed iakan sag u yang
tidak terbilang banyaknya. Pohon sag u yang berumur 6 sampai
15 tahun sudah dapat diolah dan meng hasil kan sag u . Tepung

Asdep Urusan Hubungan Antar Budaya . 12


yang dihasilkan dari satu pohon sagu yang dikerjakan oleh dua
orang dalam tempo dua atau tig a hari, dapat memberi makan
kepada satu kelu a rg a yang berangg otakan en am sam pai
delapan orang selama satu bu lan .
Keg i atan m asoh i peng ambilan sagu d i awali deng an
melaksakan u p acara adat m au- m au . Dalam u p acara in i
m el i batkan kelo m po k-kelompok kera bat orang A m b on .
Masing - m asing kelompok kerabat tersebu t berku m pu l d i
ru m a h kelu a rg a yang b e rn i at akan m e m an en s agun ya.
Mereka yang had i r akan membentu k satu rombong an . Satu
rombong an biasanya berju mlah en am sampai delapan orang
yang semu an ya berjen is kelamin laki-laki. Apabila su dah
diten tu kan hari peng ambilan sagu rombong an akan berku m pu l
dan selanjutnya melaku kan doa secara sing kat memohon
kekuatan kepada N itu . Selesai melaku kan doa, rombong an
mu lai bekerja. Peng ambi lan sagu dilaku kan pada pohon sagu
yang su dah beru mu r sekitar 6 sampai 15 tahun . Pohon sagu
seperti in i su dah diangg ap tu a d an ban yak m eng hasilkan
tepung. Pe m i l i k pohon sagu su dah m e m be ritahu kan lebih
dahu lu kira- ki ra pohon -pohon sagu mana yang sudah layak
un tu k d i a m b i l s agun y a . P e k e rj a an p eng a m b i l an s agu
bi asan ya dilaku kan tidak terlalu lama h an ya satu atau du a
hari saja. Apabi la keg iatan peng ambilan sagu sud ah selesai
pada satu tem pat akan d i l anju tkan kemu d i an pada tem pat
yang lain dengan cara kerja yang sama.

4. Masohi Nelayan
Seperti yang su dah dipaparkan pada bag ian sebelu mnya
bahwa kepu lau an Malu ku d i ke1i l ing i oleh lautan . P ingg i ran
lautan mem bentu k pantai yang meru pakan w i l ayah tem pat
tingg al sebag ian dari pen du du k M alu ku . O rang A mbon adalah
termasu k su ku bq.ngsa yang men diami wilayah pingg ir pan tai.
Mereka itu adalah pen dudu k desa H itu di Kecamatan L ei hitu
di Propin si Malu ku deng an mata pen caharian sebag ai n elayan .
Kehidu pan masyarakat desa H itu in i relatif makmu r diban­
ding kan desa-desa lainn ya yang ada di propin s i M alu ku .
Kemakmu ran masyarakat desa Hitu tidak h an ya d idu kung
karen a mereka bekerja sebag ai n elayan . Akan tetapi sebag ian
besar pen dudu k desa H itu jug a bertan i sebag ai pekerjaan
samping an mereka. Dalam bertan i , mereka men anam ceng keh
d an pala yang d i p an en setahun atau du a tahun sekal i .
M aso h i n e l ayan termasu k bag i an d ari b i d ang m ata
pen carian hidu p. Masohi n e l ayan in i lebih m eng khu su skan
kepada keg iatan pen ang kapan ikan di laut. Pen ang kapan i kan
di lau t ada yang dilaku kan secara berkelompok dan ada jug a

Asdep Urusan Hubungan Antar Budaya 13


secara in d iv idual. Pen ang kapan ikan d i laut yang dilaku kan
secara berke l o m po k m e l i batkan kelompok kerabat orang
A m b on. M as in g - m as ing k e l o m p o k in i b e k e rj a s e b ag a i
k e l o m p o k p e k e rj a. Un tu k keg i atan p en ang kapan i k an
dilaku kan oleh kaum laki-laki sedang kan untuk penjualan i kan
lebih ban yak dilaku kan kelompo k perempuan terutama kaum
i bu. Berbeda deng an pen ang kapan i kan secara in d iv idual,
h an ya mel ibatkan satu atau lebi h anggota satu keluarg a saja
tan pa meng i kutsertakan orang di luar keluarg anya.
Dalam pen ang kapan i kan secara berkelompok biasanya
s e be l u m t u r un ke l a u t , k e l o m p o k kerabat yang te r l i bat
b e r k u m p u l un t u k m en g a d a k an m u s y aw a r a h . D a l a m
m u syawarah diadakan pem bag i an tug as masing- m asing.
Keg i atan m as o h i n e l ayan diawali deng an melaksan akan
u pacara adat mau-mau. Sehari setelah meng adakan u pacara,
rom bong an pekerj a bersiap-siap un t u k tu run ke laut. Hasil
yang mereka peroleh beru pa i kan akan dibag i-bag ikan kepada
setiap orang yang tu rut terlibat dalam keg iatan pen ang kapan
i kan.
Dal am kehidu pan para n elayan Ambon , mereka meng en al
d u a m acam upacara adat yaitu upacara Tu run Perahu Baru
dan u pacara Tu run Jaring Baru. U pacara Turun Perahu Baru
d i l a k u kan di atas p e ra h u , di p ingg i r pan t a i . U pacara in i
di pi m p in o l e h seorang tokoh ag ama, m isaln ya I mam untuk
m e re ka yang berag am a I s lam d an P en d eta un t u k yang
berag am a Kristen . Pada pelaksan aan u pacara in i dihad i ri
seju m lah undang an yang terdiri atas delapan hingg a dua pul u h
o rang . J u m l a h yang d i un d ang b e rg an tung kepada besar
keciln ya perahu . Semakin besar perahu maka semakin banyak
p ul a yang d i un dang. Sebal i kn ya semakin kecil perahu maka
semakin sedi kit yang diundang . Pada pelaksan aan upacara in i
d i se d i akan m akan an d an m in u m an o l e h p e m i l i k perahu.
U pacara Tu run J aring Baru h a m p i r sama deng an upacara
Turun P e ra h u B a r u , h an ya tem p at pelaksan aan u p acara
dilakukan di rumah pemilik jaring .

5. M asohi membang un rumah


M as o h i dalam bidang kepen ting an u m u m yang ban yak
d i lakukan pen d u d u k orang A mbon ada dua yaitu (1) masohi
m e m bang un rumah d an (2 ) maso h i m e m bersih kan n eg eri.
M e mbang un rumah pada orang Ambon m asa lalu tidak sama
deng an m e m bang un r u m a h m as a sekarang . M e m bang un
rumah pada orang Am bon masa lalu dilaku kan deng an cara
berg otong royong yang m e reka sebut M as o h i . Berg otong
royong dalam hal in i meli batkan san a k saudara dan tetangg a

'
Asdep Urusan Hubungan Antar Budaya _. I 14
.. .
yang berdiam di sekitar rumah yang akan dibang u n . Pada
masa lalu , bang u nan rumah pend u d u k lebih sederhana
d i ba n d i ng kan deng an bang u nan r u m a h seka rang i n i.
Sementara itu bahan yang dig unakan jug a pada umu mnya
diambil dari sekitar lingkungan tempat tingg al mereka seperti
pasir dari laut dan kayu dari hutan.
Masohi membang u n rumah meli batkan banyak orang
terutama yang masih terhitung kelompok kerabat. Masing­
masing kelompok ini bertugas sesuai dengan pembag ian tug as
yang dipimpin U k u . Sebelum sebuah rumah d i bang u n ,
biasanya diadakan pertemuan lebih dah u l u di had i ri oleh
angg ota kerabat dan tetangg a sekitar. Tuj uan diadakan
pertemuan terse but adalah u n t u k peng e rahan tenag a .
Pengerahan tenaga lang sung dipimpin kepala Uku melal u i
petug asnya yang meng undang para anggota kerabat. Setelah
seluruh angg ota kerabat berku mpul maka pim pinan Uku
memberitahukan maksud dan tujuan pertemuan dan sekalig us
membag i tug as masing-masing . Dalam pertemuan tersebut
juga dilakukan upacara adat mau-mau, meminta perlindungan
kepada N itu ag ar selama proses pembang u nan rumah tidak
mendapat gangg uan dan dapat menyelesaikannya tepat waktu
Pekerjaan membang un rumah menjadi tugas dari masing­
masing kelompok kerabat. M isalnya L u matau A menangg ung
atau menyiapkan tiang sebelah barat dua buah , L u matau B
menangg ung tig a puluh lembar atap rumbia, dan L umatau C
menyiapkan tiang sebelah timur dua buah, sampai seterusnya
sehingg a semua pembang u nan rumah tersebut terpenuhi.
Masing-masing L umatau ini berkewajiban untuk mengerjakan
semua yang ditangg ung itu sampai dengan pemasangannya.
Selama pekerjaan membang u n r u mah dilakukan maka pihak
keluarg a yang membang un rumah menangg ung makanan
dan minuman para pekerja.
Di negeri R u mahtig a misal nya, para kelompok kerabat
yang terlibat dalam masohi membang un rumah merasa dirinya
sebagai suatu kelompok primer dimana hubungan satu dengan
yang lain berlang sung dalam f rekuensi yang cukup tingg i.
Sem ang at masohi dilaku kan deng a n spontanitas t i ngg i
d i bawah pimpinan U k u . Selanjutnya d i R u mahtig a j ug a
terdapat s u atu n o r m a dalam adat t o l o ng m e n o l o ng
membang u n rumah yaitu pantang bag i seseorang untuk
melewati suatu tempat yang sedang melaksanakan aktiv itas
masohi tanpa ia turut ambil bag i an (turut mem bantu)
sed i k itpu n . Seseo rang yang b e r b u at d e m i k i a n a kan
dicemohkan dan diangg ap sebagai orang yang tidak bermoral
dan tindakan nya akan menjadi buah bibir masayarakat.

Asdep Urusan Hubungan Antar 1'utfaya 15


6. Masohi membersihkan neg er i/ wilayah.
S a m a s e p e rt i m a so h i m e m bang u n r u m ah, masoh i
members i h kan neg e r i/ wi layah j ug a di lakukan deng an c ara
berg otong royong . Menurut orang Ambon , neg e r i/ wilayah
adalah tempat yang diangg ap suc i dihuni oleh mah luk- mah luk
h a l u s s e perti N i t u A m a n dan N it u L u m atau. Dalam
kepercayaan orang Ambon kedua N itu ini menempati neg er i/
wilayah yang j ug a meru pakan bag ian dari tempat tingg al
manusia. N eg eri/ wilayah tersebut antara lain halaman, r umah,
dan tempat-tempat yang diangg ap suci.
Membersihkan negeri/ wilayah menu rut orang Ambon juga
meru pakan hari uc apan syukur atas seg ala ber kat yang
mereka terima. O leh sebab itu membersihkan negeri/ wilayah
di lakukan menjelang hari- hari besar seperti hari kemerdekaan
dan tutup tahun. Membersihkan neg eri/ wilayah menjelang hari
kemerdekaan dilaksanakan secara serentak di seluruh wilayah
tempat tinggal penduduk. Penentuan hari untuk melaksanakan
pembersi h kan neg e ri/ wilayah di laku kan oleh ketua adat
bersama anggota masyarakat yang tergabung dalam kelompok
kerabat. Keg iatan ini biasanya dilakukan dengan c ara ber­
m usyawarah. Pada hari yang sudah disepakati bersama,
sel u r u h angg ota bekerja deng an c ara berg otong royong
mem bersihkan sel u ruh tempat-tem pat yang diangg ap kotor
dan patut dibersihkan.
Seme ntara itu me mbersi h kan neg er i/ wilayah menjelang
tutu p tah u n m i s a l nya d i l aksanakan se m i ngg u sebel u m
berakhi r nya sebuah ta h u n . Pada pag i hari yang telah
d itentu kan, masing -masing kelompok kerabat mem bawa
peralatan dan perlengkapan upacara yang dibutuhkan. Setelah
se l u ru h angg ota kerabat berku mpul maka ketua adat akan
memimpin u pac ara adat mau- m au. Kemudian d ilanjutkan
deng an pem bac aan doa dan makan bersama oleh sel u r u h
angg ota kerabat. Selesai makan, masing- masing kelompok
akan berg otong royong membersihkan neger i/wilayah sampai
menjelang sore hari . Gotong royong akan berakh i r setelah
matahari terbenam.

7. M aso h i u p ac a ra kematian d an u pac ara perkawinan


M aso h i u p ac a ra kematian dan u pac ara perkawinan
terg olong masohi tolong menolong dalam satu masyar akat
U ku . Dalam keg iatan ini, masing -masing kelompok ker abat
mem bantu deng a n s u kar ela (spontan itas) . Keg iatan yang
dilaksanakan dalam upacara kematian antara lain perawatan
mayat, peng u b u ran , dan doa syu k u r. U ntuk pelaksanaan

Asdep Urusan Hubungan Antar Budaya 16


seluruh rang kaian keg iatan upac ara kematian ditangg u ng oleh
sel u r u h angg ota keluarg a. De m i kian p u l a dalam maso h i
u pac ara perkawinan, kelompok kerabat yang masih terhitung
dekat akan terlibat dalam seluruh keg i atan. Masing- masing
kelompok kerabat ini mempunyai tug as masing- masing. Selain
menyumbang tenag a, anggota kelompok kerabat j ug a turut
memberikan uang sebag ai sumbang an materi untuk menolong
k e l u a rg a yang sed ang m e l a k u kan pesta. U a ng tersebut
sebag i an u nt u k pem bayaran mas kawi n , atau b i aya pesta
lainnya.

Gotong royong membuat tenda dalam upacara kematian

Masing- masing angg ota kerabat mem berikan sesuai deng an


kemampuan nya. Pemberian ini nanti nya akan dig anti oleh si
p e n e ri m a s e s u a i d e ng a n b e s a r k ec i l n ya m a t e r i yang
diterimanya.

8. Masohi membersihan kuburan dan tempat- tempat keramat


Masohi membersihan kuburan dan tempat- te mpat keramat
merupakan bag ian dari bidang keperc ayaan. Membersih kan
kuburan dan tempat-tempat keramat dilakukan o rang Ambon
sesuai deng an keperc ayaan yang mereka anut. Selain kubu ran
d a n t e m pat- t e m pat k e r a m at, s u m be r- s u m b e r a i r j ug a
merupakan tempat yang diangg ap sakral ol eh orang Ambon.
Seluruh keg iatan masohi i n i meli batkan angg ota kerabat d i
bawah pimpin an ketua adat ( Uku). Biasanya pel aksanaan
maso h i ini diawali deng an melaksanakan u pac ara adat mau­
mau di rumah Bai leu, batu pamali , dan neg eri l ama. Setelah
itu m a s i ng- m a s i ng k e r a b at s ec a ra b e rg ot o ng royong

Asdep Urusan Hubungan Antar Budaya


membersihkan tempat- tempat yang sudah diten tu k an oleh
k etua ad at. Apab i l a se l u ru h tem pat sudah dibersi h k an
dilanjutkan deng an makan bersama. Seluruh biaya keg iatan in i
ditangg ung bersama oleh selu ruh kerabat.

Masohi Wujud Masa Kini

Sejalan i deng an perkembang an ruang dan tempat, keg iatan


masohi dari waktu k e waktu meng alami p_e rg eseran dari n il ai ­
n i l ainya yang asl i . H a l in i ak ibat masyarakat yang meng adakan
k ontak/ berhubung an deng an masyarakat luar atau masyarakat
lain . maka apa yang menjadi dasar sistem masohi tidak dapat
lag i dipertahan k an dan terjadi per ubahan- perubahan besar pada
azas g otong royong. Perubahan masohi di sin i adalah suatu
sistem peng erahan ten ag a untuk meng erjakan suatu pekerjaan
te rtentu deng an sitem balas membalas menjadi tujuan utama,
s e h ingg a semang at tolong men o l ong t i m b u l k a ren a ada
peng harapan tertentu.
Masohi sampai saat in i masih dil a k u k an baik di daerah
pingg iran , maupun di daerah perk otaan, mesk ipun tidak semua
k eg iatan masohi dijalan k an . Di daerah pingg iran, k aren a dekat
deng an pu sat perk otaan, masohi han ya d i lak san a k an pada
keg iatan tertentu seperti masohi dalam k eg iatan pemakaman,
perk awin an, nelayan, cuci negeri, dan pembang unan. Di daerah
p e r k otaan ak t iv itas m aso h i d il a k san a k an pad a k eg i atan
perk awin an, pemakaman, dan membersihk an kampung . Berbeda
deng an daerah perk otaan, di d aerah pedesaan n i l ai-ni lai
k e b e rsam aan d an s e m ang at k e k e l u a rg a an masih terus
dipelihara dan dilestarik an.
Beberapa masohi yang meng alami perg eseran atau perubahan
di antaranya adalah

1. Masohi membangun rumah.


Dalam maso h i mem bang un rumah mulai dari persiapan
bahan yang diperlukan untuk mendirikan rumah saat in i sudah
meng alami perubahan. Karena k eg iatan tolong menolong in i
mulai dari penebang an kayu, pembersihan kayu,
memin d a h k an, meng e rjakan sampai menjad i pembang unan
rumah serta mem buat atap rumah dal am perkem bang annya
sudah meng arah pada peng erahan ten ag a un tuk meng erjakan
suatu pekerjaan tertentu deng an sistem balas membal as yang
menjadi tuj u an utama. Deng an demi k ian semang at tolong
menolong mempunyai arti l ain.

Asdep Urusan Hubungan Antar Budaya 18


2. Masohi membangun rumahtiga,
Perubahan yang terjadi pada pembangun an rum ahtig a
adalah dalam men yiap kan perleng kapan bahan yang
dibutuhkan tersebut di atas akhir- akhir in i mu lai meng hilang ,
bahkan tidak ada lag i. Hal in i diakibatkan karena bentuk rumah
tradisional mulai lang ka / meng hi lang dig anti deng an rumah
gaya modern yang membutuhkan keahlian khu sus bag i orang­
orang yang membang unnya. Deng an demikian ten ag a-ten ag a
sewaan mulai dig unakan , dan lambat laun hilang lah un su r
masoh i m e m bang un r u m a h yang d a h u l un y a ma s i h
meng utamakan sal ing tolong men olong khususnya dalam
membang un rumahtig a.
Selain itu faktor-faktor yang mendukung pergese ran tolong
menolong membu at rumahtig a diantaranya adalah peng aruh
ekonomi uang karen a masuknya pen datang ke daerah in i.
Kemudian berku rangnya ten ag a muda karen a kesibu kan ­
kesibukan mereka dalam bidang seperti pendidikan , pada hal
mereka meru pakan ten ag a-ten aga an dalan dalam aktiv itas­
aktiv itas masoh i. B a h kan d i an t a ra m e re k a sete l a h
men amatkan pendidikan bekerja di lu ar daerahnya menjadi
peg awai pemerintahan Belanda. Selain itu deng an tersed ianya
ten ag a kerja yang mudah didapat dari pendatang (orang
Buton) menyebabkan sistem tolong menolong diangg ap tidak
meng un tung kan lag i bag i pendudu k asli dan tidak praktis.

3. Masohi mengerjakan kebun


Perg ese ran/ perubahan yang terj a d i sel ain maso h i
mem bang un rumah, adalah maso h i peng erjakan kebun.
Masohi tolong tolong meng erjakar kebun menjadi sirna karena
penduduk asli telah men ingg al kan pol a masohi meng erjakan
kebun bentuk lama dan mengg un akan bentu k lain yaitu
deng an pemberian izin kepada penduduk pen datang terutama
orang- orang Buton un tuk berkebun di tan ah- tanah m i l i k
mereka dan sebagai imbalann ya mereka meng erjakan atau
merawat kebun- kebun milik penduduk dusun. ln i meru pakan
tipe lain dari buru h tan i. Di sin i mereka (orang Buton ) waktu
panen m eng ambil hasil dari tuan tan ah di dusun-dusun dan
menyerahkannya kepada tuan tanah tersebut. Mereka kadang­
kadang diberi imbalan yang tidak seberapa, tetapi bag i mereka,
in i bu kan persoalan karen a bag i mereka izin menggun akan
tanah un tuk berkebun yang hasilnya dapat di pasarkan itu
yang lebih penting . Hasil dari kebun mereka adalah hak penuh
mereka, maksudnya mereka tidak berkewaji ban memberikan
sebahag i an dari hasil itu un tuk tuan tan a h , n amun un tuk

Asdep Urusan Hubungan Antar Budaya 19


menjalin dan menjag a hu bu ng an yang baik, mereka akan
memberi jug a u ntu k tu an tanah yang bersang ku tan tanpa
diminta.
Di pihak lain, pendu du k pendatang (orang Ambon) hanya
berkebu n secara kecil- kecilan di atas tanah milik negeri atas
izin R aja.

4. Masohi nelayan
Peru bahan terjadi pu la pada Masohi nelayan. Khususnya
pendudu k pendatang orang-orang Ambon lebih memusatkan
aktiv itas masohi mereka di bidang nelayan. Dalam keg iatan ini
mereka menggunakan alat tang kap trad isional yaitu sasoki.
Mereka bekerj a secara berkelompok dan tidak beranggota
tetap dalam melaku kan pekerjaan tersebut. Hasil tang kapan
akan dibag i kan kepada semua angg ota sama rata dengan
kelebihan- kelebihannya pada pem i l i k perahu dan pekerja
sosoki (yang membu at saso k i ) . N amu n sistem i n i tidak
bertahan lama karena ju m lah permintaan di pasaran makin
besar, me reka meng hendaki penggu naan alat tang kap
modern seperti redi harganya cu ku p mahal, yang kemudian
d i ke m bang kan deng an penggunaan motor i kan di mana
keangg otaannya berada dalam wadah koperasi . Aktiv itas ini
disebut tolong menolong , karena menu ru t angg ap mereka
setiap u saha kerjasama yang telah memperhitu ng kan u ntu ng
rug i bu kan lag i baku tolong . l n i lah konsep dasar berfikir
mereka.
U nsu r tolong menolong terdapat pu la dalam keg iatan
menang kap i kan deng an penggu naan redib biasanya setiap
jaring red i di layan i oleh angg ota- angg ota tetap. Walau pu n
d e m i k ian pe ndu du k desa tidak d i l arang u ntu k datang
membantu menarik redi. Mereka ini bu kan angg ota tetap redi.
Sebag ai balasan dari tenag a yang di beri kan , mereka
memperoleh bag ian dari hasil tang kapan, yang ju mlahnya tidak
tentu , ini terg antu ng dari pemberian pemilik redi. Seperti jug a
pada baku tolong di tem pat menokok sagu dan di tempat
masak gu l a , di s i n i u n su r u ntu ng rug i tidak pernah di
permasal ahkan. Me reka semu a yang datang mem bantu
meng harapkan u ntu k mendapat sedikit dari hasil tang kapan.
Peng h adiahan hasil tang kapan tanpa memperh itu ng kan
balasan kepada siapa saja yang lewat waktu redi telah ditarik
jug a b e r l aku di s i n i s a m a d e ng a n p e m b e r i a n atau
peng hadiahan sebag ian kecil sagu dan gu la. N amu n adanya
penang kapan secara besar- besaran dengan penggu naan redi
dalam ju mlah yang relatif banyak, ini akibat kebutu han i kan
u m pan yang mening kat, maka persaing an meng ejar hasil

Asdep Urusan Hubungan Antar Budaya 20


se ban yak- banyakn ya dari pe m i l i k- pe m i l i k red i m un cul dan
keg iatan baku tolong mu lai men u run , de mikian pula den gan
penghadiahan hasil mulai be rkuran g. Kin i unsur-unsur te rse but
sudah hilang sama sekali.

5. Masohi dalam kematian


Masohi bentuk lain yan g men galami pe rubahan adalah
masohi baku tolong dalam ke matian. Te mpo dulu masohi baku
tolong dalam ke matian adalah me mbe rikan ban tuan ke pada
anggota- anggotanya atau ke luarga yang mengalami kedukaan .
Adapun wujud bantuan dapat be rupa n atura, ten aga dan
malam hiburan . Khususnya di rumahtiga frekuensi baku tolong
orang ke matian masih tin ggi. Bantuan ten aga dapat dipe role h
baik dari tetangga, ke rabat, bahkan se luruh oran g dewasa di
de sa in i. U m u mn ya me re ka me laku kan d ari pe rsiapan
pe makaman , pen ggalian kubur, pendirian tenda atau " sabua'' ,
dan ke pe rl uan lainnya. Bantuan yan g dipe role h adalah be rupa
ten aga, u m u mn ya me re ka yan g me m be ri bantuan tidak
mengharapkan balasan asan .
Namun sete lah warga pen duduk me me l u k ag ama Kristen ,
maka baku tol on g dalam ke matian men galami pe rge se ran
se pe rti baku tolong dalam ke matian di R umahtiga dibag i dua
ke lompok, yaitu ke lompok bu kan muhabet, dan ke lompok
muhabet. Ke lompok bu kan an ggota m u habe t , te rd i ri dari
ke rabat orang yan g men in ggal , dan tetangganya. Me re ka in i
orang-oran g yan g datang men yumbangkan ten aga atau uang
tan pa pamrih waktu pe makaman , atau ketika me layat mayat.
Saat in i ben tuk ban tuan tidak lagi be rupa ten aga saja,
me lain kan juga be rupa u an g. Be rbe d a den gan ke lompok
muhabet yaitu suatu pe rku mpulan tolong men olong te rdiri dari
se l u r u h ke l u arga Kristen di R u mahtiga. Se tiap an ggota
muhabet diwaj i bkan me mbayar iu ran setiap bulan. l u ran
te rse but digun a kan un tuk ke pe rl u an men g u ru s u pacara
ke matian , mu lai dari pe mbuatan ten da, menyediakan peti
mati , me man d i kan mayat, u pacara pen g u b u ran , malam
pen g h i b u ran , pen ye d i aan kon su msi dan lain- lain. Se mua
an ggota m u h abe t me m p un yai h a k yan g sama dalam
pene rimaan pe layan an mu habet, dalam hal in i tidak mel ihat
apakah me re ka oran g kaya, atau oran g miskin. Den gan
de mikian an ggota muhabet tidak pe rlu lagi menyumban g ketika
datang me layat orang men inggal. Namun dalam ken yataannya
banyak di an tara me re ka yang datan g me mbe ri sumbangan
tan pa men gh arapkan balasan apa- apa. Ke lompok an ggota
mu habet ole h masyarakat tidak dapat d igolon g kan atau

Asdep Urusan Hubungan Antar Budaya ,1 21


dinamakan baku tolong , kare na aktiv itas ini bukan lag i be rupa
bantuan secara spontan me lain kan me ng harapkan balasan.

6. Masohi baku tolong dalam kegiatan pesta


Ke lompok yang te rlibat dalam aktiv itas baku tolong pesta­
pesta adalah tetangg a, ke nalan, sahabat dan ke rabat. U ntuk
me nd apatkan sum bang an dan bantuan te nag a , ke l uarg a
yang me nye le ngg arakan pe sta me me rl ukan datang ke pada
orang- o rang yang be rsang kutan u n t u k me nyampai kan
maksud nya me mi nta bantuan te nag a ke pada tetangg a atau
sahabat dan ke rabat me re ka se h i ngg a apa yan diharapkan
te rcapai. Di samping itu disampai kan pula hari dan tangg al
pel aksanaan, ag ar me re ka dapat me nyediakan waktu untuk
keg iatan te rse but. Pe nyampaian maksud ini dalam bahasa
Me layu Ambon d i se but " buang suara". Apabila se se o rang
sudah buang suara, maka se bag a i konsekwe nsinya orang
yang diminta bantuannya harus me layaninya secara baik. Bag i
warg a sete mpat cara i n i sangat di hormati kare n a diangg ap
me le bihi undang an re smi. U m u m nya buang suara untuk
keg iatan pe sta biasanya dilakukan ole h orang-orang te rde kat
se pe rti aya h , i b u nya, atau saudara laki- laki atau saudara
pe re m p uan. Akan le bih tingg i n il ai nya apabila orang yang
be rsang kutan se ndiri yang me lalukan buang suara. Kare na
me re ka yang dim inta bantuannya ini akan me rasa di hargai dan
dihormati, maka se bag ai imbalannya me re ka akan me mbantu
tanpa pamrih dan akan me mbatalkan atau me nolak se mua
keg iatan pribadi me re ka.
Te naga yang te rlibat dalam aktivitas ini me liputi kaum laki-
1 aki d a n pe re m p u a n , b a i k t u a m a u p u n m u d a . N a m u n
se bali knya j i ka me re ka tidak me ne rima bu ang suara dari
pe nye le ngg ara pesta maka me re ka tidak akan
me nyu mbang kan te naga dan tidak akan hadir. Motiv asi baku
tol ong dalam aktiv itas pe sta di R u mahtig a kare n a para
tetangg a atau ke nal annya diminta (buang suara) dan dihargai,
maka untuk pe rmintaan yang me ng andung nil ai pe ng hargaan
ini yang be rsang kutan mau datang me nolong.
Masohi baku tolong dalam keg iatan pesta di Rumahtig a yang
turut be rpartisipasi se lain orang orang tua jug a pe muda dan
pe mudi yang ada dal am pe rkumpulan jujaro dan mung are.
Me re ka i n i adalah kaum muda mudi yang be l u m pe rnah
me ni kah. Secara umum bahwa anak pe re m puan muda dapat
me n i kmati ke h idu pan be bas di bawah ke pala jujaro. Pada
pe ne rimaan tamu pe sta- pe sta dan l ai n- l ain me re ka tampil
be rsama- sama. Beg itu pula de ng an kau m muda ketika pesta
me re ka d i p impin ole h ke pala ng u ng are, se dang kan ke pala

Asdep Urusan Hubungan Antar Budaya 22


pemu d a d i se bu t kakiai yang be rasal dari bahasa Te rnate
berarti pang eran, dan biasanya dipimpin oleh anak dari kepala
desa. Dalam perku mpalan ini apabila angg ota jojaru mu ng are
menikah, maka secara otomatis ia keluar dari perku m pu lan itu .
Karena itu lah sering di samping pesta resmi, maka angg ota
yang menikah akan membu at pesta tersen d i ri u ntu k juj aro
mu ng are sebag ai tanda perpisahan deng an m e reka dan
deng an l i ng ku ng an nya yang lama. Selai n itu jug a sebag ai
tanda terma kasih at-as bantu an tenag a yang telah diberikan.
Namu n saat i n i deng an m asu k nya ag a m a K risten maka
perku m pu lan jujaro dan mu ng are telah meng alami peru bahan
yaitu deng an perku mpu lan pemuda yang dasar
pembentu kannya berbeda, seperti GAMKI (Gerakan Ang katan
Mu da Kristen I ndonesia). Keg iatan ini lebih didomi nasi pada
dasar-dasar keagamaan dan politik. Setiap orang yang merasa
d i ri nya mu da dapat masu k perku m pu l an i n i biarpu n yang
bersang kutan su dah menikah . Baku tolong dalam keg iatan
pesta walau pu n u n su r-u nsu r maso h i dan penyu m bang an
tenag a pada pesta masih tetap dipertahankan, tapi dalam
ting kat aktivitasnya makin merosot.
Pada mu l anya be ntu k su m bang an baku tolong dalam
keg iatan pesta tidak ber.sifat kebendaan, namu n saat ini bentu k
su m bang an dapat beru pa antara lain u ang . H a l i n i akibat
peng aru h dari luar akhir- akhir ini yang melanda mereka, antara
lain banyaknya pendatang dari berbag ai g olong an dan su ku
yang membawa kebiasaan- kebiasaan mereka, sehingg a mau
tidak mau akan mendesak tradisi sendiri . .

7. Masohi Perbaikan rumah


Khu su snya perbaikan ru mah secara besar- besaran seperti
mengg anti atap atau membu at pondasi ru mah ini meru pakan
masohi memperbai ki ru mah. Dalam keg i atan baku tolong
tersebut di sekitar ru mah tangg a tidak meng alami peru bahan,
karena di dalam peng e rahan tenag a hanya dilaku kan pada
pekerjaan- pe kerjaan kecil tidak m e ngutamakan keah l i a n
khusus yang dapat diselesaikan dalam waktu sing kat. l katan­
ikatan dalam keg i atan ini sang at longg ar antara penolong dan
yang ditolong . Yang di maksu d deng an i katan- i katan yang
sangat longgar ini adalah mereka tidak selalu berada dalam
perasaan wajib membalas apa yang telah diterima tetapi lebih
diikat pada norma dan tradisi. .

8. Masohi Kerja bakti kepentingan umum.


Keg iatan ini meli batkan ju mlah anggota yang relatif besar
dan sifatnya tidak permanen, sebab keg iatan ini meliputi hal-

Asdep Urusan Hubungan Antar Budaya 23


hal yang berh u b u ngan dengan kepenti ngan u m u m . Tenaga
yang aktif dalam keg iatan ini adalah pend u d u k pada usia
dewasa. Peke rj aan-pe kerj aan yang d i l aku kan antara lain
pembangunan atau perbaikan gedung gereja, rumah pendeta,
kantor desa, rumah raja, dan pembersihan kebun-kebun negeri
atau jemaat, pembersi han lingkungan, pembuatan jalan desa,
serta pagar desa.
Saat i n i bantuan untuk negeri maupun gereja dilakukan
dengan dua cara, yaitu ( 1 ) menyu m bangan tenaga dan (2 )
menyumbang uang sebagai ganti sumbangan . Dilihat dari segi
manfaatnya pembangunan dengan dua cara itu saling tunjang
menunjang. Di satu pihak negeri atau gereja mendapat tenaga­
tenaga kerja, dan di pihak lain negeri atau gereja mendapatkan
uang sebagai m odal untuk konsumsi atau u ntuk membeli
bahan-bahan yang d i keperlukan. Namun j i ka ditinjau dari
aspek hubungan antara anggota, terlihat kerenggangan yang
menjurus pada peranan uang sebagai penentu. M u ngkin
kewajiban terhadap gereja pu nya spontanitas yang lebih tinggi
di bandingkan kepala negeri , karena gereja mempunyai per­
anan khusus bag i setiap jem aatnya. G ereja telah anggap
menggantikan peranan negeri dalam mengatu r hubungan nya
dengan nenek moyang. Dengan demikian masohi kerja bakti di
sini m e m p u nyai arti l a i n , karena berh u ngan dengan adat
istiadat dan keag amaan sehingga kerja bakti i n i di lakukan
sebagai suatu kewajiban yang d i i n safi maknanya sehingga
lambat laun u n s u r penyu mbangan tenaga ini akan diganti
dengan peranan uang. Hal ini pada waktu-waktu mendatang
akan lebih berperan sehingga tenaga yang diperlu kan adalah
tenaga sewaan.
Demikianlah masohi-masohi tersebut di atas yang masih
dapat d itemukan dalam kehidupan orang Ambon masa kini.
Masoh i ini masih tetap dipakai dan di pertahankan oleh orang
Ambon karena mere ka masih teri kat oleh adat istiadatnya.

Asdep Urusan Hubungan Antar Budaya 24


Daftar Pustaka

Cipta Adi Pustaka


1 990
Ensiklopedi Nasional I ndonesia, PT. Cipta Adi Pustaka, Cetakan
kedua, Jakarta.

Melalatoa, M. Junus
1 995
Ensiklopedi Suku Bangsa Di I ndonesia, Proyek Pengkajian dan
Pembinaan N ilai-nilai Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan,
Dep. P. dan K. , Jakarta.

Sumarsono, dkk.
1 979/1 980
Sistem Pemerintahan Tradisional Daerah Ambon, Proyek
Penelitian Dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara, Direktorat
Jenderal Kebudayaan , Dep. P. dan K . , Jakarta.

Thoha, Dirman
1 988
Mengangkat Harkat Sagu Di Maluku, Kompas 26 Juni 1 988.

Tobing, Nelly ( Ed)


1 977/1 978
Adat dan U pacara Perkawinan Daerah Maluku, P royek Penelitian
dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, Departemen Pendidikan
Dan Kebudayaan, Jakarta.

U neputty, T. JA.
1 985
Upacara Tradisional Yang Berkaitan Dengan Peristiwa Alam Dan
Kepercayaan Daerah Maluku, Proyek IDKD, Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan, Jakarta.

Widiyanto, Sigit dan Elizabeth T. G urning


1 997
Pengetahuan, Sikap, Kepercayaan, dan Perilaku Budaya
Tradisional Pada Generasi M uda Di Kata Ambon , Jakarta .

. ..
Asdep Urusan Hubungan Antar Budaya 25

Anda mungkin juga menyukai