Laporan Fieldtrip Ekoper 2A Perairan Mengalir
Laporan Fieldtrip Ekoper 2A Perairan Mengalir
Abstrak
Ekologi perairan adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara
organisme dengan sesamanya dan dengan benda-benda mati di lingkungan perairan.
Perairan mengalir atau yang biasa disebut perairan lotik memiliki interaksi yang saling
terhubung antara komponen biotik dan abiotik Sungai merupakan saluran terbuka yang
terbentuk secara alamiah di atas permukaan bumi, tidak hanya menampung air tetapi juga
mengalirkannya dari bagian hulu ke bagian hilir. Praktikum ini dilaksanakan pada hari
Minggu, 14 Oktober 2018 pukul 07.00 – 11.00 WIB. Lokasi kegiatan lapang terletak di
Sungai Ciapus yang ada di belakang kampus IPB Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Tujuan
dari praktikum ini adalah mengenal dan mempelajari komponen-komponen penyusun
ekosistem perairan mengalir, menjelaskan interaksi dan hubungan timbal balik antar
komponen penyusun ekosistem tersebut, dan menjelaskan pengaruh lingkungan terhadap
penyusun ekosistem di sungai Ciapus dengan cara mengamati kondisi lingkungan suatu
ekosistem perairan mengalir itu menggunakan berbagai parameter. Analisis yang
digunakan adalah berdasarkan tiga parameter, yaitu parameter fisika, kimia, dan biologi.
Hasil yang diperoleh berdasarkan parameter fisika, data suhu dan kedalaman tertinggi
berada di substasiun 2 yaitu sebesar 87 cm dan kecerahan tertinggi berada di substasiun 2
yaitu sebesar 67 cm. Berdasarkan parameter kimia data dapat diketahui bahwa nilai pH di
semua substasiun sama yaitu pH 6. Sedangkan berdasarkan parameter biologi plankton
dapat diketahui bahwa jenis spesies yang kelimpahan nya paling tinggi berada di
substasiun 1 dengan jumlah kelimpahan 20.6257. Kelimpahan bentos didapatkan jenis
spesies yang kelimpahannya paling tinggi berada di substasiun 1 dengan jumlah
kelimpahan 22.2222.
Kata kunci: paramater biologi, parameter fisika, parameter kimia, perairan mengalir
PENDAHULUAN
Ekologi berasal dari Oikos yang berarti rumah atau tempat tinggal dan
Logos yang berati telaah atau studi. Ekologi adalah ilmu yang mempelajari
hubungan timbal balik antara organisme dengan sesamanya dan dengan benda-
benda mati di lingkungannya. Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang
terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup
dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan
secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling
mempengaruhi. Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem
yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik
sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi
suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme. Ekosistem organisme
dalam komunitas berkembang bersama sama dengan lingkungan fisik sebagai
suatu sistem (Soemarno 2010).
Ekosistem perairan dibedakan menjadi ekosistem air tawar dan ekosistem
air laut. Lingkungan hidup ekosistem air tawar dapat dibagi lagi menjadi dua
golongan besar yaitu perairan menggenang (lentik) dan perairan mengalir (lotik).
Contoh perairan lentik adalah danau, sedangkan contoh perairan lotik adalah
sungai dan kanal (Dewiyanti et al. 2015). Pentingnya mengenali ekosistem
perairan mengalir beserta interaksi antar komponennya sebagai salah satu
ekosistem yang sangat peka terhadap adanya perubahan fisika, kimia, maupun
biologi (Effendi 2003).
Sungai merupakan saluran terbuka yang terbentuk secara alamiah di atas
permukaan bumi, tidak hanya menampung air tetapi juga mengalirkannya dari
bagian hulu ke bagian hilir (Junaidi 2014). Sungai Ciapus terletak di belakang
kampus IPB Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Sungai Ciapus merupakan sungai yang
bersifat ephemeral dan merupakan anak sungai dari Sungai Cisadane yang
mengalir melewati beberapa desa. Hulu sungai ini terletak di Curug Nangka dan
bermuara di Sungai Cisadane. Sungai ini banyak dimanfaatkan masyarakat
sebagai sumber air untuk keperluan MCK, irigasi, dan sebagai media pembuangan
limbah domestik. Selain itu, dimanfaatkan juga sebagai areal memancing, dan ada
yang mengambil pasir dan batu-batu sungai untuk dijual (Fallah 2012).
Oleh karena itu, praktikum lapang ini bertujuan mengenalkan dan
menjelaskan komponen penyusun ekosistem perairan mengalir, menjelaskan
interaksi timbal balik antara komponen penyusun ekosistem serta menjelaskan
pengaruh lingkungan terhadap komponen penyusun ekosistem itu sendiri.
Analisis Data
10.000 𝑐𝑚2
Kepadatan (N) Bentos = 𝑥n
𝐿
L=𝑠𝑥𝑠
Transek = 1 x 1 m = 10.000 𝑐𝑚2
Keterangan:
N : Kepadatan bentos
L : Luas persegi surber
n : Jumlah bentos yang ditemukan
𝑂 𝑉𝑟 1
Kelimpahan (N) Plankton = 𝑂 𝑖 𝑥 𝑥 𝑥𝑛
𝑝 𝑉0 𝑉𝑠
Keterangan:
𝑂𝑖 : Luas gelas penutup (𝑚𝑚2 ) = 22𝑥22 𝑚𝑚
𝑂𝑝 : Luas lapang pandang (𝑚𝑚2 ) = 1,306 mm
𝑉0: Volume 1 tetes air sampel (ml) = 0,05 ml
𝑉𝑟 : Volume botol contoh hasil saringan (ml) = 50 ml
𝑉𝑠 : Volume air yang disaring
n: Jumlah plankton yang didapat
Keterangan:
n: jumlah perifiton yang didapat
D1 + D2
Kecerahan = 2
Keterangan:
D1: Kedalaman saat secchi disk hilang
D2: Kedalaman saat secchi disk tampak kembali
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑎𝑙𝑖
Kecepatan Arus (m/s) = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑙𝑖 𝑘𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑔
HASIL
Kedalaman 33 cm 87 cm 43 cm
Fisika
Kecerahan 23 cm 67 cm 40 cm
Berikut pula disajikan tabel parameter kimia yang terdiri dari pH dan
oksigen terlalut di setiap substasiun
Tabel 2 Parameter kimia ekosistem perairan mengalir
Parameter Substasiun 1 Substasiun 2 Substasiun 3
Kimia pH 6 6 6
Berdasarkan tabel berikut, dapat diketahui bahwa nilai pH di semua
substasiun sama yaitu pH 6.
Salah satu contoh perairan mengalir adalah sungai, Sungai dicirikan oleh
arus yang searah dan relatif kencang, dengan kecepatan berkisar antara 0,1-1,0
m/detik, serta sangat dipengaruhi oleh waktu, iklim dan pola drainase. Perairan
sungai biasanya terjadi percampuran masa air secara menyeluruh dan tidak
terbentuk stratifikasi vertikal kolom air seperti pada perairan lentik ( Effendi
2003). Karakteristik suatu perairan diamati dengan menggunakan parameter
fisika, pada praktikum lapang di sungai Ciapus parameter fisika yang diamati
yaitu suhu, kedalaman, kecerahan, warna, tipe substrat, bau, kecepatan arus, lebar
sungai, dan lebar badan sungai dari perairan tersebut. Faktor-faktor yang
mempengaruhi distribusi suhu di perairan adalah penyerapan panas (heat flux),
curah hujan (presipitation), musim, kondisi atmosfir dan letak geografis. Suhu
berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang diperlukan
organisme untuk hidup. Daerah perairan yang cukup luas dapat mempengaruhi
iklim daerah daratan disekitarnya. Suhu yang diperoleh pada tiga stasiun
mencapai 23°C. Suhu yang didapatkan sama karena tidak ada faktor yang
mempengaruhi perubahan suhu di tiap sub stasiun (Hadikusumah 2008).
Variabel kecerahan yang didapat pada tiga stasiun diperoleh hasil pada
stasiun satu sebesar 23 cm, stasiun kedua sebesar 67 cm dan stasiun ketiga
sebesar 40 cm. Kecerahan suatu perairan dipengaruhi oleh kandungan zat padat
tersuspensi. Kandungan zat padat tersuspensi yang tinggi banyak mengurangi
penetrasi cahaya matahari ke dalam air, sehingga panas yang diterima tidak efektif
untuk proses fotosintesis ( Tarigan dan Edward 2003 ). Kandungan zat padat
tersuspensi dalam sungai Ciapus belum menyebabkan terhalangnya transfer energi
dari matahari ke permukaan air, sehingga masih terjadi proses fotosintesis hal ini
terlihat dari hasil pengamatan kecerahan air yang masih normal. Kecerahan
berkaitan erat dengan kedalaman perairan. Kecerahan yang teramati berbanding
terbalik dengan kedalamannya. Semakin tinggi kecerahan suatu perairan maka
semakin rendah ukuran kedalamannya. Hal ini dikarenakan cahaya yang masuk ke
perairan akan maksimum pada kedalaman permukaan atau kedalaman yang
rendah (Pancawati et al. 2014).
Pengamatan warna di perairan sungai Ciapus adalah hijau bening. Warna
hijau tersebut terlihat seperti bercampur dengan lumut – lumut halus yang
menempel di bebatuan sungai . Semakin berada ditengah sungai, warna perairan
semakin pekat. Aroma atau bau yang teramati dari perairan sungai Ciapus adalah
tidak berbau, tetapi hanya aroma alami sungai. Hal ini dapat terjadi karena pada
perairan ini substrat yang terkandung adalah tipe substrat berbatu sehingga
dasarnya cukup bersih dari lumpur. Pengukuran kedalaman sungai Ciapus
menggunakan paralon. Stasiun pertama diperoleh kedalaman sebesar 33 cm,
stasiun kedua diperoleh kedalaman 87 cm dan Stasiun ketiga diperoleh
kedalaman 43 cm. Setiap stasiun memiliki kedalaman yang berbeda. Rata -rata
kedalaman yang diperoleh 54,33 cm. Kedalaman terkecil berada stasiun pertama
sedangkan kedalaman terbesar berada pada stasiun kedua. Terlihat bahwa
semakin jauh dari daratan maka kedalaman akan semakin besar. Begitu pula
dengan kecerahan bahwa semakin dalam suatu perairan maka kecerahan perairan
tersebut akan semakin berkurang.
Parameter yang diamati selanjutnya adalah parameter kimia yaitu
mengukur nilai derajat keasaman (pH). Berdasarkan hasil Penghitungan pH
menggunakan kertas lakmus, sungai Ciapus memiliki pH sama dengan 6 yang
menunjukkan kualitas air dalam sungai Ciapus masih dalam kategori kualitas air
yang baik, karena sesuai dengan baku mutu pada Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia N0.82 Tahun 2001 yaitu masuk pada baku mutu kelas I yaitu pH 6-9.
Parameter ketiga yang diamati adalah parameter biologi, yaitu dengan mengamati
kelimpahan Plankton, Perifoton, Bentos, Nekton, dan Neuston. Dengan parameter
biologi dapat diketahui tingkat kesuburan serta komponen biologis yang terdapat
pada perairan tersebut. Plankton adalah hewan air yang hidup mengapung di atas
permukaan air dimana pergerakannya tergantung pada arus. Sehingga gerakan
hidupnya tergantung pada arus atau gelombang pada air. Plankton terbagi
menjadi dua yaitu fitoplankton dan zooplankton Krismono (2010) .Plankton
memiliki peranan yang penting dalam suatu perairan karena sebagai dasar dari
rantai makanan (primary producer) yang menjadi parameter tingkat kesuburan
perairan, kelimpahan yang tinggi memiliki produktifitas yang tinggi (Yuliana
2012). Plankton yang teramati pada ketiga stasiun di sungai Ciapus didapatkan
dua spesies plankton yaitu Oedogonium dan Meugotia. Kelimpahan paling tinggi
berada di substasiun 1 dengan jumlah kelimpahan 20.6257 dan terendah
berada di substasiun 3 dengan jumlah kelimpahan sebesar 8.3804.
Menurut Siagian ( 2012 ) Perifiton adalah kelompok mikroorganisme
yang tunbuh pada beberapa substrat alami seperti batu-batuan, kayu, tanaman,
bahkan binatang-binatang air. Keberadaan perifiton di perairan dapat dijadikan
sebagai indikator kesuburan perairan.Perifiton yang di dapat di perairan sungai
Ciapus ada empat spesies yaitu Gonatozygoa, Campylodiscus, Tetraspora, dan
Docidium.. Kelimpahan perifiton pada substasiun pertama dan ketiga sebesar
2500. Kelimpahan perifiton pada substasiun kedua sebesar 5000. Bentos
merupakan organisme yang hidup menetap dan memiliki daya adaptasi yang
bervariasi terhadap kondisi lingkungan, tingkat keanekaragaman bentos di
perairan dapat digunakan sebagai indikator pencemaran (Ridwan et al. 2016)
Spesies bentos yang didapatkan di perairan sungai Ciapus ada tiga spesies yaitu
Goneobasis pada substasiun pertama, Hydropsyhe pada substasiun kedua, dan
Philopotamus pada substasiun ketiga. Kelimpahan bentos pada substasiun
pertama sebesar 22.2222. Kelimpahan bentos pada substasiun kedua dan ketiga
sebesar 11.1111. Kelimpahan tertinggi berada di substasiun pertama dan
kelimpahan terendah berada di substasiun kedua dan ketiga. Perairan sungai
Ciapus memiliki keanekaragaman organisme akuatik. Kelimpahan di perairan
sungai Ciapus cukup tinggi. Organisme perairan di sungai Ciapus memiliki
jumlah yang banyak karena kondisi perairan yang sesuai, suhu dan pH perairan
berada pada nilai yang optimal untuk mendukung keberlangsungan hidup
organisme didalamnya. Sehingga perairan sungai Ciapus masih dikategorikan
perairan yang memiliki kelimpahan cukup tinggi.
SIMPULAN
Lampiran 1 Dokumentasi
𝑂 𝑉𝑟 1
Kelimpahan (N) Plankton = 𝑂 𝑖 𝑥 𝑥 𝑥 𝑛 = 6.8752
𝑝 𝑉0 𝑉𝑠