Anda di halaman 1dari 15

EKOSISTEM PERAIRAN MENGALIR (SUNGAI CIAPUS)

Suci Putri Mahendra (C24170011), Rendi Irawan (C24170033), Nyimas Rafiah


Winda (C24170045), Putri Adriyanti (C24170058), Yohannes Aurelio
(C24170089)
Kelompok IIA
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
2018

Abstrak

Ekologi perairan adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara
organisme dengan sesamanya dan dengan benda-benda mati di lingkungan perairan.
Perairan mengalir atau yang biasa disebut perairan lotik memiliki interaksi yang saling
terhubung antara komponen biotik dan abiotik Sungai merupakan saluran terbuka yang
terbentuk secara alamiah di atas permukaan bumi, tidak hanya menampung air tetapi juga
mengalirkannya dari bagian hulu ke bagian hilir. Praktikum ini dilaksanakan pada hari
Minggu, 14 Oktober 2018 pukul 07.00 – 11.00 WIB. Lokasi kegiatan lapang terletak di
Sungai Ciapus yang ada di belakang kampus IPB Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Tujuan
dari praktikum ini adalah mengenal dan mempelajari komponen-komponen penyusun
ekosistem perairan mengalir, menjelaskan interaksi dan hubungan timbal balik antar
komponen penyusun ekosistem tersebut, dan menjelaskan pengaruh lingkungan terhadap
penyusun ekosistem di sungai Ciapus dengan cara mengamati kondisi lingkungan suatu
ekosistem perairan mengalir itu menggunakan berbagai parameter. Analisis yang
digunakan adalah berdasarkan tiga parameter, yaitu parameter fisika, kimia, dan biologi.
Hasil yang diperoleh berdasarkan parameter fisika, data suhu dan kedalaman tertinggi
berada di substasiun 2 yaitu sebesar 87 cm dan kecerahan tertinggi berada di substasiun 2
yaitu sebesar 67 cm. Berdasarkan parameter kimia data dapat diketahui bahwa nilai pH di
semua substasiun sama yaitu pH 6. Sedangkan berdasarkan parameter biologi plankton
dapat diketahui bahwa jenis spesies yang kelimpahan nya paling tinggi berada di
substasiun 1 dengan jumlah kelimpahan 20.6257. Kelimpahan bentos didapatkan jenis
spesies yang kelimpahannya paling tinggi berada di substasiun 1 dengan jumlah
kelimpahan 22.2222.

Kata kunci: paramater biologi, parameter fisika, parameter kimia, perairan mengalir

PENDAHULUAN

Ekologi berasal dari Oikos yang berarti rumah atau tempat tinggal dan
Logos yang berati telaah atau studi. Ekologi adalah ilmu yang mempelajari
hubungan timbal balik antara organisme dengan sesamanya dan dengan benda-
benda mati di lingkungannya. Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang
terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup
dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan
secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling
mempengaruhi. Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem
yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik
sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi
suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme. Ekosistem organisme
dalam komunitas berkembang bersama sama dengan lingkungan fisik sebagai
suatu sistem (Soemarno 2010).
Ekosistem perairan dibedakan menjadi ekosistem air tawar dan ekosistem
air laut. Lingkungan hidup ekosistem air tawar dapat dibagi lagi menjadi dua
golongan besar yaitu perairan menggenang (lentik) dan perairan mengalir (lotik).
Contoh perairan lentik adalah danau, sedangkan contoh perairan lotik adalah
sungai dan kanal (Dewiyanti et al. 2015). Pentingnya mengenali ekosistem
perairan mengalir beserta interaksi antar komponennya sebagai salah satu
ekosistem yang sangat peka terhadap adanya perubahan fisika, kimia, maupun
biologi (Effendi 2003).
Sungai merupakan saluran terbuka yang terbentuk secara alamiah di atas
permukaan bumi, tidak hanya menampung air tetapi juga mengalirkannya dari
bagian hulu ke bagian hilir (Junaidi 2014). Sungai Ciapus terletak di belakang
kampus IPB Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Sungai Ciapus merupakan sungai yang
bersifat ephemeral dan merupakan anak sungai dari Sungai Cisadane yang
mengalir melewati beberapa desa. Hulu sungai ini terletak di Curug Nangka dan
bermuara di Sungai Cisadane. Sungai ini banyak dimanfaatkan masyarakat
sebagai sumber air untuk keperluan MCK, irigasi, dan sebagai media pembuangan
limbah domestik. Selain itu, dimanfaatkan juga sebagai areal memancing, dan ada
yang mengambil pasir dan batu-batu sungai untuk dijual (Fallah 2012).
Oleh karena itu, praktikum lapang ini bertujuan mengenalkan dan
menjelaskan komponen penyusun ekosistem perairan mengalir, menjelaskan
interaksi timbal balik antara komponen penyusun ekosistem serta menjelaskan
pengaruh lingkungan terhadap komponen penyusun ekosistem itu sendiri.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Praktikum lapangan dilakukan pada hari Minggu, tanggal 14 Oktober


2018 pukul 07.00 – 11.00 WIB di Sungai Ciapus. Sampling dilakukan pada tiga
stasiun. Analisis dan identifikasi hasil sampel dilaksanakan pada hari Selasa, 16
Oktober di Laboratorium Bio Makro II pukul 15.15 – 18.00 WIB MSP IPB.
Gambar 1 lokasi pengambilan sampel sungai Ciapus
Sumber: https://earth.google.com

Bahan dan Alat

Alat yang digunakan pada praktikum lapangan perairan menggenang


meliputi transek kuadrat ukuran 1 x 1 m untuk menandai letak stasiun
pengambilan sampel, paralon setebal 3 inci sepanjang 2 m untuk mengukur
kedalaman sungai dan mengambil bentos di dasar sungai, meteran untuk
mengukur luas sungai dan badan sungai, secchi disc digunakan untuk mengukur
kecerahan sungai, floating drodge digunakan untuk mengukur kecepatan arus,
surber untuk mengambil bentos, botol film sebanyak tujuh buah untuk
menyimpan plankton dan perifiton, botol jar sebanyak empat buah untuk
menyimpan bentos dan nekton, plankton net digunakan untuk menjertat dan
mengambil plankton yang terdapat dalam air, DO meter untuk mengukur
kandungan oksigen terlarut dalam air tersebut, pH meter digunakan untuk
mengukur pH pada air, termometer untuk mengukur suhu, sikat gigi untuk
menggosok batu atau kayu agar didapatkan perifiton, dan saringan halus untuk
menyaring benthos, spidol untuk memberi penanda nama maupun skala alat ukur,
penggaris untuk mengukur tinggi benda, kertas label untuk penanda nama tiap
sampel yang didapat, dan alat tulis untuk mencatat setiap hasil yang didapatkan.
Adapun bahan yang digunakan yaitu lugol dan alkohol untuk preservasi sampel.

Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel di bagi menjadi 3 stasiun. Transek kuadrat diletakkan


pada jarak sekitar satu meter dari bibir sungai untuk stasiun pertama, dan
bertambah jauh menyerong ke arah tengah sungai sampai pada stasiun tiga.
Praktikum perairan mengalir di sungai Ciapus mengamati 3 parameter, yaitu
parameter fisika, kimia dan biologi. Pertama parameter fisika yaitu mengamati
kecerahan, warna, bau, suhu, dan kedalaman. Kecerahan diamati dengan
menggunakan secchi disk. Secchi disk ditenggelamkan kedalam sungai hingga
warna dari secchi disk tidak terlihat dan tahan, lalu ukur tali yang tercelup
menggunakan mistar dengan satuan cm, kemudian dikalkulasikan menggunakan
rumus yang telah ditentukan. Ukur kecerahan dengan dua kali percobaan yaitu
saat warna secchi disk hilang dan saat warna secchi disk tampak kembali. Lebar
sungai diamati dengan menggunakan meteran yang dipanjangkan sesuai ukuran
jarak antara dua tepi sungai yang masih terkena aliran air sedangkan lebar badan
sungai yaitu jarak dari vegetasi ke vegetasi. Arus sungai diamati menggunakan
floating drodge yang dilepas di aliran sungai dan diukur menggunakan stopwatch.
Warna diamati dengan penglihatan secara langsung, bau diamati dengan mencium
substrat secara langsung, suhu diamati menggunakan terrmometer dengan cara
memasukkan thermometer ke dalam air, setelah 2-5 menit suhu dapat diamati dari
perubahan jarum pada skala termometer dan kedalaman diamati dengan
menggunakan paralon setebal 3 inci sepanjang 2 m, pipa paralon dimasukkan ke
dalam air yang wilayahnya telah dibatasi menggunakan transek kuadrat dengan
posisi tegak lurus permukaan air hingga paralon menyentuh dasar situ telah dibuat
skala ukurnya dengan satuan cm .
Parameter kedua adalah parameter kimia, diantaranya mengukur pH.
Derajat keasaman (pH) diukur menggunakan pH indikator. Parameter ketiga yaitu
parameter biologi, diantaranya mengamati plankton, perifiton, benthos, nekton,
dan neuston. Plankton diambil menggunakan plankton net dan hasilnya
dimasukkan ke dalam botol film,. Perifiton diambil dengan cara mengerik batu
atau kayu dan membilasnya dengan air kemudian disimpan di dalam botol film.
Benthos diambil dengan menggunakan surber yang diletakan di dasar perairan
kemudian ditunggu selama lima menit, setelah itu hasilnya disimpan kedalam
botol jar. Nekton diambil menggunakan saringan dan hasilnya dimasukkan
kedalam botol jar. Neuston diamati hanya dengan didokumentasikan saja. Dari
hasil sampel yang diambil dan disimpan kedalam botol harus dilakukan preservasi
sebelum dibawa pulang dan digunakan untuk analisis dan identifikasi. Untuk
plankton dan perifiton, preservasi dilakukan dengan memberikan beberapa tetes
lugol, sedangkan preservasi benthos dan nekton dengan memberikan beberapa
tetes alkohol.

Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan cara perhitungan melalui rumus-rumus


yang telah dilakukan dan pengamatan baik secara visual maupun menggunakan
mikroskop. Rumus-rumus yang digunakan sebagai berikut:

10.000 𝑐𝑚2
Kepadatan (N) Bentos = 𝑥n
𝐿
L=𝑠𝑥𝑠
Transek = 1 x 1 m = 10.000 𝑐𝑚2

Keterangan:
N : Kepadatan bentos
L : Luas persegi surber
n : Jumlah bentos yang ditemukan
𝑂 𝑉𝑟 1
Kelimpahan (N) Plankton = 𝑂 𝑖 𝑥 𝑥 𝑥𝑛
𝑝 𝑉0 𝑉𝑠

Keterangan:
𝑂𝑖 : Luas gelas penutup (𝑚𝑚2 ) = 22𝑥22 𝑚𝑚
𝑂𝑝 : Luas lapang pandang (𝑚𝑚2 ) = 1,306 mm
𝑉0: Volume 1 tetes air sampel (ml) = 0,05 ml
𝑉𝑟 : Volume botol contoh hasil saringan (ml) = 50 ml
𝑉𝑠 : Volume air yang disaring
n: Jumlah plankton yang didapat

𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑒𝑘 1𝑥1 𝑚2 10.000 𝑐𝑚2


Kelimpahan (N) Perifiton = 𝑛 𝑥 = 𝑛𝑥 =𝑛𝑥
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛 2𝑥2 𝑐𝑚2 4 𝑐𝑚2

Keterangan:
n: jumlah perifiton yang didapat

D1 + D2
Kecerahan = 2

Keterangan:
D1: Kedalaman saat secchi disk hilang
D2: Kedalaman saat secchi disk tampak kembali

𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑎𝑙𝑖
Kecepatan Arus (m/s) = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑙𝑖 𝑘𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑔
HASIL

Berdasarkan hasil analisis dan identifiksi, berikut ini disajikan tabel


parameter fisika yang terdiri dari warna, suhu, tipe substrat, bau, kedalaman, dan
kecerahan.

Tabel 1 Parameter fisika dan kimia ekosistem perairan mengalir

Parameter Substasiun 1 Substasiun 2 Substasiun 3

Warna Hijau bening Hijau bening Hijau bening


Suhu 23ºC 23ºC 23ºC
Tipe Substrat Berbatu Berbatu Berbatu

Bau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau

Kedalaman 33 cm 87 cm 43 cm
Fisika

Kecerahan 23 cm 67 cm 40 cm

Kecepatan arus 0.21 m/s 0.42 m/s 0.85 s

Lebar Sungai 20.8 m 20.8 m 20.8 m

Lebar Badan 23.9 m 23.9 m 23.9 m


Sungai
Berdasarkan tabel berikut, dapat diketahui bahwa semua parameter fisik
saling berhubungan. Seperti suhu yang memengaruhi kedalaman dan kedalaman
yang memengaruhi tingkat kecerahan. Suhu dan kedalaman tertinggi berada di
substasiun 3, kecerahan tertinggi berada di substasiun 1, dan kecepatan arus
tertinggi berada di substasiun 3.

Berikut pula disajikan tabel parameter kimia yang terdiri dari pH dan
oksigen terlalut di setiap substasiun
Tabel 2 Parameter kimia ekosistem perairan mengalir
Parameter Substasiun 1 Substasiun 2 Substasiun 3
Kimia pH 6 6 6
Berdasarkan tabel berikut, dapat diketahui bahwa nilai pH di semua
substasiun sama yaitu pH 6.

Berikut disajikan tabel parameter biologi kelimpahan plankton dari setiap


substasiun beserta jenis spesiesnya.
Tabel 3 Parameter biologi kelimpahan plankton ekosistem perairan mengalir
Kelimpahan
Stasiun Jenis Spesies Jumlah (Ind/ml)

Stasiun 1 Oedogonium 1 6.8752


Meugotia 2 13.7504
Jumlah
Jumlah Tax
2 Kelimpahan 20.6257
Stasiun 2 Oedogonium 3 17.7037
Jumlah
Jumlah Tax
1 Kelimpahan 5.9012
Stasiun 3 Oedogonium 2 8.3804
Jumlah
Jumlah Tax
1 Kelimpahan 8.3804
Jumlah Total 4 Jumlah Total 34.9073
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jenis spesies yang
kelimpahan nya paling tinggi berada di substasiun 1 dengan jumlah kelimpahan
20.6257 dan terendah berada di substasiun 3 dengan jumlah kelimpahan sebesar
8.3804.

Berikut disajikan tabel parameter biologi kelimpahan perifiton dari setiap


substasiun beserta jenis spesiesnya.
Tabel 4 Parameter biologi kelimpahan perifiton ekosistem perairn mengalir
Kelimpahan
Stasiun Jenis Spesies Jumlah
(Ind/ cm2)
Stasiun 1 Gonatozygoa 1 2500
Jumlah Tax 1 Jumlah Kelimpahan 2500
Stasiun 2 Campylodiscus 1 2500
Tetraspora 1 2500

Jumlah Tax 2 Jumlah Kelimpahan 5000

Stasiun 3 Docidium 1 2500


Jumlah Tax 1 Jumlah Kelimpahan 2500
Jumlah Total 4 Jumlah Total 10000
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jenis spesies yang
kelimpahan nya paling tinggi berada di substasiun 2 dengan jumlah kelimpahan
5000 dan terendah berada di substasiun 1 dan 3 dengan jumlah kelimpahan
sebesar 2500.
Berikut disajikan tabel parameter biologi kelimpahan bentos dari setiap
substasiun beserta jenis spesiesnya.

Tabel 5 Parameter biologi kelimpahan bentos ekosistem perairan mengalir


Kepadatan
Substasiun Jenis Spesies Jumlah (Ind/ cm2)
Substasiun 1 Goneobasis 2 22.2222
Jumlah tax 1 Jumlah Kelimpahan 22.2222
Substasiun 2 Hydropsyhe 1 11.1111
Jumlah tax 1 Jumlah Kelimpahan 11.1111
Substasiun 3 Philopotamus 1 11.1111
Jumlah tax 1 Jumlah Kelimpahan 11.1111
Jumlah Total 3 Jumlah Total 44.4444
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jenis spesies yang
kelimpahan nya paling tinggi berada di substasiun 1 dengan jumlah kelimpahan
22.2222 dan terendah berada di substasiun 2 da 3 dengan jumlah kelimpahan
sebesar 11.1111.
PEMBAHASAN

Salah satu contoh perairan mengalir adalah sungai, Sungai dicirikan oleh
arus yang searah dan relatif kencang, dengan kecepatan berkisar antara 0,1-1,0
m/detik, serta sangat dipengaruhi oleh waktu, iklim dan pola drainase. Perairan
sungai biasanya terjadi percampuran masa air secara menyeluruh dan tidak
terbentuk stratifikasi vertikal kolom air seperti pada perairan lentik ( Effendi
2003). Karakteristik suatu perairan diamati dengan menggunakan parameter
fisika, pada praktikum lapang di sungai Ciapus parameter fisika yang diamati
yaitu suhu, kedalaman, kecerahan, warna, tipe substrat, bau, kecepatan arus, lebar
sungai, dan lebar badan sungai dari perairan tersebut. Faktor-faktor yang
mempengaruhi distribusi suhu di perairan adalah penyerapan panas (heat flux),
curah hujan (presipitation), musim, kondisi atmosfir dan letak geografis. Suhu
berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang diperlukan
organisme untuk hidup. Daerah perairan yang cukup luas dapat mempengaruhi
iklim daerah daratan disekitarnya. Suhu yang diperoleh pada tiga stasiun
mencapai 23°C. Suhu yang didapatkan sama karena tidak ada faktor yang
mempengaruhi perubahan suhu di tiap sub stasiun (Hadikusumah 2008).
Variabel kecerahan yang didapat pada tiga stasiun diperoleh hasil pada
stasiun satu sebesar 23 cm, stasiun kedua sebesar 67 cm dan stasiun ketiga
sebesar 40 cm. Kecerahan suatu perairan dipengaruhi oleh kandungan zat padat
tersuspensi. Kandungan zat padat tersuspensi yang tinggi banyak mengurangi
penetrasi cahaya matahari ke dalam air, sehingga panas yang diterima tidak efektif
untuk proses fotosintesis ( Tarigan dan Edward 2003 ). Kandungan zat padat
tersuspensi dalam sungai Ciapus belum menyebabkan terhalangnya transfer energi
dari matahari ke permukaan air, sehingga masih terjadi proses fotosintesis hal ini
terlihat dari hasil pengamatan kecerahan air yang masih normal. Kecerahan
berkaitan erat dengan kedalaman perairan. Kecerahan yang teramati berbanding
terbalik dengan kedalamannya. Semakin tinggi kecerahan suatu perairan maka
semakin rendah ukuran kedalamannya. Hal ini dikarenakan cahaya yang masuk ke
perairan akan maksimum pada kedalaman permukaan atau kedalaman yang
rendah (Pancawati et al. 2014).
Pengamatan warna di perairan sungai Ciapus adalah hijau bening. Warna
hijau tersebut terlihat seperti bercampur dengan lumut – lumut halus yang
menempel di bebatuan sungai . Semakin berada ditengah sungai, warna perairan
semakin pekat. Aroma atau bau yang teramati dari perairan sungai Ciapus adalah
tidak berbau, tetapi hanya aroma alami sungai. Hal ini dapat terjadi karena pada
perairan ini substrat yang terkandung adalah tipe substrat berbatu sehingga
dasarnya cukup bersih dari lumpur. Pengukuran kedalaman sungai Ciapus
menggunakan paralon. Stasiun pertama diperoleh kedalaman sebesar 33 cm,
stasiun kedua diperoleh kedalaman 87 cm dan Stasiun ketiga diperoleh
kedalaman 43 cm. Setiap stasiun memiliki kedalaman yang berbeda. Rata -rata
kedalaman yang diperoleh 54,33 cm. Kedalaman terkecil berada stasiun pertama
sedangkan kedalaman terbesar berada pada stasiun kedua. Terlihat bahwa
semakin jauh dari daratan maka kedalaman akan semakin besar. Begitu pula
dengan kecerahan bahwa semakin dalam suatu perairan maka kecerahan perairan
tersebut akan semakin berkurang.
Parameter yang diamati selanjutnya adalah parameter kimia yaitu
mengukur nilai derajat keasaman (pH). Berdasarkan hasil Penghitungan pH
menggunakan kertas lakmus, sungai Ciapus memiliki pH sama dengan 6 yang
menunjukkan kualitas air dalam sungai Ciapus masih dalam kategori kualitas air
yang baik, karena sesuai dengan baku mutu pada Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia N0.82 Tahun 2001 yaitu masuk pada baku mutu kelas I yaitu pH 6-9.
Parameter ketiga yang diamati adalah parameter biologi, yaitu dengan mengamati
kelimpahan Plankton, Perifoton, Bentos, Nekton, dan Neuston. Dengan parameter
biologi dapat diketahui tingkat kesuburan serta komponen biologis yang terdapat
pada perairan tersebut. Plankton adalah hewan air yang hidup mengapung di atas
permukaan air dimana pergerakannya tergantung pada arus. Sehingga gerakan
hidupnya tergantung pada arus atau gelombang pada air. Plankton terbagi
menjadi dua yaitu fitoplankton dan zooplankton Krismono (2010) .Plankton
memiliki peranan yang penting dalam suatu perairan karena sebagai dasar dari
rantai makanan (primary producer) yang menjadi parameter tingkat kesuburan
perairan, kelimpahan yang tinggi memiliki produktifitas yang tinggi (Yuliana
2012). Plankton yang teramati pada ketiga stasiun di sungai Ciapus didapatkan
dua spesies plankton yaitu Oedogonium dan Meugotia. Kelimpahan paling tinggi
berada di substasiun 1 dengan jumlah kelimpahan 20.6257 dan terendah
berada di substasiun 3 dengan jumlah kelimpahan sebesar 8.3804.
Menurut Siagian ( 2012 ) Perifiton adalah kelompok mikroorganisme
yang tunbuh pada beberapa substrat alami seperti batu-batuan, kayu, tanaman,
bahkan binatang-binatang air. Keberadaan perifiton di perairan dapat dijadikan
sebagai indikator kesuburan perairan.Perifiton yang di dapat di perairan sungai
Ciapus ada empat spesies yaitu Gonatozygoa, Campylodiscus, Tetraspora, dan
Docidium.. Kelimpahan perifiton pada substasiun pertama dan ketiga sebesar
2500. Kelimpahan perifiton pada substasiun kedua sebesar 5000. Bentos
merupakan organisme yang hidup menetap dan memiliki daya adaptasi yang
bervariasi terhadap kondisi lingkungan, tingkat keanekaragaman bentos di
perairan dapat digunakan sebagai indikator pencemaran (Ridwan et al. 2016)
Spesies bentos yang didapatkan di perairan sungai Ciapus ada tiga spesies yaitu
Goneobasis pada substasiun pertama, Hydropsyhe pada substasiun kedua, dan
Philopotamus pada substasiun ketiga. Kelimpahan bentos pada substasiun
pertama sebesar 22.2222. Kelimpahan bentos pada substasiun kedua dan ketiga
sebesar 11.1111. Kelimpahan tertinggi berada di substasiun pertama dan
kelimpahan terendah berada di substasiun kedua dan ketiga. Perairan sungai
Ciapus memiliki keanekaragaman organisme akuatik. Kelimpahan di perairan
sungai Ciapus cukup tinggi. Organisme perairan di sungai Ciapus memiliki
jumlah yang banyak karena kondisi perairan yang sesuai, suhu dan pH perairan
berada pada nilai yang optimal untuk mendukung keberlangsungan hidup
organisme didalamnya. Sehingga perairan sungai Ciapus masih dikategorikan
perairan yang memiliki kelimpahan cukup tinggi.
SIMPULAN

Parameter Fisika yang teramati pada analisis di perairan menggenang


sungai Ciapus adalah suhu, bau, warna, kedalaman, kecerahan, kecepatan arus,
lebar sungai, dan lebar badan sungai. Suhu rata-rata pada perairan sungai Ciapus
adalah 23oC dengan bau alami sungai (tidak berbau) dan warna perairan hijau
bening. Kecerahan memiliki berbeda-beda serta kedalaman tiap substasiun
dimana semakin tengah semakin dalam. Terkait kondisi fisik yang tercatat,
parameter kimia yang teramati adalah kandungan pH. Adapun parameter biologi
yang teramati seperti plankton, perifiton, dan bentos. Organisme tersebut
memiliki jumlah yang cukup banyak pada perairan sungai Ciapus karena kondisi
perairan yang sesuai dengan habitat mereka serta substrat lumpur yang lebih
dominan pada dasar perairan sungai Ciapus.
DAFTAR PUSTAKA

Dewiyanti GD, Irawan B, Moehammadi M. 2015. Kepadatan dan


keanekaragaman plankton di perairan mangetan kanal Kabupaten Sidoarjo
provinsi Jawa Timur dari daerah hulu, daerah tengah dan daerah hilir
bulan Maret 2014. Jurnal Ilmiah Biologi. 3(1): 37-46
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya Dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta (ID): Kanisius
Fallah B. 2012. Analisis mutu air dengan metode STORET di Sungai Ciapus
[skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian
Bogor.
Hadikusumah. 2008. Variabilitas suhu dan salinitas di perairan Cisadane. Jurnal
Makara Sains.12(2): 82-88
Junaidi FF. 2014. Analisis distribusi kecepatan aliran Sungai Musi (ruas jembatan
ampera sampai dengan Pulau Kemaro). Jurnal Teknik Sipil dan
Lingkungan. 2(3): 542 – 552
Krismono.2010.Hubungan antara kualitas air dan klorofil-a dan pengaruhnya
terhadap populasi ikan di perairan Danau Limboto. Jurnal Limnotek.
17(2):171-180.
Pancawati DN, Suprapto D, Purmono PW. 2014. Karakteristik fisika kimia
perairan habitat bivalvia di sungai Wiso Jepara. Diponogoro Journal of
Maquares 3(4):141-146
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
Ridwan M, Fathoni L, Fatihah I, Pangestu DA. 2016. Struktur komunitas
macrozoobenthos di empat muara sungai cagar alam pulau dua, Serang
Banten. Jurnal Biologi. 9 (1): 57 – 65
Siagian M.2012.Kajian jenis dan kelimpahan perifiton pada eceng gondok
(Eichornia crassipes)di zona litoral Waduk Limbungan, Pesisir Lumbai
Riau. Jurnal Akuatika.3(2):95-104.
Simanjuntak M. 2007. Oksigen terlarut dan Apparent Oxygen Utilization di
Perairan Teluk Klabat, Pulau Bangka. Jurnal Ilmu Kelautan. 12 (2): 59 –
66.
Soemarno. 2010. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut. P30. Jakarta
(ID): 527 Hal,
Tarigan MS, Edward.2003.Kandungan total zat padat tersuspensi di perairan
Raha, Sulawesi Tenggara.Jurnal Makara Sains.7(3):109-119.
Yuliana, Adiwilaga EM, Harris E, Pratiwi NTM. 2012. Hubungan antara
kelimpahan fitoplankton dengan parameter fisik-kimiawi perairan di Teluk
Jakarta. Jurnal Akuatika. 3(2):169-179.
LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi

Gambar 2 pengukuran Gambar 3 pengukuran kecerahan


suhu dengan termometer dengan secchi disk

Gambar 4 pengambilan sampel plankton Gambar 5 pengukuran dengan


plankton net ketinggian dengan paralon 3 inch
Gambar 6 pengerikan batu untuk Gambar 7 pengambilam sampel
mengambil sampel perifiton bentos dengan surber

Gambar 8 pengukuran kecepatan arus Gambar 9 pengukuran lebar sungai


dengan floating drodge dan lebar badan sungai dengan
meteran

Gambar 10 preservasi sampel Gambar 11 foto bersama


paramaeter biologi kelompok II A ekoper MSP 54

Lampiran 2 Contoh Perhitungan


Stasiun 1
10.000 𝑐𝑚2 10.000 𝑐𝑚2
Kepadatan (N) Bentos = 𝑥n = 𝑥 2 = 22.2222
𝐿 900

𝑂 𝑉𝑟 1
Kelimpahan (N) Plankton = 𝑂 𝑖 𝑥 𝑥 𝑥 𝑛 = 6.8752
𝑝 𝑉0 𝑉𝑠

𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑒𝑘 1𝑥1 𝑚2 10.000 𝑐𝑚2


Kelimpahan (N) Perifiton = 𝑛 𝑥 = 𝑛𝑥 =1𝑥
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛 2𝑥2 𝑐𝑚2 4 𝑐𝑚2
= 2500

Lampiran 3 Pembagian Tugas

Pembagian tugas membuat laporan:


Yohannes A C24170089 (Pendahuluan)
Nyimas Rafiah Winda C24170045 (Pembahasan)
Putri Ardiyanti C24170058 (Pembahasan)
Rendi Irawan C24170033 (Perhitungan, analisis data, dan
editor)
Suci Putri Mahendra C24170011 (Abstrak, Simpulan, dan Lampiran)

Anda mungkin juga menyukai