Di era keterbukaan seperti sekarang ini, setiap orang menginginkan informasi yang
akurat dan kompeten tentang sebuah laporan. Untuk mengetahui kebenaran sebuah
laporan yang ada, biasanya seseorang akan meminta orang lain dari pihak yang
independen untuk memeriksa atau mengaudit bahwa laporan yang disajikan tersebut
adalah benar adanya. Salah satu laporan yang paling sering diaudit untuk
mendapatkan kebenarannya adalah laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan
perusahaan adalah dokumen yang menyajikan keuangan perusahaan pada periode
yang sudah berlalu. Namun, tidak semua pengguna laporan keuangan adalah orang-
orang yang mengerti tentang laporan keuangan. Oleh karena itu, perlu adanya seorang
ahli yang dapat memberikan opini dan “penerjemahan” atas laporan keuangan yang
telah dibuat perusahaan. Ahli tersebut adalah seorang akuntan publik atau auditor.
Tugas seorang auditor adalah memeriksa laporan keuangan sebuah perusahaan apakah
sudah sesuai dalam pengerjaannya yaitu menggunakan standar akuntansi yang berlaku
dan apakah laporan keuangan tersebut dikerjakan sesuai dengan format yang berlaku
juga. Di akhir pekerjaannya dalam memeriksa laporan keuangan, seorang auditor akan
mengeluarkan sebuah opini tentang laporan keuangan tersebut yang dinamakan opini
audit laporan keuangan. Opini audit adalah pernyataan auditor terhadap kewajaran
laporan keuangan dari entitas yang telah diaudit. Kewajaran ini menyangkut
materialitas, posisi keuangan, dan arus kas. Opini audit ini lah yang menjadi
“terjemahan” laporan keuangan yang digunakan oleh pengguna laporan keuangan
dalam mengambil keputusanuntuk kelangsungan hidup perusahaan. Menurut SPAP
(Standar Profesional Akuntan Publik), opini audit ada 5 macam, yaitu :
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)
Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan
secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus
kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Ini adalah pendapat yang dinyatakan dalam laporan auditor bentuk baku. Kriteria
pendapat wajar tanpa pengecualian antara lain.
– Bukti yang cukup telah diakumulasi untuk menyimpulkan bahwa tiga standar
lapangan telah dipatuhi
Sebagaimana diketahui, jenis-jenis opini yang lazim diberikan oleh auditor ketika
mengaudit laporan
1. Bukti audit yang dibutuhkan telah terkumpul secara mencukupi dan auditor telah
menjalankan tugasnya sedemikian rupa, sehingga ia dapat memastikan bahwa ketiga
standar pelaksanaan kerja lapangan telah ditaati.
3. Laporan keuangan yang diaudit disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
lazim yang berlaku di Indonesia yang diterapkan pula secara konsisten pada laporan-
laporan sebelumnya. Demikian pula penjelasan yang mencukupi telah disertakan pada
catatan kaki dan bagian-bagian lain dari laporan keuangan.
4. Tidak terdapat ketidakpastian yang cukup berarti (no material uncertainties)
mengenai perkembangan di masa mendatang yang tidak dapat diperkirakan
sebelumnya atau dipecahkan secara memuaskan.
Sebenarnya, ada satu pendapat lagi yang merupakan modifikasi dari pendapat Wajar
Tanpa Pengecualian, yaitu Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa
Penjelasan yang Ditambahkan dalam Laporan Audit Bentuk Baku. Pendapat ini
diberikan jika terdapat keadaaan tertentu yang mengharuskan auditor menambahkan
paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan audit, meskipun tidak
mempengaruhi pendapat Wajar Tanpa Pengecualian yang dinyatakan oleh auditor.
c) Jika terdapat kondisi dan peristiwa yang semula menyebabkan auditor yakin
tentang adanya kesangsian mengenai kelangsungan hidup entitas, namun setelah
mempertimbangkan rencana manajemen auditor berkesimpulan bahwa rencana
manajemen tersebut dapat secara efektif dilaksanakan dan pengungkapan mengenai
hal itu telah memadai,
f) data keuangan kuartalan tertentu yang diharuskan oleh Badan Pengawas Pasar
Modal (Bapepam) namun tidak disajikan atau tidak direviu,
h) informasi lain dalam suatu dokumen yang berisi laporan keuangan yang diaudit
secara material tidak konsisten dengan informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan.
2. Laporan keuangan yang diperiksa tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang
diterima umum di Indonesia. Contoh kondisi ini adalah jika klien tidak bersedia
mengubah kebijakan mencatat nilai aset tetap berdasarkan harga penggantian
(replacement cost) dan bukannya harga historis (historical cost) yang dipersyaratkan
oleh prinsip akuntansi yang umum berlaku di Indonesia. Atau, klien menilai
persediaan yang dimilikinya berdasarkan harga jual (selling price) dan bukannya
harga historis atau harga yang terendah antara harga historis dan harga pasar (cost or
market which is lower).
Berikut penjelasannya :
WTP artinya Laporan Keuangan (LK) telah menyajikan secara wajar dalam semua
hal yg material, posisi keuangan (neraca), hasil usaha atau Laporan Realisasi
Anggaran (LRA), Laporan Arus Kas, sesuai dengan prinsip akuntansi yg berlaku
umum. Penjelasan laporan kauangan juga telah disajikan secara memadai, informatif
dan tidak menimbulkan penafsiran yang menyesatkan.
Wajar di sini dimaksudkan bahwa LK bebas dari keraguan dan ketidakjujuran serta
lengkap informasinya. Pengertian wajar tidak hanya terbatas pada jumlah-jumlah dan
pengungkapan yang tercantum dalam LK, namun meliputi pula ketepatan
pengklasifikkasian aktiva dan kewajiban.
Selain itu pendapat Diberikan karena : Terdapat keadaan tertentu yang mengharuskan
auditor menambahkan paragraf penjelasan, namun tidak mempengaruhi pendapat
wajar tanpa
pengecualian.
o Perubahan penerapan PABU dan metode penerapan yang material diantara dua
periode akuntansi
WDP artinya laporan keuangan telah menyajikan secara wajar dalam semua hal yang
material, posisi keuangan (neraca), hasil usaha atau Laporan Realisasi Anggaran
(LRA), Laporan Arus Kas, sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan (SAP) atau
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, kecuali untuk dampak hal-hal
yang berhubungan dengan yang dikecualikan.Pendapat WDP diberikan oleh
pemeriksa, apabila :
Selain itu pendapat ini Diberikan karena : Penyajian laporan keuangan telah wajar
(dalam semua hal yang material laporan keuangan telah sesuai dengan PABU) kecuali
untuk hal yang dikecualikan. Pengecualian yang dimaksud :
e. Auditor harus menjelaskan semua alasan yang menguatkan dalam satu atau
lebih paragraf terpisah yang dicantumkan sebelum paragraf pendapat
Pendapat Tidak Wajar diberikan oleh pemeriksa, apabila tidak ada pembatasan
lingkup pemeriksaan, tidak ada tekanan kepada pemeriksa, tetapi ada penyimpangan
terhadap standar akuntansi, yang sangat material atau LK tidak disusun sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Selain itu pendapat ini Diberikan karena : menurut pertimbangan auditor laporan
keuangan secara keseluruhan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan PABU dan
Harus dijelaskan dalam paragraf yang terpisah sebelum paragraf pendapat, alasan
yang mendukung pendapat tidak wajar dan dampaknya terhadap laporan keuangan
MMP artinya pemeriksa tidak dapat memberikan pendapat atas LK, karena ada
pembatasan lingkup pemeriksaan atau ada tekanan kepada pemeriksa, sehingga
pemeriksa tidak dapat menerapkan prosedur pemeriksaan yang dipandang perlu,
prosedur pemeriksaan alternatif juga tidak dapat memberikan keyakinan yang
memadai bagi pemeriksa.
Pendapat MMP juga bisa diberikan apabila sistem pengendalian intern sangat lemah,
sehingga pemeriksa tidak dapat memperoleh kayakinan yang memadai; atau apabila
pemeriksa menghadapi keraguan tentang kelangsungan hidup entitas. Selain itu
pendapat ini diberikan karena :
1. judul laporan, standard auditing mewajibkan setiap laporan diberi judul laporan,
dan dalam judul tersebut tercantum kata independent
2. alamat laporan, laporan ini umumnya ditujukan kepada perusahaan, para pemegang
saham, atau dewan direksi perusahaan.
3. paragraf pendahuluan, paragraf pertama laporan menunjukkan tiga hal : pertama,
membuat suatu pernyataan sederhana bahwa kantor akuntan publik telah
melaksanakan audit. pernyataan ini dibuat untuk membedakan laporan audit ini dari
suatu laporan kompilasi atau laporan review. Kedua, paragraf ini menyatakan laporan
keuangan yang telah diaudit, termasuk pencantuman tanggal neraca serta periode
akuntansi dari laporan laba-rugi dan laporan arus kas. Ketiga, paragraf pendahuluan
menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan tanggung jawab management dan
tanggung jawab auditor terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan
berdasarkan pelaksanaan audit
4. paragraf scope. Paragraf scope ini berisi pernyataan faktual tentang apa yang
dilakukan auditor selama proses audit, juga menyatakan bahwa audit dirancang untuk
memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji
yang material. Pencantuman kata material menunjukkan bahwa auditor hanya
bertanggung jawab dalam mencari kesalahan penyajian yang signifikan, bukan
mencari kesalahan penyajian yang tidak mempengaruhi pembuatan keputusan oleh
para pengguna laporan keuangan. Istilah keyakinan yang memadai digunakan untuk
menunjukkan bahwa suatu audit tidak dapat diharapkan untuk menghapus seluruh
kemungkinan hadirnya kesalahan penyajian yang material dalam laporan keuangan.
Paragraf scope juga membahas tentang pengumpulan bukti audit serta menyatakan
bahwa auditor yakin bahwa bukti audit yang dikumpulkan telah memberikan dasar
yang memadai bagi pernyataan pendapat.
5. paragraf pendapat. Paragraf terakhir dalam laporan audit bentuk baku yang
menyajikan kesimpulan auditor berdasarkan hasil dari proses audit yang telah
dilakukan. Bagian ini merupakan bagian terpenting dari keseluruhan laporan audit,
sehingga seringakali seluruh laporan audit dinyatakan secara sederhana sebagai
pendapat auditor.
6. Nama KAP. Nama tersebut akan mengidentifikasikan kantor akuntan publik atau
praktisi mana yang telah melaksanakan proses audit. umumnya yang dituliskan adalah
nama kantor akuntan publik karena seluruh bagian dari kantor akuntan publik tersebut
bertanggung jawab, baik secara hukum maupun secara profesi, dalam memastikan
agar kualitas pekerjaan audit memenuhi standar profesi.
7. tanggal laporan audit. tanggal yang tepat untuk dicantumkan dalam laporan audit
adalah tanggal pada saat auditor menyelesaikan prosedur audit terpenting di lokasi
pemerikasaan. Tanggal ini merupakan tanggal yang penting pula bagi para pengguna
laporan karena tanggal tersebut menunjukan kapan terakhir sang auditor masih
bertanggung jawab atas peristiwa-peristiwa penting yang terjadi setelah laporan
keuangan.
Laporan audit bentuk baku diterbitkan bila kondisi-kondisi berikut ini terpenuhi:
1. seluruh laporan keuangan (neraca, laporan laba-rugi, laporan laba ditahan, dan
laporan arus kas telah lengkap)
2. semua aspek dari ketiga standard umum GAAS atau SPAP telah dipatuhi dalam
penugasan audit tersebu.
3. bukti audit yang cukup memadai telah terkumpul, dan sang auditor telah
melaksanakan penugasan audit ini dengan sedemikian rupa sehingga membuatnya
mampu menyimpulkan bahwa ketiga standard pekerjaan lapangan telah dipatuhi.
4. laporan keungan telah disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Hal tersebut berarti pula bahwa pengungkapan informatif yang cukup
tela tercantum dalam catatan atas laporan keuangan serta bagian-bagian lainnya dari
laporan keuangan tersebut.
5. tidak terdapat situasi yang membuat auditor merasa perlu untuk menambahkan
sebuah paragraf penjelasan atau memodifikasi kalimat dalam laporan audit.
Ketika auditor menyandarkan dirinya pada sebuah kantor akuntan publik lain untuk
melaksanakan sebagian proses audit, yang biasa terjadi bila klien memiliki sejumlah
cabang atau sub-divisi yang tersebar letaknya, maka kantor akuntan publik utama
memiliki 3 alternatif pilihan; a. Tidak memberikan referensi dalam laporan audit,
ketika tidak ada referensi yang dibuat untuk auditor lainnya, maka suatu pendapat
wajar tanpa syarat diberikan kecuali terdapat kondisi lain yang mengharuskan
dikeluarkannya pendaat lain diluar pendapat wajar tanpa syarat. b memberikan
referensi dalam laporan (modfikasi kalimat). Jenis laporan ini disebut pula sebagai
suatu laporan atau pendapat bersama, suatu laporan bersama wajar tanpa syarat
merupakan laporan yang tepat untuk diterbitkan bila merupakan hal yang tidak praktis
untuk mereview kembali pekerjaan auditor lain atau ketika proporsi laporan keuangan
yang diaudit oleh auditor lain material terhadap keseluruhan laporan keuangan. c.
Mengeluarkan pendapat wajar dengan pengecualian, auditor utama dapat
menyimpulkan bahwa perlu diterbitkan suatu pendapat wajar dengan pengecualian.
Suatu pendapat wajar tanpa syarat atau tidak memberikan pendapat, tergantung pada
materialitasnya, diperlukan jiak auditor utama tidak menginginkan untuk mengambil
tanggung jawab apapun atas pekerjaan auditor lainnya.
PENUTUP
Sebagaimana telah diketahui, jenis-jenis opini yang lazim diberikan oleh auditor
ketika mengaudit laporan keuangan adalah Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified
Opinion), Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion), Tidak Wajar (Adverse
Opinion), dan Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer Opinion). Masing-masing
opini diberikan sesuai dengan kriteria tertentu yang diketemukan selama proses audit.
Pendapat auditor yang dituangkan dalam laporan audit paling umum adalah laporan
audit standar yang unqualified, yang biasa juga disebut laporan standar bentuk
pendek.