Anda di halaman 1dari 14

JURNAL EDUCATION BUUILDING

Volume 3, Nomor 1, Juni 2017: 46-59, ISSN-E : 2477-4901, ISSN-P : 2477-4898

DESAIN RUMAH TINGGAL YANG RAMAH LINGKUNGAN


UNTUK IKLIM TROPIS

Hendra Simbolon1, Irma Novrianty Nasution2


¹Alumni Program Studi D-3 Teknik Sipil, Fakultas Teknik UNIMED
2Dosen Pengajar Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan, Fakultas Teknik UNIMED
(xhendrapyo@gmail.com)
(irmanovri@gmail.com)

Diterima : 3 Maret 2017


Disetujui : 17 April 2017

ABSTRAK
Kebutuhan manusia akan rumah tinggal sebagai kebutuhan primer tidak dapat dipandang sebelah
mata. Sekarang ini, kebanyakan rumah tinggal dibangun hanya berfokus pada aspek keindahannya
saja tanpa mempertimbangkan kondisi lingkungan dan iklim pada lokasi rencana rumah tinggal akan
dibangun. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk mendesain rumah tinggal yang ramah
lingkungan untuk iklim tropis ditinjau dari aspek termalnya (ventilasi alami dan pencahayaan alami).
Desain rumah tinggal rumah ramah lingkungan dibuat dengan memperhatikan aspek lingkungannya,
seperti kondisi site existing, peredaran matahari, pergerakan angin, dan aspek lingkungan lainnya.
Semua aspek tersebut dianalisis untuk memenuhi kebutuhan rumah tinggal akan aspek kenyamanan
termal. Untuk mencapainya dapat dilakungan perancangan secara pasif dengan metode ventiasi
alami dan pencahayaan alami yang diterapkan pada desain bangunan. Luasan minimal ventilasi
alami dalam suatu ruangan adalah 10 % dari luas lantai ruang tersebut. Dari hasil analisa didapat
orientasi bangunan terbaik menghadap arah timur-barat, untuk orientasi bukaan terbaik menghadap
utara dan selatan, pada arah ini cahaya matahari bersinar stabil sepanjang hari. Untuk mengatasi
radiasi matahari yang tinggi, pada area sekitar bangunan ditanam vegeasi dengan jenis pohon yang
rindang dan menyejukkan. Adapun untuk memberikan efek dingin pada ruangan tipe
bukaan/jendela yang sesuai dari hasil analisa adalah jendela tipe pivot(berporos) untuk
memaksimalkan masuknya angin pada ruang. Untuk mengatasi kondisi kelembapan yang tinggi,
dibuat ventilasi bawah yang berada tepat pada bawah jendela, kemudian pada adap yang memiliki
bidang datar ditambakan ventiasi untuk mengeluarkan udara panas di ruang antara atap dan plafon.
Untuk memberikan kesejukan yang alami pada bangunan, di buat jarak antar bangunan dengan
bangunan eksisting agar angin dapat bergerak bebas di area bangunan.

Kata Kunci : Pencahayaan, Ramah Lingkungan, Rumah Tinggal, Ventilasi

1. Pendahuluan tinggal tidak bisa dipandang sebelah mata saja,


Seiring dengan bertambahnya penduduk karena ini merupakan kebutuhan primer setiap
sejalan pula dengan petumbuhan bangunan manusia. Oleh karenanya, dibutuhkan
sebagai tempat bernaung dari iklim luar yang perencanaan yang baik agar pembangunan
ekstrim. Bangunan yang berfungsi sebagai rumah tinggal dapat memberikan kenyamanan
tempat tempat tinggal biasanya disebut dengan bagi penghuninya.
rumah. Kebutuhan manusia akan rumah
Hendra Simbolon–Irma Novrianty Nasution

Menurut Karyono (2013), rumah tinggal b. Desain bangunan dibatasi pada orientasi
yang baik harus mampu memodifikasi iklim bangunan, organisasi ruang, serta model
luar yang tidak nyaman menjadi iklim dalam dan dimensi ventilasi.
yang nyaman bagi penghuninya . Faktor Berdasarkan batasan masalah di atas, maka
penting untuk membangun perlindungan dirumuskan beberapa masalah antara lain
terhadap iklim yang tidak nyaman tersebut sebagai berikut :
yaitu melalui pencahayaan, suhu, kelembaban a. Bagaimana desain rumah tinggal yang
udara, dan sebagainya.Menurut Peraturan ramah tinggal lingkungan untuk iklim
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 tropis?
Tahun 2010, bangunan ramah lingkungan
b. Apa kriteria desain rumah tinggal yang
(green building) adalah suatu bangunan yang
ramah lingkungan untuk iklim tropis?
menerapkan prinsip lingkungan dalam
perancangan, pembangunan, pengoperasian,
dan pengelolaannya, serta merupakan aspek
2. Kajian Teori
penting penanganan dampak perubahan iklim.
2.1 Pengertian Rumah Tinggal
Untuk mencapai bangunan ramah lingkungan Rumah tinggal merupakan salah satu
tersebut dapat dilakukan perancangan secara kebutuhan dasar bagi manusia (primer)
pasif (alami), yaitu perancangan bangunan disamping kebutuhan sandang dan
dengan mempertimbangkan faktor iklim, sifat pangan. Dikatakan sebagai kebutuhan
fisika bangunan dan variabel perancangan dasar karena merupakan unsur yang
bangunan lainnya seperti orientasi bangunan, harus dipenuhi guna menjamin
bentuk, peneduh matahari dan sebagainya kelangsungan hidup manusia.Rumah
(Soegijanto, 1999:1). Perancangan secara pasif menjadi tempat berlindung dari cuaca dan
ini sering juga disebut perancangan secara lingkungan sekitar yang, menyatukan
alami, misalnya perancangan termal alami keluarga, meningkatkan tumbuh kembang
termasuk ventilasi alami serta pencahayaan manusia, dan menjadi bagian dari gaya
alami. hidup (Wicaksono, 2009:3). Rumah
Berdasarkan pemikiran dan permasalahan diharapkan mampu memberikan
yang telah diuraian di atas, maka penulis akan kenyamanan bagi penghuninya, baik itu
memaparkan lebih dalam pembahasan tentang secara psikis maupun fisik. Kenyamanan
perencanaan bangunan yang ramah lingkungan psikis berkaitan dengan aspek
di daerah beriklim tropis dari aspek kepercayaan, agama, adat istiadat, dan
perancangan termal yang alami. sebagainya. Kenyaman psikis lebih
Pembangunan rumah tinggal bertumbuh bersifat kulitatif, yaitu suatu kesenangan
dengan pesatnya. Butuh perencanaan dengan secara jiwa. Adapun kenyamanan fisik
baik agar fungsi rumah tinggal sebagai tempat lebih bersifat luas dan dapat diukur secara
bernaung dari iklim luar yang tidak nyaman kuantitatif. Secara umum kenyamanan
menjadi iklim dalam yang nyaman agar dapat fisik dapat dibagi menjadi empat jenis,
tercapai. Indonesia merupakan negara dengan yakni kenyamanan spatial (ruang),
iklim tropis, dimana curah hujan tinggi, cahaya kenyamanan visual (pengelihatan),
matahari tinggi, kelembapan tinggi dan suhu kenyamanan audial (pendengaran) dan
yang relatif tinggi. Aspek termal (suhu) kenyamanan thermal (termis/suhu)
merupakan hal yang paling dominan yang (Karyono, 2013:107).
perlu dipenuhi pada bangunan tropis. Oleh
karena itu, dibutuhkan desain rumah tinggal 2.2 Perencanaan Rumah Tinggal
yang mampu menjawab menjawab Sebelum membangun rumah tinggal,
permasalahan iklim tropis yang ramah sebaiknya dilakukan perencanaan terlebih
lingkungan dan hemat energi. dahulu agar rumah yang terbangun
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, nantinya sesuai dengan keinginan si
maka dibuat batasan masalah yaitu sebagai penghuninya dan memenuhi persyaratan
berikut : dasar rumah yang baik.
a. Kriteria desain rumah tinggal ramah Menurut Amin dkk (2014:8), dalam
lingkungan untuk iklim tropis dari segi merencanakan sebuah bangunan rumah
aspek termal (suhu). tinggal, perancangan denah sangatlah

Educational Building, Vol. 3. No.1 Juni 2017 47


Desain Rumah Tinggal Yang Ramah lingkungan Untuk Iklim Tropis

penting. Melalui gambar denah tersebut berpedoman pada alam sebagai polanya,
penghuni dapat membaca model, bentuk, dengan persyaratan sebagai berikut:
atau wujud yang akan dibangun. Ada
beberapa pertimbangan dalam merancang a. Penyesuaian dengan alam setempat
denah agar fungsinya dapat dicapai b. Menghemat sumber energi alam yang
dengan maksimal: tidak dapat diperbaharui dan mengirit
a. Pertimbangan Jumlah Penghuni penggunaan energi
Rumah c. Memelihara sumber lingkungan
b. Kebutuhan Ruang Penghuni Rumah (udara, tanah, air)
c. Fungsi Ruang d. Memelihara sumber dan memperbaiki
d. Kenyamanan peredaran alam
e. Keamanan e. Mengurangi ketergantungan pada
f. Nilai Estetika sistem pusat energi (listrik, air) dan
limbah (air limbah, sampah)
2.3 Kriteria Desain Rumah Ramah f. Penghuni ikut seta aktif pada
Lingkungan perancangan, pembangunan, dan
MenurutPeraturan Menteri Negara pemeliharaan perumahan
Lingkungan Hidup (2010), bangunan g. Tempat kerja dan permukiman dekat
dapat dikategorikan sebagai bangunan h. Kemungkinan penghuni
ramah lingkungan apabila memenuhi menghasilkan sendiri kebutuhannya
kriteria berikut yaitu : sehari-hari.
a. Menggunakan material bangunan i. Menggunakan teknologi sederhana
yang ramah lingkungan.
b. Terdapat fasilitas, sarana, dan
prasarana untuk konservasi sumber 2.4 Desain Ventilasi Alami
daya air dalam bangunan gedung. Menurut Istiqomah dan Hanas
c. Terdapat fasilitas, sarana, dan (2011:38), udara segar diperlukan rumah
prasarana konservasi dan diversifikasi untuk menjaga suhu dan kelembapan
energi. udara dalam ruangan. Sebaiknya suhu
d. Menggunakan bahan yang bukan udara harus lebih rendah paling sedikit 4
bahan perusak ozon dalam bangunan 0C dari suhu udara di luar ruangan.

gedung. Umumnya suhu kamar 220C – 300C sudah


e. Terdapat fasilitas, sarana, dan cukup segar. Pergantian udara bersih
prasarana pengelolaan air limbah untuk orang dewasa adalah 33
domestik pada bangunan gedung. m3/orang/jam dengan kelembapan udara
f. Terdapat fasilitas pemilahan sampah, berkisar 60% optimum. Ventilasi yang
g. Memperhatikan aspek kesehatan bagi baik dalam ruangan harus memenuhi
penghuni bangunan antara lain: beberapa syarat diantaranya (Istiqomah
1) Melakukan pengelolaan sistem dan Hanas, 2011:38) :
sirkulasi udara bersih; a. Luas lubang ventilasi tetap
2) Memaksimalkan penggunaan sinar minimum 5% dari luas lantai
matahari. ruangan. Sedangkan luas ventilasi
h. Terdapat fasilitas, sarana, dan insidentil (dapat dibuka dan
prasarana pengelolaan tapak ditutup) minimum 5% dari luas
berkelanjutan. lantai. Total menjadi minimal
i. Terdapat fasilitas, sarana, dan ventilasi dalam satu ruangan adalah
prasarana untuk mengantisipasi 10% dari luas ruangan tersebut dan
bencana alam. maksimal 20 % dari luas ruangan
j. Menggunakan material bangunan tersebut. Idealnya sebuah ruangan
yang tahan terhadap iklim atau cuaca memiliki luas bukaan seluas 15 %
ekstrim intensitas hujan yang tinggi, dari luas ruangan tersebut.
kekeringan dan suhu tinggi b. Udara yang masuk harus udara
Menurut Frick dan Suskiyatmo bersih, tidak tercemar oleh dari
(1998:68), perencanaan eko-arsitektur sampah atau dari pabrik, dari

Educational Building, Vol. 3. No.1 Juni 2017 48


Hendra Simbolon–Irma Novrianty Nasution

knalpot kendaraan, debu dan lain-


lain.
c. Aliran udara jangan menyebabkan
orang masuk angin.
d. Aliran udara diusahakan cross
ventilation menempatkan bukaan
berhadapan antara dinding dalam
ruangan.
e. Kelembapan udara dijaga jangan Gambar 3 Jendela awning dan hopper,
terlalu rendah (menyebabkan kulit nilai ventilasi 100%
kering dan bibir pecah-pecah) dan
jangan pula terlalu tinggi
d. Jendela Geser, mempunyai dua
(menyebabkan orang berkeringat).
sashatau lebih, di mana paling tidak
Selain persyaratan yang telah
terdapat satu sash geser sepanjang
dijelaskan sebelumnya, posisi sash
trek horizontal.
(bingkai tempat kaca dipasang) juga akan
memberikan pengaruh tehdapa besarnya
ventilasi pada suatu ruangan (Ching dan
Adams, 2008:281) :
a. Jendela Permanen, terdiri dari
bingkai dan sash statis. Dengan nilai
ventilasi 0%

Gambar 4 Jendela geserayun, nilai


ventilasi 50%

e. Jendela Gantung Ganda,


mempunyai dua sashyang bergeser
vertikal, masing masing pada trek
Gambar 1 Jendela permanen, nilai
berbeda dan saling menutup area
ventilasi 0%
yang berbeda dari jendela. Jendela
tipe ini mampu mengarahkan
b. Jendela Ayun, mempunyai sashyang
ventilasi dengan nilai 50%.
diberi engsel samping dan biasanya
berayun keluar. Ketika dibuka
sashmampu mengarahkan ventilasi
secara penuh ke dalam ruang.

Gambar 5 Jendela gantung ganda, nilai


ventilasi 50%

Gambar 2 Jendela ayun, nilai f. Jendela Jalousi, mempunyai kisi


ventilasi 100% louver kayu atau kaca horizontal
yang bersumbu pada satu bingkai.
Jalousi biasanya digunakan pada
daerah beriklim sedang untuk
c. Jendela Awning dan Hopper,
mengendalikan ventiasi dan
mempunyai sash yang berayun
menghalangi padangan ke luar.
keluar pada engsel yang dipasang
pada bagian atas atau bawah bingkai
jendela. Ketika dibuka sashmampu
mengarahkan ventilasi secara penuh.
Educational Building, Vol. 3. No.1 Juni 2017 49
Desain Rumah Tinggal Yang Ramah lingkungan Untuk Iklim Tropis

baik dengan angin miring karena


menghasilkan turbelensi ruang dalam
yang lebih besar.

Gambar 6 Jendela jalousi, nilai


ventilasi 100%
Gambar 8 Angin miring lebih baik
g. Jendela Bersumbu, mempunyai dalam ventilasi suatu bangunan
sashyang dapat berputar secara 900
c. Lokasi Jendela
atau 1800 pada sumbu horizontal
Ventilasi-silang sangat efektif karena
atau vertikal pada atau dekat titik
tengahnya. Sashbersumbu biasa udara mengalir dari tekanan positif yang
digunakan pada bangunan berlantai kuat ke area dengan tekanan negatif
banyak dengan AC dan jendela ini yang kuat pada dinding di depannya.
dioperasikan hanya ketika
pembersihan , perawatan atau
ventilasi darurat.‘

Gambar 7 Jendela bersumbu, nilai


ventilasi 100% Gambar 9 Ventilasi silang antara
jendela pada dinding di depannya
merupakan kondisi yang ideal
Menurut Lechner (2007:297), ada
d. Sirip Dinding
beberapa faktor yang menentukan pola
Sirip dinding (fin walls) dapat
aliran udara yang melewati suatu
meningkatkan ventilasi melalui jendela
bangunan diantaranya adalah sebagai
yang terpasang pada sisi sama bangunan
berikut:
dengan cara mengubah ditribusi
a. Kondisi Tapak tekanannya.
Bangunan, tembok, atau vegetasi yang
berbatasan dengan tapak akan
memberikan pengaruh yang besar pada
aliran udara yang melewati suatu
bangunan.
b. Orientasi Jendela dan Arah Angin
Angin akan menghasilkan aliran yang
maksimal ketika posisinya tegak lurus Gambar 10 Sirip dinding dapat
terhadap permukaan dan tekanannya meningkatkan ventilasi secara signifikan
akn berkurang 50% ketika angin tersebut melalui jendela di dinding yang sama
ada pada kemiringan sekitar 450. Namun,
ventilasi ruang dalam akan sering lebih

Educational Building, Vol. 3. No.1 Juni 2017 50


Hendra Simbolon–Irma Novrianty Nasution

e. Overhang Horizoltal dan Aliran Udara c. Bentuk


Overhang horizontal yang terletak d. Perencanaan Ruang
langsung di atas jendela akan e. Warna
menyebabkan arus udara menangkis ke
bagian plafon karena overhang yang
2.6 Iklim Tropis di Indonesia
solid akan mencegah tekanan positif Menurut Lippsmeier (1997:8), daerah
yang berada di atasnya dari proses tropis dibedakan ke dalam dua iklim
penyeimbangan tekanan positif di bawah utama, masing masing dua daerah
jendela. sekunder dan dua daerah tambahan.
Klasifikasi daerah ini dibuat berdasarkan
tiga faktor atmosfir yang paling
berpengaruh terhadap kesejahteraan
kehidupan manusia yakni suhu, kadar
kelembapan, dan gerakan udara.
Indonesia merupakan daerah yang
secara umum memiliki iklim tropis
Gambar 11 Overhang horizontal yang lembap ditandai dengan kelembapan
solid akan menyebabkan udara terpantul udara yang relatif tinggi (sering di atas 90
ke atas %), curah hujan yang tinggi, serta suhu
tahunan di atas 200C, yang bisa meningkat
menjadi 350 C pada musim panas. Namun
2.5 Desain Pencahayaan Alami ada beberapa daerah di Indonesia di mana
Menurut Manurung (2012), orientasi curah hujannya amat sedikit seperti
bangunan merupakan salah satu faktor daerah Nusa Tenggara
yang mempengaruhi desain pencahayaan Iklim tropis lembap sendiri dicirikan
alami (daylighting design). Arah datangnya oleh beberapa faktor iklim (climatic factor)
cahaya dan eksisting pada site (bangunan (Karyono, 2013:106) sebagai berikut:
sekitar, pepohonan, dan kondisi lainnya) a. Curah hujan tinggi sekitar 2000 - 3000
merupakan pertimbangan dalam mm/tahun (Medan ± 2000
menentukan orientasi bangunan. Orientasi mm/tahun atau rata-rata ± 180
bangunan harus disesuaikan dengan mm/bulan).
tujuan perancangan dan kebutuhan cahaya b. Radiasi matahari relatif tinggi sekitar
pada ruang tertentu. Pertimbangan ini 1500 hingga 2500 kWh/m2/tahun
mengacu pada kuantitas dan kualitas serta (Medan ± 1800kWh/m2/tahun)
karakter yang berbeda pada berbagai arah c. Suhu udara relatif tinggi untuk kota
masuknya cahaya. dan kawasan pantai atau dataran
Tujuan umum pencayaan alami yaitu rendah (Medan antara 230 C hingga
menghasilkan cahaya berkualitas yang 340C)
efisien serta meminimalkan silau d. Kelembapan tinggi (Medan antara 65
langsung, lapisan pemantul, dan hingga 94 %)
berlebihnya rasio tingkat terang. e. Kecepatan angin relatif rendah
Umumnya luas total bukaan jendela pada (Medan rata-rata 2,4 m/s)
sebuah ruang yang baik untuk
pencahayaan alami adalah minimal 1/5 3. Metodologi Penelitian
dari luas ruangan tersebut dan maksimal 3.1 Persiapan
1/10 dari lantai ruangan tersebut (Dora Persiapan awal yang dilakukan untuk
dan Poppy, 2011). menunjang kelancaran Tugas Akhir adalah
Atas dasar tujuan tersebut
sebagai berikut :
diperlukan strategi dalam merancang
pencahayaan alami, berikut merupakan a. Melengkapi studi pustaka berupa
beberapa strategi dasar pencahayaan alami pengumpulan materi studi sebagai
(Lechner, 2007:423) : referensi.
a. Orientasi b. Membuat site awal lokasi.
b. Pencahayaan Melalui Atap

Educational Building, Vol. 3. No.1 Juni 2017 51


Desain Rumah Tinggal Yang Ramah lingkungan Untuk Iklim Tropis

c. Survey lokasi untuk mendapatkan gedung dengan tinggi ± 15 m yang difungsikan


gambaran umum rencana bangunan. sebagai kost-kostan. Pada sisi lainya terdapat
b. Pembuatan jadwal rencana rumah tinggal sekaligus difungsikan sebagai
penyusunan Tugas Akhir
kost-kostan. Pada depan lahan yang dibatasi
jalan dengan lebar ± 4 m terdepat deretan
3.2 Lokasi rumah tinggal dengan ketinggian rata-rata 5 m
Lokasi rencana bangunan yang akan dan jarak antar bangunan yang rapat (±1 m).
dibahas dalam penelitian ini adalah di Jalan
Rela Gang Danau Toba No. 5, Pancing,
Medan. Pemilihan Lokasi tersebut dengan
pertimbangan bahwa secara eksisting
daerah tersebut merupakan daerah padat
permukiman, sehingga akan mempunyai
tantangan tersendiri dalam mendesain
rumah tinggal yang ramah lingkungan.

Gambar 12 Kondis site existing

4.2. Hasil Analisa


Dari data yang telah dipaparpakan
didapat hasil analisa berupa berapa ruang yang
dibutuhkan dalam rumah tersebut, orientasi
Gambar 12 Lokasi Rencana Bangunan bangunan, tipe bukaan yang digunakan,
orientasi bukaan, berikut lebih detailnya
pemaparannya.
4. Hasil dan Pembahasan Hasil analisa penghuni menjuru pada
4.1. Data Awal kebutuhan ruang, berikut detailnya :
Data awal yang dibutuhkan adalah data a. Ruang Tamu : 1 unit
penghuni. Penghuni yang akan menempati b. Ruang Keluarga : 1 unit
rencana rumah tinggal terdiri dari 4 orang c. Ruang Tidur : 3 unit
dengan detail sebgai berikut : d. Ruang Belajar : 1 unit
- Ayah : usia 48 tahun, profesi PNS.
e. Dapur : 1 unit
- Ibu : usia 44 tahun, profesi ibu rumah
tangga. f. Kamar Mandi : 3 unit
- Anak perempuan : usia 17 tahun, g. Ruang Makan : 1 unit
profesi siswi kelas 3 SMA.
- Anak laki-laki : usia 20 tahun, profesi Selanjutnya adalah hasil analisa dari
mahasiswa semester 4. peredaran matahari untuk rujukan menentukan
orientasi bangunan, orientasi bukaan, serta tipe
4.1. Site Existing bukaan yang ideal untuk pencahayaan alami.
Lahan terletak di antara himpitan
Berikut merupakan analisa radiasi matahari
bangunan gedung (rumah tinggal dan kost-
yang memberikan dampak positif dan dampak
kostan disekitarnya, dimana jarak antar
negatif serta solusinya bagi bangunan yang
bangunan di lingkungan tersebut sangatlah
direncanakan sesuai dengan lokasi dan kondisi
rapat kurang lebih 1 m. Pada sisi kiri lahan
tapak yang ada :
(dilihat dari sisi timur) terdapat bangunan

Educational Building, Vol. 3. No.1 Juni 2017 52


Hendra Simbolon–Irma Novrianty Nasution

a. Dampak Positif Pada daerah dengan iklim tropis


1) Sumber pencahayaan alami yang lembap, angin merupakan solusi untuk
memadai sepanjang hari pada tapak menjaga suhu pada bangunan/ruang. Angin
yang berada sejajar tepat pada lintasan
akan memanfaatkan kelembapan yang tinggi
matahari.
pada ruangan dengan penguapan sehingga
2) Bangunan akan mendapatkan cahaya
matahari pagi yang baik bagi kesehatan, memberikan efek dingin bagi penghuni
dikarenakan pada sisi timur lahan tidak bangunan. Berikut merupakan analisa angin
berbatasan langsung pada bangunan yang akan memberikan panduan dalam
yang dapat menghalangi cahaya mendesain bukaan untuk memaksimalkan
matahari. ventilasi alami :
3) Cahaya yang berasal dari arah utara dan
selatan lebih soft dan stabil sepanjang a. Dampak Positif
hari. 1) Kecepatan angin pada tapak cukup
b. Dampak Negatif kencang, yang dapat mendukung
1) Cahaya matahari sore dari arah barat perolehan kenyaman termal pada
memiliki radiasi panas matahari yang ruangan.
cukup tinggi yang berpotensi 2) Pergerakan angin yang datang dari
meningkatkan suhu ruangan sehingga arah utara dan selatan pada siang hari
menimbulakan ketidaknyamanan akan berbelok berlawan arah
termal. dikarenakan adanya bangunan
2) Penyinaran dari sisi selatan tidak dapat eksisting yang tinggi pada sisi selatan
maksimal diterima oleh banguan lahan.
dikarenakan ada bangunan tinggi (± 15 3) Keberadaan jalan yang memanjang
m) yang menghalangi cahaya dari langit pada sisi timur lahan memberikan
selatan. sirkulasi udara yang baik.
c. Solusi b. Dampak Negatif
1) Orientasi bangunan dibuat memanjang 1) Angin bergerak dari arah utara ke
arah timur-barat dengan bidang timur selatan (siang hari) dan sebaliknya
dan barat sekecil mungkin untuk (malam hari), dengan adanya
mengurangi paparan radiasi matahari bangunan eksisting pada sisi utara
secara langsung. akan mengurangi potensi pergerakan
2) Orientasikan bukaan/jendela sebanyak angin pada sisi tersebut.
mungkin ke arah selatan ataupun utara, 2) Pada waktu tertentu kecepatan angin
pada arah ini cahaya mataharinya soft bisa berlebihan, sehingga menimbulkan
dan stabil sepanjang hari. ketidaknyamanan termal.
3) Bukaan/jendela yang dibuat pada sisi c. Solusi
timur-barat diberikan sun shader/kanopi 1) Memaksimalkan ventilasi pada sisi
untuk mengurangi masuknya radiasi utara dan selatan untuk memanfaatkan
matahari secara langsung pada ruangan. arah pergerakan angin.
4) Membuat clesrestory window, yaitu 2) Posisikan ventilasi secara menyilang
bukaan cahaya vertikal pada fasad agar lebih memaksimalkan pergerakan
bangunan dengan posisi jauh dari udara pada ruangan.
bidang kerja di atas jendela, yang 3) Menggunakan tipe bukaan/jendela
difungsikan untuk membantu perolehan yang dapat memaksimalkan masuknya
cahaya pada ruang. angin ke dalam bangunan, seperti tipe
5) Menambahkan/menanam vegetasi awning/hopper, jendela ayun, jendela
untuk menyaring radiasi matahari yang berporos (pivot window), dan jendela
masuk ke dalam bangunan. jalusi.
6) Membuat kolam disekitar rumah untuk 4) Memberikan penghalang atau
memberikan efek dingin pada ruang penyaring angin yang terlalu deras,
sekitar. berupa penanaman pohon pada sisi
selatan.

Educational Building, Vol. 3. No.1 Juni 2017 53


Desain Rumah Tinggal Yang Ramah lingkungan Untuk Iklim Tropis

5) Membuat bukaan/ventilasi bawah


untuk mengatasi kelembapan yang
tinggi pada ruangan.
6) Membuat lubang angin (ventilasi) pada
atap, untuk mengeluarkan udara panas
yang terdapat diantara atap dan plafon.
Hal ini dapat membantu mengurangi
suhu dalam ruangan.
7) Memberikan ruang/jarak rencana
bangunan dengan bangunan eksisting
di sampingnya, untuk memberikan
sirkulasi udara yang baik.

Gambar 14 Penzonaan ruang


berdasarkanprivasi penghuninya

4.3.2 Orientasi Bangunan dan Bukaan


Kondisi lahan yang berbentuk persegi
panjang akan disikapi dengan bangunan yang
berbentuk persegi panjang juga, depan
bangunan menghadap timur dan belakang
bangunan menghadap barat. Konsep ini juga
sangat baik untuk ventilasi silang.

Gambar 13 Jendela tipe awning dan hopper

Gambar 15 Orientasi Bangunan

Bukaan yang diorientasikan menghadap


Gambar 14 Jendela tipe berporos ditengah selatan dan utara, akan mengahasilkan cahaya
(vipot center)
yang lebih softnamun stabil sepanjang hari.
4.3. Konsep dan Perhitungan
Bukaaan yang menghadap barat perlu
4.3.1 Organisasi Ruang
Organisasi ruang diperlukan utuk diminimalkan untuk menghindari paparan
memberikan kenyamanan saat beraktivitas di sinar matahari sore yang tinggi.
dalamnya. Beberapa faktor dasar yang perlu
Tabel 1 Orientasi ruang dan bukaan pada
diketahui sebelum mengorganisasikan ruang rumah tinggal terkait penerimaan
seperti mengetahui pelaku kegitan, cahaya
menjabarkan aktivitas yang ada, dan
merumuskan kebutuhan ruang. Cahaya Orientasi
Jenis Ruang
Ideal Bukaan

Ruang Tidur Pagi TGR s/d TL

Educational Building, Vol. 3. No.1 Juni 2017 54


Hendra Simbolon–Irma Novrianty Nasution

Sore Ruang Keluarga 19,13 4,75


Kamar mandi, dengan
gudang radiasi B atau T

Tinggi Ruang Tamu 10,50 6,82

Ruang keluarga, Aktivitas


ruang tinggi, U atau S
Ruang Makan 9,75 4,06
cahaya
makan, ruang tamu hangat

Dapur, ruang Radiasi Ruang Tidur Utama 12,00 2,70


belajar/ minimal U dan S
Ruang Tidur 2 9,00 3,00
kerja

Keterangan :
Ruang Tidur 3 9,75 4,80

- TGR : Tenggara
- TL : Timur Laut
- B : Barat KM 1 3,00 0,40
- T : Timur
- U : Utara
- S : Selatan KM 2 2,50 0,40

4.3.3 Bukaan dan Ventilasi


Pada dasarnya bukaan dan ventilasi KM 3 2,63 0,48
adalah satu kesatuan yang berfungsi
mensirkulasikan udara segar dan sebagai akses
masuknya cahaya pada bangunan. Kebutuhan Dapur 8,25 5,06
ventilasi pada sebuah ruang adalah 10% - 20 %
luas rungan tersebut, idealnya 15 % dari luas
ruangan tersebut. Untuk pencahayaan alami Ruang Belajar 6,00 3,17
luas bukaan cahayanya adalah 1/8 – 1/5 luas
Keterangan :
rungan tersebut, idealnya 1/7 dari luas
ruangan tersebut. Lr : Luas Ruangan (m²)

Konsepnya adalah membuat Lv : Luas Ventilasi (m²)


bukaan/jendela yang mampu memberikan
Berikut perhitungan luas bukaan
ventilasi yang baik sekaligus menjadi akses
minnimal dalam suatu ruangan, dengan catatan
masuknya cahaya matahari sebagai sumber
luas bukaan yang dihitung adalah bukaan yang
pencahayaan alami. Berikut merupakan
benar-benar bisa ditembus cahaya tanpa
rekapitulasi hasil perhitungan kebutuhan
halangan (menggunakan kaca) baik itu cahaya
bukaan pada setiap ruang :
langsung maupun cahaya tidak langsung.
Tabel 2 Kebutuhan luas ventilasi di setiap
ruangan

Lr Lv
Fungsi Ruang
(m²) (m²)

Educational Building, Vol. 3. No.1 Juni 2017 55


Desain Rumah Tinggal Yang Ramah lingkungan Untuk Iklim Tropis

Tabel 3 Kebutuhan bukaan untuk KMB : Kebutuhan minimal bukaan untuk


pencahayaan alami dalam ruang pencahayaan alami dalam ruang

4.4 Desain Rumah dan Bukaan


Luas Luas
KBM 4.4.1 Layout dan Tampak Bangunan
Ruang Bukaan
Pada dasarnya bukaan dan ventilasi
Fungsi adalah satu kesatuan yang berfungsi
[1/8 x
Ruang ( m2 ) Desain
Lr] mensirkulasikan.

( m2 ) ( m2 )

Ruang
19,13 2,39 2,77
Keluarga

Ruang
10,50 1,31 4,97
Tamu

Ruang
9,75 1,22 3,21
Makan

Ruang
Tidur 12,00 1,50 1,57
Utama

Ruang
9,00 1,13 1,87
Tidur 2

Gambar 15 Denah rumah tinggal


Ruang
9,75 1,22 4,45
Tidur 3

Tinggi bangunan dibuat dengan tinggi


KM 1 3,00 0,38 0,40
4,2 m, untuk atap tertinggi 3,5 m. Taman mini
KM 2 2,50 0,31 0,40 dengan ukuran 2 x 1,5 m ditempatkan diantara
kamar tidur 3 dan ruang makan. Akses masuk
ke dalam rumah dibuat sebanyak tiga jalur,
KM 3 2,63 0,33 0,48 pertama dari halaman depan langsung menuju
ruang tamu, kedua dari samping menuju
dapur, dan yang ketiga dari halaman
Dapur 8,25 1,03 4,63 belakangan menuju taman.

Ruang
6,00 0,75 1,35
Belajar

Keterangan :

JP : Jumlah Penghuni (orang)

Educational Building, Vol. 3. No.1 Juni 2017 56


Hendra Simbolon–Irma Novrianty Nasution

yang ditempatkan sedemikian rupa pada


ruangan.

Gambar 16Tampak depan

Gambar 20 Desain jendela tipe J1

Jendela tipe J1, J2 dan tipe J3 merupakan


jendela tipe berporos (pivot) dengan engsel
berada ditengah kusen. Jendela membuka dan
menutup dengan cara diputar 90 derajat
Gambar 17 Tampak belakang
vertikal. Arah pergerakan udara dapat dipilih
sehingga pengahawaan alami bisa lebih
optimal.

Glazing(yang terpasang pada sash


jendela) terbuat dari lembaran kaca bening
yang dapat ditembus cahaya matahari tanpa
ada hambatan, sehingga kebutuhan ruang akan
pencahayaan alami dapat terpenuhi.

Gambar 18 Tampak samping kanan

Gambar 21 Desain jendela tipe J2 dan J3


Gambar 19 Tampak samping kiri
4.4.2 Bukaan dan Ventilasi
Berikut merupakan desain bukaan untuk
ventilasi alami sekaligus pencahayaan alami

Educational Building, Vol. 3. No.1 Juni 2017 57


Desain Rumah Tinggal Yang Ramah lingkungan Untuk Iklim Tropis

batas bangunan eksisting untuk memberi


sirkulasi udara yang baik dan maupun
akses masuknya cahaya ke dalam ruamah.
b. Kriteria desain bangunan agar dapat
menunjang kenyamanan termal
diantaranya adalah pertama orientasi
bangunan terbaik untuk iklim tropis
adalah arah timur-barat dan orientasi
bukaan terbaik adalah arah selatan dan
utara, yang kedua luas bukaan/ventilasi
Gambar 22 Desain ventilasi V1, V2, dan V3 diusahakan semaksimal mungkin untuk
memaksimalkan masuknya cahaya
Ventilasi bawah merupakan ventilasi
matahari alami dan angin, tanpa
yang ditempatkan di jendela. Ventilasi ini menimbulkan ketidaknyamanan termal,
dibuat dengan tujuan memaksimalkan ketiga bila terjadi masalah
pengeluaran udara lembap yang tinggi di ketidaknyamanan termal setelah desain
dalam ruangan. Angin yang masuk dari bukaan dibuat, lakukan komproni desain
ventilasi bawah selanjutnya akan membawa dengan pemberian sun shader/kanopi atau
sun filter pada bukaan, ke empat
udara lembap ke luar ruangan melalui ventilasi
perbanyak vegetasi dengan tata letak yang
atas. sedemikian rupa dan kurangi perkerasan
pada lahan.

5.2 Saran
Agar dilakukan penelitian lanjutan yang
lebih konfrehensif dan kaitannya dengan
pencapaian hasil yang lebih optimal yaitu
meliputi :
a. Bagi pembaca, yang ingin membangun
rumah tinggal yang ramah lingkungan
perlu mempertimbangkan beberapa
Gambar 23 Desain ventilasi bawah faktor, di antaranya faktor iklim (suhu,
kelembapan, kecepatan angin, lamanya
penyinaran matahari dalam satu hari) dan
5 KESIMPULAN DAN SARAN kondisi lingkungan (tapak) setempat.
Faktor-faktor tersebut akan diterapkan
5.1 Kesimpulan dalam mendesain rumah tinggal
Berdasarkan hasil pembahasan dan (bukaan/ventilasi), sehingga fungsi
kaitannya dengan landasan teori, penulis dapat rumah sebagai tempat bernaung dari iklim
menarik beberapa kesimpulan mengenai desain luar yang ekstrim dapat tercapai dan
rumah tinggal yang ramah lingkungan untuk nyaman untuk dihuni.
iklim tropis di antaranya adalah sebagai b. Buatlah desain bukaan yang dapat
berikut: memenuhi dua kebutuhan sekaligus,
a. Desain bukaan yang sesuai dengan yakni ventilasi alami untuk sirkulasi udara
dengan iklim tropis terutamanya iklim yang baik dan sistem pencahayaan alami
tropis lembab adalah jendela tipe berporos untuk kebutuhan cahaya pada siang hari.
(pivot window). Tipe ini selain berperan
sebagai ventilasi yang mampu
mensirkulasikan udara secara maksimal,
juga berperan sebagai akses masuknya Daftar Pustaka
cahaya matahari sebagai sumber Amin, C., dkk. (2013). Denah Rumah Pilihan.
pencahayaan alami dengan catatan daun Jakarta: Griya Kreasi.
jendela terbuat dari kaca bening. Selain
Ching F. D.K dan Adams C. (2008). Ilustrasi
itu, pada rumah tinggal ramah tinggal
juga harus diberikan jarak lahan dengan Konstruksi Gedung, Edisi Ketiga.

Educational Building, Vol. 3. No.1 Juni 2017 58


Hendra Simbolon–Irma Novrianty Nasution

(Terjemahan Tim Arsitektur ITB). Jakarta:


Penerbit Erlangga. Buku asli diterbitkan
tahun 2001.
Frick, H. dan Suskiyatno, B. (1998). Dasar-dasar
Eko-Arsitektur, Konsep Arsitektur
Berwawasan Lingkungan Serta Kualitas
Kontruksi dan Bahan Bangunan untuk
Rumah Sehat dan Dampaknya Atas
Kesehatan Manusia. Yogyakarta: Kanisius.
Istiqomah, S, H. dan Hanas, C.W. (2011).
Penyehatan Permukiman. Yogyakarta:
Gosyen Publishing.
Karyono, T. H. (2013). Arsitektur dan Kota Tropis
Dunia Ketiga, Suatu Bahasan Tentang
Indonesia. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada.
Lechner, N. (2007). Heating, Cooling, Lighting:
Metode Desain untuk Arsitektur.
(Terjemahan Siti Handjarinto). Jakarta:
PT. Rajagrafindo Persada. Buku asli
diterbitkan tahun 2001.
Lippsmeier, G. (1997). Bangunan Tropis.
(Terjemahan Syahmir Nasution). Jakarta:
Penerbit Erlangga.Buku asli diterbitkan
tahun 1980.
Manurung, P. (2012). Pencahayaan Alami dalam
Arsitektur. Yogyakarta: Penerbit ANDI
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No. 8 Tahun 2010 tentang Kriteria dan
Sertifikasi Bangunan Ramah Lingkungan.
Jakarta:
Wicaksono, A. A. (2009). Menciptakan Rumah
Sehat. Jakarta: Griya Kreasi.
Dora, P. E. dan Nilsari, P. F. (2011). Pemanfaatan
Cahaya Alami Pada Rumah Tinggal Tipe
Townhouse di Surabaya. Surabaya:

Educational Building, Vol. 3. No.1 Juni 2017 59

Anda mungkin juga menyukai