Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH BIOLOGI DASAR

“BIOLOGI SEL”

DOSEN PENGAMPU : Dra. Sri Irawati, M.Pd

DISUSUN OLEH :

1. Emilia Febrianti (A1F018013)


2. Fiqri (A1F018023)
3. Sunarsih Permata Sari (A1F018043)
4. Anggelina Nababan (A1F018051)

PRODI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BENGKULU

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala
Kasih dan Karunia-Nya telah mengizinkan kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini berjudul tentang “Biologi Sel” sebagai bahan informasi dan dasar
pengetahuan. Kami berterima kasih pada Dra. Sri Irawati, M.Pd selaku Dosen
Penanggung Jawab mata kuliah Biologi Dasar.

Mengenai penjelasan lebih lanjut kami memaparkannya dalam bagian


pembahasan makalah ini. Dengan harapan makalah ini dapat bermanfaat, maka kami
sebagai penulis mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, namun
demikian kami berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk semua kalangan khususnya
para pendidik. Adapun kritik dan saran yang membangun akan kami terima.

Bengkulu, 10 September 2019


BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Penemuan Sel

Pada tahun 1665, Robert Hooke mengamati sayatan gabus dari tutup botol(Quercus
suber) menggunakan mikroskop. Ia menemukan adanya ruang-ruang kosong yang
dibatasi dinding tebal dalam pengamatannya.

Robert Hooke menyebut penemuan ruang-ruang kosong tersebut dengan


istilah cellulae artinya sel. Sel penemuan Robert Hooke merupakan sel-sel gabus yang
telah mati. Perhatikan Gambar sel dan mikroskop yang digunakan dalam meneliti sel
dibawah ini. Sejak penemuan awal sel itu, beberapa ilmuwan berlomba untuk mengetahui
lebih banyak tentang sel.
Penemuan sebuah sel yang masih hidup pertama kali dilakukan oleh Antonie.
Ilmuwan Belanda bernama lengkap Antonie van Leeuwenhoek (1632–1723) merancang
sebuah mikroskop kecil berlensa tunggal. Mikroskop itu digunakan untuk mengamati air
rendaman jerami. Ia menemukan organisme yang bergerak-gerak di dalam air, yang
kemudian penemuan ini disebut bakteri. Antonie van Leeuwenhoek merupakan orang
pertama yang menemukan cell hidup dalam sejarah cell pada penemuan dan
penelitian cell.

Mikroskop penemuan Leeuwenhoek

a. Perkembangan Sejarah dan Teori Penemuan pada Sel

Perkembangan sejarah penelitian tentang penemuan pada cell mendorong


berkembangnya persepsi tentang cell. Dari penemuan penemuan inilah kemudian lahir
teori-teori tentang cell berdasarkan penemuan yang di dapatkan. Beberapa teori
penemuan tentang cell yang dikemukakan diantaranya sebagai berikut.

a. Sel Merupakan Kesatuan atau Unit Struktural Makhluk Hidup


Teori ini dikemukakan oleh Jacob Schleiden (1804–1881) dan Theodor
Schwan (1810–1882). Tahun 1839 Schleiden, ahli botani berkebangsaan Jerman,
mengadakan pengamatan mikroskopis terhadap sel tumbuhan. Pada waktu yang
bersamaan Theodor Schwan melakukan pengamatan terhadap sel hewan. Dari
hasil pengamatan pada penemuan tentang sel ini, mereka menarik kesimpulan
sebagai berikut.
1. Tiap makhluk hidup terdiri dari sel.
2. Sel merupakan unit struktural terkecil pada makhluk hidup.
3. Organisme bersel tunggal terdiri dari sebuah sel, organisme lain yang tersusun
lebih dari satu sel disebut organisme bersel banyak.
b. Cell Sebagai Unit Fungsional Makhluk Hidup
Max Schultze (1825–1874) menyatakan bahwa protoplasma merupakan dasar
fisik kehidupan. Protoplasma bukan hanya bagian struktural cell, tetapi juga
merupakan bagian penting cell sebagai tempat berlangsung reaksi-
reaksi kimiakehidupan. Berdasarkan hal ini muncullah teori tentang cell yang
menyatakan bahwa cell merupakan kesatuan fungsional kehidupan.
c. Cell Sebagai Unit Pertumbuhan Makhluk Hidup
Rudolph Virchow (1821–1902) berpendapat bahwa omnis cellula ex cellulae
(semua cell berasal dari cell sebelumnya). Sehingga dapat dikatakan
bahwa cell adalah unit pertumbuhan makhluk hidup.
d. Cell Sebagai Unit Hereditas Makhluk Hidup
Ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong penemuan unit-unit
penurunan sifat yang terdapat dalam inti cell atau nukleus, yaitu kromosom.
Dalam kromosom terdapat gen yang merupakan unit pembawa sifat. Melalui
penemuan ini muncullah teori bahwa cell merupakan unit hereditas makhluk
hidup. Penemuan-penemuan yang mendukung perkembangan teori
mengenai cell sebagai berikut.
1. Robert Brown (1812), Biolog Skotlandia, pada penemuannya
menemukan benda kecil terapung dalam cairan cell yang ia
sebut nukleus. Nukleus sendiri merupakan inti dari cell.
2. Felix Durjadin (1835), pada penemuan sejarah tentang cell ini
beranggapan bahwa bagian terpenting cell adalah cairan cell yang
sekarang disebut protoplasma. Protoplasma sendiri merupakan bagian
hidup dari cell yang dikelilingi oleh membran cell
3. Johanes Purkinye (1787–1869), orang pertama yang mengajukan istilah
protoplasma yang merupakan bagian dari cell untuk menamai bahan
embrional cell telur.

Terlepas dari sejarah yang terjadi pada penemuan ini, didalam ilmu biologi
sendiri, pengertian cell merupakan kumpulan dari materi paling sederhana dengan ukuran
kecil yg dapat hidup & merupakan unit penyusun dari semua makhluk hidup. Cell dapat
melakukan semua aktivitas kehidupan & sebagian besar reaksi kimia untuk
mempertahankan kehidupan berlangsung di dalam Cell. Kebanyakan makhluk hidup
tersusun atas Cell tunggal, atau biasanya disebut juga organisme uniseluler (Cell tunggal),
sebagai contoh misalnya bakteri & amoeba.

Makhluk hidup lainnya, termasuk tumbuhan, hewan, & manusia, merupakan


organisme multiseluler (multi Cell dimana multi berarti banyak) yg terdiri dari banyak
tipe Cell terspesialisasi dengan fungsinya masing-masing. Cell pada tubuh manusia,
misalnya, tersusun atas lebih dari 1013 Cell. Namun, seluruh tubuh semua organisme
berasal dari hasil pembelahan satu cell. Contohnya seperti pada tubuh bakteri berasal dari
pembelahan cell bakteri induknya, sementara tubuh tikus berasal dari
pembelahan cell telur induknya yg sudah dibuahi.

Semua cell dibatasi oleh suatu membran yg disebut membran plasma, sementara
daerah di dalam cell disebut sitoplasma. Setiap cell, pada tahap tertentu dalam hidupnya,
mengandung DNA sebagai materi yg dapat diwariskan & mengarahkan
aktivitas cell tersebut. Selain itu, semua cell memiliki susunan struktur yg disebut
ribosom yg berfungsi dalam pembuatan protein yg nantinya akan digunakan sebagai
katalis pada berbagai reaksi kimia didalam cell tersebut.

Setiap organisme tersusun atas salah satu dari dua jenis cell yg secara struktur
berbeda: cell prokariotik atau cell eukariotik. Kedua jenis cell ini dibedakan berdasarkan
posisi dari DNA di dalam cell; sebagian besar DNA pada eukariota terselubung membran
organel yg disebut nukleus atau sebuah inti cell, sedangkan prokariota tidak memiliki
nukleus atau inti cell. Hanya pada bakteri & arkea yg memiliki cell prokariotik, sementara
protista, tumbuhan, jamur, & hewan memiliki hanya memiliki cell eukariotik.

Diferensiasi pada cell menciptakan keberagaman dari jenis cell yg muncul selama
perkembangan suatu organisme multiseluler dari sebuah cell telur yg sudah dibuahi.
Misalnya pada mamalia yg berasal dari sebuah cell berkembang menjadi suatu organisme
dengan ratusan jenis cell berbeda seperti otot, saraf, & kulit. Sel-sel dalam embrio yg
sedang berkembang melakukan pensinyalan cell yg memengaruhi ekspresi gen cell &
menyebabkan diferensiasi tersebut.
B. Teori Sel

1. Robert Hooke (1635-1703)

Ia mencoba melihat struktur sel pada sayatan gabus di bawah mikroskop. Dari
hasil pengamatannya diketahui terlihat rongga-rongga yang dibatasi oleh dinding tebal.
Jika dilihat secara keseluruhan, strukturnya mirip sarang lebah. Satuan terkecil dari
rongga tersebut dinamakan sel. Kata sel berasal dari kata bahasa Latin cellula yang berarti
rongga/ruangan. Pada tahun 1835, sebelum teori Sel merupakan unit organisasi terkecil
yang menjadi dasar kehidupan dalam arti biologis. Semua fungsi kehidupan diatur dan
berlangsung di dalam sel. Karena itulah, sel dapat berfungsi secara autonom asalkan
seluruh kebutuhan hidupnya terpenuhi (Gilliand,1985:9).

2. Schleiden (1804-1881) dan T. Schwann (1810-1882)

Mereka mengamati sel-sel jaringan hewan dan tumbuhan. Schleiden mengadakan


penelitian terhadap tumbuhan. Setelah mengamati tubuh tumbuhan, ia menemukan bahwa
banyak sel yang tubuh tumbuhan. Akhirnya ia menyimpulkan bahwa satuan terkecil dari
tumbuhan adalah sel. Schwann melakukan penelitian terhadap hewan. Ternyata dalam
pengamatannya tersebut ia melihat bahwa tubuh hewan juga tersusun dari banyak sel.
Selanjutnya ia menyimpulkan bahwa satuan terkecil dari tubuh hewan adalah sel. Dari
dua penelitian tersebut keduanya menyimpulkan bahwa sel merupakan unit terkecil
penyusun makhluk hidup.

Teori = Sel merupakan kesatuan struktural. Scheiden & Schwan adalah tokoh
ilmuan yang telah berjasa dalam dunia mikrobiologi, dengan teori sel merupakan suatu
kesatuan struktural (berdasarkan bentuk). Scheilden mengamati sel pada tumbuhan dan
Schwann mengamati sel pada hewan. berikut adalah hasil pengamatannya:

Sel Hewan

- Tidak memiliki dinding sel


- Tidak memiliki plastida
- Memiliki lisosom
- Memiliki sentrosom
- Timbunan zat berupa lemak dan glikogen
- Bentuk tidak tetap
- Pada hewan tertentu memiliki vakuola ukuran kecil, sedikit

Sel Tumbuhan

- Memiliki dinding sel dan membran sel


- Umumnya memiliki plastida
- Tidak memiliki lisosom
- Tidak memiliki sentrosom
- Timbunan zat berupaa pati
- Bentuk tetap
- Memiliki vakuola ukuran besar, banyak (Sutrian, 1992:12).

3. Robert Brown

Pada tahun 1831, Brown mengamati struktur sel pada jaringan tanaman anggrek dan
melihat benda kecil yang terapung-apung dalam sel yang kemudian diberi nama inti sel
atau nukleus. Berdasarkan analisanya diketahui bahwa inti sel selalu terdapat dalam sel
hidup dan kehadiran inti sel itu sangat penting, yaitu untuk mengatur segala proses yang
terjadi di dalam sel.

Teori = Pada sel terdapat inti sel (Nukleus) adalah botanis Skotlandia yang
memberikan sumbangan penting terhadap botani melalui penemuan inti sel dan aliran
sitoplasma, pengamatan pertama dari Gerakan Brown, penelitian awal terhadap
penyerbukan dan pembuahan tumbuhan. Brown juga salah satu yang pertama mengenali
perbedaan mendasar antara tumbuhan gimnosperma dan angiosperma, dan melakukan
studi awal palinologi. Dia juga memberikan banyak sumbangan terhadap taksonomi
tumbuhan, termasuk penggolongan sejumlah familia tumbuhan yang masih diterima saat
ini, dan banyak marga dan spesies tumbuhan Australia, hasil penjelajahannya beserta
Matthew Flinders (Sutrian,1992:14).

4. Felix Durjadin dan Johannes Purkinye

Pada tahun 1835, setelah mengamati struktur sel, Felix Durjadin dan Johannes
Purkinye melihat ada cairan dalam sel, diberinama protoplasma.
Teori = Di dalam setiap sel mahkluk hidup terdapat sitoplasma. (Sutrian,1992:15).

5. Max Schultze (1825-1874)


Ia menegaskan bahwa protoplasma merupakan dasar-dasar fisik kehidupan.
Protoplasma merupakan tempat terjadinya proses hidup. Dari pendapat beberapa ahli
biologi tersebut akhirnya melahirkan beberapa teori sel antara lain:

a. sel merupakan unit struktural makhluk hidup


b. sel merupakan unit fungsional makhluk hidup
c. sel merupakan unit reproduksi makhluk hidup
d. Sel merupakan unit hereditas

Teori = Sel merupakan kesatuan fungsional

Namanya sangat dikenal karena karyanya pada teori sel. Dengan menggabungkan teori
Felix Dujardin dari konsep “sarcode” pada binatang dengan Hugo von Mohl dengan
protoplasma pada sayuran, ia menyatukan keduanya, dan dua hal itu termasuk di bawah
nama umum protoplasma, mendefinisikan sel sebagai nucleated massa dari protoplasma
dengan atau tanpa sel-dinding (Hidayat,1995:8).

6. Rudholf Virchow

Teori = Sel merupakan kesatuan pertumbuhan (omne cellulae e cellula). Virchow


berperan dalam banyak penemuan penting. Meskipun dia dan Theodor Schwann tidak
disebutkan bersamaan, dia paling banyak diketahui karena theorinya tentang sel. Ia adalah
orang pertama yang menemukan sel-sel leukemia. Dia adalah orang pertama yang
menerima dan menjiplak hasil kerja Robert Remak yang memnyatakan asalu usul sel
adalah pembagian unsur sebelumnya. Teori ini ia tuangkan dalam epigram Omnis cellula
e cellula (“setiap sel berasal dari sel sebelumnya”) yang dipublikasikan tahun 1858.
(epigram ini sebenarnya ditemukan François-Vincent Raspail tapi dipopulerkan oleh
Virchow). Ini adalah penolakan terhadap konsep generasi spontan (spontaneous
generation), yang menyatakan organisme berasal dari benda mati ( Kimball,1992:20).

C. SEJARAH PERKEMBANGAN BIOLOGI SEL

a. Sejarah Perkembangan Teori Sel

Sel merupakan massa protoplasma berbatas membran dengan sistem organisasi yang
sangat kompleks. Sel bukan merupakan suatu bangunan statis, melainkan sebuah struktur
yang sangat dinamis. Berbagai jenis aktivitas hidup yang berlangsung di dalam tubuh
organisme pada dasarnya berlangsung di dalam sel dengan mekanisme sistem yang sangat
harmonis. Aktivitas satu sel menunjang aktivitas sel yang lain membentuk suatu sistem
yang sangat harmonis untuk menunjang sebuah kehidupan yang fungsional.

Marcello Malphigi (1628-1694), seorang berkebangsaan Italia merupakan orang


pertama yang menggunakan mikroskop dalam mengamati sayatan jaringan pada organ-
organ tertentu, seperti otak, hati, ginjal, limfa, dan paru-paru. Selain itu, dia juga
mengamati perkembangan embrio ayam. Dari hasil pengamatannya, dia menyimpulkan
bahwa jaringan tersusun atas unit-unit struktural yang ia sebut utricles (De Robertis,
1988).

Sumber : http://www.crimezzz.net/forensichistory/images/MALPIGHI_marcello

Anthony van Leeuwenhoek (1632-1723), seorang yang berkebangsaan Belanda


merupakan orang pertama yang menemukan mikroskop dan meneliti organisme
mikroskopis seperti berbagai Protozoa dan Rotifera yang oleh Beliau diberi nama
”animanculus”, berbagai jenis bakteri, meliputi bakteri basil dan bakteri spiral;.
mengamati sperma pada manusia, katak, anjing, kelinci, dan ikan. Beliau juga mengamati
pergerakan sel-sel darah di dalam kapiler kaki katak dan daun telinga pada kelinci.

(http://www.royalsociety.org/downloaddoc.asphttp://www.tulane.edu/~wiser/cells/ )

Robert Hooke (1663) merupakan orang pertama yang memperkenalkan istilah sel
berdasarkan hasil pengamatannya pada sayatan sumbat gabus. Ia melaporkan bahwa
sumbat gabus terdiri atas ruang-ruang kecil yang diberi nama sel (bahasa Yunani: Cellula
yang bermakna ruang-ruang kecil).
Sumber : http://www.tulane.edu/~wiser/cells/ dan http://www.nndb.com/people

Rene Dutrochet (1776-1847), seorang yang berkebangsaan Perancis, melaporkan


bahwa semua hewan dan tumbuhan terdiri atas kumpulan sel-sel globular. Pada tahun
1831, Robert Brown (1773-1858), seorang yang berkebangsaan Inggris, melaporkan
bahwa sel-sel epidermis tumbuhan, serbuk sari, dan kepala putik mengandung suatu
struktur yang konstan yang disebut inti. Pada tahun 1840, Johannes E. Purkinye (1787-
1869), seorang yang berkebangsaan Cekoslovakia, memperkenalkan istilah protoplasma.
Pada tahun 1861, W. Schultze menyatakan bahwa protoplasma merupakan dasar fisik dari
kehidupan. Protoplasma adalah substansi hidup yang berbatas membran dimana di
dalamnya terdapat inti atau nukleus (Karp, 1984).
Sumber : http://clendening.kumc.edu/dc/pc/hitzig.jpg

Pada tahun 1938, Mathias J. Schleiden (1804-1882), seorang ahli pengetahuan


berkebangsaan Jerman, melaporkan bahwa tubuh tumbuhan tersusun atas sel. Secara
terpisah, pada tahun 1839 Theodore Schwann (1810-1882) yang juga seorang ahli
pengetahuan berkebangsaan Jerman, melaporkan bahwa tubuh hewan tersusun atas sel.
Schwann kemudian mengusulkan dua azas yang dikenal dengan teori sel, yaitu: Semua
organisme terdiri atas sel, dan sel merupakan unit dasar organisasi kehidupan. Sepuluh
tahun kemudian R. Virchow (1821-1902) mengusulakn azas ketiga teori sel yang
berbunyi: Semua sel berasal dari sel yang telah ada sebelumnya (Omnis cellula e cellulaI)
(Sheeler & Bianchi, 1983). Kemudian Louis Pasteur (1908-1895) mengemu-kakan teori
biogenesis yang menyatakan bahwa setiap makhluk hidup berasal dari makhluk hidup
sebelumnya (Omne vivum e vivo). (Thorpe, 1984; Sheeler and Bianchii, 1983; dan Albert
et al., 1984)

Sumber : http://art-random.main.jp/samescale/

Berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan para ilmuwan tersebut diambil


suatu kesimpulan, yaitu: sel merupakan kesatuan struktural dari makhluk hidup, sel
merupakan kesatuan fungsional dari makhluk hidup, dan sel merupakan kesatuan
hereditas dari makhluk hidup. Namun, dalam lingkup yang lebih kompleks, teori sel
mengandung makna (Villee et al., 1985), yaitu:

1. Semua makhluk hidup terdiri atas sel;


2. Sel yang baru dibentuk, berasal dari pembelahan sel sebelumnya;
3. Semua sel memiliki kemiripan yang mendasar dalam hal komposisi kimia dan
aktivitas metabo-lismenya;
4. Aktivitas dari suatu organisme dapat dimengerti sebagai aktivitas kolektif, dan
interaksi-interaksi dari unit-unit seluler bergantung satu dengan yang lainnya.
Sumber;http://www.emc.maricopa.edu/faculty/farabee/BIOBK/stomTS.gif

Gambar : Oragnisasi kehidupan tingkat individu

Menurut De Robertis et al., (1975), sebuah sel harus memenuhi beberapa kriteria yaitu :

1. Memiliki membran plasma;


2. Mengandung materi genetic yang penting untuk mengkode berbagai jenis RNA, termasuk
untuk sintesis protein;
3. Mengandung “mesin biosintesis” tempat di mana sintesis berlangsung.

b. Bentuk Sel

Sel mempunyai bentuk yang sangat bervariasi, baik di antara sel-sel yang menyusun
tubuh makhluk hidup yang sama maupun yang menyusun makhluk hidup yang berbeda.
Beberapa sel tidak memiliki bentuk yang tetap, tetapi berubah-ubah sesuai dengan
aktivitasnya. Sel amoeba dan sel darah putih termasuk contoh tipe sel yang bentuknya
dapat berubah-ubah. Sel-sel yang lain memiliki bentuk yang khas atau tetap, atau bentuk-
bentuk peralihan yang spesifik untuk setiap jenis makhluk hidup. Spermatozoa pada
manusia memiliki bentuk yang tetap, namun demikian, sperma pada manusia memiliki
bentuk yang berbeda dengan sperma pada hewan lain seperti mencit.

Bentuk-bentuk sel terutama bergantung pada (i) adaptasi fungsionalnya, (ii) tekanan
permukaan, (iii) viskositas protoplasma, (iv) tekanan mekanik oleh sel-sel yang ada di
sekitarnya, dan (v) rigiditas membran plasma. Selain itu, mikrotubuli memiliki peranan
yang sangat penting dalam menentukan bentuk dari suatu tipe sel (De Robertis et al.,
1975).

Umumnya sel-sel jaringan hewan dan tumbuhan berbentuk polihedral. Bila sel
diisolasi dalam lingkungan cair, maka ia dapat berubah bentuk menjadi bulat. Bentuk
bulat merupakan bentuk dasar sel. Macam-macam bentuk sel antara lain berbentuk
gepeng, bentuk kubus, dan bentuk selindris. Umumnya bentuk-bentuk tersebut dijumpai
pada sel-sel epitel. Sel darah merah pada manusia memiliki bentuk bikonkaf; sel-sel otot
berbentuk memanjang; sel-sel bakteri memiliki bentuk yang bulat, spiral atau bentuk
batang; sel-sel xylem dan floem pada tumbuhan mengalami modifikasi sedemikian rupa
sehing-ga memungkinkan melaksanakan fungsinya sebagai jalur angkutan untuk berbagai
jenis substansi. Sel-sel saraf memiliki bentuk yang sesuai untuk melaksanakan fungsi-nya
dalam menghantarkan impuls-impuls saraf (Sheeler & Bianchi, 1983).

Sumber : http://homepages.ius.edu/dpartin/Lecture3cells.ppt#257,1,Lecture

Gambar-1.8 Sel Saraf (Partin D, 2007)

Sumber : http://homepages.ius.edu/dpartin/Lecture3cells.ppt#257,1,Lecture

Gambar-1.9 Sel Darah Merah (Partin D, 2007)

Gambar-1.10. Berbagai bentuk sel bakteri. (a) Bakteri bentuk kokus, (b) Bakteri bentuk
spiral, dan (c) Bakteri bentuk batang (Sheeler & Bianchi, 1983).

c. Ukuran Sel

Sel memiliki ukuran yang sangat bervariasi, ter-gantung pada tipe sel. Pada
umumnya, sel hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop dengan sedikit
pengecualian seperti sel telur pada burung unta yang memiliki diameter hingga beberapa
cm. Pada umumnya, mata manusia tidak mampu memisahkan dua titik yang dipisahkan
kurang dari 0,1 mm atau 100 m. Sementara itu, umumnya sel memiliki ukuran yang
lebih kecil dari 0,1 mm. Kisaran ukuran sel ditunjukkan pada Gambar-1.11.

Bentuk dan ukuran sel berhubungan dengan fung-sinya. Ukuran minimal sebuah sel
harus cukup mengan-dung DNA, protein dan struktur-struktur internal agar ia mampu
survive dan bereproduksi. Ukuran maksimal se-buah sel dibatasi oleh kebutuhan area
permukaan yang cukup untuk memperoleh nutrien dari lingkungan dan membuang sisa
metabolisme. Walaupun sel -sel yang besar mempunyai suatu area permukaan lebih besar
dibandingkan sel kecil, mereka relatif mempunyai area permukaan yang sama bila
dibandingkan dengan sel-sel yang sederhana pada volume yang sama. Sebab sel yang
besar mempunyai suatu area permukaan jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan
volumenya, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan terhadap
semua bagian sitoplasma lebih banyak dibandingkan dengan sel-sel ukurannya lebih kecil
(Anonim, 2007a).

Gambar-1.11 Kisaran Ukuran Sel (Partin, 2007)

Komponen-komponen sel tertentu tidak dapat di-amati dengan menggunakan


mikroskop cahaya. Oleh sebab itu, untuk mengamati komponen-komponen seluler,
diperlukan alat bantu berupa mikroskop elektron.
D. Struktur sel dan fungsinya

a. Dinding sel

Komponen utama yang menyusun dinding sel pada tumbuhan ialah selulosa. Selulosa
merupakan karbohidrat yang membuat dinding sel kaku dan membentuk serat panjang.
Serat selulosa berfungsi untuk membentuk mikrofibril. Selain selulosa, ada beberapa
karbohidrat penting lainnya, diantaranya yaitu pektin, lignin, dan hemiselulosa.
Karbohidrat tersebut berfungsi untuk membentuk dinding sel dengan cara membentuk
sebuah jaringan bersama dengan protein struktural.

Sel tumbuhan pada saat proses pertumbuhan mempunyai dinding sel primer yang tipis
dan lentur. Dinding sel primer terletak diantara dinding sel sekunder dan lamela tengah.
Dinding sel primer tersusun dari hemiselulosa, zat pektin, dan glikoprotein. Dinding sel
sekunder terbentuk pada bagian dalam dinding sel primer.

Dinding sel sekunder adalah dinding sel yang memiliki lapisan tebal, serta tekstur kaku
dan kuat. Sel-sel yang sudah tumbuh dewasa atau matang akan membentuk dinding sel
sekunder. Dinding sel sekunder tersusun dari selulosa, lignin, dan hemiselulosa.
Sedangkan, lamela tengah adalah lapisan paling luar dari dinding sel. Lamela tengah
banyak mengandung pektin yang berfungsi untuk melekatkan sel yang satu dengan sel
lainnya.

Dinding sel pada tumbuhan berfungsi untuk membantu mempertahankan tekanan turgor
agar sel tidak membengkak dan pecah jika air yang berdifusi ke dalam terlalu banyak.
Jika tekanan turgor hilang, maka tanaman akan layu, karena tekanan turgor memberi sel
tumbuhan bentuk kaku

b. Mitokondria

Struktur mitokondria terdiri dari empat bagian utama, yaitu membran luar, membran
dalam, ruang antar membran, dan matriks yang terletak di bagian dalam membran.

DNA mitokondria

Mitokondria memiliki DNA tersendiri, yang dikenal sebagai mtDNA (Ing. mitochondrial
DNA). MtDNA berpilin ganda, sirkuler, dan tidak terlindungi membran (prokariotik).
Karena memiliki ciri seperti DNA bakteri, berkembang teori yang cukup luas dianut,
yang menyatakan bahwa mitokondria dulunya merupakan makhluk hidup independen
yang kemudian bersimbiosis dengan organisme eukariotik. Teori ini dikenal dengan teori
endosimbion. Pada makhluk tingkat tinggi, DNA mitokondria yang diturunkan kepada
anaknya hanya berasal dari betinanya saja (mitokondria sel telur). Mitokondria jantan
tidak ikut masuk ke dalam sel telur karena letaknya yang berada di ekor sperma. Ekor
sperma tidak ikut masuk ke dalam sel telur sehingga DNA mitokondria jantan tidak
diturunkan.

Peran utama mitokondria adalah sebagai pabrik energi sel yang menghasilkan energi
dalam bentuk ATP. Metabolisme karbohidrat akan berakhir di mitokondria ketika piruvat
di transpor dan dioksidasi oleh O2 menjadi CO2 dan air. Energi yang dihasilkan sangat
efisien yaitu sekitar tiga puluh molekul ATP yang diproduksi untuk setiap molekul
glukosa yang dioksidasi, sedangkan dalam proses glikolisis hanya dihasilkan dua molekul
ATP. Proses pembentukan energi atau dikenal sebagai fosforilasi oksidatif terdiri atas
lima tahapan reaksi enzimatis yang melibatkan kompleks enzim yang terdapat pada
membran bagian dalam mitokondria. Proses pembentukan ATP melibatkan proses
transpor elektron dengan bantuan empat kompleks enzim, yang terdiri dari kompleks I
(NADH dehidrogenase), kompleks II (suksinat dehidrogenase), kompleks III (koenzim Q
– sitokrom C reduktase), kompleks IV (sitokrom oksidase), dan juga dengan bantuan
FoF1 ATP Sintase dan Adenine Nucleotide Translocator (ANT).[5]

c. Ribosom

Ribosom adalah salah satu organel yang berukuran kecil dan padat dalam sel yang
berfungsi sebagai tempat sintesis protein.
Ribosom adalah komponen sel yang membuat protein dari semua asam amino. Salah satu
prinsip utama biologi, sering disebut sebagai “dogma sentral,” adalah DNA yang
digunakan untuk membuat RNA, yang, pada gilirannya, digunakan untuk membuat
protein.

Kedua Komponen Struktur ribosom yaitu subunit kecil dan subunit besar. Subunit masih
saling berkaitan atara satu dan lainnya dalam pembentukan protein baru yang akan
dihasilkan dan kedua subunit terdiri dari untaian beberapa RNA dan berbagai macam
protein.

Subunit kecil:
subunit ini sebenarnya tidak memiliki ukuran yang terlalu kecil, hanya lebih kecil
dibandingkan dengan subunit besar. Subunit kecil berguna untuk
mengalirkan/menyampaikan informasi selama sintesis protein. Hal ini disebut dengan
sebutan “40S” dalam sel eukariotik dan “50S” dalam sel prkariotik.

Subunit besar:

subunit besar berisi sebuah lokasi/tempat dimana ikatan baru yang akan dibuat untuk
membuat protein. Hal ini disebut dengan “60S” dalam sel eukariotik dan “50S” dalam sel
prokariotik
sedangkann Hruf “S” maksudnya adalah satuan ukuran dan singakatan dari unit
Sverdberg.

Anda mungkin juga menyukai