Anda di halaman 1dari 15

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI

CERVICAL ROOT SYNDROME (CRS) DI RUMAH SAKIT TK.


II DR. SOEDJONO MAGELANG

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Diploma III
pada Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:
RUTI FADILAH
J100150073

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH SURAKARTA
2018
HALAMAN PERSETUJUAN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI


CERVICAL ROOT SYNDROME (CRS) DI RUMAH SAKIT TK.
II DR. SOEDJONO MAGELANG

PUBLIKASI ILMIAH

oleh:

RUTI FADILAH
J100150073

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen
Pembimbing

Wahyuni, SKM, FT., M.Kes

NIDN. 0616077302

i
HALAMAN PENGESAHAN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI


CERVICAL ROOT SYNDROME (CRS) DI RUMAH SAKIT TK.
II DR. SOEDJONO MAGELANG

OLEH
RUTI FADILAH
J100150073

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Jum’at, 6 Juli 2018

Dewan Penguji:

1. Wahyuni, SKM, FT., M.Kes ( )


(Ketua Dewan Penguji)
2. Arin Supriyadi, SST.Ft.,M.Fis ( )
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Dwi Rosella Komala Sari, SST.,S.Fis.,M.Fis ( )
(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,

Dr. Mutalazimah, SKM., M.Kes

NIK/NIDN : 786/06-1711-730

ii
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar diploma di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas,


maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 6 Juli 2018

Penulis

Ruti Fadilah
J100150015

iii
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI
CERVICAL ROOT SYNDROME (CRS) DI RUMAH SAKIT TK.
II DR. SOEDJONO MAGELANG

Abstrak
Cervical Root Syndrome (CRS) adalah sindrome atau penyakit yang ditandai
adanya kompresi pada akar saraf yang diakibatkan dari penonjolan atau
penjempitan dari diskus hernia. Biasanya efek yang ditibulkan dari kompresi
pada akar saraf tersebut adalah adanya rasa nyeri yang menjalar ataupun mati rasa
dari leher sampai ke lengan. Untuk mengetahui manfaat dari ultrasound (US),
Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS), dan Terapi Latihan pada
kasus Cervical Root Syndrome (CRS). setelah dilakukannya 6 kali terapi, terdapat
adanya pengurangan rasa nyeri pada pasien, pengukuran menggunakan VDS dari
FT0 ke FT6 dapat dilihat, pada nyeri diam dari FT0 2 ke FT6 tidak adanya nyeri,
sedangkan pada nyeri tekan dari FT0 4 ke FT6 menjadi 2, pada nyeri gerak dari
FT0 4 FT6 3. Pengukuran LGS menggunakan Goneometer didapatkan hasil fleksi
leher dari FT0 8 cm ke FT6 9cm, ekstensi leher dari FT0 5 cm ke FT6 6cm, side
fleksi dektra dari FT0 10cm ke FT6 11cm, hasil dari side fleksi sinistra dari FT0
ke FT6 adalah 1 cm, rotasi lateral dextra dari FT0 13 cm ke FT6 14cm, rotasi
lateral sinistra dari FT0 11cm ke FT6 12cm. Pemberian modalitas dari ultrasound
(US), Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS), dan Terapi Latihan
dapat menurunkan nyeri, menambah lingkup gerak sendi (LGS).

Kata kunci: ultrasound (US), Transcutaneous electrical nerve stimulation


(TENS), Cervical Root Syndrome (CRS).

Abstract

Cervical Root Syndrome (CRS) is a syndrome or disease characterized by


compression of the nerve root resulting from protrusion or narrowing of the
herniated disc. The usual effects of compression on the nerve root are the presence
of pain that spreads or numbs from the neck to the arm. The method used is the
provision of ultrasound (US), Transcutaneous electrical nerve stimulation
(TENS)exercise therapy are evaluated using VDS for pain, Goneometer for LGS.
to determine the benefits of ultrasound (US), Transcutaneous electrical nerve
stimulation (TENS) and Exercise Therapy in case CERVICAL ROOT
SYNDROME (CRS). after 6th therapy, the result of pain reduction, with VDS from
FT0 to FT6 can be seen, the silent pain from FT0 to FT6 is same 1, whereas the
tenderness from FT0 4 to FT6 becomes 2, motion pain from FT0 5 FT6 to 3. LGS
with Goneometer increased flexion neck from FT0 8 cm to FT6 9cm extension
neck from FT0 5cm to FT6 6cm, side fleksi dextra from FT0 10cm to FT6 11cm ,
the result of side fleksi sinistra from FT0 to FT6 is same 1cm, rotasi lateral dextra from
FT0 13cm to FT6 14 cm, rotasi lateral sinistra from FT0 11cm to FT6 12cm Conclusion:

1
ultrasound (US), Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) and Exercise
Therapy modality can reduce pain, increase joint motion (LGS).

Keywords: : Ultrasound (US), Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS),


Cervical Root Syndrome (CRS).

1. PENDAHULUAN
Nyeri dianggap proses yang normal. Menurut Toxonomy Commite of The
Association for the Study of Pain (IASP) nyeri dapat didefinisikan sebagai
suatu pengalam sensoris dan emosi yang tidak menyenangkan yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan baik yang aktual maupun yang potensial. Dengan
adanya nyeri, maka pasien akan men galami penurunan produktivitas,
penurunan kualitas hidup (Quality of Life) sebagai gangguan ADL dan
penurunan keterlibatan dalam berbagai kegiatan sosial (hudaya, 2009)
Nyeri leher (neck pain) merupakan suatu gejala yang dapat ditimbulkan
oleh tekanan (stress) pada jaringan-jaringan lunak, tulang-tulang, atau sendi-
sendi dari cervical spine atau struktur-struktur yang berdekatan. Berbagai
faktor dapat berkontribusi terhadap terjadinya nyeri pada leher termasuk
postur yang buruk, trauma, dan penyakit-penyakit degeneratif. (Raharjo,2013).
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin membahas lebih lanjut
tentang penyakit Cervical Root Syndrome (CRS) serta penatalaksanaan
fisioterapi pada kasus tersebut. Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis
mengambil judul PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI
CERVICAL ROOT SYNDROME (CRS) DI RUMAH SAKIT TK. II DR.
SOEDJONO MAGELANG
2. METODE
2. 1 Teknologi Intervensi Fisioterapi
2.1.1 UltraSound (US)
Ultrasound merupakan salah satu modalitas fisioterapi yang
menggunakan gelombang suara dengan getaran mekanis membentuk
gelombang longitudinal dan berjalan melalui medium tertentu dengan
frekuensi >20.000 Hz. Ada beberapa efek yang ditimbulkan dari

2
pemberian ultrasound, diantaranya adalah efek biologis. Efek biologis
yang ditimbulkan oleh ultrasound antara lain adalah meningkatkan
sirkulasi darah, mengurangi nyeri, dan meningkatkan elastisitas
otot(Sugijanto, 2013)
2.1.2 Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS)
Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) merupakan salah
satu interverensi yang biasanya digunakan oleh fisioterapi. TENS
merupakan metode terapi yang menggunakan voltase listrik
bertegangan rendah yang memiliki tujuan yaitu untuk mengurangi
nyeri. TENS merupakan suatu cara penggunaan energi listrik untuk
merangsang sistem syaraf melalui permukaan kulit yang dapat
mentimulasi serabut saraf untuk mengurangi nyeri (Parjoto,2006).
2.1.3 Terapi latihan
Menurut Kisner & Colby (2014) terapi latihan merupakan salah satu
modalitas fisioterapi yang pelakasanaannya menggunakan gerak tubuh
baik secara aktif (pasien) maupun secara pasif (terapis). Terapi latihan
bertujuan untuk pemeliharaan, pengembangan, peningkatan, dan
perbaikan kekuatan dan daya tahan otot serta kemampuan fungsional.
Terapi latihan yang digunakan antara lain.
1). Chin-In
“Chin-In” dimana posisinya adalah dagu pasien didorong kebelakang
dengan posisi pasien duduk pasien adalah posisi duduk yang baik dan
benar. Apabila dengan posisi duduk pasien dilakukan dengan benar
dan latihan pun dilakukan dengan benar maka akan menurunkan posisi
cervical bagian bawah dan akan menaikan posisi cervical bagian
atas.dan ketika cervical bawah menurun maka bagian depan dari
bagian bawah diskus akan menurun. Dan akan terjadi tekanan pada
diskus untuk kembali keposisi semula.(Childress and Becker, 2016)

3
2) Resisted active exercise
Resisted active exercise adalah latihan aktif dimana otot berkontraksi
dengan cara melawan tahanan dari luar. Tahanan dapat diberikan
secara manual maupun mekanikal. Tujuan dari latihan untuk
meningkatkan serabut otot yang berkontraksi sehingga kekuatan otot
dapat meningkat.(Kisner and Colby, 2014)
3) Stretching
Penguluran otot atau stretching adalah salah satu cara untuk
memberikan kelenturan pada otot sehingga mampu mengurangi
retriksi atau ketegangan yang ditimbulkan akibat adanya rasa nyeri.
Untuk memelihara daya tahan kerja dari otot maka penting untuk
dilakukan latihan . penguatan pada otot yang bersangkutan (Hurwitz et
al, 2008)
2. 2 Proses Fisioterapi
2.2.1 Pengkajian Fisioterapi
1) Anamnesis
2) Pemeriksaan Obyektif
2.2.2 Problematika Fisioterapi
Dari pemeriksaan tersebut didapatkan beberapa problematik
fisioterapi yang muncul sebagai berikut:
1) Impairment
Adanya penipisan pada diskus intervetrebralis, sehingga jarak
antara sendi facet menyempit yang dapat mengakibatkan nyeri,
adanya pengecilan pada foramen intervertebralis yang disertai
imflamasi yang menyebabkan perlengketan disekitarnya yang
dapat mengakibatkan spasme pada otot. Spame pada otot ini yang
dapat mengakitkan nyeri dan keterbatasan gerak sendi. Adanya
kekendoran pada ligament fllavum yang menyebabkan adanya
instabilisasi dari segmen tersebut. Adaya pengecilan lumen
menyebabkan akar syaraf yang dilalui tertekan sehingga memicu
timbulnya nyeri dengan pola menyebar sepanjang sisi lengan yang

4
dipersyarafi oleh akar syaraf tersebut pada kasus ini syaraf yang
terjepit adalah syaraf musculocutaneus yang bercabang ke
n.medialnus dan n. ulnaris.
2) Functional Limitation
Pada kasus ini functional limitation yang dirasakan oleh pasien
adalah adanya kesulitan saat melakukan kegiatan sehari-hari
seperti kesulitan saat mengambil, mengangkat, memindah.
3) Disability
Pada kasus ini terdapat keterbatasan yang berhubungan dengan
ibu rumah tangga seperti mencuci, memasak, menjemur, dan
mengangkat barang, dan mengendarai motor dengan waktu yang
lama.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil
Pada pasien dengan nama Ny. SH, umur 48 tahun dengan diagnosa medis
Cervical Root Syndrome (CRS) memiliki beberapa keluhan yaitu sesak
nyeri, keterbatasan Lingkup Gerak Sendi (LGS) dan penurunan
kemampuan aktivitas fungsional. Setelah dilakukan tindakan fisioterapi
sebanyak 6 kali dengan menggunakan TENS, US, dan terapi latihan
didapatkan hasil sebagai berikut :
3.1.1 Hasil pemeriksaan nyeri menggunakan VDS (Verbal Descriptive
Scale)

Gambar Grafik 1 Pemeriksaan Nyeri.

5
Pada gambaran grafik di atas menunjukkan adanya penurunan derajat
nyeri dari T0 sampai T6. Terapi dengan menggunakan TENS, US, dan
terapi latihan nyeri berkurang, pada nyeri tekan yang awalnya T0 : 4
menjadi T6 : 2. Pada nyeri gerak yang awalnya T0 : 4 menjadi T6 : 2.
3.1.2 Hasil pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi dengan Metline.

Gambar Grafik 2 Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi.


Pada gambaran grafik di atas menunjukkan adanya peningkatan
Lingkup Gerak Sendi dari T0 sampai T6. Terapi dengan menggunakan
TENS, US, dan Terapi Latihan. Pada gerakan Fleksi neck T0= 8 cm
T6= 9 cm, ekstensi neck pemeriksaan T0=5 cm dan T6=6 cm. Side
fleksi dextra T0= 10 cm T6=11 cm. side fleksi sinistra T0= 7 cm dan
T6 =8 cm. Rotasi lateral dextra T0= 13 cm dan T6= 14 cm. Rotasi
lateral sinistra T0= 11 dan T6= 12 cm.
3.2 Pembahasan
3.2.1 Nyeri
Pasien yang bernama Ny. SH mengeluhkan adanya nyeri pada leher
pasien. Perubahan ini dipengaruhi oleh efek yang ditimbulkan oleh
UltraSound (US) yang menggunakan metode tidak langsung atau
metode menggunakan penghantar berupa gel.
Ultrasound memiliki efek mekanik yaitu gelombang ultrasound
pada saat diserap oleh jaringan tubuh akan menyebabkan kompresi dan
regangan dengan frekuensi tekanan yang berbeda mengakibatkan
timbulnya efek mekanik Akibatkan yang ditimbulkan oleh variasi

6
tekanan adanya efek mekanik yang sering disebut dengan efek
micromassage. Efek Micromassage yang terjadi pada jaringan lunak
akan menimbulkan efek friction yang hangat. Pada saat friksi yang
terjadi di dalam aliran darah, akan terjadi pengeluaran energi yang
terus menerus dari US yang menyebabkan peningkatan suhu atau efek
heating.
Efek heating akan memberikan panas local pada daerah otot
ataupun fasia yang dapat menibulkan vasodilatasi pembuluh darah dan
akan menghasilkan peningkatan sirkulasi darah ke daerah tersebut,
sehingga zat-zat yang menyebabkan nyeri dapat terangkat lalu masuk
kedalam aliran darah sehingga membantu dalam mungarangi spasme
otot. (Sugijanto, 2013)
Dalam hal ini selain menggunakan modalitas US terapis juga
menggunakan modalitas yaitu TENS untuk mengurangi nyeri pada
pasien. pemberian TENS berdampak pada penurunan nyeri dengan
pengaplikasian TENS menggunakan mekanisme segmental dimana
implus saraf yang dihasilkan oleh TENS berjalan menjauh dari arah
sistem saaf pusat akan menabrak dan menghilangkan atau menurunkan
implus aferen yang datang dari jaringan rusak perjalanan impuls pada
serabut A delta yang dihasilkan oleh TENS akan menabrak impuls
nosiseptif yang berjalan di A delta yang sama sehingga terjadi
penurunan kecepatan hantran dan amplitudo pada baik pada A alfa , A
beta maupun A delta . Pada keadaan jaringan rusak aktivasi bisa terjadi
pada serabut saraf berdiameter besar dan mengasilkan impuls
antidromik yang berdampak analgesia. Dimana terlepasnya materi
penyebab nyeri seperti histamin, dan bradikidin sehingga terjadinnya
vasodilatasi ateriole sehingga nyeri dapat berkurang. (Jones and
Johnson, 2009)
3.2.2 Peningkatan LGS pada leher
Pasien yang bernama Ny. SH mengeluhkan adanya keterbatasan gerak
pada leher pasien. Kemudian pasien melakukan terapi selama 6 kali

7
dengan intensitas datang pasien ke rumah sakit yaitu seminggu 2 kali
dengan diberikan modalitas Terapi latihan. Hasil yang diperoleh adalah
belum adanya perubahan pada T1 sampai dengan T3. Kemudian
adanya peningkatan LGS pada neck pasien setelah dilakukan terapi
pada terapi ke 4 (T4) tetapi untuk hasil seterusnya sampai dengan
terapi ke 6 (T6) tidak adanya perubahan lagi. ROM pada T6 sama
dengan T4. Pada peningkatan LGS pada pasien tersebut menggunakan
modalitas UltraSound dan terapi latihan
1) UltraSound
UltraSound dapat mempengaruhi sensitifitas dari reseptor sensorik
seperti muscle spindle dan high threshold menhanoreceptor pada
otot dan menyebabkan peningkatan LGS pada pasien.
2) Terapi Latihan
Latihan “Chin In” selain menggunakan latihan “Chin In” terapis
juga mengoreksi postur pada pasien pada saat duduk. Apabila
keduanya dilakukan dengan bersamaan dan benar maka akan
Apabila dengan posisi duduk pasien dilakukan dengan benar dan
latihan pun dilakukan dengan benar maka akan menurunkan posisi
cervical bagian bawah dan akan menaikan posisi servical bagian
atas.dan ketika cervical bawah menurun makabagian depan dari
bagian bawah diskus akan menurun. Dan akan terjadi tekanan pada
diskus untuk kembali ke posisi semula(Sharma and Patel, 2014)
Selain menggunakan “Chin In” pasien juga diberikan terapi
Peningkatan lingkup gerak sendi dapat terjadi karena beberapa hal,
antara lain menurunnya rasa nyeri dan spasme otot. Ketika rasa
nyeri dan spasme otot menurun maka pasien lebih mudah dan
nyaman ketika menggerakkan sendinya yang sebelumnya terbatas
oleh karena nyeri dan spasme otot. Terapi latihan yang digunakan
untuk meningkatkan lingkup gerak sendi yaitu Resisted active
exercise dan streching.

8
Dengan diberikannya terapi latihan berupa active exercise
dan stretching stretching akan terjadi perobekan pada cross link
sehingga menimbulkan nyeri. Metode peregangan atau streching
dapat secara selektif dan tidak hanya pada tendon saja, tetapi
mencapai permysium, epysium dan ensonysium. Stretching adalah
istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan atau
menguraikan beberapa manuver pengobatan yang ditujukan untuk
memperpanjang pemendekan susunan soft tissue secara patologis
dan menambah LGS (Sugiyanto, 2002).
3.2.3 Peningkatan aktifitas fungsional
Pada pasien dengan diagnosa Cervical Root Syndrome biasanya
kesulitan atau keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Contohnya adalah aktifitas pasien saat mengangkat, mengambil,
memindah. Aktifitas pasien dengan posisi leher yang sama dan dalam
waktu yang lama inilah yang membuat adanya nyeri, spasme dan
adanya keterbatasan LGS. Dengan modalitas yang diberikan oleh
fisioterapi bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan
yang dialami pasien yang menyebabkan adanya keterbatasan dalama
melakukan aktifitas sehari-hari. Untuk mengatasi nyeri pasien
menggunakan modalitas TENS.
Untuk meningkatkan fleksibilitas pada leher pasien menggunakan
metode terapi latihan “Chin-In”, Resisted active exercise dan
Stretching . Fleksibilitas merupakan kemampuan otot untuk
memanjang atau mengulur semaksimal mungkin sehingga tubuh dapat
bergerak dengan lingkup gerak sendi yang maksimal tanpa disertai
dengan rasa nyeri. Dengan fleksibilitas yang baik maka tidak ada
hambatan pada bagian tubuh dalam bergerak. Memelihara fleksibilitas
otot juga sangat berperan dalam meningkatkan kekuatan otot leher
untuk memperoleh ketahanan statis dan dinamis leher, memelihara luas
gerak sendi dan kelenturan leher, serta memperoleh postur yang benar
dan terkoreksinya muscle imbalance. (Budiman, 2005).

9
4 PENUTUP
4.1 Simpulan
Setelah dilakukannya terapi sebanyak 6 kali pada pasien Ny. S pada kasus
Cervical Root Syndrome (CRS) didapatkan kesimpulan:
1) US (UltraSound) dapat mengurangi nyeri pada leher pasien dan dapat
mengurangi spasme.
2) TENS menggunakan metode umum atau meletakkan elektrode pada
daerah yang nyeri setelah dilakukan terapi sebanyak 6 kali angka
ambang nyeri pasien berkurang.
3) Terapi Latihan dengan menggunakan metode “Chin In“ dan Terapi
Latihan. Setelah dilakukan terapi sebanyak 6 kali terapi didapatkan
adanya peningkatan pada LGS pasien.
4) Adanya peningkatan dari aktivitas dan fungsional pasien secara
bertahap.

4.2 Saran
Setelah melakukan terapi pada kasus Cervical Root Syndrome (CRS) ,
sebaiknya fisioterapi memberikan saran:
1) Kepada pasien
Berdasarkan pada penjelasan sebelumnya penulis akan mengajukan
saran dengan harapan dapat menjadi hal positif dan bermanfaat untuk
kesehatan pasien. Saran yang akan diberikan yaitu pasien diharapkan
untuk selalu memperhatikan apa saja yang telah diedukasikan oleh
terapi untuk mengurangi keluhan yang dialami pasien. Sehingga,
tujuan dari fisioterapi yang telah disusun terpenuhi dan dan tercapai.
2) Kepada fisioterapis
Sebelum melakukan tindakan terapi sebaiknya terapis mengawali
dengan pemeriksaan yang sesuai, karena sangat berpengaruh terhadap
penentuan diagnosa. Kemudian dalam menentukan modalitas dan juga
edukasi harus benar agar tercapai semua tujuan yang diharapkan baik
itu tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang. Selain itu

10
fisioterapis juga harus mengevaluasi setelah melakukan terapi, agar
dapat mengetahui perkembangan yang telah dialami pasien. Ketika
memberikan modalitas hendaknya melakukan sesuai dengan prosedur
yang sudah diatur.
3) Kepada Masyarakat
Masyarakat diharapkan untuk menerapkan pola tubuh sehat seperti
menjaga postur yang benar saat bermain handphone, saat mengambil
barang, dan postur ketika tidur, rutin berolahraga

DAFTAR PUSTAKA

Anekstein, Y. et al. (2012) ‘What is the best way to apply the spurling test for
cervical radiculopathy? spine’, Clinical Orthopaedics and Related
Research, 470(9), pp. 2566–2572. doi: 10.1007/s11999-012-2492-3.
Childress, M. A. and Becker, B. A. (2016) ‘Nonoperative Management of
Cervical Radiculopathy’, 93(9). Available at: www.aafp.org/afp.
Ferrara, L. A. (2012) ‘The Biomechanics of Cervical Spondylosis’, Advances in
Orthopedics, 2012, pp. 1–5. doi: 10.1155/2012/493605.
Hudaya, prasetya (2009) ‘No Title’, patofisiologi nyeri leher.
Herawati & Wahyuni (2017) ‘No Title’, PEMERIKSAAN FISIOTERAPI.
Jones, I. and Johnson, M. I. (2009) ‘Transcutaneous electrical nerve stimulation’,
Continuing Education in Anaesthesia, Critical Care and Pain. The
Author(s), 9(4), pp. 130–135. doi: 10.1093/bjaceaccp/mkp021.
Kisner, C. and Colby, L. A. (2014) Terapi Latihan: Dasar dan Teknik. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
Olson, kenneth A. (2009) ‘No Title’, manual physical therapy.
Shedid, D. and Benzel, E. C. (2007) ‘Cervical spondylosis anatomy:
Pathophysiology and biomechanics’, Neurosurgery, 60(1 SUPPL.), pp. 7–
13. doi: 10.1227/01.NEU.0000215430.86569.C4.
Sugijanto, B. A. (2013), Perbedaan Pengaruh Pemberian Ultrasound Dan
Manual Longitudinal Muscle Stretching Dengan Ultrasound Dan Auto
Stretching Terhadap Pengurangan Nyeri Pada Kondisi Sindroma
Miofasial Otot Upper Trapezius.

11

Anda mungkin juga menyukai