Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS DEBIT ALIRAN RUN OFF AKIBAT PENGARUH

PENAMBANGAN TERBUKA BATUGAMPING DI DAERAH


BATURAJA
Maulana Ghulam Ahmad1, Achmad Darul1*, Ahmad Taufik2, Dasapta Erwin Irawan3
1
Institut Teknologi Sains Bandung, Jl. Ganesha Boulevard, Kota Deltamas-Bekasi
2
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Air, Jl. Ir. H, Djuanda- Bandung
3
Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha No. 10-Bandung

Abstrak
Kegiatan penambangan terbuka merupakan proses pengambilan material/bahan galian dengan cara mengambil lapisan
penutupnya terlebih dahulu, seperti kegiatan penambangan Batugamping di daerah Baturaja, Sumatera Selatan. Pada
daerah ini topografi wilayah tersebut turun dan membentuk topografi yang cekung, hal tersebut akan menyebabkan
terbentuknya genangan banjir pada daerah penambangan. Oleh karena itu diperlukan analisis untuk memprediksikan
berapa besar debit air limpasan. Untuk melakukan analisis debit aliran runoff salah satu metode yang digunakan adalah
menggunakan metode rasional, dalam metode ini besar intensitas hujan (I) dan luas daerah tangkapan hujan (A)
berpengaruh dalam penentuan besar nilai debit runoff. Dan juga metode F. J. Mock digunakan guna mengetahui neraca
air pada wilayah penelitian. Dari hasil penelitian didapatkan, Nilai runoff terbesar terjadi pada tahun 2018 dengan besar
2.59 m3/s dan terendah terjadi pada tahun 2009 dengan besar 1.48 m3/s. Dengan model saluran tambang berbentuk
trapesium, serta dimensi saluran lebar dasar saluran 1,5 m, tinggi muka air 1,2 m, kedalaman saluran 2 m, lebar muka air
2,9 m, lebar atas saluran 3,9 m dan kemiringan dinding saluran 600.
Kata-kunci: Runoff, saluran tambang, neraca air
1. PENDAHULUAN
Kegiatan penambangan terbuka merupakan proses pengambilan material/bahan galian dengan cara
mengambil lapisan penutupnya terlebih dahulu, dan salah satu dampak yang didapatkan dari proses
kegiatan penambangan terbuka ini adalah berubahnya morfologi daerah penambangan, sehingga topografi
pada wilayah penambangan akan turun dan muka permukaannya akan berbentuk seperti cekungan. Jika
hujan turun pada wilayah tersebut maka akan membentuk genangan banjir yang akan mengganggu proses
penambangan.
Kegiatan penambangan Batugamping di daerah Baturaja, Sumatera Selatan, proses penambangan
Batugamping pada daerah tersebut dilakukan dengan cara penambangan terbuka. Sehingga topografi pada
wilayah tersebut akan turun dan membentuk suatu topografi yang cekung, hal tersebut akan menyebabkan
terbentuknya genangan banjir pada daerah penambangan. Bila kegiatan penambangan diteruskan dengan
cara meluaskan wilayah penambangan, maka debit air limpasan pada wilayah tersebut akan meningkat dan
area genangan banjir akan meluas, hal tersebut akan mengganggu proses kegiatan penambangan. Untuk
mengatasi terjadinya genangan banjir pada wilayah tersebut dibutuhkan pembuatan saluran air untuk
mengalirkan air pada genangan banjir tersebut.
Oleh karena itu diperlukan analisis untuk memprediksikan berapa besar debit air limpasan yang dihasilkan
oleh curah hujan ketika wilayah tambang diperluas, agar tidak membentuk genangan banjir di wilayah
penambangan, dan menentukan bentuk dan dimensi yang efisien untuk saluran air tersebut.
2. METODE
2.1. Air Permukaan
Karakteristik hidrologi yang penting pada penelitian ini selain analisis curah hujan adalah adanya
pergerakan air limpasan yang mengikuti pola struktur geologi, potensi air hujan menjadi air limpasan,
dapat dilakukan dengan analisa Neraca Air (Water Balance) terlebih dahulu. Neraca Air, yaitu suatu
kajian keseimbangan air yang menghitung kelebihan air (Water Surplus) berdasarkan curah hujan dan
Limited Evapotranspirasi. Analisa Neraca Air biasanya dilakukan dalam satu bulan tertentu,
keseimbangan air menyatakan bahwa jumlah air yang masuk (diimplementasikan sebagai curah hujan)
sama dengan jumlah air yang keluar (diimplementasikan dalam bentuk Limited Evapotranspirasi, Soil
Moisture, dan Water Surplus). Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode F. J. Mock.
1
Analisis Debit Aliran Run Off Akibat Pengaruh Penambangan Terbuka Batugamping Di Daerah Baturaja

Di sisi lain perubahan bentuk morfologi akibat bukaan tambang akan merubah pola aliran air limpasan,
dan daerah tangkapan air permukaan yang dapat menggabungkan beberapa aliran sungai dalam suatu
area tangkapan hujan (Catchment Area) yang diperkirakan dapat masuk kedalam area penambangan.
Batasan luas area tangkapan hujan dibuat setempat pada blok rencana penambangan (Local Catchment)
berdasarkan pada kondisi morfologi di sekitar daerah prospek. Perhitungan debit air yang masuk
kedalam blok rencana tambang dilakukan dengan menggunakan metode rasional setelah diketahui
Intensitas Hujan Maksimum (hasil Neraca Air) dengan persamaan:

Q = 0,278 x C x Imax x A

Q = debit limpasan (m3/det)


C = koefisien limpasan
Imax = intensitas hujan maksimum (mm/jam)
A = luas daerah tangkapan/catchment area (km²)

2.2. Saluran Tambang


Dalam pembuatan saluran terbuka, pada penelitian ini menggunakan saluran yang berbentuk trapesium.
Bentuk trapesium dipilih karena dianggap bentuk yang paling ekonomis dibandingkan dengan bentuk
segitiga dan persegi. Bentuk saluran segitiga tidak dipilih karena bentuk saluran ini akan semakin lebar
jika saluran dibentuk semakin dalam, dan juga bagian dasar lantai saluran akan mudah tererosi jika debit
air besar. Sedangkan bentuk persegi tidak dipilih karena dinding saluran akan mudah tererosi jika
dinding saluran tidak disemen. Dalam menentukan dimensi saluran terbuka berbentuk trapesium
(saluran ekonomis), maka luas penampang basah saluran (A), jari-jari hidrolik (R), lebar dasar saluran
(B), lebar muka air (T), dan kemiringan dinding saluran (m) mempunyai hubungan yang dapat
dinyatakan sebagai berikut:
A = (B + my)y .......... (1)
R = y/2 .......... (2)
B = 1,24 y .......... (3)
T = 2y √1 + m2 .......... (4)
m = 1/tg α .......... (5)
Untuk nilai n dapat ditentukan dari tabel berikut:
Tabel 1. Koefisien Kekerasan Dinding SaluranMenurut Manning
Tipe Dinding Saluran n
Besi tuang dilapis 0,014
Kaca 0,010
Saluran beton 0,013
Bata dilapis mortar 0,015
Pasangan batu disemen 0,025
Saluran tanah bersih 0,022
Saluran tanah 0,030
S = 0,25 (%)
R= 0,5y (meter)
n = 0,03 (saluran tanah)
dalam pembuatan saluran ini harus di buat tinggi jagaan, tinggi jagaan (W) merupakan jarak dari puncak
saluran kepermukaan air pada kondisis rencana. Jarak ini harus cukup untuk mencegah kenaikan muka
air ke tepi saluran. Tinggi jagaan dapat dicari dengan persamaan berikut:
W= √0,5y

2
Analisis Debit Aliran Run Off Akibat Pengaruh Penambangan Terbuka Batugamping Di Daerah Baturaja

3. PEMBAHASAN
Karena data yang digunakan adalah data 10 tahun, maka nilai Sn, Yn yang dipakai adalah pada n =10.
Sehingga perhitungan curah hujan periode ulang T tahun dengan data curah hujan di atas adalah sebagai
berikut.
Tabel 2. Hasil perhitungan curah hujan periode ulang.
Periode Curah Hujan
Ulang (mm)
2 2130,14
5 3179,96
10 3874,92
20 4532,93

Setelah mendapatkan nilai curah hujan periode ulang, maka selanjutnya adalah mencari nilai intensitas
hujan maksimum (I). Untuk mencari nilai tersebut, perhitungan intensitas curah hujan (I) dihitung dengan
menggunakan rumus Mononobe.
𝑅24 24 2⁄
𝐼= 𝑥( ) 3
24 𝑡
Keterangan : 𝐼 = Intensitas curah hujan (mm/jam)
𝑅24 = Curah hujan maksimum harian (selama 24 jam)
(mm)
𝑡 = Lamanya hujan (24 jam)

Sehingga hasil dari perhitungannya seperti berikut.


Tabel 3. Hasil perhitungan intensitas hujan

Periode Intensitas
Ulang (mm/jam)
2 29,59
5 44,17
10 53,82
20 62,96
Perhitungan Air Limpasan :

Q = 0,278 x C x Imax x A

Air limpasan pada tahun 2009 s.d 2018:


Koefisien limpasan (C) = 0.75
Intensitas hujan maksimum (I) mm/jam
Luas daerah tangkapan (A) Km2
Debit (Q) m3/detik
Tabel 4.Perhitungan debit tahunan
Luas (A) Q
Tahun Imaks
(km2) (m3/s)
2010 0,24 29,59 1,48
2012 0,25 29,59 1,54
2014 0,31 29,59 1,91
2016 0,38 29,59 2,34
2018 0,42 29,59 2,59

3
Analisis Debit Aliran Run Off Akibat Pengaruh Penambangan Terbuka Batugamping Di Daerah Baturaja

Setelah dilakukan perhitungan kemudian didapatkan kurva debit air daerah penelitian tahunan (2009 s.d
2018) seperti gamabr di bawah ini:

Gambar 1. Kurva debit air pada daerah penelitian tahunan


Dari gambar (2), dapat terlihat bahwa debit tertinggi terdapat pada tahun 2018, yaitu 2.59 m3/detik dan
debit terendah pada tahun 2010, yaitu 1.48 m3/detik.
Untuk perhitungan neraca air pada daerah penelitian, digunakan metode F.J. Mock untuk mendapatkan
kurva neraca air. Untuk mencari nilai water surplus, harus mendapatkan nilai dari evapotranspirasi potensial
dan evapotranspirasi limited terlebih dahulu. Dari perhitungan tersebut didapatkan kurva neraca air, sebagai
berikut;

Gambar 2. Kurva neraca air pada tahun 2009 s.d 2018


Pada daerah penelitian terjadi surplus air pada setiap tahunnya. Tidak terjadi defisit air tetapi surplus air
terendah terjadi pada tahun 2014, yaitu 44.81 mm. dan surplus air tertinggi terjadi pada tahun 2010, yaitu
2186.07 mm.

Penyaliran Tambang
Penyaliran tambang pada daerah penelitian lebih efektif dengan menggunakan saluran tanpa pengerasan,
untuk penyaliran pada daerah penelitian akan senantiasa berubah karena pengaruh perubahan debit pada
daerah penelitian. Untuk desain penyaliran tambang yang akan dibuat merupakan desain pada tahun 2018.

Dimensi Saluran Penyaliran


Bentuk saluran dalam penyaliran sangat beragam namun saliran berbentuk trapesium yang merupakan
saluran yang ekonomis, maka luas penampang basah (A), jari-jari hidrolik (R), lebar dasar saluran (B),
lebar muka air (T), kemiringan dinding saliran (m) memiliki hubungan sebagai berikut :
A = (B+my)y
P = B + 2y√1 + 𝑚2
A 𝑦(B+my)
R =P=
B+2y√1+𝑚2
4
Analisis Debit Aliran Run Off Akibat Pengaruh Penambangan Terbuka Batugamping Di Daerah Baturaja

m = 1/tg α
T =2𝑦√1 + m2
W = √0,5𝑦
pada dinding saluran dibuat sebesar 60˚ (α) sehingga menghasilkan perhitungan :
m = 1
𝑡𝑔 60°
= 0,58

Keterangan: R = 0,5y (meter)


B + 2my = 2𝑦√1 + m2 n = 0,03
B + 2(0,58)y = 2𝑦√1 + (0,58)2 maka :
Q = A x 1/n x R2/3 x S1/2
B + 1,16y = 2y√1,34
2.59 = (1,73y2) x (1/0,03) x (0,5y)2/3 x
B + 1,16y = 2,31y (0,0025)1/2
B = 1,15y 2.59 = 1,81638y8/3
A = (B+my)y y8/3 = 1,42591
= (1,15y + 0,58y) y y = 1,14231
= 1,73y2 = 1,2 m (dibulatkan)
Menurut “Manning” kapasitas untuk saluran B = 1,15y
menggunakan rumus: = 1,15 (1,2)
V = 1/n x R2/3 x S1/2 = 1,38 m
Q =AxV = 1,5 m (dibulatkan)
Sehingga :
W = √0,5𝑦
Q = A x 1/n x R2/3 x S1/2
Diketahui : = √0,5(1,2)
Q = 2,59 (m3/detik) debit diambil pada tahun = √0,6
2018 = 0,7746 m
A = 1,73y2 (m2) = 0,8 m (dibulatkan)
S = 0,25 (%)

Berdasarkan lebar dasar saluran (B) yang sudah didapatkan serta ketinggian air disaluran (y) yang didapat,
maka lebar permukaan air (Ta) dapat dihitung sebagai berikut.
Ta = B + 2my
= 1,5 + 2(0,58)(1,2)
= 2,892 m
= 2,9 m (dibulatkan)
Dengan telah menentukan nilai tinggi jagaan air (W) sebesar 0,8 m, maka lebar atas saluran (Ts) dapat
dihitung sebagai berikut.
Ts = B + 2my
= 1,5 + 2(0,58)(1,2 + 0,8)
= 3,82 m
= 3,9 m (dibulatkan)
Dari hasil perhitungan di atas, dibuatkan sebuah gambar model saluran seperti berikut:

5
Analisis Debit Aliran Run Off Akibat Pengaruh Penambangan Terbuka Batugamping Di Daerah Baturaja

Gambar 3. Dimensi saluran


4. KESIMPULAN
Setelah dilakukan pengolahan data dan analisa, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut.
1) Dapat diketahui nilai debit air limpasan pada daerah penelitian selalu terjadi perubahan setiap tahunnya.
Nilai runoff terbesar terjadi pada tahun 2018 dengan besar 2,59 m3/s dan terendah terjadi pada tahun
2009 dengan besar 1,48 m3/s. Hal tersebut dikarenakan pada tahun 2018 area tangkapan hujan bertambah
luas akibat pelebaran tambang Batungamping.
2) Debit air limpasan pada daerah penelitian selalu meningkat yang diakibatkan karena adanya perluasan
wilayah tambang, dan nilai perubahan debit dari hasil penelitian adalah 0,06 – 043 m3/s.
3) Didapatkan bentuk dan dimensi saluran air yang ideal dan ekonomis dengan dinding saluran berupa
tanah yaitu saluran dengan model trapesium dengan sudut kemiringan dinding saluran 60˚, dan dimensi
saluran seperti berikut.
(a) Lebar dasar saluran = 1,5 m
(b) Tinggi muka air = 1,2 m
(c) Kedalaman saluran = 2 m
(d) Lebar muka air = 2,9 m
(e) Lebar atas saluran = 3,9 m
Saran
Sebaiknya dibuatkan sum (kolam penampungan) di bagian hilir saluran, sehingga air yang mengalir dapat
tertampung di dalam sum tersebut dan dapat dikeluarkan dari daerah tambang dengan cara memompa air
dalam sum ke sungai terdekat.
5. UCAPAN TERIMAKASIH
Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai
pada penyusunan Tugas Akhir ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini, Oleh
karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
(1) Keluarga yang selalu mendukung dan mendoakan penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tugas Akhir ini dengan sebaik-baiknya.
(2) Bapak Ir. Mulyono Hadiprayitno, M.Sc. selaku Kepala Program Studi Teknik Pertambangan, Fakulitas
Teknik dan Desain, institute Teknologi dan Sains Bandung. Beserta seluruh staff dan pengajar
Program Studi Teknik Pertambangan atas segala ilmu dan pembelajarannya yang telah diberikan.
(3) Dr. Dasapta Erwin Irawan S. T., M. T. dan Achmad Darul Rochman, S. Pd., M. T. selaku dosen
pembimbing, yang selalu memberikan bimbingan, masukan, dan motivasi agar dapat memberikan
hasil yang sebaik-baiknya.
(4) Dr. Ahmad Taufik S.T, M.T. Ph.D anggota dari Pusat Sumber Daya Air (PUSAIR) selaku pemberi
materi data, dosen pembimbing, dan masukan terhadap Tugas Akhir ini.
(5) Teman seperjuangan penulis yaitu Muhammad Zarkasih atas bantuannya mengerjakan Tugas Akhir
ini sehingga Tugas Akhir ini dapawt diselesaikan.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang
telah membantu. Semoga Tugas Akhir ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

6
Analisis Debit Aliran Run Off Akibat Pengaruh Penambangan Terbuka Batugamping Di Daerah Baturaja

6. DAFTAR PUSTAKA
Al Amin M. Baitulla, Sarino dan Haki Helmi, 2016, Perubahan Tutupan Lahan Pada Daerah Aliran Sungai
Di Kota Palembang Berdasarkan Analisis Citra Landsat, Sriwijaya.
Ali M. F dkk, 2013, Integration of HEC-RAS and geographical information system (GIS) in the
hydrological study of peak flow response to deforestation on a small watershed in Malaysia. Malaysia.
Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor.
Asdak, Chay. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta . Gadjah Mada
University Press.
Bakhtiar, KAJIAN PERBANDINGAN DEBIT ANDALAN SUNGAI CIMANUK METODA WATER
BALANCE DAN DATA LAPANGAN.
Bambang Triatmodjo, 2008. “Hidrologi Terapan”. Yogyakarta : Beta Offset
Direktorat Kehutanan dan Konservasi Sumberdaya Air, KAJIAN MODEL PENGELOLAAN DAERAH
ALIRAN SUNGAI (DAS) TERPADU.
Farhamsa Dedy,2009. Implementasi Universal Krigging 3 Dimensi Berbasis World Wind Nasa SDK.
Gunawan Ardi dan kawan-kawan, 2015, Studi Hidrologi dan Hidrogeologi untuk Rencana Penambangan
Batubara PT Pacific Global Utama, Kecamatan Tanjung Agung, Kabupaten Muara Enim, Sumatera
Selatan, Bandung.
Hakim, dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas Lampung.
Harsoyo Budi, Review Modeling Hidrologi DAS Di Indonesia.
Krogerus Kristi dan Pasanon Antti, 2016, Management of water balance in mining areas –WaterSmart.
Largueche, F.Z.B. 2006. Estimating Soil Contamination with Kriging Interpolation Method. American
Journal of Applied Sciences.
Mock, F. J. 1973. Water Availability Appraisal: Report Prepared for the Land Capability Appraisal Project
Bogor/Indonesia. Bogor: Food and Agriculture Organization of The United Nations
Nasrullah dan Kartiwa B., Mdoel Hidrologi DAS Aih Tripe Hulu untuk Prediksi Banjir dan Kekeringan.
Pratama Willy dan Yuwono Slamet Budi, 2016, ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN
TERHADAP KARAKTERISTIK HIDROLOGI DI DAS BULOK, Bandar Lampung.
Putri Yuliantini Eka, 2014, Analisa Penyaliran Air Tambang Batu Kapur PT. Semen Baturaja (PERSERO)
Di Pabrik Baturaja.
Rinaldi Aris, 2016, MODUL PERHITUNGAN NERACA AIR “ STUDI KASUS KOTA CIREBON ”.
Saleh Muhammad, 2011, PRAKIRAAN CURAH HUJAN BULANAN KECAMATAN TEMPE
KABUPATEN WAJO TAHUN 2011 DAN 2012 DENGAN MODEL ARIMA, Makasar.
Saputra Arie, Juniah Restu, dkk. WATER MANAGEMENT SYSTEM TAMBANG PADA PIT PT
ULIMA NITRA JOBSITE PT MENAMBANG MUARA ENIM.
Seyhan, E. 1990. Dasar-dasar Hidrologi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Suadnya Dewi Parwati, 2017, ANALISIS DEBIT BANJIR DAN TINGGI MUKA AIR BANJIR SUNGAI
SARIO DI TITIK KAWASAN CITRALAND, Manado.
Sobriyah, 2012, Model Hidrologi, Surakarta, UNS Press Surakarta.
Sosrodarsono Suyono dan Kensaku Takeda, (1999), Hidrologi untuk Pengairan.
Sri Harto, BR. 2000). Hidrologi: Teori, Masalah, Penyelesaian. Yogyakarta.
Swanson Sophie, Breckenridge Larry, Leduc Marc. Mine Water Balances – A New Proposed Approach.
Wahlström Margareta, dkk. 2017. Water Conscious Mining (WASCIOUS). Denmark.
Walker, Roger G.,James, Noel. P. 1992. Facies Models : Response to Sea Level Change. Canada:
Geological Association of Canada:.
Wilson. E.M., 1993, Hidrologi Teknik,Bandung, Penerbit ITB Bandung.

Anda mungkin juga menyukai