Anda di halaman 1dari 13

AKUNTANSI SOSIAL EKONOMI : PENERAPAN CSR DI INDONESIA

1. Pendahuluan
Perusahaan adalah bentuk organisasi yang melakukan aktivitas dengan
menggunakan sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Perusahaan yang berorientasi pada laba akan berusaha menggunakan
sumber daya yang dimiliki semaksimal mungkin untuk memperoleh laba demi
kelangsungan hidupnya. Akibatnya, disadari atau tidak akan berdampak pada
lingkungan, baik positif maupun negatif yang disebut externalities (Harahap,
2012).
Perusahaaan dalam mencapai tujuan akan selalu berinteraksi dengan
lingkungannya. Perusahaan membutuhkan investor atau kreditor untuk memenuhi
dana yang dibutuhkan, pemerintah untuk legalitas usaha, masyarakat sebagai
konsumen. Sehingga dalam melakukan aktivitas usahanya, perusahaan memiliki
tanggung jawab tidak hanya kepada pemilik modal, tetapi juga memiliki tanggung
jawab kepada karyawan, supplier, pelanggan, lembaga pemerintah, lembaga-
lembaga lainnya, yang semua itu disebut.
Sebagai bagian dari masyarakat, perusahaan harus selalu menyeimbangkan
kepentingan laba dengan tanggung jawab sosial. Apabila aktivitas perusahaan
berdampak bagi lingkungan, seharusnya perusahaan bertanggungjawab terhadap
akibat yang timbul. Sehingga dampaknya tersebut tidak menimbulkan bencana
serta kerugian bagi lingkungan sosialnya. Bentuk tanggung jawab perusahaan
terhadap lingkungannya merupakan wujud tanggung jawab perusahaan secara
sosial.
Di dalam dunia bisnis dikenal akuntansi yang merupakan penyedia
informasi dan merupakan alat pertanggungjawaban manajemen yang disajikan
dalam bentuk laporan keuangan. Melalui laporan keuangan, informasi yang
dihasilkan dari transaksi perusahaan dikomunikasikan kepada pemakai untuk
pengambilan keputusan. Dalam akuntansi konvensional, informasi dalam laporan
keuangan merupakan hasil transaksi perusahaan yang merupakan pertukaran
barang dan jasa antara dua atau lebih entitas ekonomi (Belkoui dalam Murni
2001). Pertukaran antara perusahaan dan lingkungan sosialnya menjadi cenderung
diabaikan. Akibat perlakuan akuntansi tersebut menyebabkan pengguna laporan

1
keuangan memperoleh informasi yang kurang lengkap terutama mengenai hal-hal
yang berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan.
Para ahli akuntansi telah berusaha mengembangkan akuntansi secara terus-
menerus. Salah satu konsep yang dihasilkan adalah timbul akuntansi sosial
(makro) untuk mengungkapkan tanggungjawab sosial perusahaan dan akuntansi
lingkungan (mikro) untuk mengungkapkan tanggungjawab perusahaan terhadap
lingkungan hidup. Laporan sosial dan laporan lingkungan inilah yang menjadi ciri
akuntansi modern, yaitu dengan mengungkap dan melaporkan konsep yang
bersifat kualitatif seperti kualitas hidup, kesejahteraan dan perbaikan lingkungan
(Hopfenbeck dalam Murni, 2001).
Ilmu akuntansi yang mencatat, mengukur, melaporkan externalities ini
disebut dengan Social Rensponsbility Accounting, dan lain sebagainya. Social
Rensponsbility Accounting menyoroti aspek social atau dampak (externalities)
dari kegiatan pemerintah dan perusahaan. Bidang ini terasa penting saat ini
khususnya bagi kita di Indonesia karena banyaknya kegiatan pemerintah maupun
perusahaan yang justru ada yang menimbulkan penyakit sosial seperti kerusakan
ekosistem, polusi, kriminal, monopoli, keterbelakangan desa, meningkatnya
utang, diskriminasi, kemiskinan, dan lain-lain. Hal ini sangat disadari dan
diperhatikan sekarang khususnya oleh gerakan LSM (Lembaga Swadaya
Masyarakat) seperti Greenpeace di Eropa dan Amerika.
Ilmu Social Economic Accounting (SEA) ini merupakan bidang ilmu
akuntansi yang berfungsi dan mencoba mengidentifikasi, mengukur, menilai,
melaporkan aspek-aspek social benefit dan social cost yang ditimbulkan oleh
lembaga. Pengukuran ini pada akhirnya akan diupayakan sebagai informasi yang
dijadikan dasar dalam proses pengambilan keputusan untuk meningkatkan peran
lembaga, baik perusahaan atau yang lain untuk meningkatkan kualitas hidup
masyarakat dan lingkungan secara keseluruhan.
Akuntansi sosial ekonomi yang dikenal selama ini salah satunya adalah
corporate social rensponsibility (CSR). Akuntansi CSR didefinisikan sebagai
proses seleksi variabel-variabel kinerja sosial tingkat perusahaan, ukuran, dan
prosedur pengukuran, yang secara sistematis mengembangkan informasi yang
bermanfaat untuk mengevaluasi kinerja sosial perusahaan dan

2
mengkomunikasikan informasi tersebut kepada kelompok sosial terkait, baik di
dalam maupun di luar perusahaan (Anggraini, 2006).
Dalam lingkup wilayah Indonesia, standar akuntansi keuangan Indonesia
belum mewajibkan perusahaan untuk mengungkapkan informasi sosial, akibatnya
yang terjadi di dalam praktik perusahaan hanya dengan sukarela
mengungkapkannya. Secara implisit Ikatan Akutansi Indonesia (IAI) dalam
Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) Nomor 1 (revisi 2004) paragraf 9
menyarankan untuk mengungkapkan tanggung jawab akan masalah sosial sebagai
berikut :
“Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan
mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement),
khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang
peran penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok
pengguna laporan yang memegang peranan penting.”

Lebih jauh lagi, adanya CSR di Indonesia diatur dalam Undang-undang


Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pasal 74 ayat 1 Undang-
undang tersebut menyebutkan bahwa ”Perseroan yang menjalankan kegiatan
usahanya di bidang dan/ atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib
melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan”. Dalam Undang-undang
Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, pasal 15 (b) menyatakan
bahwa ”setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial
perusahaan”.
Tujuan penulisan makalah ini adalah melakukan tinjauan terhadap
akuntansi sosial ekonomi khususnya penerapan Corporate Social Rensponsibility
di Indonesia. Untuk dapat memahami penulisan makalah ini, pembahasan
selanjutnya akan meliputi pengertian Akuntansi Sosial Ekonomi, Penerapan CSR
di Indonesia dan Pro terhadap CSR.

2. Akuntansi Sosial Ekonomi


2.1 Pengertian Akuntansi Sosial Ekonomi

SEA masih merupakan fenomena baru dalam ilmu akuntansi, dan sering
ditafsirkan sama dengan Social Accounting yang dihubungkan dengan National
Income Accounting. Para ahli juga telah memberikan definisi dari Ahmad

3
Belkaoui dalam Harahap (2012), dalam bukunya tentang Socio Economic
Accounting. Beliau menyatakan sebagai berikut.

SEA timbul dari penerapan akuntasi dalam ilmu social, ini menyangkut
pengaturan analisis, dan pengungkapan pengaruh ekonomi dan social dari
kegiatan pemerintah dan perusahaan. Hal ini termasuk kegiatan yang
bersifat mikro dan makro. Pada tingkat makro bertujuan untuk mengukur
dan mengungkapkan kegiatan ekonomi dan social Negara mencakup social
accounting dan reporting peranan akuntasi dalam pembangunan ekonomi.
Pada tingkat mikro bertujuan untuk mengukur dan melaporkan pengaruh
kegiatan perusahaan terhadap lingkungannya, mencakup: financial dan
managerial social accounting, social auditing.
Menurut Sahid (2002), ada beberapa pengertian akuntansi lingkungan atau
akuntansi sosial, ada pengertian yang luas dan ada pula pengertian yang sempit.
Dalam pengertian yang luas dalam himpunan istilah lingkungan untuk manajemen
(Hanry dalam Amaliah). Akuntansi lingkungan merupakan proses akunting yang :

1. Mengenali, mencari, dan kemudian mengurangi efek-efek lingkungan negatif


dari pelaksanaan praktik laporan yang konvensional;
2. Mengenali secara terpisah biaya-biaya dan penghasilan yang berhubungan
dengan lingkungan dalam sistem laporan yang konvensional;
3. Mengambil langkah-langkah aktif untuk menyusun inisiatif-inisiatif untuk
memperbaiki efek-efek lingkungan yang timbul dari praktik-praktik
pelaporan konvensional;
4. Merencanakan bentuk-bentuk baru sistem laporan finansial dan non finansial,
sistem informasi dan sistem pengawasan untuk lebih mendukung keputusan
manajemen yang secara lingkungan tidak berbahaya;
5. Mengembangkan bentuk-bentuk baru dalam pengukuran kinerja, pelaporan,
dan penilaian untuk tujuan internal dan eksternal;
6. Mengenali, menguji, mencari dan memperbaiki area-area dimana kriteria
finansial konvensional dan kriteria lingkungan bertentangan;
7. Mencoba cara-cara dimana sistem berkelanjutan dapat dinilai dan
digabungkan menjadi kebiasaan yang berhubungan dengan organisasi.
Dalam pengertian sempit, sebagaimana dikemukakan dalam Natural
Resource Accounting, salah satu dokumen INTOSAI Working Group on
Environtmental Auditing menyatakan bahwa “akuntansi lingkungan sebagai
kompilasi data lingkungan dalam kerangka kerja akuntansi” (Sahid, 2002).
Dari definisi-definisi tersebut dapat dilihat bahwa akuntansi sosial
memberikan gambaran mengenai interaksi dari aktivitas perusahaan terhadap
lingkungan sosialnya. Akuntansi sosial juga memberikan informasi yang dapat
digunakan untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja sosial dari perusahaan.

4
2.2 Pendorong Munculnya SEA
Adanya kecenderungan beralihnya perhatian pada kesejahteraan individu
kearah kesejahteraan sosial. Kecendrungan yang bergerak dari kegiatan mencari
keuntungan sebesar-besarnya tanpa melihat efek sampingnya kearah mencari laba
yang berwawasan lingkungan. Harahap (2012), dalam bukunya menyebutkan
bahwa timbulnya departemen (unit) pemerintahan yang mengurus lingkungan
hidup, juga sejalan dengan kemunculan SEA. Kecendrungan ini semua dapat kita
lihat dari beberapa paradigma berikut:
1. Kecendrungan terhadap kesejateraan sosial, Negara tidak bisa hidup sendiri
tanpa partisipasi rakyatnya, perusahaan juga tidak akan maju tanpa dukungan
langganan maupun lingkungan sosialnya. Kenyataan ini semakin disadari dan
semakin dibutuhkan pertanggungjawabannya. Untuk mengetahui gambaran
yang jelas tentang keterkaitan saling mempengaruhi antara Negara dan
rakyatnya, antara perusahaan dan masyarakatnya, SEA ini sangat berperan.
2. Kecendrungan terhadap kesadaran lingkungan, manusia adalah makhluk
diantara bermacam-macam makhluk yang mendiami bumi yang saling
mempunyai keterkaitan dan sebab akibat, dan dibatasi oleh sifat keterbatasan
dunia itu sendiri, baik sosial, ekonomi, atau politik. Sekarang manusia semakin
menyadari bahwa perhatian kepada lingkungan semakin besar. Kesadaran akan
kebenaran inilah mendorong munculnya SEA.
3. Perspektif Ekosistem, orientasi yang terlalu diarahkan kepada pembangunan
ekonomi, efisiensi, profit maximization menimbulkan krisis ekosistem. Gejala
ini menaruh perhatian para ahli sehingga muncul kelompok-kelompok yang
menamakan dirinya penyelamat lingkungan seperti Greenpeace, lembaga
konsumen dan lain-lain. Perspektif terhadap ekosistem inilah mendorong
adanya SEA.
4. Ekonomisasi vs Sosialisasi, ekonomi mengarahkan perhatian hanya kepada
kepuasan individual sebagai suatu unit yang selalu mempertimbangkan cost
dan benefit tanpa memperhatikan kepentingan masyarakat. Sebaliknya
sosialisasi memfokuskan perhatiannya terhadap kepentingan sosial dan selalu
mempetimbangkan efek sosial yang ditimbulkan oleh kegiatannya. Walaupun
sosialisasi ini belum tampak nyata, namun pengaruh pemerintah dan tekanan
sosial cenderung menguntungkan kepentingan sosial. Akhirnya, perlu alat ukur
sampai seberapa jauh pengaruh perusahaan terhadap masyarakat.

3. CSR di Indonesia
3.1 CSR
Corporate Social Responsibility (CSR) mulai berkembang pada tahun
1970-an. Elkington mengemas CSR ke dalam tiga konsep: 3P, singkatan dari
profit, planet dan people. Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan
ekonomi belaka (profit) melainkan pula memiliki kepedulian terhadap kelestarian

5
lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people) (Invinitive, 2002
dalam Marnelly, 2012).
Dalam perkembangan selanjutnya ketiga konsep ini menjadi patokan bagi
perusahaan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial yang kita kenal dengan
konsep CSR. Konsep CSR melibatkan tanggung jawab kemitraan antara
pemerintah, perusahaan, dan komunitas masyarakat setempat yang bersifat aktif
dan dinamis.
Menurut Nuryana (2005) dalam Fahmi (2014:81), menjelaskan CSR
secara konseptual merupakan sebuah pendekatan dimana perusahaan
mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis mereka dan dalam
interaksi mereka dengan para pemangku kepentingan (stakeholder) berdasarkan
prinsip kesukarelaan dan kemitraan.
Pengertian lain mengenai CSR yaitu menurut Philip Kotler, CSR
dikatakan sebagai discretionary yang dalam arti luas berarti sesuatu yang perlu
dilakukan. Seandainya tidak dilakukan akan berakibat merugikan diri sendiri.
Namun hal ini bukanlah suatu peraturan yang diharuskan (Rachman, Efendi, dan
Wicaksana, 2011: 15).
Dalam pengertian tersebut bertolak belakang dengan CSR yang diterapkan
di Indonesia yang diharuskan untuk melaksanakan CSR. Hal tersebut sesuai
dengan Undang-Undang Perseroan. CSR diantaranya diatur dalam UU No. 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas. Dalam pasal 74 dijelaskan bahwa:
1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan
dengan sumber daya alam, wajib melaksanakan Tanggungjawab Sosial dan
Lingkungan.
2. Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud ayat (1)
merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai
biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan
kepatutan dan kewajaran.
3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

6
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan diatur
dengan Peraturan Pemerintah.

Berikut ini contoh bentuk laporan CSR yang dikeluarkan dari salah satu
perusahaan yang ada di Indonesia.

Tabel 3.1
Laporan CSR Bakrieland Tahun 2010

Sumber: http://bakrieland.com/files/Bakrieland-AR2010-CSR-Report-134-159.pdf

Laporan CSR pada perusahan Bakrieland tersebut merupakan ringkasan dari


seluruh pengeluaran untuk program CSR yang dilaksanakan pada tahun 2010.
Terdapat beberapa program yang dilakukan Bakrieland dalam menjalankan
kegiatan tanggungjawab perusahaan. Pada dasarnya laporan CSR disajikan secara
terperinci dan terpisah dari laporan keuangan. laporan diatas hanya sepenggal dari
beberapa keterangan yang lebih terperinci dari laporan CSR Bakrieland.

3.2 Aktivitas CSR di Indonesia

Bentuk-bentuk tanggung jawab sosial dibentuk tidak hanya untuk mencari


nama baik saja. Namun dibentuk untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
sekitar dengan adanya aktivitas CSR yang berkelanjutan. Setiap kegiatan tersebut
akan melibatkan semangat sinergi dari semua pihak secara terus menerus
membangun dan menciptakan kesejahteraan dan pada akhirnya akan tercipta
kemandirian dari masyarakat yang terlibat pada aktivitas CSR.

7
Perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia rata-rata sudah menerapkan
aktivitas CSR. Dalam praktek penerapaan aktivitas CSR, perusahaan tidak hanya
memfokuskan pada pemberian bantuan secara financial. Sangat banyak data yang
mencatat usaha perusahaan yang berkontribusi dalam pembangunan fisik maupun
sosial. Berikut ini beberapa perusahaan di Indonesia yang menerapkan aktivitas
CSR (Rahmat, 2009 dalam Rachman, Efendi, dan Wicaksana, 2011):
a. Pertamina, terlibat dalam aktivitas pemberdayaan ekonomi dan sosial
masyarakat, terutama di bidang pendidikan, kesehatan dan lingkungan. Pada
aspek pendidikan BUMN ini menyediakan beasiswa pelajar mulai dari
tingkatan sekolah dasar hingga S2, maupun program pembangunan rumah
baca, bantuan peralatan atau fasilitas belajar. Sementara di bidang kesehatan
Pertamina menyelanggarakan program pembinaan posyandu, peningkatan gizi
anak dan ibu, pembuatan buku panduan untuk ibu hamil dan menyusui dan
berbagai pelatihan guna menunjang kesehatan masyarakat. Sedangkan yang
terkait dengan persoalan lingkungan, Pertamina melakukan program kali bersih
dan penghijauan seperti pada DAS Ciliwung dan konservasi hutan di Sangatta.
b. Bakrieland, perusahaan ini sudah banyak memberikan bantuan dalam bentuk
CSR kepada masyarakat baik dalam bentuk beasiswa, penanaman pohon,
program kesehatan, program sejuta buku, dan lain-lain.
c. PT Timah, dalam rangka melaksanakan tanggung jawab sosialnya
menyebutkan bahwa ia telah menyelenggarakan program-program yang
bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Perusahaan ini
menyatakan bahwa banyak dari program tersebut yang terbilang sukses dalam
menjawab aspirasi masyarakat diantaranya berupa pembiakan ikan air tawar,
budidaya rumput laut dan pendampingan bagi produsen garmen.
d. Astra Group, melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra menyebutkan bahwa
mereka telah melakukan program pemberdayaan UKM melalui peningkatan
kompetensi dan kapasitas produsen. Termasuk di dalam program ini adalah
pelatihan manajemen, studi banding, magang, dan bantuan teknis. Di luar itu,
grup Astra juga mendirikan yayasan Toyota dan Astra yang memberikan
bantuan pendidikan. Yayasan ini kemudian mengembangkan beberapa program
seperti: pemberian beasiswa, dana riset, mensponsori kegiatan ilmiah

8
universitas, penerjemahan dan donasi buku-buku teknik, program magang dan
pelatihan kewirausahaan di bidang otomotif.

4. Pro Terhadap CSR


Persoalan apakah perusahaan perlu mempunyai tanggung jawab sosial atau
tidak, masih terus merupakan perdebatan ilmiah. Masing-masing mengemukakan
pendapat dan dukungannya dan mengklaim bahwa idenyalah yang benar. Berikut
ini adalah alasan para pendukung agar perusahaan memiliki etika dan tanggung
jawab sosial (Harahap, 2012) :
1. Keterlibatan sosial merupakan respon terhadap keinginan dan harapan
masyarakat terhadap peranan perusahaan. Dalam jangka panjang, hal ini
sangat menguntungkan perusahaan.
2. Keterlibatan sosial mungkin akan mempengaruhi perbaikan lingkungan,
masyarakat, yang mungkin akan menurunkan biaya produksi.
3. Meningkatkan nama baik perusahaan, akan menimbulkan simpati
langganan, simpati karyawan, investor, dan lain-lain.
4. Menghindari campur tangan pemerintah dalam melindungi masyarakat.
Campur tangan pemerintah cenderung membatasi peran perusahaan.
Sehingga jika perusahaan memiliki tanggung jawab sosial mungkin dapat
menghindari pembatasan kegiatan perusahaan.
5. Dapat menunjukkan respon positif perusahaan terhadap norma dan nilai
yang berlaku dalam masyarakat sehingga mendapat simpati masyarakat.
6. Sesuai dengan keinginan para pemegang saham, dalam hal ini publik
7. Mengurangi tensi kebencian masyarakat kepada perusahaan yang kadang-
kadang suatu kegiatan yang dibenci masyarakat tidak mungkin dihindari.
8. Membantu kepentingan nasional, seperti konservasi alam, pemeliharaan
barang seni budaya, peningkatan pendidikan rakyat, lapangan kerja, dan
lain-lain

Anne (2005) mengemukakan beberapa hal di bawah ini yang menyatakan


bahwa CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan diperlukan antara lain :
1. Menyeimbangkan antara kekuatan korporasi dengan aspek tanggungjawab.
2. Mengurangi adanya regulasi pemerintah (yang berlebihan).

9
3. Meningkatkan keuntungan jangka panjang.
4. Meningkatkan nilai dan reputasi korporasi.
5. Memperbaiki permasalahan sosial yang disebabkan oleh perusahaan.
Kemudian (Kotler & Nance, 2005) menambahkan dengan menekankan
pada aspek bisnis yaitu CSR dapat:
1. Meningkatkan penjualan dan pangsa pasar.
2. Memperkuat posisi merek dagang.
3. Meningkatkan kemampuan untuk menarik, memotivasi dan memelihara
karyawan.
4. Menurunkan biaya operasi.
5. Menarik minat investor dan para analis keuangan.

4.1 Bentuk Keterlibatan Sosial


Menurut Harahap (2012), bentuk keterlibatan perusahaan tergantung pada
lingkungan sosial, bentuk masyarakat, sifat dan keadaan tertentu yang berbeda
dari satu masyarakat dengan masyarakat yang lain. Beberapa lembaga dan para
ahli telah coba merumuskan beberapa bentuk kegiatan yang dapat dilakukan
perusahaan sebagai bukti keterlibatan sosialnya. Mereka antara lain adalah : Ernst
& Ernst (1971), K. David dan R.L. Blomstrom (1971), dan Committe for
Economy Development (1971). Penulis berusahan menggabungkannya dengan
memperhatikan relevansinya dengan keadaan kita di tanah air. Bentuk kegiatan itu
adalah sebagai berikut :
 Lingkungan Hidup :
- Pengawasan terhadap efek polusi
- Perbaikan pengrusakan alam, konservasi alam
- Keindahan lingkungan
- Pengurangan suara bising
- Pengelolaan sampah dan air limbah
- Riset dan pengembangan lingkungan
- Kerja sama dengan pemerintah dan universitas
- Pembangunan lokasi rekreasi.
 Energi :
- Konservasi energi yang dilakukan perusahaan

10
- Penghematan energi dalam proses produksi.
-
 Sumber Daya Manusia dan Pendidikan :
- Keamanan, kesehatan dan pendidikan karyawan
- Kebutuhan keluarga dan rekreasi karyawan
- Menambah dan memperluas hak-hak karyawan
- Beasiswa
- Bantuan pada sekolah
- Pendirian sekolah
- Membantu pendidikan tinggi
- Riset dan pengembangan
- Pengangkatan pegawai dari kelompok miskin, minoritas
- Peningkatan karier karyawan.
 Membantu Masyarakat Lingkungan :
- Memanfaatkan tenaga ahli perusahaan dalam mengatasi masalah sosial di
lingkungannya
- Tidak campur tangan dalam struktur masyarakat
- Membangun klinik kesehatan, sekolah, rumah ibadah
- Perbaikan desa/kota
- Sumbangan untuk kegiatan sosial masyarakat
- Perbaikan perumahan desa
- Bantuan dana, sosial, gempa bumi, banjir.
- Perbaikan sarana pengangkutan umum dan pasar.
 Hubungan dengan Pemegang Saham :
- Sifat keterbukaan direksi pada semua persero
- Peningkatan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan
- Pengungkapan keterlibatam perusahaan dalam kegiatan sosial.
 Hubungan dengan Pemerintah :
- Menaati peraturan pemerintah
- Membatasi kegiatan lobbying
- Mengontrol kegiatan politik perusahaan

11
- Membantu lembaga pemerintah sesuai dengan kemampuan perusahaan,
membantu secara umum usaha peningkatan kesejahteraan sosial
masyarakat
- Membantu proyek dan kebijaksanaan pemerintah
- Meningkatkan produktivitas sektor informal
- Menghindari praktik KKN.

Sebenernya banyak lagi hal yang dapat dikemukakan sesuai dengan


keadaan, baik yang dialami masyarakat maupun potensi yang dimiliki perusahaan.
Hal yang penting diingat adalah bahwa kegiatan ini menyangkut keterlibatan
perusahaan dalam kegiatan sosial, seperti sponsor kegiatan olahraga, pendirian
klub olahraga, pendirian lembaga keagamaan, membantu kegiatan keagamaan,
memperingati perayaan keagamaan dan kebangsaan, pameran yang menyangkut
kepentingan masyarakat, proyek penelitian, kerjasama dengan universitas,
seminar, simposium, beasiswa tanpa atau dengan ikatan dinas, dan lain-lain.

5. Kesimpulan

Ilmu Social Economic Accounting (SEA) ini merupakan bidang ilmu


akuntansi yang berfungsi dan mencoba mengidentifikasi, mengukur, menilai,
melaporkan aspek-aspek social benefit dan social cost yang ditimbulkan oleh
lembaga. Akuntansi sosial ekonomi yang dikenal selama ini salah satunya adalah
corporate social rensponsibility (CSR).
CSR secara konseptual merupakan sebuah pendekatan dimana perusahaan
mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis mereka dan dalam
interaksi mereka dengan para pemangku kepentingan (stakeholder) berdasarkan
prinsip kesukarelaan dan kemitraan. Beberapa program CSR yang dilakukan
perusahaan di Indonesia berupa memberikan bantuan dalam dunia pendidikan,
kesehatan, dan kemasyarakatan.
Terdapat beberapa hal yang pro terhadap CSR, daintaranya yaitu respon
terhadap keinginan dan harapan masyarakat terhadap peranan perusahaan,
Mengurangi tensi kebencian masyarakat kepada, Memperbaiki permasalahan
sosial yang disebabkan oleh perusahaan, Memperkuat posisi merek dagang, dan
lain-lain.

12
DAFTAR PUSTAKA

Amaliah, T. H. Akuntansi Sosial dan Pengukuran Kinerja Sosial (Suatu Bentuk


Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan). Dosen Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UNG
Angraini. 2006. ”Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan
Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan- Perusahaan yang Terdaftar
Bursa Efek Jakarta)”. Disampaikan di Simposium Nasional Akuntansi 9
Padang.

Anne, L. T. (2005). Business and Society: Stake Holders, Ethics, Public Policy
(International, 11 ed.): Mc Graw Hill.
Bakrieland. (2010). Laporan CSR. http://bakrieland.com/files/Bakrieland-
AR2010-CSR-Report-134-159.pdf. diakses pada 10 April 2017.
Fahmi, I. (2014). Etika Bisnis Teori, Kasus, dan Solusi. Bandung: Alfabeta.

Harahap, S. S. 2012. Teori Akuntansi. Jakarta: Rajawali Press.

IAI. Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Rev. 2004. Jakarta:


Salemba Empat.

Kotler, P., & Nance, L. (2005). Corporate Social Responsibility: Doing The Most
Good for Your Company and Your Cause: John Wiley & Sons Inc.
Marnelly, T. R. (2012). Corporate Social Responsibility (CSR) Tinjauan Teori
dan Praktek di Indonesia.Jurnal Aplikasi Bisnis Universitas Riau. Vol.2 No.
2, April 2012.
Murni, S. (2001). Akuntansi Sosial: Suatu Tinjauan Mengeneai Pengakuan,
Pengukuran, dan Pelaporan Externalities dalam Laporan Keuangan. Jurnal
Akuntansi dan Investasi: Universitas Sebelas Maret.
Rachman, N.M. Efendi, A. & Wicaksana, E. (2011). Panduan Lengkap
Perencanaan CSR. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sahid, (2002). Akuntansi Lingkungan: Info Jakstra Good Governance, Pemeriksa,
No. 86.

Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.


Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

13

Anda mungkin juga menyukai