Anda di halaman 1dari 4

10 Alasan PUSKESMAS Harus Menjadi

BLUD
1. Alasan Keamanan dalam bekerja

Pemicu PUSKESMAS menjadi BLUD adalah kebijakan untuk transfer


langsung dana kapitasi ke PUSKESMAS oleh BPJS. BPJS beranggapan cara
ini satu-satunya agar PUSKESMAS bisa meningkatkan respon dan kualitas
pelayanan kepada pasien. Namun hal yang semula tidak disadari adalah
PUSKESMAS merupakan UPTD yang terikat dengan pola pengelolaan
keuangan Pemda. Sesuai dengan UU Keuangan Negara no 13/2003 dan UU
No 1 / 2004 tentang perbendaharaan negara, semua pendapatan negara
bukan pajak, harus disetorkan terlebih dahulu sebelum bisa digunakan
langsung. Penggunaan dana tersebut harus mengacu pada pola
penggunaan dana APBD. Satu-satunya institusi yang dapat menggunakan
dana secara langsung, dan dikecualikan dari ketentuan diatas adalah SKPD
atau UPTD yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan BLUD. Jadi tanpa
PUSKESMAS menjadi BLUD maka ada potensi pelanggaran UU 13/2003
dan UU No 1/2004.

Seringkali disampaikan saat ini sudah ada Perpres tentang pengelolaan


dana JKN. Kita semua sadar Pepres tersebut merupakan peraturan
sementara, karena menurut hierarki undang-undang, aturan turunan
setelah undang-undang adalah peraturan pemerintah (PP).

Mengapa hal ini terkait dengan keamanan dalam bekerja. Kita patut sadar
dalam lingkungan birokrasi atau pemerintahan, berbuat baik tidak cukup,
kita dalam berbuat baik harus mengacu pada peraturan-peraturan yang
berlaku. Melanggar ketentuan undang-undang berarti potensi pelanggaran
hukum, yang bisa dimasalahkan, mungkin bukan saat ini tetapi di masa
depan.

2. Puskesmas harus mulai bekerja sejak detik pertama 1 Januari

Kita pergantian tahun dan orang-orang masih larut dalam sukacita


perayaan tahun baru, maka para pekerja di bidang kesehatan, keamanan
dan ketertiban umum justru tengah siaga. Malam perayaan tahun baru
adalah malam yang rawan terjadi tindak kejahatan dan kecelakaan.
Apabila ada orang yang celaka maka mereka lari ke rumah sakit atau
PUSKESMAS. Saat itu kita harus bertindak dan menolong. Apabila saat itu
kita butuh alat, bahan, dan biaya lain kita ambil kan dari mana? Anggaran
bukannya belum turun waktu itu?. Banyak dari pimpinan PUSKESMAS
yang sampai harus menguras kantong pribadi untuk menalangi biaya-
biaya yang terjadi di PUSKESMAS. Sungguh mulia. Tetapi apakah tindakan
itu bisa dibenarkan? Transaksi apa yang mendasari hal tersebut terjadi.
Apakah PUSKESMAS melakukan hutang piutang? Dari kasus ini saja
sudah ada dua pelanggaran terhadap pola pengelolaan keuangan publik,
yaitu penggunaan dana sebelum anggaran turun dan proses hutang
piutang. Kita tahu bersama UPTD tidak diperkenankan melakukan hutang
piutang.

3. Kita tidak pernah bisa meramalkan berapa banyak orang sakit

Kecuali anda mengaku dukun, maka kita semua sepakat tidak ada orang
yang bisa meramalkan berapa banyak orang yang sakit. Apabila ternyata
tahun berikutnya jumlah orang yang sakit turun, kita harus berbahagia
bukan? Biaya-biaya yang kita keluarkan akan lebih sedikit. Serapan
anggaran akan rendah. Loh, bukankah itu bagi SKPD bukan hal yang
bagus? PUSKESMAS adalah UPTD yang unik, membutuhkan pola
pengelolaan dan pengukuran yang lebih sesuai.

4. Mengecat ruangan saja tidak bisa


Uang Puskesmas saat ini, Alhamdulillah banyak. Tetapi seringkali muncul
biaya-biaya yang tidak terduga, seperti genteng bocor, cat sudah mulai
mengelupas, ban ambulance bocor dan harus diganti, alat rusak dan harus
segera diperbaiki dan hal-hal tidak terduga lainnya. Kita sadar hal-hal
tersebut adalah hal yang butuh penanganan segera. Dananya pun ada.
Tetapi apakah kita bisa langsung melaksanakan? O ternyata belum bisa,
karena kita harus menunggu anggaran perubahan terlebih dahulu, kalau
item-item diatas belum / lupa kita anggarkan.

5. Ketakutan setelah menjadi BLUD, subsidi PEMDA dicabut

Banyak dari pihak PUSKESMAS khawatir kalau setelah menjadi BLUD,


maka subsidi-subsidi akan dicabut. Hal ini tidak beralasan, karena tugas
PEMDA adalah memberikan jaminan pelayanan kesehatan. Saat ini yang
terjadi adalah ketimpangan dari sisi kebutuhan pelayanan dan
ketersediaan tenaga dan fasilitas. Jadi sudah menjadi tugas PEMDA untuk
mempersempit kesejangan tersebut. BLUD adalah pola pengelolaan
keuangan untuk memudahkan dan mengamankan, bukan untuk tujuan
mencari keuntungan. BLUD bukan BUMD. Fokus utama BLUD adalah
peningkatan kualitas pelayanan. Apabila PEMDA memutuskan mengurangi
atau mencabut subsisi, yang sebenarnya masih kurang di PUSKESMAS,
maka kuantitas dan kualitas pelayanan kesehatan dipastikan akan turun.
Pada akhirnya PEMDA sendiri yang akan kena masalah, seperti di demo
warga, warga menjadi tidak puas, dan bisa jadi pemimpin petahana
(incumbent) tidak terpilih lagi di periode berikutnya.

6. PUSKESMAS harus untung atau memiliki batas pendapatan tertentu

Seperti telah dijelaskan di point ke 5, bahwa tujuan utama BLUD adalah


peningkatan pelayanan bukan meningkatkan keuntungan. Banyak juga
yang berpendapat bahwa PUSKESMAS harus memiliki rawat inap, atau
pendapatan jumlah tertentu untuk menjadi BLUD. Hal-hal tersebut tidak
ada dasar peraturannya. Alasan utama menjadikan PUSKESMAS sebagai
BLUD adalah keamanan dalam bekerja, supaya yang dilakukan oleh
pengelola PUSKESMAS tidak melanggar peraturan dan ketentuan-
ketentuan yang ada. Alasan kedua adalah supaya kualitas pelayanan
kesehatan dapat meningkat. Apabila setelah menjadi BLUD pendapatan
PUSKESMAS tidak naik, tidak masalah. Tetapi apabila setelah menjadi
BLUD, kualitas pelayanan PUSKESMAS tidak meningkat, baru itu jadi
masalah.

7. Harus lulus akreditasi terlebih dahulu

Ada juga yang berpendapat bahwa sebelum menjadi BLUD, maka harus
lulus akreditasi terlebih dahulu. Hal ini juga tidak berdasar, dan yang
terjadi sebenarnya adalah sebaliknya. PUSKESMAS sebaiknya menjadi
BLUD dulu baru mempersiapkan akreditasi. Mengapa? Karena lolos
penilaian menjadi PUSKESMAS BLUD, jauh lebih mudah daripada LOLOS
Akreditasi. Kedua Akreditasi membutuhkan banyak dana, dan tanpa
fleksibilitas penggunaan angggaran,maka PUSKESMAS akan kesulitan
dalam memobilisasi dana yang mereka punya untuk sukses akreditasi.
Contoh, apabila ada alat-alat yang perlu segera diadakan, atau ada honor-
honor yang perlu disiapkan, dengan menjadi BLUD, maka hal-hal seperti
itu tidak jadi kendala. Selain itu dengan menerapkan pola BLUD, maka
perencanaan di tingkat PUSKESMAS dipaksa untuk menjadi baik. Hal ini
selanjutnya akan sangat penting untuk menjawab poin-poin elemen
penilaian akreditasi di bidang Admen.
8. PUSKESMAS menjadi komersil

Ketakutan banyak pihak, ketika PUSKESMAS menjadi BLUD adalah


mereka menjadi mata duitan. Apa-apa di hitung dan harga-harga menjadi
naik. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan harga-harga yang naik,
selama hal tersebut proporsional. PUSKESMAS ketika dipaksa memberikan
tarif jauh dibawah harga pasar, dan disisi lain PEMDA tidak memberikan
subsidi yang cukup, maka ada pihak yang dirugikan dalam hal ini. Siapa
lagi kalau bukan dokter, perawat dan karyawan PUSKESMAS. Hal ini
secara jangka panjang akan berdampak pada turunnya motivasi

9. Lebih mudah sebagian PUSKESMAS menjadi BLUD


Beberapa daerah memiliki kebijakan untuk menjadikan PUSKESMAS
bertahap. Alasa mereka supaya PUSKESMAS-PUSKESMAS yang kecil tidak
kesulitan. Namun hal ini seringkali berbeda di lapangan. Apabila hal itu
dilakukan, maka bagian keuangan di Dinas Kesehatan akan kesulitan,
karena harus menangani dua model perencanaan, penatausahaan dan
pelaporan yang berbeda.

10. Menjadi BLUD itu sulit


Nah ini salah paham terbesar. BLUD sulit karena tidak terbiasa. Setelah
menjadi BLUD, justru banyak kemudahan-kemudahan atau fleksbilitas
seperti bisa menggunakan pendapatan secara langsung, pengadaan bisa
lebih fleksibel, pengaturan tarif cukup pakai Perbub, bisa rekrut tenaga
non PNS, dan lainnya. Banyak yang berpendapat proses menjadi BLUD
rumit. Benarkah? Hanya ada 6 dokumen yang perlu dipersiapkan. Dua
diantaranya merupakan surat pernyataan, dan 4 dokumen administratif
lainnya jangan khawatir.

(SE MENDAGRI NOMOR 981/1011/SJ)


1. Surat Pernyataan Kesanggupan Untuk Meningkatkan Kinerja.
2. Pola Tata Kelola.
3. Rencana Strategis (Renstra).
4. Standar Pelayanan Minimal (SPM)
5. Laporan Keuangan atau Prognosis/proyeksi keuangan
6. Laporan Audit Terakhir atau Pernyataan bersedia untuk diaudit oleh Pemeriksa Eksternal
Pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai