Anda di halaman 1dari 18

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka
1. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-based Learning)
a. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Proyek
Istilah yang umum dikenal dalam kegiatan belajar mengajar antara lain,

model pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, pendekatan

pembelajaran, teknik pembelajaran, dan keterampilan mengajar. Model

pembelajaran merupakan kerangka konseptual berupa pola prosedur sistematik

yang dikembangkan berdasarkan teori dan digunakan dalam mengorganisasikan

proses pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar. Ciri utama sebuah model

pembelajaran adalah adanya tahapan atau sintaks pembelajaran. Namun, ada

beberapa prinsip yang harus dipenuhi agar skema tersebut dapat dikatakan sebagai

suatu model pembelajaran (Sani, 2013).


Dalam pembelajaran guru diharapkan mampu memilih model pembelajaran

yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Dimana dalam pemilihan model

pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan

menyeluruh. Pemilihan model dan metode pembelajaran menyangkut tentang

strategi dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah perencanaan dan

tindakan yang tepat dan cermat mengenai kegiatan pembelajaran agar kompetensi

dasar dan indikator pembelajarannya dapat tercapai. Jadi, pada prinsipnya

pemilihan model dan metode pembelajaran sangatlah terkait dengan strategi

pembelajaran yang dilakukan guru dalam menyampaikan materi bahan ajar

kepada peserta didiknya (Amri, 2013)


8

Model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh para guru sangat beragam.

Model pembelajaran merupakan suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran

tertentu yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi dari hasil belajar yang

diharapkan akan cepat dicapai dengan lebih efektif dan efisien. Pada saat ini

banyak dikembangkan model-model pembelajaran (Amri, 2013). Salah satu

model pembelajaran yang berlandaskan teori belajar konstruktivis adalah model

pembelajaran berbasis proyek ( Projecct-based Learning).

Pembelajaran berbasis proyek adalah strategi pembelajaran yang

memberdayakan peserta didik untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman

baru berdasarkan pengalamannya melalui berbagai presentasi (Joel L Klein et. al

dalam Widyantini, 2014). Adapun karakteristik pembelajaran berbasis proyek

adalah peserta didik menyelidiki ide-ide penting dan bertanya, peserta didik

menemukan pemahaman dalam proses menyelidiki, sesuai dengan kebutuhan dan

minatnya, menghasilkan produk dan berpikir kreatif, kritis dan terampil

menyelidiki, menyimpulkan materi, serta menghubungkan dengan masalah dunia

nyata, otentik dan isu-isu. pembelajaran berbasis proyek adalah model

pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola

pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Kerja proyek memuat

tugas-tugas yang kompleks berdasarkan permasalahan (problem) sebagai langkah

awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan

pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata dan menuntut peserta didik untuk

melakukan kegiatan merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan,

melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan peserta didik untuk

bekerja secara mandiri maupun kelompok (Widyantini, 2014).


9

Pembelajaran berbasis proyek dilakukan untuk memperdalam pengetahuan

dan keterampilan yang diperoleh dengan membuat karya atau proyek yang terkait

dengan materi ajar dan kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik.

Model pembelajaran ini mencakup kegiatan menyelesaikan masalah (problem

solving), pengambilan keputusan, keterampilan melakukan investigasi, dan

keterampilan membuat karya. Peserta didik harus fokus pada penyelesaian

masalah atau pertanyaan yang memandu mereka untuk memahami konsep dan

prinsip yang terkait dengan proyek. Pembuatan proyek mungkin saja berlangsung

lama dan juga dapat memerlukan penguasaan beberapa materi mata pelajaran

yang berbeda (antar mata pelajaran) (Sani, 2013).

Adapun Ciri-ciri pembelajaran berbasis proyek menurut materi pelatihan

kurikulum 2013 yang diterbitkan oleh BPSDMPK dan PMP tahun 2013 dan

Center For Youth Development and Education-Boston (Widyantini, 2014) adalah:

1) Adanya permasalahan atau tantangan kompleks yang diajukan ke peserta

didik
2) Peserta didik mendesain proses penyelesaian permasalahan atau tantangan

yang diajukan dengan menggunakan penyelidikan


3) Peserta didik mempelajari dan menerapkan keterampilan serta pengetahuan

yang dimilikinya dalam berbagai konteks ketika mengerjakan proyek


4) Peserta didik bekerja dalam tim kolaboratif demikian juga pada saat

mendiskusikannya dengan guru


5) Peserta didik mempraktekkan berbagai keterampilan yang dibutuhkan untuk

kehidupan dewasa mereka dan karir (bagaimana mengalokasikan waktu,

menjadi individu yang bertanggungjawab, keterampilan pribadi, belajar

melalui pengalaman)
10

6) Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah

dijalankan
7) Produk akhir peserta didik dalam mengerjakan proyek dievaluasi.

Pembelajaran berbasis proyek memberikan kesempatan kepada peserta didik

untuk bekerja berkelompok atau secara individual dan memberikan kesempatan

untuk mengembangkan ide-ide dan solusisolusi realistik, sehingga pembelajaran

berpusat pada peserta didik bukannya berpusat pada guru (Sastrika,2013). Dalam

model pembelajaran berbasis proyek, guru berperan dalam membantu peserta

didik dalam membuat sketsa atau rancangan proyek jika diminta oleh kelompok,

mengurus kebutuhan kerjasama yang dibutuhkan, dan sebagainya. Namun, tidak

memberikan arahan tentang bagaimana menyelesaikan proyek yang direncanakan

oleh peserta didik. Pemahaman peserta didik secara mendalam tentang konsep dan

prinsip merupakan sasaran yang dikehendaki dalam melibatkan mereka

mengerjakan proyek. Guru diharapkan bukan hanya sekedar menjadi operator dari

manual, tetapi sebagai creator yang mendapat inspirasi dari manual-manual

tersebut (Sani, 2013).

Model pembelajaran berbasis proyek dapat diartikan dengan melaksanakan

tugas melalui serangkaian aktifitas. Melibatkan peserta didik dalam rangkaian

kegiatan ini adalah proses belajar atau pembelajaran yang tidak hanya terbatas

untuk mengetahui, tetapi juga mengembangkan potensi fisik dan psikis bahkan

mendorong prakarsa dan kreatifitas. Inilah yang dimaksud dengan proses

pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensinya sendiri. Dengan

berulang-ulang melakukan kegiatan seperti yang dilakukan ilmuwan ini akan

terbentuk kebiasaan sistematis dan logis serta kreatif dan kritis. Kerja proyek
11

adalah salah salah satu kegiatan berbasis proses, dimana kegiatan-kegiatan

berbasis proses merupakan hal yang paling rasional sebagai pendidikan watak.

Mengatakan bahwa pendidikan watak itu penting tanpa dilanjutkan dengan

kesadaran melakukan rangkaian proses mustahil bisa mengembangkan potensi

psikis (Dananjaya, 2013).

b. Tahapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek


Tahapan pembelajaran berbasis proyek adalah sebagai berikut (Sani,

2013):
1) Pemaparan Topik yang Akan Dikaji
Pada tahap ini, guru menyampaikan tujuan pembelajaran, kompetensi yang

harus dimiliki oleh peserta didik dan materi ajar yang harus dikuasai. Pada tahap

ini pula guru hendaknya menimbulkan semangat kerja kepada peserta didik

melalui pemberian motivasi.


2) Mengidentifikasi Masalah
Pada tahap ini peserta didik kemudian dibagi kedalam kelompok dan

mengidentifikasi permasalahan yang ada di lingkungan atau masyarakat yang

terkait dengan tujuan pembelajaran atau materi pembelajaran. Guru dapat

mengarahkan peserta didik dengan pertanyaan-pertanyaan yang terarah pada

permasalahan untuk membantu peserta didik.


3) Perencanaan Proyek
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, kelompok belajar

membuat rencana proyek atau rancangan karya terkait dengan penyelesaian

permasalahan yang diidentifikasi.


4) Pembuatan Proyek
Kelompok mengerjakan proyek dan berupaya memahami konsep serta

prinsip yang terkait dengan materi ajar secara mendalam. Guru memonitor kerja

proyek dan membantu mengarahkan peserta didik jika dibutuhkan.


5) Pemaparan Proyek
12

Tahap terakhir pembelajaran berbasis proyek adalah menampilkan proyek

yang telah dibuat pada khalayak ramai misalnya di depan kelas. Pada tahapan ini,

kelompok diberi kesempatan untuk menjelaskan tentang proses pembuatan

proyek, deskripsi, dan manfaat dari proyek yang dibuat.


Adapun aspek-aspek yang dinilai dalam kerja proyek adalah sebagai

berikut (Arikunto, 2013):


1) Perencanaan Proyek
a) Penentuan masalah
b) Rumusan judul proyek
c) Penentuan teknik pengumpulan data
d) Kerjasama kelompok dalam perencanaan
2) Pelaksanaan Proyek
a) Kecekatan kerja
b) Kecermatan kerja
c) Ketepatan penggunaan peralatan
d) Kerjasama kelompok dalam pelaksanaan
3) Laporan Proyek
a) Kelengkapan proyek
b) Ketepatan laporan
c) Kecepatan penyelesaian
d) Kualitas keseluruhan laporan
c. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Proyek
Beberapa kelebihan model pembelajaran berbasis proyek adalah sebagai

berikut (Widyantini, 2014),:


1) Meningkatkan motivasi peserta didik
2) Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
3) Meningkatkan kolaborasi
4) Meningkatkan keterampilan mengelola sumber
5) Meningkatkan keaktifan peserta didik
6) Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mencari informasi
7) Mendorong peserta didik untuk mengembangkan keterampilan komunikasi
8) Memberikan pengalaman kepada peserta didik dalam mengorganisasi proyek
9) Memberikan pengalaman dalam membuat alokasi waktu untuk

menyelesaikan tugas
10) Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik sesuai dunia

nyata membuat suasana belajar menjadi menyenangkan


Adapun kelemahan dari model pembelajaran berbasis proyek (project-based

learning) (Sastrika, 2013), adalah:


1) Memerlukan waktu yang relatif lama.
13

2) Terkadang memerlukan penguasaan materi dari mata pelajaran lain, sehingga

peserta didik yang tidak begitu paham materi dari pelajaran lain tersebut akan

mengalami kesulitan.
3) Terkadang membutuhkan biaya yang relatif mahal.
2. Penguasaan Konsep
Konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek, kejadian,

kegiatan, atau hubungan yang mempunyai atribut yang sama. Secara singkat dapat

kita katakan bahwa suatu konsep merupakan suatu abstraksi mental yang

mewakili satu kelas stimulus. Konsep merupakan penyajian internal sekelompok

stimulus, konsep tidak dapat diamati, dan konsep harus disimpulkan dari perilaku.

Konsep merupakan dasar bagi proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan

prinsip dan generalisasi. Kita menyimpulkan bahwa suatu konsep telah dipelajari

bila yang diajar dapat menampilkan perilaku-perilaku tertentu (Rosser dalam

Dahar, 2011).
Macam-macam konsep yang kita pelajari tidak terbatas. Flavell (Dahar,

2011) membagi konsep ke dalam tujuh dimensi, yaitu:


a. Atribut. Setiap konsep mempunyai sejumlah atribut yang berbeda. Atribut

dapat berupa fisik, seperti warna, tinggi, bentuk, atau dapaat juga berupa

fungsional.
b. Struktur. Struktur menyangkut cara terkaitnya atau tergabungnya atribut-

atribut itu.
c. Keabstrakan. Konsep-konsep dapat dilihat dan kongkret atau konsep itu

terdiri atas konsep-konsep lain.


d. Keinklusifan. Ini ditunjukkan pada jumlah contoh yang terlibat dalam konsep

itu.
e. Generalitas atau keumuman. Bila diklasifikasikan, konsep dapat berbeda

dalam posisi superordinat atau subordinatnya.


f. Ketepatan. Ketepatan suatu konsep menyangkut apakah ada sekumpulan

aturan untuk membedakan contoh dengan noncontoh suatu konsep.


14

g. Kekuatan. Kekuatan suatu konsep ditentukan oleh sejauh mana orang setuju

bahwa konsep itu penting.

Berdasarkan atribut konsep diatas, Konsep-konsep kimia dapat

dikelompokkan menjadi tujuh kelompok yaitu: (1) konsep konkrit, yaitu konsep

yang contohnya dapat dilihat misalnya spectrum; (2) konsep abstrak yaitu konsep

yang contohnya tidak dapat dilihat misalnya atom, molekul; (3) konsep dengan

atribut kritis yang abstrak tetapi contohnya dapat dilihat misalnya unsur, senyawa;

(4) konsep yang berlandaskan prinsip misalnya mol, campuran, larutan; (5)

konsep yang melibatkan penggambaran simbol, misalnya lambang unsur, rumus

kimia; (6) konsep yang menyatakan suatu sifat misalnya elektropositif,

elektronegatif; dan (7) konsep yang menunjukkan atribut ukuran meliputi kg, g

(ukuran massa), M, m, pH (ukuran konsentrasi), C (ukuran muatan listrik)

(Suyanti, 2010).

Penguasaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu pemahaman atau

kesanggupan untuk menggunakan pengetahuan dan kepandaian. Adapun yang

dimaksud dengan penguasaan konsep menurut Winkel adalah pemahaman dengan

menggunakan konsep, kaidah dan prinsip. Dahar mendefinisikan penguasaan

konsep sebagai kemampuan peserta didik dalam memahami makna secara ilmiah

baik teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan definisi

penguasaan konsep yang lebih komprehensif dikemukakan oleh Bloom yaitu

kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkapkan

suatu materi yang disajikan ke dalam bentuk yang lebih dipahami, mampu

memberikan interpretasi dan mampu mengaplikasikannya. Penguasaan konsep

adalah kemampuan peserta didik yang bukan hanya sekedar memahami, tetapi
15

juga dapat menerapkan konsep yang diberikan dalam memecahkan suatu

permasalahan, bahkan untuk memahami konsep yang baru. Berdasarkan

pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa penguasaan konsep adalah

kemampuan peserta didik dalam memahami makna pembelajaran dan

mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari (Susanti, 2013)

Penguasaan konsep merupakan salah satu hasil belajar yang berkaitan

dengan ranah kognitif peserta didik. Ranah kognitif merupakan hasil belajar yang

paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan

kemampuan peserta didik dalam menguasai isi bahan pelajaran (Sudjana, 2008).

Ranah kognitif terdiri atas 6 kategori yaitu mengingat, memahami, menerapkan,

menganalisis, mengevaluasi dan mencipta (Bloom, dalam Anderson, 2001).

a. Mengingat

Mengingat merupakan proses untuk mengambil pengetahuan yang

dibutuhkan dari memori jangka panjang. Pengetahuan yang dibutuhkan ini boleh

jadi pengetahaun faktual, konseptual, prosedural, atau metakognitif. Untuk

mengases pembelajaran peserta didik dalam kategori proses kognitif yang paling

sederhana ini, guru memberikan pertanyaan mengenali atau mengingat kembali

dalam kondisi yang sama persis dengan kondisi ketika peserta didik belajar materi

yang diujikan. Pengetahuan mengingat penting sebagai bekal untuk belajar yang

bermakna dan menyelesaikan masalah karena pengetahuan tersebut dipakai dalam

tugas-tugas kompleks.

b. Memahami

Memahami merupakan proses untuk mengkonstruksi makna dari materi

pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis dan digambar oleh guru.
16

Peserta didik dikatakan memahami ketika mereka menghubungkan pengetahuan

baru dengan pengetahuan lama mereka. Lebih tepatnya, pengetahuan yang baru

masuk dipadukan dengan skema-skema dan kerangka-kerangka kognitif yang

telah ada. Proses-proses kognitif dalam kategori memahami meliputi menafsirkan,

mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, menjelaskan

dan membandingkan.

Peserta didik dikatakan dapat memahami ketika mereka dapat (a)

mengubah informasi dari satu bentuk ke bentuk lain, (b) memberikan contoh

tentang konsep atau prinsip umum, mengetahui bahwa sesuatu (misalnya, suatu

contoh) termasuk dalam kategori tertentu (misalnya, konsep atau prinsip), (c)

mengemukakan satu kalimat yang mempresentasikan informasi yang diterima

atau mengabstraksi suatu tema, (d) dapat mengabstraksi sebuah konsep atau

prinsip yang menerangkan contoh-contoh tersebut dengan mencermati ciri-ciri

setiap contohnya dan menarik hubungan diantara ciri-ciri tersebut, (e) dapat

mendeteksi persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih objek, peristiwa, ide

atau masalah, atau situasi dan (f) dapat membuat dan menggunakan model sebab-

akibat dalam sebuah sistem.

c. Mengaplikasikan

Proses kognitif mengaplikasikan melibatkan penggunaan prosedur-

prosedur tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah.

Mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Kategori

mengaplikasikan terdiri dari dua proses kognitif, yakni mengeksekusi – ketika

tugasnya hanya soal latihan yang familier - dan mengimplementasikan – ketika

tugasnya merupakan masalah yang tidak familier.


17

d. Menganalisis

Menganalisis melibatkan proses memecah-mecah materi jadi bagian-

bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antarbagian dan antara setiap

bagian dan struktur keseluruhannya. Kategori proses menganalisis ini meliputi

proses-proses kognitif membedakan, mengorganisasi dan mengatribusikan.

Tujuan-tujuan pendidikan yang diklasifikasikan dalam menganalisis mencakup

belajar untuk mendiskriminasikan informasi yang relevan dan tidak relevan, yang

penting dan tidak penting (membedakan), menentukan cara-cara untuk menata

potongan-potongan informasi tersebut (mengorganisasikan), dan menentukan

tujuan di balik informasi tersebut (mengatribusikan).

e. Mengevaluasi

Mengevaluasi didefenisikan sebagai membuat keputusan berdasarkan

kriteria dan standar. Kriteria-kriteria yang paling sering digunakan adalah kualitas,

efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kategori mengevaluasi mencakup proses-

proses kognitif memeriksa dan mengkritik.

f. Mencipta

Mencipta melibatkan proses menyusun elemen-elemen jadi sebuah

keseluruhan yang koheren atau fungsional. Tujuan – tujuan yang diklasifikasikan

dalam mencipta meminta peserta didik membuat produk baru dengan

mereorganisasi sejumlah elemen atau bagian jadi suatu pola atau struktur yang

tidak pernah ada sebelumnya.

Seseorang belajar jauh lebih baik melalui keterlibatannya secara aktif dalam

proses belajar, yakni berpikir tentang apa yang dipelajari dan kemudian

menerapkan apa yang telah dipelajari dalam situasi nyata. Pendidik lebih banyak
18

berposisi sebagai pengarah, pembimbing, pemberi fasilitas, dan motivator dalam

pembelajaran. Keadaan seperti ini sangat berpotensi untuk membangun konsep

pada diri peserta didik secara mandiri. Konsep-konsep yang ditemukan melalui

pembelajaran secara mandiri menjadi lebih bermakna (Sastrika, 2013).

B. Tinjauan Umum Materi


a. Pengertian Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit
Berdasarkan daya hantarnya, larutan dibedakan atas 2, yaitu larutan

elektrolit dan nonelektrolit. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat

menghantarkan arus listrik, sedangkan larutan nonelektrolit adalah larutan yang

tidak dapat menghantarkan arus listrik. Untuk mengetahui suatu larutan dapat

menghantarkan listrik atau tidak ialah dengan menguji larutan tersebut denga alat

penguji elektrolit.
Jika alat penguji elektrolit berisi larutan dihubungkan dengan sumber arus

listrik dan ternyata larutan tersebut dapat menyalakan lampu, berarti larutan

tersebut dapat menghantarkan arus listrik. Sebaliknya, ketika alat penguji berisi

larutan dihubungkan dengan arus listrik dan lampu tidak menyala, berarti larutan

tersebut adalah nonelektrolit. Hal ini karena dalam pelarut air, zat-zat terlarut

terurai menjadi ion-ion positif dan ion-ion negatif. Elektrolit kuat akan

menghasilkan banyak menghasilkan ion-ion, elektrolit lemah hanya sedikit

menghasilkan ion-ion, sedangkan nonelektrolit tidak dapat menghasilkan ion-ion.


b. Reaksi Ionisasi
Reaksi ionisasi adalah terpecahnya suatu senyawa oleh air menjadi ion-ion

penyusunnya. Suatu senyawa hanya akan terionosasi ketika dilarutkan dalam air.

Reaksi ionisasi dapat dituliskan :


AxBy(s) + H2O Ay+(aq) +Bx-(aq)
Dalam keadaan padat, NaCl tidak dapat menghantarkan arus listrik kerena

ion-ion Na+ dan Cl- tersusun sedemikian rupa sehingga ion-ion tidak dapat
19

bergerak bebas. Satu ion Na+ dikelilingi oleh enam ion Cl-. Demikian pula, satu

ion Cl- dikelilingi enam ion Na+. Namun, ketika NaCl dilarutkan air, ion-ion yang

terdapat dalam Kristal NaCl dipecahkan oleh molekul-molekul air.


Ion-ion positif (Na+) dikelilingi oleh molekul-molekul air pada bagian

negatif (O), sedangkan ion-ion negatif (Cl-) dikelilingi oleh molekul-molekul air

pada bagian positif (H). Reaksi ionisasi NaCl oleh air dituliskan:
NaCl(s) + H2O Na+(aq) + Cl-(aq)
Simbol (aq) berarti terlarut dalam air atau terhidrasi. Dengan menuliskan ion-ion

Na+ dan Cl- terpisah seperti itu, berarti ion-ion Na + dan Cl- terpisah satu dengan

yang lain. Hal serupa juga terjadi untuk ion-ion Poliatomik seperti K 2SO4. Dalam

air K2SO4 akan terurai seperti:


K2SO4 (s) + H2O 2K+(aq) + SO4-(aq)
Sering juga penulisan reaksi ionisasi tidak disertai simbol (aq) tetapi maksudnya

tetap sama.
K2SO4 2K+ + SO4-
Tidak hanya senyawa ion, senyawa kovalen polar seperti HCl misalnya juga

dapat terionisasi dalam air. Bagian negatif (O) akan mengelilingi bagian positif

HCl (H), sedangkan bagian positif air (H) akan mengelilingi bagian negatif

HCl(Cl). Pada pelarutan Hcl dalam air, terjadi pembentukan ikatan kovalen

koordinat antara ion H+ dengan salah satu pasangan elektron bebas O dari H2O.

Oleh karena itu, larutan HCl dalam air dapat menghantarkan arus listrik,

sedangkan HCl murni tidak dapat menghantarkan arus listrik. Berbeda dengan

glukosa (C6H12O6) dalam air, glukosa tidak dapat terionisasi dalam air sehingga

tidak dapat menghasilkan arus listrik.

c. Elektrolit Kuat dan Elektrolit Lemah


20

Elektrolit kuat adalah elektrolit yang dapat terurai sempurna (100%)

menjadi ion-ionnya. Dengan kata lain, tidak ada molekul zat terlarut dalam

larutannya, yang ada zat terlarut terdapat sebagai ion-ionnya. Perbandingn antara

zat yang terionisasi dengan zat mula-mula disebut derajat ionisasi yang diberi

lambing α.

Elektrolit kuat mempunyai harga α mendekati 1. Contohnya adalah larutan

NaCl dan larutan HCl. Harga α elektrolit lemah mendekati 0, misalnya asam

asetat atau juga disebut cuka (CH3COOH) dan ammonium hidroksida (NH4OH).

Sementara itu, nonelektrolit α = 0 dan contohnya adalah larutan glukosa dan

larutan urea.
Semua senyawa ion bersifat elektrolit meskipun ada yang kelarutannya

dalam air kecil. Contohnya, kapur (CaCO3 padat) dimasukkan ke dalam air.

Kelarutannya dalam air sangat kecil. Meskipun begitu, tetapi bagian yang terlarut

terionisasi menjadi ion Ca2+ dan ion CO32-.


Larutan hidroksida unsur golongan IA (NaOH, KOH, RbOH, CsOH) dan

IIA [Ca(OH)2, Sr(OH)2, Ba(OH)2] merupakan elektrolit kuat. Demikian pula

larutan halida (HCl, HBr, HI). Zat yang larutannya dalam air hanya terionisasi

sedikit (5%), seperti asam asetat atau cuka (CH 3COOH) dan ammonium

hidroksida (NH4OH), termasuk elektrolit lemah. Asam-asam lemah lain, misalnya

asam karbonat (H2CO3), asam nitrit (HNO2), juga termasuk elektrolit lemah.
d. Asam, Basa, dan Garam
Sebagian asam, basa, dan garam merupakan larutan elektrolit.
1)Asam dan Basa
Pada tahun 1887, seorang ilmuwan Swedia yang bernama Svante Arrhenius

merumuskan istilah asam lebih spesifik menggunakan model molekul utuk

menjelaskan sifat-sifat zat dalam air.


21

Menurut Arrhenius, yang dimaksud Asam adalah suatu Zat yang dilarutkan

ke dalam air dapat menghasilkan ion H+, sedangkan basa adalah zuatu zat yang

jika dilarutkan ke dalam air dapat menghasilkan ion OH +. Bagaina anion yang

dilpeaskan oleh asam di samping H+ disebut sebagai sisa asam, misalnya Cl-

(klordida), NO- (nitrat), dan SO42- (sulfat).

Asam dapat terbentuk dari hasil reaksi antara hidrogen dengan unsur

nonlogam, misalnya reaksi antara gas hidrogen dan gas klorin.

H2(g) + Cl2(g) 2 HCl(g)

Asam juga dapat terbentuk dari reaksi antara oksida nonlogam seperti CO2,

N2O5, SO3 dengan air.

CO2(g) + H2O(l) H2CO3(aq)

N2O2(g) + H2O(l) 2 HNO3(aq)

SO3(g) + H2O(l) H2SO4(aq)

Basa dapat terbentuk dari reaksi antara logam reaktif dengan air, misalnya

reaksi antara natrium (Na) dan air.

2 Na(s) + 2 H2O(l) 2 NaOH(aq) + H2(g)

Basa juga dapat terbentuk dari reaksi antara oksida logam seperti Na 2O dan

CaO dengan air.

Na2O(s) + 2 H2O(l) 2 NaOH(aq)

CaO(s) + H2O(l) CaOH2(aq)

Asam kuat adalah asam yang dalam larutannya mudah melepaskan ion H +.

Asam-asam ini merupakan elektrolit kuat. Contohnya, HCl, HNO3, dan H2SO4.

HCl(aq) H+(aq) + Cl-(aq)


Asam klorida
22

H2SO4(aq) 2 H+(aq) + SO42-(aq)


Asam Sulfat

Asam lemah adalah asam yang dalam larutannya sukar melepaskan ion H+,

asam-asam ini merupakan elektrolit lemah. Contohnya, H2CO3, HCN, H3PO3, dan

CH3COOH.

H2CO3(aq) 2 H+(aq) + CO32-(aq)


Asam karbonat
Basa kuat adalah basa yang mudah melepaskan ion OH- dalam larutannya.

Basa-basa ini merupakan elektrolit kuat.

Contoh:

NaOH(aq) Na+(aq) + OH-(aq)


Natrium hidroksida

Ba(OH)2(aq) Ca2+(aq) + 2 OH-(aq)


Barium hidroksida

Basa lemah adalah basa yang sukar melepaskan ion OH- dalam larutannya.

Basa-basa ini merupakan elektrorit lemah.

Contoh:

Fe(OH)2(aq) Fe2+(aq) + 2 OH-(aq)


Besi (II) hidroksida

Fe(OH)3, Al(OH)3, dan basa-basa golongan transisi yang lain juga

merupakan basa lemah.

2) Garam

Garam adalah persenyawaan yang terbentuk antara ion logam atau ion

ammonium (NH4+) dengan sisa asam. Contoh garam-garam yang terbentuk dari

kation dan anion disajikan dalam Tabel 2.3.

Tabel 2.1 Beberapa Contoh Garam


23

Ion Sisa Asam


Logam Cl- NO3- SO42- PO43-
Na+ NaCl NaNO3 Na2SO4 Na3PO4
Natrium klorida Natrium nitrat Natrium sulfat Natrium fosfat
Ba2+ BaCl2 Ba(NO3)2 BaSO4 Ba3(PO4)2
Barium klorida Barium nitrat Barium sulfat Barium fosfat
Al3+ AlCl3 Al(NO3)3 Al(SO4)3 AlPO4
Aluminum klorida Aluminum nitrat Aluminum sulfat Aluminum fosfat
NH4Cl NH4 NO3 (NH4)2SO4 (NH4)3PO4
NH4+ Amonium klorida Amonium nitrat Amonium sulfat Amonium fosfat

Larutan garam yang mudah larut dalam air juga merupakan elektrolit kuat.

Dalam laurtannya, garam terionisasi menjadi ion-ion logam dan sisa asam.

Contoh:

NaCl(s) + H2O(l) Na+(aq) + Cl-(aq)

CaCl2(s) + H2O(l) Ca2+(aq) + 2 Cl-(aq)

K2SO4(s) + H2O(l) Ca2+(aq) + SO42-(aq)

Materi pembelajaran larutan elektrolit dan nonelektrolit merupakan materi

yang menyangkut reaksi-reaksi kimia serta konsep-konsep kimia yang bersifat

abstrak. Dengan model pembelajaran berbasis proyek, peserta didik akan dituntun

untuk memahami konsep-konsep kimia melalui serangkaian kegiatan dalam kerja

proyek sehingga konsep-konsep tersebut dapat dikuasai oleh peserta didik. Oleh

karena itu, model pembelajaran berbasis proyek dianggap cocok dan mampu

memberi pengaruh positif terhadap penguasaan konsep peserta didik. Selain itu,

dalam menyelesaikan proyek, peserta didik dapat menyalurkan ide kreatif masing-

masing yang berupa konsep materi terkait serta bekerjasama untuk

menggabungkan ide tersebut menjadi sebuah ide yang baru. Hal ini

memungkinkan peserta didik merasa bebas untuk mendiskusikan secara terbuka


24

baik dengan guru maupun dengan teman sebaya tentang konsep-konsep yang

berkaitan tersebut sehingga setiap peserta didik dapat mengumpulkan, meramu

dan memahami konsep-konsep yang telah diperolehnya masing-masing selama

penyelesaian proyek. Hal inilah yang sangat dibutuhkan peserta didik untuk

memperoleh penguasaan konsep yang baik.

Anda mungkin juga menyukai