Anda di halaman 1dari 18

TUGAS KEBANKSENTRALAN

“Otoritas Jasa Keuangan (OJK)”

Disusun Oleh :
1.

2. Ria Septiani ( 01031481518058 )

3. Anindya Rezkika R. ( 01031481518059 )

4.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagaimana diketahui bahwa krisis yang melanda di tahun 1998 telah membuat
sistem keuangan Indonesia porak poranda. Sejak itu maka lahirlah kesepakatan untuk
membentuk Otoritas Jasa Keuangan yang menurut undang-undang tersebut harus terbentuk
pada tahun 2002. Meskipun Otoritas Jasa Keuangan dibidani berdasarkan kesepakatan dan
diamanatkan oleh UU, nyatanya sampai dengan 2002 draft pembentukan Otoritas Jasa
Keuangan belum ada. Sampai akhirnya UU No 23/1999 tentang Bank Indonesia (BI) tersebut
direvisi menjadi UU No 24 2004 yang menyatakan tugas BI adalah mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah.

Kemudian pada tanggal 27 Oktober 2011, RUU Otoritas Jasa Keuangan disahkan
oleh DPR, selanjutnya Pemerintah mensahkan dan mengundangkan Undang-Undang Nomor
21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan dalam Lembaran Negara Republik pada
tanggal 22 November 2011.

Otoritas Jasa Keuangan atau OJK adalah lembaga yang independen dan bebas dari
campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan,
pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
ini.OJK berkedudukan di ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia dan berfungsi
menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan
kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.

Latar belakang pembentukan OJK dikarenakan perlunya suatu lembaga pengawas


yang mampu berfungsi sebagai pengawas yang mempunyai otoritas terhadap seluruh lembaga
keuangan, dimana lembaga pengawas tersebut bertanggung jawab terhadap kegiatan usaha
yang dilakukan oleh bank maupun lembaga keuangan non bank sehingga tidak ada lagi
lempar tanggung jawab terhadap pengawasannya. Selain itu, kegiatan usaha yang brakibat
semakin besarnya pengaturan pengawasannya. Sehingga perlu adanya suatu alternatif untuk
menjadikan pengaturan dan pengawasan maupun lembaga keuangan lainnya dalam satu atap.
Hal ini mengingat dari pengaturan dan pengawasan perbankan adalah menciptakan sistem
perbankan yang sehat dimana memenuhi tiga aspek, yaitu perbankan yang dapat memelihara
kepentingan masyarakat dengan baik, berkembang secara wajar, dalam arti di satu pihak
memerhatikan faktor risiko, seperti kemampuan, baik dari sistem, finansial, maupun sumber
daya manusia.

Para pakar ekonomi mengemukakan pendapat mengenai OJK, bahwa OJK dibentuk
guna mengantisipasi kompleksitas sistem keuangan global dari ancaman krisis. Sektor
keuangan memperkuat fondasi, daya saing, dan stabilitas perekonomian nasional. Di sisi lain,
pembentukan OJK merupakan komitmen tinggi dan menjalanan mandat untuk melakukan
reformasi di sektor keuangan.

OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap:


 Kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan;
 Kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal; dan
 Kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga
Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.

Untuk melaksanakan tugasnya, OJK berkoordinasi dengan Bank Indonesia dalam


membuat peraturan pengawasan di bidang perbankan, antara lain; kewajiban pemnuhan
modal minimum bank, sistem informasi prbankan yang terpadu, kebijakan penerimaan dna
dari luar negeri, penerimaan dana valuta asing, dan pinjaman komersial luar negeri, produk
perbankan, transaksi derivatif, kegiatan usaha bank lainnya, penentuan institusi bank yang
masuk kategori systemically important bank, dan data lain yang dikecualikan dari ketentuan
tentang kerahasiaan informasi. Hamud M. Belfas mengemukakan bahwa alasan didirikannya
OJK disebabkan pengawasan atas industri jasa keuangan dengan struktur seperti pada tahun
2012 dianggap sudah tidak memadai.

Untuk melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya, Bank Indonesia perlu


melakukan pemeriksaan khusus terhadap bank tertentu. Bank Indonesia dapat melakukan
pemeriksaan langsung terhadap bank tersebut dngan menyampaikan pmberitahuan secara
tertulis terlebih dahulu kepada OJK. Akan tetapi, tidak dapat memberikan penilaian terhadap
tingkat kesehatan bank dan laporan hasil pemeriksaan tersebut disampaikan kepada OJK
paling lama satu bulan sejak diterbitkannya hasil pemeriksaan. Jika OJK mengindikasi bank
tertentu mengalami kesulitan likuiditas dan/atau kondisi kesehatan semakin memburuk, OJK
segera menginformasikan ke Bank Indonesia untuk melakukan langkah-langkah sesuai
dengan kewenangan Bank Indonesia.

Sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan
pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun,
Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya beralih dari Menteri Keuangan
dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ke OJK.

Sejak tanggal 31 Desember 2013, fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan
pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan beralih dari Bank Indonesia ke OJK.
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:

1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian (Lembaran Negara


Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3467) dan peraturan pelaksanaannya;

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik


Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3472) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Tahun 1992 Nomor 7 tentang Perbankan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3790) dan peraturan pelaksanaannya;

3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1992 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3477) dan peraturan pelaksanaannya;

4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3608) dan peraturan pelaksanaannya;

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia menjadi
Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 7, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4962) dan peraturan pelaksanaannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Otoritas Jasa Keuangan (OJK)?
2. Apakah peran dan Dasar Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)?
3. Apakah arti penting Otoritas Jasa Keuangan (OJK)?
4. Bagaimana tata kelola dan struktur Otoritas Jasa Keuangan (OJK)?

1.3 Tujuan Penulisan

Dari rumusan masalah dapat disimpulkan bahwa tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk mengetahui apa itu Otoritas Jasa Keuangan (OJK), bagaimana tata kelola dan
sruktur organisasi OJK, serta mengetahui secara detail fungsi,tujuan, dan wewenang Otoritas
Jasa Keuangan (OJK).

Makalah ini juga bertujuan untuk memenuhuhi tugas mata kuliah Kebanksentralan,
serta menambah pengetahuanuntuk penulis dan pembaca.
BAB II

ISI

2.1 Pengertian Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga Negara yang dibentuk berdasarkan
Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 yang berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan
dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa
keuangan baik di sektor perbankan, pasar modal, dan sektor jasa keuangan non-bank seperti
Asuransi, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan lainnya.

Secara lebih lengkap, OJK adalah lembaga independen dan bebas dari campur tangan
pihak lain yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan,
pemeriksaan dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 21
tersebut.

2.2 Peran Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Setiap lembaga atau perusahaan yang didirikan pasti mempunyai visi, misi, dan tujuan
yang ingin dicapai. Visi merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh suatu lembaga.
Kemudian untuk mencapai visi lembaga atau perusahaan haruslah menetapkan suatu misi.
Setelah visi dan misi ditetapkan maka selanjutnya adalah menetapkan tujuan pencapaian yang
diharapkan.

Dalam Pasal 6 huruf b Undang-Undang No 21 Tahun 2011, OJK melaksanakan tugas


dan pengaturan kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal. Hal ini berarti OJK tetap harus
memperhatikan ketentuan yang ada dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang
Pasar Modal. Kehadiran OJK adalah menggusur BAB Badan Pengawas Pasar Modal
(BAPEPAM). Dasar penggantian Bapepam ke OJK adalah BAB XIII KETENTUAN
PERALIHAN Pasal 55 ayat (1): “Sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas, dan
wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal,
Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya
beralih dari Menteri Keuangan dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
ke OJK”.
Visi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah menjadi lembaga pengawas jasa industri
jasa keuangan yang terpercaya, melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat, dan
mampu mewujudkan industri jasa keuangan menjadi pilar perekonomian nasional yang
berdaya saing global serta dapat memajukan kesejahteraan umum.

Misi yang diemban OJK dalam mencapai visinya adalah :

 Mewujudkan terselenggaranya seluruh kegiatan di dalam sektor jasa keuangan secara


teratur, adil, transparan dan akuntabel
 Mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil
 Melindungi kepentingan masyarakat dan konsumen

Dalam rangka memenuhi amanat UU nomor 21 tahun 2011 dan visi misi OJK, maka
ditetapkan 8 strategi utama yaitu :
1. Pengintegrasian pengaturan dan pengawasan lembaga keuangan
2. Peningkatan kapasitas pengaturan dan pengawasan
3. Penguatan ketahanan dan kinerja system keuangan
4. Penigkatan stabilitas system keuangan
5. Peningkatan budaya tata kelola dan manajemen risiko di lembaga keuangan
6. Pembentukan system perlindungan konsumen keuangan yang terintegrasi dan
melaksanakan edukasi dan sosialiasi yang massif dan komprehensif
7. Peningkatan profesionalisme sumber daya manusia
8. Peningkatan tata kelola internal dan quality assurance.

Sedangkan tujuan OJK adalah agar keseluruhan kegiatan jasa keuangan:


 Terselenggara secara teratur, adil, transparan dan akuntabel
 Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil
 Mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat

Dengan tujuan ini, ojk diharapkan dapat mendukung kepentingan sektor jasa
keuangan nasional sehingga mampu meningkatkan daya saing nasional. Selain itu, ojk harus
mampu menjaga kepentingan nasional, antara lain :
 Sumber daya manusia
 Pengelolaan
 Pengendalian
 Kepemilikan di sektor jasa keuangan, dengan tetap mempertimbangkan aspek positif
di globalisasi.

Selain memiliki visi, misi dan tujuan OJK juga mempunyai fungsi, tugas dan wewenang
yang telah ditentukan menurut undang-undang. Adapun fungsi, tugas, dan wewenang OJK
adalah:
1. Fungsi OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang
terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan
2. Tugas OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa
keuangan, yaitu:
a. Perbankan
b. Pasar modal
c. Asuransi
d. Dana pensiun
e. Lembaga pembiayaan
f. Pegadaian
g. Lembaga pinjaman
h. Lembaga pembiayaan ekspor Indonesia
i. Perusahaan pembiayaan sekunder perumahan
j. Penyelenggara program jaminan sosial, pensiun dan kesejahteraan.

Dalam melaksanakan tugasnya OJK dipimpin oleh Dewan Komisioner yang


bersifat kolektif dan kolegial, khusus untuk Pasar Modal maka berdasarkan pasal 10 ayat
(4) huruf d Dewan Komisioner dikendalikan oleh seorang Kepala Eksekutif Pengawas
Pasar Modal merangkap anggota yang bertugas memimpin tugas pengawasan terhadap
kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal. Tugas Dewan Komisioner berdasarkan
Pasal 59 UU OJK antara lain adalah:
a. menetapkan struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi, rancang bangun infrastruktur
dan teknologi informasi, sistem sumber daya manusia, dan standar prosedur
operasional;
b. menetapkan rencana kerja dan anggaran OJK tahun anggaran 2013;
c. mengangkat pejabat dan pegawai OJK;
d. mengangkat pejabat dan pegawai organ pendukung Dewan Komisioner; dan
e. menetapkan hal lain yang diperlukan dalam rangka pengalihan fungsi, tugas, dan
wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor jasa
keuangan dari Bank Indonesia, Menteri Keuangan, dan Badan Pengawas Pasar Modal
dan Lembaga Keuangan ke OJK.

3. Wewenang OJK adalah:


a. Tugas pengaturan
Merupakan peraturan pelaksanaan undang-undang OJK, peraturan perundang-
undangan di sektor jasa keuangan, peraturan dan keputusan OJK, peraturan
mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan, kebijakan mengenai pelaksanaan
tugas OJK, peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap
lembaga jasa keuangan dan pihak tertentu, peraturan mengenai tata cara pengelola
statuter, struktur organisasi dan infrastruktur, serta pengaturan mengenai tata cara
pengenaan sanksi.
b. Tugas pengawasan

OJK menetapkan kebijakan operasional pengawasan, melakukan pengawasan,


pemeriksaan penyidikan, pelrindungan, konsumen, dan tindakan lain terhadap
lembaga jasa keuangan, pelaku dan/ atau penunjang kegiatan jasa keuangan,
penunjukan dan pengelolaan pengguna statuter, memberikan perintah tertulis
kepada lembaga jasa keuangan atau pihak lain, menetapkan sanksi administrative
terhadap pelaku pelanggaran peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan, termasuk memberikan dan/atau mencabut: izin usaha; izin orang
perseorangan; efektifnya pernyataan pendaftaran; surat tanda terdaftar; persetujuan
melakukan kegiatan usaha; pengesahan; persetujuan atau penetapan pembubaran;
dan penetapan lain, sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan
di sektor jasa keuangan.

2.3 Dasar Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah suatu bentuk unifikasi pengaturan dan
pengawasan sektor jasa keuangan, di mana sebelumnya kewenangan pengaturan dan
pengawasan dilaksanakan oleh Kementerian keuangan, Bank Indonesia dan Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK).

Pembentukan OJK didasarkan kepada tiga landasan yaitu:

1. Landasan Filosofis
Mewujudkan perekonomian nasional yang mampu tumbuh dengan stabil dan
berkelanjutan, menciptakan kesempatan kerja yang luas dan seimbang disemua sektor
perekonomian, serta memberikan kesejahteraan secara adil kepada seluruh rakyat
Indonesia.
2. Landasan Yuridis

a. Pasal 34 UU no. 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia

b. UU no. 6 Tahun 2009 tentang penetapan Perppu No. 2 Tahun 2008 tentang
perubahan kedua atas Undang-Undang no.23 tahun 1999 tentang bank Indonesia.

3. Landasan Sosiologis
a. Globalisasi dalam sistem keuangan dan pesatnya kemajuan dibidang teknologi dan
informasi serta inovasi finansial telah menciptakan sistem keuangan kompleks,
dinamis, dan saling terkait antar subsektor keuangan baik dalam hal produk
maupun kelembagaan.

b. Adanya lembaga jasa keuangan yang memiliki hubungan kepemilikan diberbagai


subsektor keuangan (konglomerasi) menambah kompleksitas transaksi dan
interaksi antar lembaga jasa keuangan di dalam sistem keuangan.

2.4 Arti Penting Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Otoritas jasa keuangan memiliki arti yang sangat penting, tidak hanya bagi
masyarakat umum dan pemerintah saja, akan tetapi juga bagi dunia usaha (bisnis). Bagi
masyarakat tentunya dengan adanya OJK akan memberikan perlindungandan rasa aman atas
investasi atau transaksi yang dijalankannya lewat lembaga jasa keuangan. Bagi pemerintah
adalah akan memberikan keuntungan rasa aman bagi masyarakatnya dan perolehan
pendapatan dari perusahaan berupa pajak atau penyediaan barang dan jasa yang berkualitas
baik. Sedangkan bagi dunia usaha, dengan adanya OJK maka pengolahannya semakin baik
dan perusahaan yang dijalankan makin sehat dan lancar, yang pada akhirnya akan
memperoleh keuntungan yang berlipat.
Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang
independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan
wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, danpenyidikan, sebagaimana dimaksud
dalam undang-undang ini.

OJK berkedudukan di ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia serta dapat


mempunyai kantor di dalam dan di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
dibentuk sesuai dengan kebutuhan. Artinya kehadiran OJK dalam melayani lembaga jasa
keuangan dapat dilayani diseluruh tiap-tiap provinsi jika dibutuhkan.

Selama ini sebelum keluarnya UU Nomor 21 Tahun 2011 pengawasan yang dilakukan
terhadap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan dilakukan oleh 2(dua) lembaga yang
ditunjuk pemerintahyaitu:

1) Lembaga keuangan bank (perbankan) dilakukan oleh Bank Indonesia (BI). Artinya
semua aktivitas perbankan sepenuhnya dilakukan oleh Bank Indonesia, termasuk
dalam hal memberi izin, menindak, atau membubarkan bank.
2) Lembaga keuangan bukan bank seperti Pasar Modal, Peransuransian, Dana Pensiun,
Lembaga Pembiayaan, Dan Lembaga Jasa Keuanagan Lainnya kegiatannya diawasi
oleh Kementerian Keuangan, BI dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan (Bapepam-LK)

Namun Sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan
dan pengawasan kegiatan jasa keuangan non-Bank diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan.

Satu tahun kemudian (31 Desember 2013) peralihan yang sama dilakukan untuk
pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan dari Bank Indonesia
(BI) ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Artinya dengan keluarnya UU Nomor 21 Tahun 2011
maka seluruh pengawasan yang berhubungan dengan jasa keuangan, baik jasa keuangan bank
maupun non-Bank dilakukan oleh OJK.

Undang-Undang OJK pada dasarnya memuat ketentuan tentang organisasi dan tata
kelola (governance) dari lembaga yang memiliki otoritas pengaturan dan pengawasan
terhadap sektor jasa keuangan. Artinya dengan adanya OJK akan memberikan pengelolaan
lembaga secara baik dan benar, sehingga tidak merupakan pihak-pihak yang memiliki
hubungan dengan perusahaan tersebut.
Lembaga keuangan yang memegang kepercayaan dari dana yang dititipkan
masyarakat harus terus dijaga. Tujuannya jangan sampai merugikan masyarakat sehingga
hilangnya kepercayaan masyarakat kepada lembaga keuangan. Di samping masyarakat,
pemerintah juga mengalami kerugian karena tidak mampu melindungi masyarakatnya. Dan
yang paling merugi sebenarnya adalah perusahaan itu sendiri, karena telah melakukan
praktik-praktik yang tidak terpuji dan akhirnya tidak dipercaya oleh masyarakat. Lebih dari
itu dengan aanya OJK maka praktik-praktik penipuan atau kejahatan dibidang keuangan
cepat diminimalkan atau dihilangkan. Oleh karena itu, Kehadiran OJK sangat penting.

Selain itu, Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Rahmat Waluyanto mengatakan, sedikitnya
ada empat alasan atas arti penting keberadaan lembaga yang dipimpinnya itu.

Pertama, kata Rahmat, makin menguatnya integrasi di pasar finansial yang diikuti
berkembangnya konglomerasi keuangan. Hingga Saat ini, OJK mencatat ada 31 perusahaan
keuangan yang berbau konglomerasi, yang telah membentuk satu raksasa sendiri dalam
industri finansial.

"Ke depan, konglomerasi dan industri ini akan semakin berkembang yang tidak cukup
diawasi oleh satu lembaga saja," kata Rahmat di Jakarta, Rabu (24/4).

Ada tren, lembaga keuangan nonbank ikut mengalami kemajuan yang pesat. Ini
terjadi, menurut Rahmat, karena di sektor ini korporat atau lembaga pemerintah bisa lebih
mudah mencari uangnya, seperti dengan menerbitkan obligasi.

Integrasi industri finansial ini, sambung dia, dapat dilihat dari percampuran produk-
produk pasar modal dengan perbankan, pasar modal dengan asuransi, atau asuransi dengan
perbankan. Lembaga seperti Bank Indonesia (BI) jelas tidak bisa masuk ke dalam ranah ini.

Kedua, Rahmat menuturkan, industri keuangan di Tanah Air harus terus berkembang
dan stabil di tengah berbagai guncangan internal dan eksternal yang muncul. Industri
keuangan harus memberikan kontribusi atas pertumbuhan ekonomi nasional untuk mengatasi
masalah pengangguran, kemiskinan, hingga pendapatan.

OJK memiliki peran penting untuk mendukung pengembangan industri keuangan ini.
"Agar ketahanan ekonomi nasional makin kuat," kata Rahmat.
Alasan ketiga, Rahmat menjelaskan, OJK memiliki wewenang untuk melakukan law
enforcment. Pada kasus-kasus yang muncul, OJK memiliki otoritas hingga menyelidiki,
sesuatu yang hanya dimiliki kepolisian, kejaksaan, dan KPK.Keempat, terkait dengan
perlindungan konsumen di mana hanya OJK yang mempunyai program ini. Menurut Rahmat,
selalu muncul persoalan terkait perlindungan konsumen ini mengingat terus tumbuhnya
produk dan jasa pada industri ini.

2.5 Tata Kelola (Governance) Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Sumber : www.ojk.go.id
Governance Principles (1)

Sumber : www.ojk.go.id
Governance Structure (2)

Struktur tata kelola terdiri dari :

1. Organ utama tata kelola adalah Dewan Komisioner; yang bersifat kolektif kolegial
2. Organ pendukung tata kelola adalah Sekretariat, Dewan Audit, Komite Etik dan
komite lainnya;
3. Infrastruktur tata kelola terdiri dari pedoman (code), piagam (charter), peraturan,
prosedur (SOP) dan sistem informasi sebagai acuan di dalam menjalankan fungsi dan
tugas, serta menerbitkan laporan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada
pemangku kepentingan.

Governance Process (3)

Pelaksananaan governance OJK didukung oleh fungsi asurans yang profesional dan obyektif
dengan menggunakan model the three lines of defense (tiga lapis pertahanan) dan
strategi combined assurance yang memberikan metode praktis untuk memastikan governance
process di OJK berjalan secara efektif.

1. The first line of defense (pertahanan lapis pertama) dilaksanakan oleh Satuan Kerja
yang melakukan aktivitas operasional sehari-hari, terutama yang merupakan garis
depan atau ujung tombak OJK;

2. The second line of defense (pertahanan lapis kedua) dilaksanakan oleh Satuan Kerja
Manajemen Risiko dan Pengendalian Kualitas yang bertanggung jawab untuk
mengembangkan dan memantau implementasi manajemen risiko OJK secara
keseluruhan sebagai bagian dari governance process; dan

3. The third line of defense (pertahanan lapis ketiga) dilaksanakan oleh Satuan Kerja
Audit Internal beserta auditor eksternal yang bertanggung jawab untuk memastikan
bahwa pertahanan lapis pertama dan lapis kedua berjalan sesuai dengan yang
diharapkan.
Governance Outcome (4)

Dengan prinisip, struktur dan proses governance yang dilaksanakan, OJK


menetapkan Governance Roadmap sbb:

Sumber : www.ojk.go.id

2.6 Struktur Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Sumber : www.ojk.go.id

Setiap pembentukan suatu organisasi pasti sudah dilengkapi dengan struktur


organisasi di dalamnya.Seperti diketahui bahwa organisasi merupakan tempat atau wadah
untuk melaksanakan suatu kegiatan.Sedangkan struktur organisasi merupakan bagan atau
kompenen yang ada dalam suatu organisasi.Tiap kompenen memiliki tugas,tanggung jawab
dan wewenang masing-masing.

Demikian juga dengan Otoritas Jasa Keuangan memiliki struktur organisasi terdiri
atas:
1. Dewan Komisioner OJK
2. Pelaksana Kegiatan Operasional

Struktur Dewan Komisioner terdiri atas:


1. Ketua merangkap anggota;
2. Wakil ketua sebagai Ketua Komite Etik merangkap anggota;
3. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan merangkap anggota;
4. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal merangkap anggota;
5. Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian,Dana Pensiun,Lembaga Pembiayaan, dan
Lembaga Jasa Keuangan lainnya merangkap anggota;
6. Ketua Dewan Audit merangkap anggota;
7. Anggota yang membidangi Edukasi dan Perlindungan Konsumen;
8. Anggota Ex-officio dari Bank Indonesia yang merupakan anggota Dewan Gubernur
Bank Indonesia; dan
9. Anggota Ex-officio dari Kementerian Keuangan yang merupakan pejabat setingkat
Eselon I kementerian Keuangan.

Pelaksana kegiatan operasional terdiri atas:

1. Ketua Dewan Komisioner memimpin bidang Manajemen Strategis I;


2. Wakil Ketua Dewan Komisioner memimpin bidang Manajemen Strategis II;
3. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan memimpin bidang Pengawasan Sektor
Perbankan;
4. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal memimpin bidang Pengawasan Sektor Pasar
Modal;
5. Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian,Dana Pensiun,Lembaga Pembiayaan,dan
Lembaga Jasa Keuangan Lainnya memimpin bidang Pengawasan Sektor IKNB;
6. Ketua Dewan Audit memimpin bidang Audit Internal dan Manajemen Risiko; dan
7. Anggota Dewan Komisioner bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen
memimpin bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen.
BAB III

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: PT RajaGrafindo 2013

http://www.ojk.go.id/id/tentang-ojk/Pages/Visi-Misi.aspx

http://www.ojk.go.id/id/Pages/FAQ-Otoritas-Jasa-Keuangan.aspx

https://id.wikipedia.org/wiki/Otoritas_Jasa_Keuangan

http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-otoritas-jasa-keuangan.html

http://www.ilmuekonomi.net/2015/12/pengertian-fungsi-tujuan-tugas-dan-
wewenangotoritas-jasa-keuangan-ojk.html

http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/keuangan/14/04/23/n4h483-industri-
keuangan-mengarah-konglomerasi

Anda mungkin juga menyukai