Esok hari pun tiba, hari dimana Aisyah akan dipersatukan oleh seorang ikhwan yang akan
mendampingi hidupnya. Dia adalah ikhwan yang dipilihkan umii.
Sungguh sangat berat hati Aisyah ketika ia harus menerima lamaran ikhwan yang tak
dicintainya.
“Aisyah, senyum dong.. dari tadi umii liat kamu cemberut terus” kata umii ketika Aisyah
sedang didandani.
Aisyah pun senyum dengan terpaksa. Saat itu Aisyah banyak melamun dan seperti orang
yang sudah pasrah.
‘Yaa Allah, kuatkan aku… ikhlaskanlah hati ini yaa Allah..’ Aisyah terus menerus berserah
diri kepada Allah.
‘Kak yusuf.. kakak dimana? Hari ini Aisyah akan menikah kak’ Setiap Aisyah teringat kepada
yusuf, Air matanya selalu menetes, sulit bagi Aisyah untuk menghilangkan perasaan yang
sudah begitu dalam.
Tak lama, calon suami Aisyah pun datang bersama keluarga serta kerabatnya. Mereka sudah
berkumpul di ruang tamu dan ikhwan itu siap untuk melaksanakan ijab qobul.
“Aisyah, ayo cepetan.. udah pada siap tuhh.. tapii pelan pelan aja yaa jalannya hhe” umii
mencoba menuntun Aisyah.
Dengan hati yang menangis Aisyah mencoba berdiri tegap tanpa menunjukkan ada kesedihan
di wajahnya. Tetapi di mata Aisyah masih sangat terlihat jelas bahwa hatinya belum begitu
ikhlas.
Aisyah berjalan dengan anggun sambil berdzikir kepada Allah. Perlahan Aisyah duduk tepat
di samping calon suaminya, ia tertunduk dan ingin sekali menutup mata dan telinganya
karena tak kuasa mendengar nama orang lain disebut, tapi Aisyah mencoba biasa saja di
depan keluarganya.
“oke, bisa kita mulai?” Abii Aisyah sebagai penghulunya menanyakan pada ikhwan yang
berada di samping Aisyah.
“insyaaAllah, bisa pak” jawabannya dengan lantang.
Sebelum ijab qobul dimulai, Abii Aisyah membacakan Ayat suci Al Qur’an.. Dan kemudian
setelah selesai, dimulailah ijab qobul..
“Saya nikahkan.. Muhammad yusuf al kholiq…”
‘lho.. yusuf? Muhammad yusuf al kholiq? itu kan…. nama lengkap kak yusuf, benarkah yang
disampingku ini kak yusuf? Yaa Allah semoga benar..’ Hati Aisyah tersentak, merasa tak
percaya bahwa yang di sampingnya adalah yusuf, kakak tingkat yang selama ini ia idamkan.
Setelah ijab qobul sah. Aisyah sudah tak sabar melihat wajah yang telah menjadi suaminya
itu, apakah dia benar kak yusuf? Perlahan Aisyah memiringkan badannya dan membuka
kedua matanya.
Dan ternyataaaa itu benar benar kak yusuf.
Aisyah langsung pingsan di tempat.
“Astaghfirullah Aisyah,” yusuf sangat terkejut saat Aisyah pingsan tepat di pundaknya.
Abii langsung membawa Aisyah ke kamar, umii pun mencoba menyadarkanku..
Pernikahan selesai..
Aisyah berdiam diri di loteng atas, seperti biasa dia ingin menatap bintang di langit yang
begitu luas.
Senyum dengan penuh kebahagiaan terpancar pada wajah manisnya. Menikmati indahnya
malam dengan hati yang begitu tenang. Air mata haru pun menetes pada pipi Aisyah.
“Aisyah,” yusuf memanggil dari belakang. Aisyah segera menghapus Air matanya.
“Eh iya kak?” jawab Aisyah.
Yusuf pun mendekat dan menatap mata Aisyah.
“Kamu nangis?” tanya yusuf dengan wajah heran.
Aisyah membalas pertanyaannya dengan senyuman. Karena ia ingin menunjukkan bahwa
dirinya merasa bahagia.
“Tak perlu kau sembunyikan kesedihanmu syah..” yusuf berjalan menuju pagar loteng dan
menatap bintang bintang. Aisyah kembali tersenyum.
“aku tau, perjodohan ini telah membuatmu bersedih.. Maafkan aku syah.. Aku terlalu egois
karena telah menginginkanmu menjadi istriku kepada bunda, sampai aku tak memikirkan
bagaimana perasaanmu..” jelas yusuf.
TAMAT