Anda di halaman 1dari 4

JARWA

(mengenali dan menyikapi Jarwa, mengenali tahapan meditasi, mengenali suara hati dan
bisikan luar, menajamkan intuisi dan mata bathin)

Jarwa atau lebih dikenal dengan petunjuk leluhur bagi kalangan spiritual dan

supranatural masihlah terasa janggal padahal pada kenyataanya hal ini sering kita temui

namun kadang dikatakan kerasukan, padahal tidak sama sekali. Satu hal yang mendasari

perbedaan kesurupan ialah ketika orang dalam keadaan kesurupan maka ia hilang kesdaran

secara total dan tidak bisa mengendalikan tubuhnya, dalam jarwa ini kita masih bnisa

mengendalikan tubuh kita walau hanya lidah kita saja yang bisa dikatakan lepas kontrol

namun kita masih dalam keadaan sadar.

Kali ini jika kita membahas jarwa versi wisik atau bisikan leluhur namun ada kalanya

jarwa adalah sebuah hambatan jika kita ingin lebih jauh dan dalam lagi dalam

meditasi/samadi untuk sebuah tujuan. Artinya ketika kita melakukan meditasi atau samadi

kemunculan jarwa dan yang lainnya merupakan efek dari samadi/meditasi itu sendiri, akan

menjadi penghambat jika kita terlalu asik “bermain” jarwa dan tergoda dengan jarwa, sikap

dan kondisi seperti itu akan menghambat proses laku spiritual kita karena kemunculan

jarwadan efek lainnya bisa menjebak kita dan berpikir kita sudah bisa padahal belum bisa dan

kita akan terhenti selamanya hanya sampai disitu saja.


Dan bagaimana kita bisa melakukan jarwa hal itu sangat tidak bisa dituntut suatu saat

bisa dilakukan karena ini bukanlah sebuah keilmuan namun sebuah tahapan yang ada dalam

menuju keheningan dan keberhasilan dalam sebuah meditasi (keberhasilan dalam tingkatan

dan tujuan masing masing.) Dalam meditasi ketika kita semakin hening dan dalam mungkin

suatu saat akan ada perasaan akan tersedak atau ingin bicara dan kadang kita akan takut

dengan itu namun adakalanya itu adalah sebuah proses awal dalam jarwa.

begitu ia dibiarkan dan diucapkan maka yang terdengar adalah suara suara tidak jelas

dan itu wajar, sebab proses menuju jarwa yang sempurna (jelas dalam tata bahasa dan suara)

membutuhkan waktu dan kepasrahan yang tidak mudah bisa saya ibaratkan seperti bayi

belajar bicara ia akan pelan pelan belajar bahasa namun seiring kondisi spiritual yang

meningkat dan meditasi yang hening maka akan mempercepat proses itu. Pada tahap ini

tingkatan laku spiritual mempengaruhi kejelasan jarwa yang didapatkannya. Salah satu

kegunaanya biasanya jarwa dipakai sebagai pencarian jawaban dan pencarian petunjuk dan

dalam salah satu kasus sering digunakan oleh para pengurus spiritual milik mantan presiden

Soeharto.

Kemunculan jarwa sendiri merupakan rangakaian dalam meditasi yang seiring

meningkat, tidak ada getaran, tidak ada perasaan apa apa dalam hati hanya seperti yang telah

disampaikan diatas seperti ada yang mengganjal atau ingin bicara terkadang yang muncul

dalam jarwa tidak bisa kita prediksi dan akan merasa lupa lupa ingat dengan apa yang keluar

dalam jarwa tadi namun kita akan ingat point-point penting dalam jarwa, hal itu tidak bisa

diatur dengan pikiran maupun pengetahuan bisa muncul dalam bahasa apa saja termasuk

bahasa yang tidak kita mengerti (bahasa asing), dan seringkali bahasa bahasa yang keluar

adalah bahasa bahasa metafora/sanepan atau kiasan.


Sebagai contoh bagi yang mempunyai darah jawa kebanyakan memakai bahasa jawa

halus (Krama Hinggil) sampai dengan bahasa Kawi (Jawa Kuno) atau bahkan Sansekerta dan

bagi keturunan cina mungkin sangat bisa memakai bahasa tiongkok kuno maka itu jarwa

tidak bisa disetir dan tidak bisa dipelajari secara keilmuan mengingat ini dalah sebuah kondisi

bukan keilmuan.

Mengenali tahap meditasi (dalam hal ini disamakan dengan anggota yang belajar

spiritual dan supranatural dalam grup inti hikmat), sebenarnya dalam mengenali ini sangat

mudah dan gampang dikenali yaitu ketika kalian merasa menjadi tidak tau apa apa ketika

banyak belajar malah merasa bodoh, maka saat itulah kalian mulai bisa masuk dalam

pembelajaran sesi selanjutnya. Dalam tahap mengenali meditasi ini memang bukan dalam

waktu yang singkat atau secara instan, tahap meditasi merupakan tahap dasar dengan

berbagai tingakatan yang tiap tingkatannya membutuhkan kesabaran dan proses yang panjang.

Itulah sebabnya sang pengampu/guru dalam grup ini dari awal tidak merestui pembelajaran

secara singkat atau instan sebab dalam laku spiritual yang dilakukan secara cepat/instan maka

berdampak pada lemahnya mental pelaku spiritual itu sendiri, secara umum poroses

pembelajaran ini bisa terlihat sangat lambat namun hal ini bertujuan untuk mengokohkan

pengendalian atas dirinya sendiri. secara umum dapat digambarkan seperti karang yang

lambat tumbuh namun kokoh ketika menghadapi dunia luar.

Mengenai pengenalan atau pemilahan suara hati dan bisikan dari luar (mahluk/pihak)

ini merupakan keypiont dalam bagian jarwa, kadang dalam belajar spiritual dan supranatural

kita sering takut atau malah bermain main dengan berbagai macam termasuk bisikan bisikan

yang membuai kita menjadi korban. Pertanyaan yang paling mendasar ialah “perlukah kita

dengan bisikan bisikan itu atau malah itu semua mengganggu?”. jawabanya adalah tidak

perlu kita menuruti bisikan, ketika kita sendiri masih ragu siapa yang berbisik dan tidak bisa
memilahnya tentu akan menjadi jebakan untuk diri kita sendiri. Beberapa kasus bisikan yang

muncul akan terasa sangat nyata berada pada telinga atau didalam kepala kita, hal yang

paling buruk jika kita tidak mampu memilahnya akan seperti kasus pembunuhan anggota

keluarga yang sering kita dengar di media massa atas dasar bisikan dari alam lain.

Hal yang paling utama adalah ketika kita sudah bisa menguasai diri dan bisa

menempatakan segala sesuatu sesuai dengan porsinya, dan bisikan papaun itu akan kita

kenali dengan sendirinya. Jadi jika kita masih ragu dan bahkan menuruti dengan membabi

buta maka rehatlah dan berhentilah belajar spiritual dan supranatural sebab melihat jangka

panjangnya kemungkinan malah akan menjadi lebih buruk. Kendati jarwa muncul atau efek

efek yang diluar nalar bermunculan sejatinya logika tetap harus bermain dan kita harus yakin

dengan apa yang kita jalani.

Ketika semua ini sudah dipahami dan dimengerti baik-baik, saran terbaik untuk

menangkap isi jarwa tadi dengan cara mencoba dengarkan apa yang terlintas pertama kali

dalam suatu hal dan setelahnya coba kamu catat dan kamu telaah ulang. Lakukan setidaknya

hingga kamu mulai tidak ragu lagi dengan apa yang kamu tangkap dalam posisi awal, karena

biasanya kita akan ragu dan mengolah ulang/mereka ulang apa yang kita dapat diawal dan itu

malah akan membuyarkan apa yang sebenernya kita lihat dengan benar menjadi ilusi dengan

penambahan atau pengurangan. Yakinlah pada apa yang kaulihat dan kelolalah intusi dengan

logikamu setelahnya.


Inti hikmat.

Anda mungkin juga menyukai