Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

FIQH ARAH KIBLAT PERSFEKTIF SAINS (ILMU FALAK)

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Fiqh Arah Kiblat

Dosen Pengampu: Bpk Zaenal Mawahib

Disusun oleh :

1. Umi Kalsum (1702046019)

2. Arum Nurfadilah Sari (1702046032)

3. M. Basithussyarop (1702046042)

ILMU FALAK
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya kepada seluruh makhluk yang ada diatas bumi ini.

Shalawat dan salam selalu terlimpahkan kepada Baginda Nabi Besar

Muhammad SAW yang telah memberi syafa`atnya kepada kita semua, sehingga

kita bisa hidup di zaman kemajuan seperti saat ini.

Ucapan terimakasih kami haturkan kepada Bapak Zaenal Mawahib selaku


dosen pengampu serta pembimbing dalam pembuatan makalah ini, serta teman-
teman yang telah mendukung kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan dalam penulisan

makalah ini, karena memang masih dalam proses pembelajaran. Kritik dan saran

dari pembaca sungguh kami harapkan untuk hasil yang lebih baik lagi. Harapan

penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat

dimanfaatkan sebagai mana semestinya

Semarang, 16 November 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Arah Kiblat adalah arah terdekat menuju Ka’bah kewajiban menghadap


kearah Ka’bah dalam perintah shalat telah diperintahkan langsung oleh Allah
SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 144.

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akhir-akhir ini


telah mengantarkan manusia untuk mengetahui segala peristiwa yang terjadi di
berbagai belahan dunia dengan sangat cepat bahkan bisa secara langsung. Dengan
teknologi Google earth manusia didalam ruangan dapat melihat berbagai tempat
di permukaan bumi,berbagai bentuk bangunan,jalan,pemandangan,rumah,masjid
dan sebagainya lengkap dengan garis bujur dan garis lintang, termasuk garis bujur
dan garis lintang untuk tengan-tengahnya Ka’bah yang menjadi kiblat umat islam
di seluruh belahan dunia.

Dan pada saat ini telah ada ilmu falak yang didalamnya kita dapat
mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan Astronomi Islam. Dalam
ilmu falak ini juga kita dapat menemukan arah kiblat suatu daerah dengan
gampang dengan menggunakan metode0metode yang ada di dalam ilmu ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Arah Kiblat Menurut Ilmu Falak Dan Menurut Ulama?

2. Bagaimana Hubungan Antara Fiqh Dan Sains Dalam Persoalan Arah Kiblat?

3. Apa Konsep Arah Kiblat Menurut Ilmu Falak?


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Arah Kiblat

Secara etimologi, kata kiblat berasal dari bahasa arab ‫ قبلة‬yaitu salah satu
bentuk masdar dari kata kerja ‫ قبل‬yang berarti menghadap.1 Arah kiblat adalah
arah yang menuju ke ka’bah yang berada di kota makkah. Arah ini dapat
ditemukan dari setiap titik di muka bumi. Cara untuk mendapatkanya adalah
dengan melakukan perhitungan dan pengukuran. Perhitungan arah kiblat pada
dasarnya untuk mengetahui dan menetapkan arah menuju Ka’bah yang berada di
makkah.2

Persoalan qiblat adalah persoalan azimuth, yaitu jarak dari titik utara ke
lingkaran vertikal melalui benda langit atau melalui suatu tempat diukur
sepanjang lingkaran horizon menurut arah perputaran jam.

Dengan demikian, persoalan arah qiblat erat kaitannya dengan letak


geografis suatu tempat, yakni berapa derajat jarak suatu tempat dari khatulistiwa
yang lebih dikenal dengan istilah lintang dan berapa derajat letak suatu tempat
dari garis bujur kota mekah.

Lintang tempat diukur dari garis khatulistiwa kearah kutub bumi (dari
khatulistiwa sampai ke suatu tempat), lintang yang berada di sebelah utara
khatulistiwa disebut lintang utara diberi tanda (+) yang berarti positif, sedang
yang berada disebelah selatan khatulistiwa disebut lintang selatan dan diberi tanda
(-) yang berarti negative, sementara garis khatulistiwa 0o.

Bujur tempat biasanya diukur dari meridian Greenwich di Inggris sebagai


titik pusat garis bujur. Garis bujur Greenwich kearah barat disebut dengan bujur
barat dan bertanda positif (+) dari 0o sampai dengan 180o. Sebaliknya garis bujur

1
Ahmad Izzuddin, Menentukan Arah Kiblat Praktis, (Semarang: Walisongo Press, 2010) hlm. 3
2
Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis (Semarang:Pustaka Rizki Putra, 2012) hlm. 17
Greenwich kearah timur disebut bujur timur yang diberi tanda (-). Jadi garis bujur
diukur dari 0o (nol derajat sampai 180o), baik kearah barat maupun kearah timur.

Hal ini berarti bujur timur dan bujur barat yang diukur dari 0o (nol
dearajat) berlawanan arah bertemu pada meridian 180o sebagai batas penanggalan
(date line) Internasional.3

Pengertian arah kiblat menurut ahli falak :

1. Abdul Aziz Dahlan dan kawan kawan mendefinisikan kiblat sebagai


bangunan ka’bah atau arah yang dituju kaum muslimin dalam
melaksanakan sebagian ibadah.
2. Harun Nasution, mengartikan arah kiblat sebagai arah untuk menghadap
pada waktu shalat.
3. Mochtar Effendy, mengartikan kiblat sebagai arah shalat, arah ka’bah di
kota Makkah.
4. Slamet Hambali, memberikan definisi arah kiblat yaitu arah menuju
ka’bah (Makkah) lewat jalur terdekat yang mana setiap muslim dalam
mengerjakan shalat harus menghadap kearah tersebut.
5. Muhyiddin Khazin, arah atau jarak terdekat sepanjang lingkaran besar
yang melewati ke ka’bah (Makkah) dengan tempat kota yang
bersangkutan.
6. Nurmal Nur, mengartikan kiblat sebagai arah yang menuju ke ka’bah di
Masjidil Haram Makkah, dalam hal ini seorang muslim wajib
menghadapkan mukanya tatkala ia mendirikan shalat atau dibaringkan
jenazahnya di liang lahat.4

B. Hubungan Antara Fiqh Dan Sains Dalam Arah Kiblat

Sebagaimana dalam pembahasan arah menghadap kiblat sebagai ruang


ijtihad, bahwa kefiqh an dalam hisab rukyah terlihat jelas dalam sejarah
perselisihan pemahaman yang terjadi pada masa para ulama madzhab. Perbedaan

3
A.Jamil ,ilmu falak(teori dan aplikasi), (Jakarta:Amzah,2009) hlm.109
4
Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis (Semarang:Pustaka Rizki Putra, 2012) hlm.19-20
itu terdapat pada pemahaman dasar hukum hisab rukyah, seperti pemaknaan
syatrah dalam dalil menghadap kiblat. Interperensi para ulama tersebut
merupakan ijtihad masing-masing dari mereka yang kemudian menghasilkan fiqh,
sehingga fiqh tiada lain merupakan hasil ijtihad.

Sedangkan sains dalam hisab rukyah dapat terlihat pada setiap bentuk
penyelesaian berbagai permasalahan hisab rukyat yang meliputi penentuan arah
kiblat. Persoalan-persoalan tersebut hanaya bisa diselesaikan dengan bantuan ilmu
pengetahuan yang lebih canggih pada zamanya. Misalnya saja penentuan arah
kiblat bagi umat islam yang secara geografis berjauhan dengan ka’bah,
pelaksanaan ibadah solat pada temapat yang abnormal, penentuan gerhana, dan
penentuan hari raya umat islam, semuanya memerlukan penyelesaian yang
didapatkan dari kemapanan sains berupa ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sehingga persoalan hisab rukyah merupakaan perpaduan antara fiqh dan sains.

Penentuan arah kiblat merupakan salah satu permasalahan hisab rukyat


yang memerlukan perpaduan antara fiqh dan sains dalam penyelesaianya. Fiqh
bersifat ijtihadiyah, dan ijtihadiyah yang baik itu apabila didukung dengan
pengetahuan ilmiah. Sedangkan pengetahuan ilmiah yang baik adalah yang
berdimensi tekhnologi. Yang berarti tekhnologi dalam hal penentuan arah kiblat
merupakan ijtihad yang tebaik yang dilakukan oleh manusia.

Dalam persoalan penentuan arah kiblat, antara fiqh dan sains saling
berkaitan dan mendukung. Ilmu fiqh merupakan landasan, sedangkan sains dapat
diibaratkan sebagai alat untuk berijtihad. Melalui sains, posisi seseorang
dipermukaan bumi dan arah kiblatnya dapat diketahui. Sains dalam hal ini
meliputi teori dan metode dalam penentuan arah kiblat. Teori dalam hal ini
misalnya teori trigonometri bola, teori geodesi dan sebagainya. Sedangkan metode
dalam penentuan arah kiblat misalnya baying-bayang matahari, kompas, ru’bu
mujayyad, GPS, theodolite, berbagai software arah kiblat dan sebagainya.

Fiqh menjadi dasar bagi para mujtahid untuk dapat menemukan hukum
dalam menghadap kiblat, sedangkan sains menjawab cara dan metode untuk
dapat menghadap kiblat yang tidak dijelaskan dalam fiqh, namun merupakan hal
yang dimaksud dalam fiqh. Dengan demikian, anatar fiqh dan sains tidak perlu di
pisahkan dan dibedakan, keduanya saling berkaitan dan melengkapi satu sama
lainya. Tanpa fiqh, sains tidak akan ada karena para mujtahid dapat menciptakan
sains dari kebutuhan untuk dapat memenuhi kebutuhan tuntunan syariah dalam
fiqh. Tanpa sains, fiqh tidak akan dapat terlaksanakerena tidak ada ilmu yang
dapat membantu pelaksanaan ibadah yang dituntut oleh syariah dalam fiqh.5

C. Konsep Arah Kiblat Persfektif Ilmu Falak

Setiap tahun, matahari berada di atas Ka'bah sebanyak dua kali, sehingga
seluruh bayangan benda oleh sinar matahari akan menghadap ke arah Ka'bah.
Karena 2012 merupakan tahun kabisat, maka peristiwa itu akan terjadi pada tanggal
27 Mei pukul 12:18 waktu lokal Saudi atau pukul 16:18 WIB, serta pada tanggal
15 Juli pukul 12:27 waktu lokal Saudi atau pukul 16:27 WIB. Pengamatan ini masih
bisa dilakukan pada rentang dua hari sebelum dan sesudahnya, serta pada waktu
sekitar tiga menit sebelum
dan sesudahnya.
Pada menu kiblat, arah kiblat dapat ditentukan dari suatu lokasi tertentu,
yang dinyatakan oleh angka azimuth beserta arahnya. Selanjutnya pada Qiblah
Times, ada dua alternatif, yaitu;
1. waktu ketika matahari berada pada arah kiblat, dan waktu ketika bayangan
matahari berada pada arah kiblat. Untuk memperoleh waktu-waktu tersebut.
2. Sedangkan untuk mengetahui peta kiblat dari seluruh dunia. Di bagian
bawah menu tersebut terdapat jadwal sholat di kota yang kita pilih pada
tanggal yang sesuai dengan tanggal di komputer.
Pada zaman sekarang perkembangan penentuan arah kiblat dialami oleh
kaum muslimin secara antagonistik, artinya suatu kelompok telah mengalami
kemajuan jauh ke depan bukan lagi yang mengandung unsur mitologi, melainkan

5
Ahmad Izzudin, Akurasi Metode-metode Penentuan Arah Kiblat, (Jakarta: Kementerian Agama
RI, 2012) Hal 64-65
sains. Namun, dalam hal perhitungan arah kiblat sains memiliki penghitungan yang
tentu saja lebih akurat di banding yang lainnya.
Teknik pengukuran arah kiblat dapat dilakukan dengan banyak cara atau
metode, yang selama ini dilakukan ada lima macam, yaitu:

a. Metode pengukuran arah kiblat menggunakan alat bantu kompas

b. Metode pengukuran arah kiblat menggunakan alatbantu tongkat istiwa’ dengan


mengambil bayangan matahari sebelum zawal dan sesudah zawal.

c. Metode pengukuran arah kiblat menggunakan rasyd al-qiblah global.

d. Metode pengukuran arah kiblat menggunakan rasyd al-qiblah local.

e. Metode pengukuran arah kiblat menggunakan alat bantu theodolite dari posisi
matahari setiap saat.6

6
Slamet Hambali, Ilmu Falak Arah Kiblat Setiap Saat, (Yogyakarta: Pustaka Ilmu Yogyakarta, 2013)
Hal 4
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Ilmu Falak Sebagai sebuah sains yang dikembangkan oleh umat Islam
mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan sains. Dalam sains
kebenaran suatu teori itu bersifat relatif. Sebuah teori itu dianggap benar
sampai datang teori baru yang meruntuhkannya. Sehingga teori yang lama tadi
digantikan dengan teori yang baru.
Penentuan arah kiblat pada masa kini, Ilmu falak sebagai fiqh tidak akan
terlepas hubunganya dengan sains, karena antara fiqh dan sains saling
berkaitan satu sama lain. Fiqh bersifat ijtihadiyah, dan ijtihadiyah yang baik
itu apabila didukung dengan pengetahuan ilmiah. Sedangkan pengetahuan
ilmiah yang baik adalah yang berdimensi tekhnologi. Yang berarti tekhnologi
dalam hal penentuan arah kiblat merupakan ijtihad yang tebaik yang dilakukan
oleh manusia.
Dan Berkat sains lah melalui adanya ilmu falak, saat ini untuk menemukan
arah kiblat untuk wilayah yang tidak berada di sekitar makkah jadi mudah dan
pastinya dapat di pertanggung jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA

Izzuddin, Ahmad, Menentukan Arah Kiblat Praktis, (Semarang: Walisongo Press,


2010)

Izzuddin, Ahmad, Ilmu Falak Praktis, (Semarang:Pustaka Rizki Putra, 2012)

A.Jamil ,ilmu falak(teori dan aplikasi), (Jakarta:Amzah,2009)

Izzudin, Ahmad, Akurasi Metode-metode Penentuan Arah Kiblat, (Jakarta:


Kementerian Agama RI, 2012)

Hambali , Slamet, Ilmu Falak Arah Kiblat Setiap Saat, (Yogyakarta: Pustaka Ilmu
Yogyakarta, 2013)

Anda mungkin juga menyukai