Anda di halaman 1dari 5

01.

PENDAHULUAN
Pada dasarnya, Termodinamika mempelajari karakteristik suatu sistem dan interaksinya dengan
lingkungan. Sistem merupakan suatu obyek yang diamati. Karakteristik suatu sistem dapat
dilihat dari sifat-sifat termodinamika dari sistem tersebut, seperti temperatur, tekanan, volume,
energi dalam, entalpi, dan entropi. Di dalam Termodinamika klasik, sifat termodinamika
merupakan nilai numerik yang menunjukkan karakteristik makroskopik suatu sistem yang bisa
diperoleh tanpa memperhatikan proses-proses yang terjadi sebelumnya (sejarah sistem).
Misalnya, nilai temperatur bisa diukur pada suatu saat menggunakan termometer tanpa harus
mengetahui proses-proses apa yang sebelumnya terjadi pada suatu sistem. Manakala terjadi
perubahan pada satu atau lebih sifat termodinamika suatu sistem, berarti telah terjadi proses
pada sistem tersebut.
Di dalam konsep Termodinamika, terdapat dua cara interaksi antara sistem dan lingkungannya,
yaitu perpindahan panas dan kerja. Perpindahan panas dipicu oleh perbedaan temperatur antara
sistem dan lingkungannya. Sedangkan kerja disebabkan oleh selain perbedaan temperatur.
Kerja bisa disebabkan karena perbedaan tekanan, adanya putaran poros, arus listrik, medan
magnet, dsb.
Pokok persoalan pada Termodinamika adalah mengetahui karakteristik sistem akibat terjadinya
suatu proses, serta interaksi sistem dan lingkungan. Untuk bisa menganalisis hal tersebut, maka
pengetahuan tentang sifat-sifat fluida merupakan hal yang penting.
02. SISTEM
Di dalam Termodinamika, semua obyek yang diamati harus bisa dimasukkan ke dalam salah
satu dari dua jenis sistem yang dikenal dalam Termodinamika, yakni sistem massa atur atau
sistem volume atur.
Ciri utama sistem massa atur adalah tidak adanya aliran massa fluida melewati batas sistem.
Sedangkan pada volume atur, terdapat aliran massa fluida melewati batas sistem. Sebagai
contoh, untuk mengamati karakteristik gas bertekanan tinggi di dalam suatu tabung (dalam
kondisi tabung tertutup), maka digunakan sistem massa atur. Misalnya hendak diketahui
perubahan tekanan pada gas tersebut manakala tabung dipanaskan. Sedangkan untuk
menganalisis turbin air, misalnya, tentu digunakan sistem volume atur, karena ada aliran air
masuk dan keluar dari turbin air.
Bila pada dinding/batas sistem tidak terdapat perpindahan panas, maka sistem disebut dalam
keadaan adiabatik (Q=0). Sedangkan bila tidak ada interaksi sama sekali antara sistem dan
lingkungannya (sistem massa atur, Q=0, W=0), maka sistem disebut dalam keadaan terisolasi.
Renungkan sistem yang cocok untuk menganalisis:
– logam yang sedang dipanaskan;
– ketel berisi air yang sedang dipanaskan hingga menguap;
– mesin jet pada pesawat terbang;
– balon berisi udara yang bocor.
03. PERSAMAAN KELESTARIAN MASSA & ENERGI
Dalam Termodinamika klasik, massa dan energi merupakan entitas yang masing-masing
bersifat lestari. Pada sistem massa atur, karena tidak ada aliran massa melewati batas sistem,
maka massa di dalam sistem tetap. Sedangkan pada sistem volume atur, kelestarian massa
berarti selisih antara jumlah massa yang masuk dan keluar sama dengan perubahan jumlah
massa di dalam sistem. Dengan asumsi aliran satu dimensi, maka laju aliran massa melewati
batas sistem pada sistem volumen atur, sama dengan hasil perkalian antara densitas, kecepatan,
dan luas penampang aliran.
Inti dari persamaan kelestarian energi adalah bahwa energi tidak bisa muncul tanpa asal, dan
tidak bisa hilang begitu saja. Energi di dalam sistem bisa berubah, namun perubahannya harus
jelas, dengan cara perpindahan panas dan/atau kerja. Oleh karena itu, persamaan kelestarian
energi pada sistem massa atur dapat dituliskan sebagai:

(1)
[perubahan energi di dalam sistem] = [perpindahan panas] – [kerja]
Sedangkan pada sistem volume atur, persamaan kelestarian energi lebih kompleks karena
mengandung unsur aliran massa:

(2)
Bila sistem volume atur berada dalam kondisi tunak (tidak ada perubahan sifat di dalam sistem
terhadap waktu), maka ruas kiri Persamaan (2) menjadi nol. Sedangkan bila sistem mengalami
kondisi yang tidak tunak, maka ruas kiri tidak nol dan umumnya parameter waktu menjadi
pengali bagi kedua ruas persamaan.
Konvensi positif dan negatif bagi perpindahan panas (Q) dan kerja (W) sebaiknya ditulis
bersamaan dengan angka Q dan W tersebut; sehingga tidak mengubah bentuk Persamaan (1)
dan (2). Kerja bernilai positif bila berasal dari sistem ke lingkungan, sedangkan perpindahan
panas bernilai positif bila berasal dari lingkungan ke sistem. Perlu juga diperhatikan bahwa
energi kinetik dan potensial pada Persamaan (2) memiliki satuan J/kg; sehingga perlu dibagi
1.000 untuk menyamakannya dengan satuan yang umumnya digunakan untuk entalpi, kerja,
dan perpindahan panas (yakni kJ/kg).
04. SIFAT TERMODINAMIKA
Sifat Termodinamika merupakan karakteristik makroskopik suatu zat yang dapat diketahui
nilai numeriknya tanpa harus mengetahui ‘sejarah’ zat tersebut. Sebagai contoh, temperatur
udara dapat diukur dengan termometer dan dapat diketahui nilainya tanpa harus mengetahui
proses-proses apa saja yang sebelumnya terjadi pada udara tersebut. Demikian pula halnya
dengan volume & tekanan; dapat diketahui nilainya tanpa harus mengetahui proses-proses
yang terjadi sebelumnya. Selain temperatur, tekanan, dan volume; contoh sifat yang lain adalah
energi dalam, entalpi, dan entropi.
Pemahaman terhadap sifat termodinamika suatu zat dan cara mendapatkannya, baik dari tabel,
grafik, mapun persamaan, sangat penting guna menyelesaikan permasalahan Termodinamika.
Persamaan kelestarian energi dan persamaan kesetimbangan entropi, hanya dapat
diaaplikasikan untuk menyelesaikan persoalan manakala sifat-sifat Termodinamikanya dapat
diketahui. Prinsip tingkat keadaan untuk zat sederhana dan termampatkan menyebutkan bahwa
diperlukan 2 sifat Termodinamika untuk mengetahui tingkat keadaan suatu sistem. Manakala
tingkat keadaan suatu sistem dapat diketahui, maka sifat-sifat Termodinamika lainnya dapat
diketahui.
Secara umum, sifat Termodinamika yang banyak digunakan terbagi dalam tiga wilayah: 1.
Daerah cairan sub dingin atau cairan terkompresi (compressed liquid). 2. Daerah campuran
fasa cair dan uap (di dalam kubah uap / vapour dome). 3. Daerah uap panas lanjut (superheat
vapour). Sedangkan untuk fasa padat/solid, umumnya digunakan asumsi inkompresibel.
DAERAH SUB DINGIN ATAU COMPRESSED LIQUID
Fluida di daerah ini memiliki fasa cair, namun bukan cair jenuh (saturated liquid). Kondisi cair
jenuh terdapat pada garis cair jenuh. Fluida yang berada pada kondisi cair jenuh akan mudah
menguap manakala ditambahkan energi, meski hanya sedikit. Sedangkan di daerah sub dingin,
penambahan panas (Q) pada sistem bertekanan konstan, akan menyebabkan kenaikan
temperatur. Demikian seterusnya sampai fluida mencapai kondisi cair jenuh. Untuk
menentukan apakah suatu sistem berada pada kondisi sub dingin, dapat dilakukan pengecekan
sifat sistem terhadap sifat cairan jenuh. Sebagai contoh, bila pada tekanan sistem, fluida pada
sistem memiliki temperatur yang lebih rendah dibandingkan dengan temperatur jenuh pada
tekanan sistem, maka sistem berada pada kondisi sub dingin. Demikian pula, bila pada
temperatur sistem, tekanan sistem lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan jenuh pada
temperatur sistem, maka sistem berada kondisi cairan terkompresi (compressed liquid).

05. HUKUM II TERMODINAMIKA


IREVERSIBILITAS
Semua proses yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari di dunia adalah proses yang
ireversibel. Sebagai contoh, pada saat air mengalir di dalam pipa, maka terjadi gesekan antara
air dan permukaan pipa. Gesekan adalah salah satu bentuk ireversibilitas. Pada proses yang
ireversibel, tingkat keadaan sistem dan/atau lingkungan tidak bisa kembali ke tingkat keadaan
semula. Pada contoh aliran air di dalam pipa, gesekan yang terjadi antara air dan permukaan
dalam pipa menyebabkan penurunan tekanan (pressure drop). Penurunan tekanan pada air
mengindikasikan terjadinya perubahan tingkat keadaan air. Dengan demikian, proses tersebut
adalah proses yang ireversibel. Pada saat air panas dicampurkan dengan teh, maka secara
spontan terbentuklah “air teh”. Air teh tersebut tidak bisa dengan sendirinya terurai kembali
menjadi air panas dan teh secara terpisah. Hal tersebut merupakan bentuk lain dari
ireversibilitas. Dari kedua contoh tersebut, dapat dipahami bahwa ireversibilitas belum ada
pada saat proses belum terjadi. Ireversibilitas muncul pada saat/setelah proses berlangsung.
Maka ireversibilitas muncul dari ketiadaan. Oleh karena itu, Hukum I Termodinamika
mengenai kelestarian energi tidak bisa menjelaskan fenomena ireversibilitas. Diperlukan
Hukum II Termodinamika untuk menjelaskan hal tersebut.
KONSEKUENSI HUKUM II TERMODINAMIKA
Pernyataan mengenai Hukum II Termodinamika disampaikan oleh Kelvin-Planck dan
Clausius. Konsekuensi penting dari kedua pernyataan tersebut diantaranya adalah adanya
kinerja maksimum untuk siklus daya, siklus refrigerasi, dan siklus pompa kalor. Persamaan
yang menunjukkan kinerja maksimum untuk ke-3 siklus tersebut, berturut-turut adalah sebagai
berikut:

(3)
Dari Persamaan (3), dapat dilihat bahwa setiap siklus memiliki nilai kinerja maksimum yang
tidak mungkin dilewati; dan kinerja maksimum tersebut dipengaruhi oleh temperatur kerja sisi
dingin dan sisi panas siklus. Tanda “sama dengan” pada Persamaan (3) hanya berlaku bagi
proses yang reversibel. Sedangkan pada proses ireversibel, kinerja siklus tidak mungkin sama
dengan Persamaan (3); apalagi melampauinya.
Hasil penting lain dari Hukum II Termodinamika adalah skala temperatur mutlak yang tidak
dipengaruhi oleh sifat zat. Skala temperatur mutlak ini langsung berhubungan dengan
perpindahan panas pada sistem. Hubungan antara rasio perpindahan panas dan rasio temperatur
mutlak ditunjukkan pada Persamaan (4) di bawah ini.

(4)
Dapat dilihat pada Persamaan (4) bahwa temperatur sisi dingin dan panas hanya dipengaruhi
oleh perpindahan panas pada sisi dingin dan panas. Dengan demikian, skala temperatur ini
tidak dipengaruhi oleh sifat zat. Sebagai contoh, pada skala temperatur Celcius, “0” dan “100”
derajadnya ditetapkan dengan sifat air, yakni triple point dan pada saat pendidihannya (pada
tekanan 1 atmosfer). Skala temperatur mutlak seperti ditunjukkan pada Persamaan (4) memiliki
satuan Kelvin (K) atau Rankine (R).

Anda mungkin juga menyukai