Anda di halaman 1dari 10

Keperawatan

Medikal
Bedah I

ASUHAN KEPERAWATAN PADA SISTEM THT

By Hudinoto Eko Yudyarto, S.Kep. Ns


I. ANATOMI SISTEM THT
Asuhan perawatan pada penyakit telinga, hidung dan tenggorokan (THT) diperlukan kemampuan dan
ketrampilan dalam melakukan anamnesa dan pemeriksaan, dimana kemampuan pemahaman mengenai anatomi
dan fungsi dari telinga, hidung dan tenggorokan saling berhubunganerat.
Kelainan yang terjadi pada organ-organ tersebut akan saling mempengaruhi satu dan yang lainnya
sehingga memerlukan penanganan untuk segera didiagnosis dan diobati.

A. TELINGA
Telinga merupakan organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks sebagai pendengaran dan
keseimbangan, anatominya juga sangat rumit. Indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang
dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara,
dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar.
Telinga merupakan organ untuk pendengaran dan keseimbangan, yang terdiri dari telinga luar, telinga tengah
dan telingadalam.
Telinga luar menangkap gelombang suara yang dirubah menjadi energi mekanis oleh telinga tengah.
Telinga tengah merubah energi mekanis menjadi gelombang saraf, yang kemudian dihantarkan ke otak.
Telinga dalam juga membantu menjaga keseimbangan tubuh.

1. Telinga Luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna atau auricle) dan saluran telinga (meatus auditorius
eksternus) sampai ke membran timpani. Daun telinga merupakan tulang rawan (kartilago) yang dilapisi oleh
kulit, daun telinga kaku tetapi juga lentur. Suara yang ditangkap oleh daun telinga mengalir melalui saluran
telinga yang berbentuk S dengan panjangya kira-kira 2,5 - 3 cm ke gendang telinga..
Liang telinga luar merupakan suatu saluran yang terbentang dari daun telinga melintasi tulang timpani
hingga permukaan luar membran timpani. Bagian permukaannya mengandung tulang rawan elastis dan
ditutupi oleh kulit yang mengandung folikel rambut. Kulit dalam kanal sepertiga bagian luar kulit telinga
mengandung kelenjar khusus kelenjar sebasea dan glandula seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin
yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian
luar telinga. Serumen merupakan materi berwarna coklat dengan rasa pahit yang mempunyai sifat antibakteri
dan memberikan perlindungan bagi kulit.
2. Telinga Tengah

KMB I, 2013Hudinoto EY, Ns


Gendang telinga (membran tympani) adalah selaput tipis yang dilapisi oleh kulit, yang memisahkan
telinga tengah dengan telinga luar. Permukaan luar ditutupi oleh lapisan tipis epidermis yang berasal dari
ectoderm, sedangkan lapisan sebelah dalam disusun oleh epitel selapis gepeng atau kuboid rendah turunan dari
endoderm. Di antara keduanya terdapat serat-serat kolagen, elastis dan fibroblas. Gendang telinga menerima
gelombang suara yang di sampaikan lewat udara lewat liang telinga luar. Gelombang suara ini akan
menggetarkan membran timpani. Gelombang suara lalu diubah menjadi energi mekanik yang diteruskan ke
tulang-tulang pendengaran di telinga tengah.
Teling tengah terdiri dari gendang telinga (membran timpani) yang berbentuk bundar serta terlihat
cekung dan sebuah ruang kecil (rongga timpani) berisi udara yang memiliki 3 tulang kecil yang
menghubungkan gendang telinga dengan telinga dalam.
Ketiga tulang tersebut adalah:
a) Maleus (bentuknya seperti palu, melekat pada gendang telinga)
b) Inkus (menghugungkan maleus dan stapes)
c) Stapes (melekat pda jendela oval di pintu masuk ke telinga dalam)
Getaran dari gendang telinga diperkuat secara mekanik oleh tulang-tulang tersebut dan dihantarkan ke
jendela oval. Telinga tengah juga memiliki 2 otot yang kecil-kecil:
a) Otot tensor timpani (melekat pada maleus dan menjaga agar gendang telinga tetap menempel)
b) Otot stapedius (melekat pada stapes dan menstabilkan hubungan antara stapedius dengan jendela oval.
Jika telinga menerima suara yang keras, maka otot stapedius akan berkontraksi sehingga rangkaian
tulang-tulang semakin kaku dan hanya sedikit suara yang dihantarkan. Respon ini disebut refleks akustik, yang
membantu melindungi telinga dalam yang rapuh dari kerusakan karena suara
Tuba eustakius adalah saluran kecil dengan lebar sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm yang
menghubungkan teling tengah dengan hidung bagian belakang(nasofaring), yang memungkinkan masuknya
udara luar ke dalam telinga tengah. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapat terbuka akibat kontraksi
otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap atau menelan, sehingga membantu menjaga
tekanan udara yang sama pada kedua sisi gendang telinga, yang penting untuk fungsi pendengaran yang normal
dan kenyamanan serta sebagai drainase untuk sekresi. dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah
dengan tekanan atmosfer.
3. Telinga Dalam

Telinga dalam (labirin) adalah suatu struktur yang kompleks, yang terdiri dari 2 bagian utama:
a) Koklea (organ pendengaran/ rumah siput )
Koklea merupakan saluran berrongga yang berbentuk seperti rumah siput, terdiri dari cairan
kental dan Organ Corti, yang mengandung ribuan sel-sel kecil (sel rambut) yang memiliki rambut yang
mengarah ke dalam cairan tersebut.Getaran suara yang dihantarkan dari tulang pendengaran di telinga
tengah ke jendela oval di telinga dalam menyebabkan bergetarnya cairan dan sel rambut. Sel rambut yang
berbeda memberikan respon terhadap frekuensi suara yang berbeda dan merubahnya menjadi gelombang
saraf.
Gelombang saraf ini lalu berjalan di sepanjang serat-serat saraf pendengaran yang akan
membawanya ke otak. Walaupun ada perlindungan dari refleks akustik, tetapi suara yang gaduh bisa
menyebabkan kerusakan pada sel rambut. Jika sel rambut rusak, dia tidak akan tumbuh kembali. Jika

KMB I, 2013Hudinoto EY, Ns


telinga terus menerus menerima suara keras maka bisa terjadi kerusakan sel rambut yang progresif dan
berkurangnya pendengaran.
b) Vestibuler yang terdiri dari 3 buah Kanalis semisirkularis (organ keseimbangan).

Vestibulum letaknya diantara koklea dan kanalis semisirkularis yang juga berisi perilimf. Pada
vestibulum bagian depan, terdapat lubang (foramen ovale) yang berhubungan dengan membrane timpani,
tempat melekatnya telapak (foot plate) dari stapes. Di dalam vestibulum, terdapat gelembung-gelembung
bagian membrane sakkulus dan utrikulus. Gelembung-gelembung sakkulus dan utrikulus berhubungan
satu sama lain dengan perantaraan duktus utrikulosakkularis, yang bercabang melalui duktus
endolimfatikus yang berakhir pada suatu lipatan dari duramater, yang terletak pada bagian belakang os
piramidalis. Lipatan ini dinamakan sakkus endolimfatikus. Saluran ini buntu.
Sel-sel persepsi disini sebagai sel-sel rambut yang di kelilingi oleh sel-sel penunjang yang
letaknya pada macula. Pada sakkulus, terdapat macula sakkuli. Sedangkan pada utrikulus, dinamakan
macula utrikuli.
Kanalis semisirkuler merupakan 3 saluran yang berisi cairan, yang berfungsi membantu
menjaga keseimbangan. Setiap gerakan kepala menyebabkan cairan di dalam saluran bergerak.
Gerakan cairan di salah satu saluran bisa lebih besar dari gerakan cairan di saluran lainnya; hal ini
tergantung kepada arah pergerakan kepala. Saluran ini juga mengandung sel rambut yang memberikan
respon terhadap gerakan cairan. Sel rambut ini memprakarsai gelombang saraf yang menyampaikan pesan
ke otak, ke arah mana kepala bergerak, sehingga keseimbangan bisa dipertahankan. Jika terjadi infeksi
pada kanalis semisirkuler, (seperti yang terjadi pada infeksi telinga tengah atau flu) maka bisa timbul
vertigo (perasaan berputar).
MEKANSME MENDENGAR

B. HIDUNG

Hidung merupakan organ penciuman dan jalan utama keluar-masuknya udara dari dan ke paru-paru.
Hidung juga memberikan tambahan resonansi pada suara dan merupakan tempat bermuaranya sinus
KMB I, 2013Hudinoto EY, Ns
paranasalis dan saluran air mata.Hidung bagian atas terdiri dari tulang dan hidung bagian bawah terdiri dari
tulang rawan (kartilago). Di dalam hidung terdapat rongga yang dipisahkan menjadi 2 rongga oleh septum,
yang membentang dari lubang hidung sampai ke tenggorokan bagian belakang.
Tulang yang disebut konka nasalis menonjol ke dalam rongga hidung, membentuk sejumlah lipatan.
Lipatan ini menyebabkan bertambah luasnya daerah permukaan yang dilalui udara.
Rongga hidung dilapisi oleh selaput lendir dan pembuluh darah. Luasnya permukaan dan banyaknya pembuluh
darah memungkinkan hidung menghangatkan dan melembabkan udara yang masuk dengan segera.
Sel-sel pada selaput lendir menghasilkan lendir dan memiliki tonjolan-tonjolan kecil seperti rambut
(silia). Biasanya kotoran yang masuk ke hidung ditangkap oleh lendir, lalu disapu oleh silia ke arah lobang
hidung atau ke tenggorokan. Cara ini membantu membersihkan udara sebelum masuk ke dalam paru-paru.
Bersin secara otomatis membersihkan saluran hidung sebagai respon terhadap iritasi, sedangkan batuk
membersihkan paru-paru.
Sel-sel penghidu terdapat di rongga hidung bagian atas.Sel-sel ini memiliki silia yang mengarah ke
bawah (ke rongga hidung) dan serat saraf yang mengarah ke atas (ke bulbus olfaktorius, yang merupakan
penonjolan pada setiap saraf olfaktorius/saraf penghidu). Saraf olfaktorius langsung mengarah ke otak.

SINUS PARANASALIS

Tulang di sekitar hidung terdiri dari sinus paranasalis, yang merupakan ruang berrongga dengan
lubang yang mengarah ke rongga hidung. Terdapat 4 kelompok sinus paranasalis:
1. Sinus maksilaris
2. Sinus etmoidalis
3. Sinus frontalis
4. Sinus sfenoidalis.
Dengan adanya sinus ini maka:
1. berat dari tulang wajah menjadi berkurang
2. kekuatan dan bentuk tulang terpelihara
3. resonansi suara bertambah.
Sinus dilapisi oleh selapus lendir yang terdiri dari sel-sel penghasil lendir dan silia.
Partikel kotoran yang masuk ditangkap oleh lendir lalu disapu oleh silia ke rongga hidung.
Pengaliran dari sinus bisa tersumbat, sehingga sinus sangat peka terhadap ifneksi dan peradangan (sinusitis).

KMB I, 2013Hudinoto EY, Ns


C. TENGGOROKAN

Tenggorokan (faring) terletak di belakang mulut, di bawah rongga hidung dan diatas kerongkongan
dan tabung udara (trakea).
Tenggorokan terbagi lagi menjadi:
1. nasofaring (bagian atas)
2. orofaring (bagian tengah)
3. hipofaring (bagian bawah.
Tenggorokan merupakan saluran berotot tempat jalannya makanan ke kerongkongan dan tempat
jalannya udara ke paru-paru.Tenggorokan dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri dari sel-sel penghasil lendir
dan silia. Kotoran yang masuk ditangkap oleh lendir dan disapu oleh silia ke arah kerongkongan lalu ditelan.
Tonsil (amandel) terletak di mulut bagian belakang, sedangkan adenoid terletak di rongga hidung
bagian belakang. Tonsil dan adenoid terdiri dari jaringan getah bening dan membantu melawan infeksi.
Ukuran terbesar ditemukan pada masa kanak-kanak dan secara perlahan akan menciut.
Pada puncak trakea terdapat kotak suara (laring), yang mengandung pita suara dan berfungsi menghasilkan
suara. Jika mengendur, maka pita suara membentuk lubang berbentuk huruf V sehingga udara bisa lewat
dengan bebas. Jika mengkerut, pita suara akan bergetar, menghasilkan suara yang bisa dirubah oleh lidah,
hidung dan mulut sehingga terjadilah percakapan.
Epiglotis merupakan suatu lembaran yang terutama terdiri dari kartilago dan terletak di atas serta di
depan laring. Selama menelan, epiglotis menutup untuk mencegah masuknya makanan dan cairan ke dalam
trakea.

II. GANGGUAN DENGAR (TULI)

Tuli atau gangguan dengar dalam kedokteran adalah kondisi fisik yang ditandai dengan penurunan
atau ketidakmampuan seseorang untuk mendengarkan suara. Untuk menentukan jenis dan derajat ketulian
dapat diperiksa dengan audiometri
Tuli/Gangguan Dengar Konduktif yaitu gangguan dengar yang disebabkan kelainan di telinga
bagian luar dan/atau telinga bagian tengah, sedangkan saraf pendengarannya masih baik, dapat terjadi pada
orang dengan infeksi telinga tengah, infeksi telinga luar atau adanya serumen di liang telinga. Kelainan telinga
luar yang menyebabkan tuli konduktif ialah atresia liang telinga, sumbatan oleh serumen, otitis eksterna
sirkumskripta, dan osteoma liang telinga. Kelainan telinga tengah yang menyebabkan tuli konduktif ialah tuba
katar / sumbatan tuba Eustachius, otitis media, otosklerosis, timpanosklerosis, hemotimpanum dan dislokasi
tulang pendengaran.
Tuli/Gangguan Dengar Saraf atau Sensorineural yaitu gangguan dengar akibat kerusakan saraf
pendengaran, meskipun tidak ada gangguan di telinga bagian luar atau tengah.Tuli sensorineural terbagi atas

KMB I, 2013Hudinoto EY, Ns


tuli sensorineural koklea dan retrokoklea. Tuli sensorineural koklea disebabkan aplasia, labirintitis, intoksikasi
obat ototoksik atau alkohol. Dapat juga disebabkan tuli mendadak, trauma kapitis, trauma akustik, dan
pemaparan bising.Tuli sensorineural retrokoklea disebabkan neuroma akustik, tumor sudut pons-serebelum,
mieloma multipel, cedera otak, perdarahan otak, atau kelainan otak lainnya.
Tuli/Gangguan Campuran yaitu gangguan yang merupakan campuaran kedua jenis gangguan dengar
antara tuli konduktif dimana telinga luar dan tengah juga mengalami gangguan serta tuli sensorineural pada
saraf pendengaran

III. PEMERIKSAAN TELINGA


Alat yang diperlukan untuk memeriksa telinga adalah lampu kepala, corong telinga, otoskop, pelilit
kapas, pengait serumen, pinset telinga dan garputala. Pasien duduk dengan posisi badan condong sedikit ke
depan dan kepala lebih tinggi sedikit dari kepala pemeriksa untuk memudahkan melihat liang telinga dan
membran timpani.
Mula-mula dilihat keadaan dan bentuk daun telinga, daerah belakang daun telinga (retro-aurikuler)
apakah terdapat tanda peradangan atau sikatriks bekas operasi. Dengan menarik daun telinga ke atas dan ke
belakang, liang telinga menjadi lebih lurus dan akan mempermudah untuk melihat keadaan liang telinga dan
membran timpani. Otoskop dipegang dengan tangan kanan untuk memeriksa telinga kanan pasien dan dengan
tangan kiri bila memeriksa telinga kiri. Supaya posisi otoskop ini stabil maka jari kelingking tangan yang
memegang otoskop ditekankan pada pipi pasien.
Bila terdapat serumen dalam liang telinga yang menyumbat maka serumen ini harus dikeluarkan. Jika
konsistensinya cair dapat dengan kapas yang dililitkan, bila konsistensinya lunak atau liat dapat dkeluarkan
dengan pengait dan bila berbentuk lempengan dapat dipegang dan dikeluarkan dengan pinset. Jika serumen ini
sangat keras dan menyumbat seluruh liang telinga maka lebih baik dilunakkan dulu dengan minyak atau
karbogliserin. Bila sudah lunak atau cair dapat dilakukan irigasi dengan air supaya liang telinga bersih.
Uji pendengaran dilakukan dengan memakai garputala dan dari hasil pemeriksaan dapat diketahui
jenis ketulian apakah tuli konduktif atau tuli perseptif (sensorineural). Pemeriksaan pendengaran dilakukan
secara kualitatif dengan mempergunakan garpu tala dan kuantitatif dengan mempergunakan audiometer.
Disamping dengan pemeriksaan audiometri, ambang respon seseorang terhadap bunyi dapat juga dilakukan
dengan pemeriksaan BERA (Brainstem Evoke Response Audiometry, dapat dilakukan pada pasien yang tidak
dapat diajak komunikasi atau anak kecil Kelainan telinga dapat menyebabkan tuli konduktif, tuli
sensorineural / saraf / perseptif atau tuli campur.
A. Tes berbisik
Tes berbisik adalah melakukan pemeriksaan dengan mengucapkan suara yang lirih seperti berbisik-
bisik kepada orang yang diperiksa (orang normal maupun orang dengan gangguan pendengaran). Caranya
ialah dengan membisikkan kata-kata yang dikenal penderita dimana kata-kataitu mengandung huruf lunak
dan huruf desis. Lalu diukur berapa meter jarak penderita dengan pembisiknya sewaktu penderita dapat
mengulangi kata-kata yang dibisikan denan benar. Pada orang normal dapat mendengar 80% dari kata-kata yang dibisikan pada jarak
6 s/d 10 meter.Apabila kurang dari 5 ± 6 meter berarti ada kekurang pendengaran. Apabila kurang dari 5 ± 6 meter berarrti ada
kekurangan pendengaran. Apabila penderita tak dapat mendengarkan kata-kata dengan huruf lunak, berarti tuli konduksi. Sebaliknya
bila tak dapat mendengar kata-kata dengan huruf desis berarti tuli persepsi.Apabila dengan suara bisik sudah tidak dapat
mendengar dites dengan suara konversasi atau percakapan biasa.Orang normal dapat mendengar suara
konversasi pada jarak 200 meter Penilaian (menurut Feldmann) :
a. Normal : 6-8 m
b. Tuli ringan : 4 - <6m
c. Tuli sedang : 1 - <4 m
d. Tuli berat : 25 cm - <1 m
e. Tuli Total : <25 cm
B. Tes arloji

KMB I, 2013Hudinoto EY, Ns


Pemeriksaan dengan menggunakan arloji harus dengan menggunakan arloji yang berdetik misalnya
arloji saku.pemeriksaan ini kurang cukup untuk menentukan jenis ketulian.
Cara : minta klien untuk duduk di ruang yang tenang, kemudian dekatkan arloji dengan telinga klien, minta
klien untuk mendengarkan detak arlojikemudian jauhkan sejara perlahan dan minta klien untuk memberi
tahu jika sudah tidak mendenga detak arloji.normalnya klien masih dapat mendengar sampai jarak 30 cm
dari telinga.
C. Tes Penala
Idealnya digunakan garpu tala 512, 1024, dan 2048 Hz. Bila tidak mungkin cukup dipakai 512 Hz
karena tidak terlalu dipengaruhi suara bising sekitar.
1. Tes Rinne
Tujuan : membandingkan hantaran melalui udara dan tulang pada telinga yang diperiksa.
Cara : penala digetarkan dan tangkainya diletakkan di prosesus mastoideus. Setelah tidak terdengar,
penala dipegang di depan telinga kira-kira 2,5 cm. Bila masih terdengar disebut Rinne positif, bila
tidak terdengar disebut Rinne negatif. Dalam keadaan normal hantaran melalui udara lebih panjang
daripada hantaran tulang.
2. Tes Weber
Tujuan : membandingkan hantaran tulang telinga kiri dan kanan.
Cara : penala digetarkan dan tangkai penala diletakkan di garis tengah dahi atau kepala. Bila bunyi
terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut lateralisasi ke telinga tersebut. Bila terdengar
sama keras atau tidak terdengar disebut tidak ada lateralisasi. Bila pada telinga yang sakit (lateralisasi
pada telinga yang sakit) berarti terdapat tuli konduktif pada telinga tersebut, bila sebaliknya
(lateralisasi pada telinga yang sehat) berarti pada telinga yang sakit terdapat tuli saraf.
3. Tes Schwabach
Tujuan : membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan pemeriksa yang
pendengarannya dianggap normal.
Cara : penala digetarkan, tangkai penala diletakkan pada prosesus mastoideus sampai tidak terdengar
bunyi kemudian dipindahkan ke prosesus mastoideus pemeriksa yang pendengarannya dianggap
normal. Bila masih dapat mendengar disebut memendek atau tuli saraf, bila pemeriksa tidak dapat
mendengar, pemeriksaan diulang dengar cara sebaliknya. Bila pasien masih dapat mendengar, disebut
memanjang atau terdapat tuli konduktif. Jika kira-kira sama mendengarnya disebut sama dengan
pemeriksa.

Kesimpulan uji Garpu tala


Tes Rinne Tes Weber Tes Schwabach Diagnosis

Positif Tidak ada lateralisasi Sama dengan pemeriksa Normal

Negatif Lateralisasi ke telinga yang sakit Memanjang Tuli konduktif

Positif Lateralisasi ke telinga yang sehat Memendek Tuli sensorineural

D. Audiometri

KMB I, 2013Hudinoto EY, Ns


Untuk pemeriksaan kuantitatif gangguan pendengaran dilakukan pemeriksaan audiometri. Dari
audiogram dapat dilihat apakah pendengaran normal atau tuli, kemudian jenis dan derajat ketuliannya.
Derajat ketulian dihitung dengan indeks Fletcher, yaitu rata-rata ambang pendengaran pada frekuensi 500,
1.000 dan 2.000 Hz. Pada interpretasi audiogram harus ditulis telinga yang mana, apa jenis ketuliannya, dan
bagaimana derajat ketuliannya.
Untuk membedakan tuli koklea dan tuli retrokoklea diperlukan pemeriksaan audiologi khusus yang
terdiri dari audiometri khusus (seperti tes Tone decay, tes Short Increment Sensitivity Index {SISI}, tes
Alternate Binaural Loudness Balance {ABLB}, audiometri tutur, audiometri Bekessy), audiometri objektif
(audiometri impedans, elektrokokleografi, Brain Evoked Reponse Audiometry {BERA}, pemeriksaan tuli
anorganik (tes Stenger, audiometri nada murni secara berulang, impedans) dan pemeriksaan audiometri
anak.

IV. PEMERIKSAAN KESEIMBANGAN


Sejumlah uji klinis dapat dilakukan untuk menentukan apakah sistem vestibularis berfungsi normal
atau tidak, jika tidak, terdapat pula uji untuk menentukan di mana letak permasalahan
(BOIES).Pemeriksaan fungsi keseimbangan dapat dilakukan mulai dari pemeriksaan yang sederhana yaitu
uji Romberg dan uji berjalan (Stepping test) sampai dengan pemeriksaan secara obyektif yaitu dengan
posturografi dan ENG (elektronistagmografi) (FKUI).
Beberapa uji dirancang untuk merangsang suatu organ akhir khusus, misalnya pengujian sepasang
kanalis semisirkularis atau organ otolit pada saat rotasi seluruh badan dalam ruangan gelap.Uji yang lain
dirancang untuk melihat interaksi antara beberapa masukan sensorik seperti propioseptif otot, masukan
visual dan vestibularis, yang semuanya dapat terjadi dengan perubahan postur tubuh atau kepala.
Salah satu tujuan penting adalah menentukan apakah penyebab vertigo (sensasi bumi berputar
relatif terhadap subyek) adalah suatu problem telinga dalam dan atau saraf kedelapan, ataukah gangguan
pada sistem saraf pusat.Contoh-contoh gangguan sistem saraf pusat antara lain sklerosis multipel dan
penyakit demielinasi lainnya, tumor, penyakit vaskular dan stroke, serta toksisitas obat.Contoh-contoh
gangguan perifer termasuk penyakit Menier, labirintis, ototoksisitas akibat antibiotik dan neuroma
akustik.Ada beberapa mekanisme tes keseimbangan dan berikut ini adalah tes keseimbangan yang
sederhana:

a. Uji Romberg
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua mata terbuka
kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30 detik. Harus dipastikan bahwa
penderita tidak dapat menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara
tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi
garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada
kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada mata
tertutup. tentang gangguan keseimbangan karena gangguan vestibuler, maka input visual diganggu
dengan menutup mata dan input proprioseptif dihilangkan dengan berdiri di atas tumpuan yang tidak
stabil.

b. Uji Berjalan (Stepping Test)


Berjalan di tempat 50 langkah, bila tempat berubah melebihi jarak 1 meter dan badan berputar
lebih dari 30 derajat berarti sudah terdapat gangguan.

c. Tes Unterberger
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di tempat dengan
mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit.Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan
menyimpang atau berputar ke arah lesi dengan gerakan seperti orang melempar cakram, kepala dan
badan berputar ke arah lesi, kedua tangan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan
yang lainnya naik.Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.(vertigo)

KMB I, 2013Hudinoto EY, Ns


d. Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh mengangkat
lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk tangan pemeriksa.Hal ini
dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan tertutup.Pada kelainan vestibuler akan terlihat
penyimpangan lengan penderita ke arah lesi.(vertigo)

KMB I, 2013Hudinoto EY, Ns

Anda mungkin juga menyukai