Anda di halaman 1dari 67

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Teknik Sipil Skripsi Sarjana

2015

Perbandingan Keekonomisan
Pemakaian Konstruksi Beton Bertulang
dengan Konstruksi Baja pada Bangunan
Bertingkat (Studi ANALISIS)

Winson, Eric
Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/14573
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PERBANDINGAN KEEKONOMISAN PEMAKAIAN KONSTRUKSI
BETON BERTULANG DENGAN KONSTRUKSI BAJA PADA
BANGUNAN BERTINGKAT
(Studi ANALISIS)

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Disusun Oleh :

Eric Winson
11 0404 118

Dosen Pembimbing :

Ir. Torang Sitorus , MT

BIDANG STUDI STRUKTUR


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
ABSTRAK

Dengan kondisi Indonesia yang sekarang sudah semakin maju , maka


terdapat semakin banyak pembangunan. Pada tugas akhir ini akan dibahas
tentang keekonomisan antara bangunan struktur beton bertulang dengan
bangunan struktur baja.

Tujuannya adalah menganalisa pembebanan yang terdapat dalam suatu


gedung , kemudian direncanakan profil dari beton dan baja yang akan
digunakan sehingga dapat dihitung harganya dan didapatkan harga yang lebih
ekonomis.

Di dalam tugas akhir ini , struktur bangunan yang dimodelkan adalah


gedung perumahan 3 lantai yang di asumsikan terletak di kota Medan. Struktur
bangunan tersebut dimodelkan dengan bantuan program SAP 2000.

Berdasarkan hasil analisi dapat disimpulkan bahwa bangunan struktur


beton bertulang memiliki harga yang lebih ekonomis dibandingkan dengan
bangunan struktur baja.

Kata kunci : bangunan beton bertulang , bangunan baja , dimensi , gempa

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, karunia, dan
rahmat-Nya , sehingga penyusun dapat menyelesaikan Tugas Akhir sebagai
salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program studi Teknik
Sipil Universitas Sumatera Utara. Dalam penyusunan Tugas ini, penyusun
sering menemukan beberapa kesulitan dan hambatan.

Oleh karena itu , penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada


pihak – pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan laporan ini ,
antara lain :

1. Bapak Ir.Torang Sitorus , MT selaku dosen pembimbing yang telah


banyak memberikan pengajaran dan ilmu dalam menyelesaikan Tugas
Akhir ini ;
2. Bapak Prof Dr.Ing Ir. Johannes Tarigan selaku Ketua Departemen
Teknik Sipil USU ;
3. Bapak Ir. Sanci Barus, MT. selaku Koordinator Bidang Studi
Struktur Departemen Teknik Sipil ;
4. Bapak Ir. Robert Panjaitan selaku Dosen Pembanding yang telah
memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan Tugas Akhir ini ;
5. Ibu Rahmi Karolina ST.MT selaku Dosen Pembanding yang telah
memberikan kritik, saran untuk kesempurnaan Tugas Akhir ini ;
6. Kedua orang tua , abang Immanuel Panggabean ST, MT. dan teman-
teman yang telah banyak membantu dalam penyelesain Tugas Akhir
ini ;
7. Seluruh staf pegawai di Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara.

3
8. Akhir kata, penyusun memohon maaf apabila ada kesalahan dalam
penyusunan laporan ini , dan penyusun sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangunan dari pembaca untuk penyempurnaan
Tugas Akhir ini.Terima Kasih kepada seluruh pihak yang terkait
dalam pengerjaan Tugas Akhir ini dan semoga ini dapat bermanfaat.

Medan, Maret 2015

Penyusun,

Eric . Winson
11 0404 118

4
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i

ABSTRAK ......................................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1


1.2 Maksud dan Tujuan........................................................................................... 3
1.3 Pembatasan Masalah ......................................................................................... 3
1.4 Metode Penelitian ............................................................................................. 7
1.5 Sistematika Pembahasan ................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Beton Bertulang ................................................................................................ 9


2.2 Ketentuan Umum dalam Perencanaan Struktur Bangunan Gedung ................. 10
2.2.1 Pembebanan .................................................................................... 10
2.2.2 Modelisasi Analisa Struktur ............................................................ 11
2.3 Filosofi .............................................................................................................. 12
2.4 Ketentuan Perencanaan Pembebanan ............................................................... 12
2.4.1 Pembebanan .................................................................................... 13
2.4.2 Deskripsi Beban .............................................................................. 13
2.4.2.1 Beban Mati .......................................................................... 13
2.4.2.2 Beban Hidup ....................................................................... 13
2.4.2.3 Beban Gempa ...................................................................... 14
2.4.2.4 Kombinasi Pembebanan...................................................... 16

2.5 Kriteria Perencanaan Tahan Gempa untuk Struktur Bangunan Baja................ 17

5
2.6 Spesifikasi Bahan .............................................................................................. 19

BAB III PEMODELAN STRUKTUR

3.1 Deskripsi Model Struktur .................................................................................. 20


3.2 Data Geometri Struktur ..................................................................................... 22
3.3 Preliminari Struktur .......................................................................................... 22
3.3.1 Material ........................................................................................... 22
3.3.2 Balok dan Kolom ............................................................................ 23
3.4 Pembebanan Struktur ........................................................................................ 23
3.4.1 Beban Mati ...................................................................................... 23
3.4.2 Beban Hidup ................................................................................... 23
3.4.3 Beban Gempa .................................................................................. 24

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN

4.1 Analisa Profil Beton...................................................................................................... 109

4.2 Analisa Profil Baja ........................................................................................................ 112

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 118

5.2 Saran ............................................................................................................................. 118

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 119

6
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di Indonesia sudah mulai terdapat banyak bangunan bertingkat dengan


struktur beton bertulang dan struktur konstruksi baja.

Beton bertulang merupakan bahan konstruksi yang penting dan banyak


digunakan untuk struktur bangunan seperti jembatan, perkerasan jalan,
bendungan, dinding penahan tanah, terowongan, drainase , tangki dan lainnya.
Kelebihan Beton bertulang antara lain:
1. Beton memiliki kuat tekan yang relatif lebih tinggi dibandingkan bahan
lain.
2. Beton bertulang mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap api dan air,
bahkan merupakan bahan struktur terbaik untuk bangunan yang
cenderung terkena dengan air. Pada kebakaran dengan intensitas rata-rata,
batang struktur dengan ketebalan penutup beton yang memadai sebagai
pelindung tulangan , hanya mengalami kerusakan pada permukaannya
saja tanpa mengalami keruntuhan.
3. Tahan terhadap karat, dan apabila digunakan pada tanah dasar yang
kurang baik, dengan digunakan pondasi dari beton tidak akan mengalami
kesukaran
4. Struktur beton bertulang sangat kokoh
5. Dibandingkan dengan bahan lain, beton memiliki usia yang sangat
panjang. Dalam kondisi normal, struktur beton bertulang dapat digunakan
sampai kapan pun kemampuannya untuk menahan

1
beban.
6. Kemampuan beton untuk dicetak bisa menjadi bentuk yang sangat
beragam, mulai dari pelat, balok dan kolom yang sederhana .
Baja memiliki kekuatan tarik yang tinggi, jauh lebih tinggi dibanding beton.
Bila diberi gaya tarikan terus menerus hingga melewati batas elastisitasnya, baja
akan mengalami regangan yang cukup besar sebelum benar-benar runtuh.
Artinya, gedung berstruktur baja, saat mengalami stress yang hebat -semisal
gempa bumi- tidak akan langsung rubuh. Biasanya akan meregang dulu
(miring), baru kemudian bila gaya sudah melebihi batas kritis, baru bangunan
tersebut akan patah / runtuh. Sama halnya pada struktur jembatan. Hal ini
memberi kesempatan bagi penghuni gedung untuk menyelamatkan diri.
Baja sering digunakan sebagai struktur utama bangunan karena memiliki
beberapa keunggulan:
 Mempunyai kekuatan yang tinggi meski berukuran lebih ringkas daripada
beton. Sehingga dapat mengurangi ukuran struktur, serta mengurangi
beban sendiri struktur. Baja sangat cocok diterapkan pada struktur
jembatan. Beton jauh lebih berat dibandingkan baja.
 Homogenitas tinggi. Baja bersifat homogen, sehingga kekuatannya
merata. Beda dengan beton yang merupakan campuran dari beberapa
material penyusun, tidak mudah mengatur agar kerikil dan pasir bisa
merata ke semua bagian beton.
 Keawetan tinggi. Baja akan tahan lama bila perawatan yang dilakukan
terhadapnya sangat baik. Misalnya, rutin mengecat permukaan baja agar
terhindar dari korosi
 Bersifat elastis. Baja berperilaku elastis sampai tingkat tegangan yang
cukup tinggi. Baja akan kembali ke bentuk semula asalkan gaya yang
terjadi tidak melebihi batas elastisitas baja.

2
 Daktilitas baja cukup tinggi. Selain mampu menahan tegangan tarik yang
cukup tinggi, baja juga akan mengalami regangan tarik yang cukup besar
sebelum runtuh.
 Kemudahan pemasangan dan pengerjaan. Penampang baja bisa dibentuk
sesuai yang dibutuhkan. Penyambungan antar elemen pada struktur baja
juga mudah, hanya tinggal memasangkan baut atau bisa menggunakan
las, sehingga akan mempercepat kegiatan proyek.
 Baja yang digunakan adalah produk baja dalam negeri

1.2 Maksud dan Tujuan

Tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah :

a) Merencakan perbandingan mana yang lebih ekonomis untuk bangunan


bertingkat antara konstruksi beton bertulang dengan konstruksi baja ,
dan pada tugas akhir ini , akan di hitung pada bangunan 3 tingkat.
b) Menghasilkan kesimpulan yang dapat membantu pengguna dalam
mendesain suatu bangunan bertingkat agar lebih ekonomis .

1.3 Pembatasan Masalah

Ruang Lingkup pembahasan Tugas Akhir ini dibatasi pada :

 Analisa Model Struktur bangunan bertingkat dengan konstruksi beton


bertulang dengan baja.
 Balok saja yang komposit
 Perencanaan Bangunan Bertingkat 3
 Sambungan Baja di asumsikan Rigid penuh
 Aspek – aspek yang ditinjau :
o Dimensi Balok dan Kolom ;
o Beban Gempa ;
o Upah Tenaga Kerja ,upah bahan dan pengerjaannya
3
Gambar 1. Sketsa Bangunan

Gambar 2. Potongan X-X

4
Gambar 3. Potongan Y – Y

Sketsa Konstruksi Beton

5
Sketsa Konstruksi Baja

6
1.4 Metode Penelitian

Penulisan tugas akhir ini mengacu pada metode studi analitis berdasarkan
data-data dan literatur yang berhubungan dengan topik serta masukan-masukan
dari dosen pembimbing. Untuk mempermudah proses perhitungan, SAP 2000
versi 14 dipilih dalam menganalisa struktur.

1.5 Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan ini bertujuan untuk memberikan gambaran umum


secara garis besar isi setiap bab yang dibahas pada Tugas Akhir ini. Sistematika
pembahasan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :

BAB 1 . PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang permasalahan , maksud dan tujuan penulisan
, ruang lingkup , sistemakatika pembahasan dari tugas akhir ini.

BAB 2 . TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi uraian tentang kriteria pembebanan gempa dan konsep
perencanaan struktur bangunan dengan menggunakan model bangunan
baja dengan model bangunan yang menggunakan konstruksi beton.

BAB 3. PEMODELAN STRUKTUR

Bab ini berisi pemodelan struktur bangunan dengan menggunakan


bantuan Program SAP2000.

BAB 4. ANALISIS PERHITUNGAN

Bab ini berisi hasil – hasil perhitungan dalam perencanaan struktur


bangunan bertingkat. Analisis yang dilakukan berdasarkan batasan –
batasan yang sudah ditetapkan dalam ruang lingkup pembahasan.

7
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan yang dapat diambil dari seluruh
kegiatan tugas akhir ini dengan menitikberatkan pada perbandingan
keekonomisan antara konstruksi balok bertulang dengan konstruksi baja.

BAB II

8
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Beton Bertulang

Bahan konstruksi beton bertulang mempunyai sifat yang unik dibandingkan dengan

Bahan lain seperti kayu, baja, aluminium atau plastik karena beton bertulang adalah material

konstruksi yang menggunakan dua jenis bahan yang berbeda secara bersamaan. Beton

bertulang adalah merupakan gabungan yang logis dari dua jenis bahan : beton polos, yang

memiliki kekuatan tekan yang tinggi akan tetapi mempunyai kekuatan tarik yang rendah, dan

batangan-batangan baja yang ditanamkan di dalam beton dapat memberikan kekuatan tarik

yang diperlukan. Dengan demikian prinsip-prinsip yang mengatur perencanaan struktur dari

beton bertulang dalam beberapa hal berbeda dengan prinsip-prinsip yang mengatur

perencanaan struktur dari bahan yang terdiri dari satu macam saja.

Pada Gambar 2.1 memperlihatkan kekuatan balok yang secara nyata dapat ditingkatkan

dengan menambahkan batangan-batangan baja di daerah tarik. Baja tulangan yang mampu

menerima tekan dan tarik juga dimanfaatkan untuk menyediakan sebagian dari daya dukung

kolom beton dan kadang-kadang di dalam daerah tekan balok.

Gambar 2.1 Kedudukan batang-batang tulangan dalam balok beton bertulang

Baja dan beton dapat bekerja sama atas beberapa alasan yaitu (1) lekatan (bond, atau interaksi

antara batangan baja dengan beton keras disekelilingnya) yang mencegah slip relatif antara

baja dan beton, (2) campuran beton yang memadai memberikan sifat anti resap yang cukup

9
dari beton untuk mencegah karat baja dan (3) angka kecepatan muai yang hampir serupa

yaitu dari 0,0000055 sampaidengan 0,000075.

2.2 Ketentuan Umum dalam Perencanaan Struktur Bangunan Gedung

2.2.1 Pembebanan

Berdasarkan SKBI-1.3.53.1987, Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan

Gedung, pengertian berbagai jenis beban yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan

bangunan rumah dan gedung adalah sebagai berikut.

a. Beban Mati

Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap, termasuk

segala unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian, mesin-mesin serta peralatan tetap yang

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari gedung itu.

b. Beban Hidup

Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu

gedung dak ke dalamnya termasuk beban-beban pada lantai berasal dari barang-barang yang

dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang tidak merupakan bagian yang tak

terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu, sehingga

mengakibatkan perubahan dalam pembebanan lantai dan atap tersebut.

Menurut SNI 03-1726-2012, pengertian berbagai beban nominal adalah sebagai berikut

 Beban Mati Nominal

Beban mati nominal adalah beban yang berasal dari berat semua bagian dari geudng

yang bersifat tetap, termasuk dinding dan sekat pemisah, kolom, balok, lantai, atap,

penyelesaian, mesin, dan peralatan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

gedung, yang nilai seluruhnya adalah sedemikian rupa sehingga probabilitasnya untuk

dilampauinya dalam kurun waktu tertentu terbatas pada suatu persentase tertentu. Pada

umumnya beban probabilitas beban tersebut untuk dilampaui adalah dalam kurun waktu

gedung 50 tahun dan ditetapkan 10%. Namun demikian, beban mati rencana yang biasa

10
ditetapkan dalam standar-standar pembebanan struktur gedung dapat dianggap sebagai

beban mati nominal.

 Beban Hidup Nominal

Beban hidup nominal adalah beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan

gedung tersebut, baik akibat beban yang berasal dari orang maupun dari barang yang

dapat berpindah atau mesin dan peralatan serta komponen yang tidak merupakan bagian

yang tetap dari gedung, yang nilai seluruhnya adalah sedemikian rupa sehingga

probabilitas untuk dilampauinya dalam kurun waktu tertentu terbatas pada suatu

persentase tertentu. Pada umumnya, probabilitas beban tersebut untuk kurun wakrtu

umur gedung 50 tahun dan ditetapkan 10%. Namun demikian, beban hidup rencana yang

biasa ditetapkan dalam standar-standar pembebanan struktur gedung, dapat dianggap

sebagai beban hidup nominal.

 Beban Gempa Nominal

Beban gempa nominal adalah beban gempa yang nilainya ditentukan oleh 3 hal, yaitu

oleh besarnta probabilitas beban itu dilampaui kurun waktu tertentum oleh tingkat

daktilitas struktur yang mengalaminya dan oleh kekuatan lebih yang terkandung di dalam

struktur tersebut. Menurut standar ini, peluang dilampauinya beban tersebut dalam kurun

waktu umur gedung 50 tahun adalah 10% dan gempa yang menyebabkannya disebut

gempa rencana (dengan periode ulang 500 tahun), tingkat daktilitas struktur gedung

dapat ditetapkan sesuai dengan kebutuhan, sedangkan faktor kuat lebih f1 untuk struktur

gedung secara umum nilainya adalah 1,6. Dengan demikian, beban gempa nominal

adalah beban akibat pengaruh gempa rencana yan menyebabkan terjadinya pelelehan

pertama di dalam struktur gedung, kemudian direduksi dengan faktor kuat lebih f1 .

2.2.2 Modelisasi Analisis Struktur

Dalam Melaksanakan perencanaan, perancangan, maupun pemeriksaan struktur perlu

dilakukan analisis struktur untuk mengetahui respons struktur akibat pembebanan. Dalam

11
melakukan analisi struktur, struktur tersebut perlu dimodelkan dengan memberikan beberapa

asumsi tertenru agar dapat ditemukan penyelesaian (respons struktur).Berikut adalah beberapa

asumsi umum yang sering digunakan dalam modelisasi struktur sebelum analisis dilakukan.

a. Analisis dilakukan pada kondisi elastis (elastic analysis) dan perancangan dilakukan

berdasarkan kondisi batas ultimate (keruntuhan) struktur dihitung berdasarkan

kekakuan struktur sesaat sebelum terjadi keruntuhan.

b. Pemodelan analisis struktur 3 dimensi

c. Komponen non-struktural dianggap tidak mempengaruhi respons elastis struktur

sehingga perlu dilakukan pemisahan elemen non-struktural dari elemen struktural

dalam analisis

d. Kekakuan lantai sejajar bidangnya (inplane stiffness) umumnya dianggap sangat kaku

(rigid diaphragm).

2.3 Filosofi

Filosofi dasar dari perencanaan bangunan tahan gempa adalah terdapatnya komponen struktur

yang diperbolehkan mengalami kelelehan. Komponen struktur yang lelah tersebut merupakan

komponen yang menyerap energi gempa selama bencana gempa terjadi. Agar memenuhi

konsep perencanaan struktur bangunan tahan gempa tersebut, maka pada saat kelelehan yang

terjadi hanya pada balok. Oleh karena itu, kolom dan sambungan harus dirancang sedemikian

rupa agar kedua komponen struktur tersebut tidak mengalami kelelehan ketika gempa terjadi.

2.4 Ketentuan Perencanaan Pembebanan

Perencanaan pembebanan ini digunakan beberapa acuan standar sebagai berikut :

1. Tata cara perencanaan struktur baja untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1729-2002 Pasal

15.3.1. tentang Kombinasi Pembebanan)

2. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002

Pasal 6.1.3. tentang Beban Gempa yang bekerja pada struktur)

12
3. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SKBI-1987 BAB II

tentang beban-beban yang bekerja)

2.4.1 Pembebanan

Berdasarkan peraturan diatas, struktur sebuah gedung harus direncanakan kekuatannya

terhadap beban-beban berikut :

1. Beban mati (Dead Load) , dinyatakan dengan lambang DL ;

2. Beban Hidup (Live Load) , dinyatakan dengan lambang LL ;

3. Beban Gempa ( Earthquake Load) , dinyatakan dengan lambang E.

2.4.2 Deskripsi Beban

Beban- beban yang bekerja pada struktur bangunan ini adalah sebagai berikut :

2.4.2.1 Beban Mati (DL)

Beban mati yang diperhitungkan dalam struktur gedung bertingkat ini merupakan berat

sendiri elemen struktur bangunan yang memiliki fungsi struktural menahan beban. Beban

dari berat sendiri elemen-elemen tersebut diantaranya :

1. Baja = 7850 kg/m2

2. Beton = 2400 kg/m2

Beban tersebut harus disesuaikan dengan volume elemen struktur yang akan digunakan.

Karena analisis dilakukan dengan program SAP2000, maka berat sendiri akan dihitung

secara langsung.

2.4.2.2 Beban Hidup (LL)

Beban hidup yang diperhitungkan adalah beban hidup selama masa layan. Beban hidup

selama masa konstruksi tidak diperhitungkan karena diperkirakan beban hidup masa

layan lebih besar daripada beban hidup pada masa konstruksi. Beban hidup yang

direncanakan adalah sebagai berikut :

Beban hidup pada lantai gedung

13
Beban hidup yang digunakan mengacu pada standar pedoman pembebanan yang ada

yaitu sebesar 250 kg/m2

2.4.2.3 Beban Gempa (E)

Beban gempa adalah beban yang timbul akibat percepatan getaran tanah pada saat gempa

terjadi. Untuk merencakan struktur bangunan tahan gempa, perlu diketahui percepatan

yang terjadi pada batuan dasar. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ,

wilayah Indonesia dapat dibagi menajdi 6 wilayah zona gempa.

Struktur bangunan yang akan direncakan terletak di kota Medan. Berdasarkan SNI 03-

1726-2002 Tentang Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Rumah dan Gedung, daerah

Medan terletak pada wilayah gempa Zona 3. Berikut adalah grafik dan tabel Respons

Spektra pada wilayah gempa Zona 3 untuk kondisi tanah luunak, sedang , keras.

Gambar 2.2 Respons Spektrum Gempa Wilayah Gempa 3

Sumber : SNI 1726-2002

14
Analisis yang digunakan dalam perencanaan beban gempa ini adalah metode analisis Statik

Ekivalen yang bekerja pada gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa

tersebut.

Berdasarkan SNI 03-1726-2002, beban geser dasar nominal statik ekivalen V yang terjadi

ditingkat ddasar dapat dihitung berdasarkan persamaan :

..Pers(2.1)

Keterangan :

V adalah gaya geser dasar rencana total (N)

C1 Nilai Faktor Respons Gempa yang didapat dari Spektrum Respons Gempa
Rencana untuk waktu getar alami fundamental dari struktur gedung.

I Faktor Keutamaan gedung, faktor pengali dari pengaruh Gempa Rencana


pada berbagai kategori gedung, untuk menyesuaikan perioda ulang gempa
yang berkaitan dengan penyesuaian probabilitas dilampauinya pengaruh
tersebut selama umur gedung itu dan penyesuaian umur gedung itu.

R Faktor reduksi gempa

Wt Berat total gedung, termasuk beban hidup

Tabel 2.1 Faktor Keutamaan Gedung

Sumber : SNI 03-1729-2002

15
Berat total struktur Wt ditetapkan sebagai jumlah dari beban –beban berikut ini :

 Beban mati total dari struktur bangunan ;

 Bila digunakan dinding partisi pada perencanaan lantai maka harus diperhitungkan

tambahan beban sebesar 0,5 kPa;

 Pada Gudang – gudang dan tempat penyimpanan barang maka sekurang – kurangnya

25% dari beban hidup rencana harus diperhitungkan ;

Gaya geser nominal V harus dibagikan sepanjang tinggi struktur gedung menjadi gaya – gaya

gempa statik ekivalen Fi yang menangkap pada pusat massa lantai tingkat ke i menurut

persamaan :

....(Pers. 2.2)

Keterangan :

Wi = berat lantai tingkat ke i

Zi = ketinggian lantai tingkat ke – i diukur dari taraf penjepitan lateral

N = nomor lantai tingkat paling atas

Apabila rasio antara tinggi struktur gedung dan ukuran denahnya dalam arah pembebanan

gempa sama dengan atau melebihi 3 , maka 0,1 V harus dianggap sebagai beban horizontal

terpusat yang menangkap pada pusat massa lantai tingkat paling atas , sedangkan 0,9 V

sisanya harus dibagian sepanjang tinggi struktur gedung menjadi beban-beban gempa

nominal statik ekivalen.

2.4.2.4 Kombinasi pembebanan

Dengan mengacu pada kombinasi pembebanan SNI-03-1729-2002, Terdapat 6 standar

kombinasi sebagai berikut :

16
Kombinasi Pembebanan :

 1,4D ;

 1,2D + 1,6 L + 0,5 (La atau H)

 1,2D + 1,6 (La atau H) + (γ L L atau 0,8W)

 1,2D + 1,3 W + γ L L + 0,5 (La atau H)

 1,2D ± 1,0E + γ L L

 0,9D ± (1,3W atau 1,0E)

Keterangan:

D adalah beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen, termasuk ,

lantai, atap, plafon, partisi tetap, tangga, dan peralatan layan tetap

L adalah beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung, termasuk kejut, tetapi

tidak termasuk beban lingkungan seperti angin, hujan, dan lain-lain

La adalah beban hidup di atap yang ditimbulkan selamaperawatan oleh pekerja,

peralatan, dan material, atau selama penggunaan biasa oleh orang dan benda bergerak

H adalah beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan genangan air

W adalah beban angin

E adalah beban gempa, yang ditentukan menurut SNI 03–1726–2002.

Dengan ,

γL = 0,5 bila L< 5 kPa, dan γ L = 1 bila L ≥ 5 kPa.

2.5 Kriteria Perencanaan Tahan Gempa untuk Struktur Bangunan Baja

Ketentuan ini dimaksudkan untuk perencanaan dan pelaksanaan komponen struktur

bangunan baja termasuk sambungan dalam struktur dengan gaya yang bekerja dihasilkan

dari beban gempa yang telah ditentukan dengan memperhatikan disipasi energi di dalam

daerah respon non linier struktur bangunan tersebut..

17
Komponen struktur untuk bangunan baja tahan gempa harus memenuhi :

....(Pers 2.3)

Keterangan :

 adalah faktor Tahanan sesuai tabel 2.2 ;

Rn adalah tahanan nominal komponen struktur ;

Ru adalah pengaruh aksi terfaktor , yaitu momen atau gaya yang diakibatkan oleh suatu

kombinasi pembebanan atau pengaruh aksi perlu, yaitu momen atau gaya yang disyaratkan

untuk struktur tahan gempa

Tabel 2.2 Faktor Reduksi () untuk Keadaan Kekuatan Batas

18
2.6 Spesifikasi Bahan

Spesifikasi bahan baja yang digunakan untuk bangunan yang melebihi satu tingkat

harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

o Perbandingan tekanan leleh terrhadap tegangan putus tariknya ada kurang dari

0,85;

o Hubungan Tegangan – Regangan harus memperlihatkan daerah datar yang cukup

panjang ;

o Pengujian uniaksial tarik pada spesimen baja memperlihatkan perpanjangan

maksimum tidak kurang daripada 20% untuk daerah pengukuran sepanjang 50

mm;

o Mempunyai sifat relatif mudah di las.

Persyaratan kuat leleh minimum dari baja untuk komponen struktur dengan

perilaku inelastis yang diharapkan akan terjadi berkenaan dengan kombinasi

pembebanan di atas tidak boleh melebihi 350 Mpa, kecuali bila dapat ditunjukkan

secara eksperimental atau secara rasional bahwa bahan baja yang digunakan

sesuai untuk tujuan tersebut.Persyaratan ini tidak berlaku bagi kolom yang

diharapkan perilaku inelastisnya hanya akan terjadi pada dasar kolom yang

mengalami leleh pada tingkat paling bawah.

19
Bab III

PEMODELAN STRUKTUR

3.1 Deskripsi Model Struktur


Dalam Tugas Akhir ini , akan dilakukan analisis perbandingan harga untuk 2
bangunan yaitu Bangunan struktur Beton Bertulang dengan Bangunan Struktur Baja.
Struktur dimodelkan tiga dimensi dengan perhitungan yang menggunakan SAP 2000.

Dimensi dari struktur bangunan yang akan direncanakan adalah 25 m X 15m ,


dengan arah sumbu X memiliki 5 segmen dengan bentang masing – masing 5 meter
sedangkan tinggi lantai 4 meter , sedangkan arah sumbu Y memiliki 2 segmen dengan
bentang masing – masing 5 meter dan tinggi 4 meter. Model yang direncanakan
adalah struktur bangunan bertingkat dengan 3 lantai.

Berikut adalah denah yang akan direncanakan :

Gambar 3.1. Denah Struktur Bangunan yang akan direncanakan

20
Gambar 3.2. Potongan Melintang dari Bangunan yang direncanakan

Gambar 3.3. Potongan Memanjang dari Bangunan yang direncanakan

21
Perencanaan dilakukan sesuai dengan ketentuan – ketentuan sebagai berikut :

1. Tata Cara Perhitungan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-
2003)
2. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SKBI -1987)
3. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk struktur bangunan Gedung (
SNI-03-1726-2002)

Pengerjaan dimulai dengan menggambar pemodelan struktur bangunan pada program


SAP 2000.

3.2. Data Geometri Struktur

Pada Tugas Akhir ini akan dimodelkan suatu struktur bangunan rumah tingkat 3
lantai dengan lokasi yang berada di Medan. Data karakteristik geometri bangunan
adalah sebagai berikut :

1. Bangunan rumah tingkat 3 lantai ;


2. Tinggi tiap lantai adalah 4 meter ;
3. Kota Medan terletak pada wilayah gempa Zona 3 dan memiliki kondisi tanah
keras ;
3.3. Preliminari Struktur

Komponen struktur yang terdapat pada bangunan ini meliputi balok , kolom , pelat
lantai akan direncanakan terlebih dahulu dimensi awal dari komponen struktur
bangunan.

3.3.1. Material

Material yang digunakan dalam merencanakan dan membangun struktur


bangunan ini adalah material baja dan beton.

Material baja yang akan digunakan pada bangunan ini adalah material baja
dengan mutu BJ37 dengan fy = 240 Mpa dan fu = 370 Mpa. Material beton
yang digunakan adalah beton dengan mutu K-250

22
3.3.2. Balok dan Kolom

Balok dan kolom yang digunakan adalah yang berdasarkan hasil perhitungan
SAP 2000 yang dapat menahan beban yang diberikan pada bangunan ini . Dimensi
yang digunakan adalah dimensi yang diproduksi dan banyak terdapat di Indonesia.

3.4. Pembebanan Struktur

Perencanaan pembebanan adalah pendefinisian beban-beban yang bekerja pada


struktur sesuai dengan Pedoman Perencanaan untuk Rumah dan Gedung (SKBI-
1.3.53.1987). Seluruh beban yang telah didefinisikan akan bekerja pada model
struktur bangunan ini. Beban-beban yang bekerja pada struktur bangunan ini
antara lain :

3.4.1. Beban Mati

Beban mati adalah seluruh bagian dari komponen struktur bangunan yang bersifat
tetap dan tidak terpisahkan dari bangunan tersebut selama masa layannya.

Beban mati yang diperhitungkan untuk struktur bangunan ini antara lain :

 Beban sendiri beton bertulang 2400 kg/


 Beban sendiri profil baja 7850 kg/
 Beban Dinding Bata sebesar 250 kg/
 Berat sendiri Lantai sebesar 2400 kg/

3.4.2. Beban hidup

Beban hidup yang direncakan dan diperhitungkan adalah sebesar 250 kg/ untuk
beban pelat lantai. Beban ini disesuaikan dengan kegunaannya sebagai gedung
perumahan.

23
3.4.3. Beban Gempa

Beban gempa adalah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada gedung atau
bagian gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa itu dan
menggunakan tabel Respons Spektra untuk wilayah Medan dan yang diambil
adalah tanak keras 2002 ( ----------)

Gambar 3.4. Tabel Respons Spektrum untuk wilayah Medan

24
Gambar 3.5 Tampak 3 Dimensi Bangunan yang akan direncanakan

Kombinasi Pembebanan yang digunakan untuk Analisa Struktur dengan SAP 2000 :

 1.4 DL ;
 1.2 DL + 1.6 LL ;
 1 DL + 1 LL + Rsp
o Rsp = 1 untuk arah sumbu x
o Rsp = 0.3 untuk arah sumbu y

25
BAB IV

ANALISIS PERHITUNGAN

Struktur bangunan yang telah dimodelkan terlebih dahulu, dianalisis


dengan menggunakan bantuan program SAP 2000 untuk mendapatkan gaya-
gaya dalam dan beserta profil yang akan digunakan.

Hasil perhitungan yang didapatkan akan ditampilkan sebagai berikut :

Gambar 4.1. Gaya Normal Beban mati (DL) pada Beton

26
Gambar 4.2. Gaya Normal Beban mati (DL) pada Baja

Gambar 4.3. Gaya Normal Beban Hidup (LL) pada Beton

27
Gambar 4.4. Gaya Normal Beban Hidup (LL) pada Baja

Gambar 4.5. Gaya Normal Gempa (Rsp) pada Beton

28
Gambar 4.6. Gaya Normal Gempa (Rsp) pada Baja

Gambar 4.7. Gaya Normal Beban Kombinasi 1 pada Beton

29
Gambar 4.8. Gaya Normal Beban Kombinasi 1 pada Baja

Gambar 4.9. Gaya Normal Beban Kombinasi 2 pada Beton

30
Gambar 4.10. Gaya Normal Beban Kombinasi 2 pada Baja

Gambar 4.11. Gaya Normal Beban Kombinasi 3 pada Beton

31
Gambar 4.12. Gaya Normal Beban Kombinasi 3 pada Baja

Gambar 4.13. Gaya Lintang Beban Mati (DL) pada beton

32
Gambar 4.14. Gaya Lintang Beban Mati (DL) pada baja

Gambar 4.15. Gaya Lintang Beban Mati (DL) pada baja


33
Gambar 4.16. Gaya Lintang Beban Hidup (LL) pada beton

Gambar 4.17. Gaya Lintang Beban Hidup (LL) pada baja

34
Gambar 4.18. Gaya Lintang Gempa (Rsp) pada Beton

Gambar 4.18. Gaya Lintang Gempa (Rsp) pada Baja

35
Gambar 4.19. Gaya Lintang Kombinasi 1pada Beton

Gambar 4.20. Gaya Lintang Kombinasi 1 pada Baja

36
Gambar 4.21. Gaya Lintang Kombinasi 2 pada Beton

Gambar 4.22. Gaya Lintang Kombinasi 2 pada Baja

37
Gambar 4.23. Gaya Lintang Kombinasi 3 pada Beton

Gambar 4.24. Gaya Lintang Kombinasi 3 pada Baja

38
Gambar 4.25 Gaya Momen Beban Mati (DL) pada beton

Gambar 4.26. Gaya Momen Beban Hidup (DL) pada baja

39
Gambar 4.27. Gaya Momen Beban Hidup (LL) pada beton

Gambar 4.28. Gaya Momen Beban Hidup (LL) pada baja

40
Gambar 4.29. Gaya Momen Gempa (Rsp) pada Beton

Gambar 4.30. Gaya Momen Gempa (Rsp) pada Baja

41
Gambar 4.31. Gaya Momen Kombinasi 1 pada Beton

Gambar 4.32. Gaya Momen Kombinasi 1 pada Baja

42
Gambar 4.33. Gaya Momen Kombinasi 2 pada Beton

Gambar 4.34. Gaya Momen Kombinasi 2 pada Baja

43
Gambar 4.35. Gaya Momen Kombinasi 3 pada Beton

Gambar 4.36. Gaya Momen Kombinasi 3 pada Baja

44
Gambar 4.37. Desain Beton Tampak Depan

Gambar 4.38. Desain Beton Tampak Samping

45
Gambar 4.39. Desain Beton Tampak Atas

Gambar 4.40. Desain Baja Tampak Depan

46
Gambar 4.41. Desain Baja Tampak Samping

Gambar 4.42. Desain Baja Tampak Atas

47
Gambar 4.43. Menyatakan Beton memenuhi syarat dan bisa menahan beban

Gambar 4.44. Menyatakan Baja memenuhi syarat dan bisa menahan beban

48
4.1 Analisa Profil Beton

A. Kolom 40 x 40 , Jumlah = 8 kolom

Volume beton K-250 = 0.4 x 0.4 x 12 m x 8 = 15.36


Begisting = 1.6 m x 12 m x 8 = 153.6
Pembesian
 16  13mm @12m x 8 kolom = 128 btng
 10mm 1.44 m x 92 bh x 8 kolom = 1059.84 m / 12 = 89 btng
 Total = (128 x 0.995 + 89 x 0.62 ) x 12m = 2190.48 kg
B. Kolom 50 x 50 , Jumlah = 16 Kolom

Volume beton K-250 = 0.5 x 0.5 x 12 m x 16 = 48


Begisting = 2 m x 12 m x 16 = 384
Pembesian
 16  16mm @12m x 16 kolom = 256 btng

49
 10mm 1.84 m x 80 bh x 16 kolom = 2355.2 m / 12= 197 btng
 Total = (256 x 1.56 + 197 x 0.62 ) x 12m = 6258 kg
C. Balok Induk 30 x 60

Volume beton K-250 = 0.3 x 0.6 x 4.5m x 114 balok = 92.34


Begisting = 1.5 m x 4.5 m x 114 balok = 769.5
Pembesian
 16mm @12m = 210 btng
 16mm @4.6m = 15x 6 btng x 4.6m /12m = 35 btng
 16mm @3.6m = 15 x 4 btng x 3.6m /12m = 18 btng
 16mm @3.8m = (48x4+24x6)btng x 3.8m /12m = 107 btng
 16mm @1.9m = (24x4+24x6)btng x 1.9m /12m = 38 btng +
= 408 btng
 10mm @25m = 1.56m x 147 bh x 12 balok = 2751.84/12 =
230 btng
 10mm @15m = 1.56m x 89 bh x 18 balok = 2499.12/12 =
209btng

Total = (408 x 1.56 + 439 x 0.62) x 12m = 10903.92 kg

50
D. Balok anak 25 x 45

Volume beton K-250 = 0.25 x 0.45 x 4.7m x 45 balok = 23.805


Begisting = 1.15 m x 4.7 m x 45 balok = 243.45
Pembesian
 6  10 mm @5.5m = 33m x 0.616 kg/m x45 balok = 914.76kg
 25  8 mm @1.2m =30m x 0.393 kg/m x45 balok = 530.55kg+
= 1445.31kg

51
4.2 Analisa Profil Baja

A. Kolom Dasar WF 400 x 200 x 8 x 13 Jlh = 24 Kolom

1. WF 400 x 200 x 11 x 16 mm x 4m = 24 batang


2. Tapak Pondasi bawah 500 x 250 , t = 15 mm = 24 keping
3. Tapak atas 400 x 200 , t = 15 mm = 24 keping
4. Stiffener 400 x 100 , t = 10mm = 48 keping

52
B. Kolom Lantai 1 WF 350 x 175 x 7 x 11 Jlh = 24 Kolom

1. WF 350 x 175 x 7 x 11 mm x 4m = 24 batang


2. Tapak bawah 350 x 175 , t = 12 mm = 24 keping
3. Tapak atas 350 x 175 , t = 12 mm = 24 keping
4. Stiffener 350 x 80 , t = 10mm = 48 keping

53
C. Kolom Lantai 2 WF 300 x 150 x 6.5 x 9 Jlh = 24 Kolom

1. WF 300 x 150 x 6.5 x 9 mm x 4m = 24 batang


2. Tapak bawah 300 x 150 , t = 12 mm = 24 keping
3. Tapak atas 300 x 150 , t = 12 mm = 24 keping
4. Stiffener 300 x 75 , t = 10mm = 48 keping

54
D. Balok Induk Lantai 1 WF 300 x 150 x 6.5 x 9 mm L =4,6m Jlh = 20 batang

1. WF 300 x 150 x 6.5 x 9 mm x 4,6m = 20 batang


2. Sokongan WF 300 x 150 x 6.5 x 9 mm x 1m = 20 batang
3. Plat 150 x 600 , t = 12 mm = 40 keping
4. Stiffener Plat 300 x 75 , t = 10 mm = 80 keping

E. Balok Induk Lantai 2 WF 300 x 150 x 6.5 x 9 mm L =4,65m Jlh = 20


batang

1. WF 300 x 150 x 6.5 x 9 mm x 4,65m = 20 batang


2. Sokongan WF 300 x 150 x 6.5 x 9 mm x 1m = 20 batang
3. Plat 150 x 600 , t = 12 mm = 40 keping
4. Stiffener Plat 300 x 75 , t = 10 mm = 80 keping

55
F. Balok Induk Lantai 3 WF 300 x 150 x 6.5 x 9 mm L =4,7m Jlh = 20 batang

1. WF 300 x 150 x 6.5 x 9 mm x 4,7m = 20 batang


2. Sokongan WF 300 x 150 x 6.5 x 9 mm x 1m = 20 batang
3. Plat 150 x 600 , t = 12 mm = 40 keping
4. Stiffener Plat 300 x 75 , t = 10 mm = 80 keping

G. Balok Induk Lantai 1,2,3 WF 300 x 150 x 6.5 x 9 mm L =4,99m Jlh = 54


batang

1. WF 300 x 150 x 6.5 x 9 mm x 4,99m = 54 batang


2. Sokongan WF 300 x 150 x 6.5 x 9 mm x 1m = 54 batang
3. Plat 150 x 600 , t = 12 mm = 108 keping
4. Stiffener Plat 300 x 75 , t = 10 mm = 216 keping

56
H. Balok Anak Lantai 1,2,3 WF 200 x 100 x 7 x 11 mm L =4,99m Jlh = 45
batang

1. WF 200 x 100 x 7 x 11 mm x 4,99m = 45 batang


2. Plat 100 x 200 , t = 10 mm = 90 keping
3. Stiffener Plat 200 x 50 , t = 10 mm = 180 keping

57
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil perencanaan bangunan dengan struktur beton bertulang


dengan struktur baja, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

 Harga Total Bangunan Struktur Beton bertulang = Rp. 374.205.342,72,-


 Harga Total Bangunan Struktur Baja = Rp. 695.416.929,57,-
 Jadi Bangunan Struktur Beton Bertulang lebih hemat 46,19% dari
bangunan Struktur Baja
 Bangunan dengan struktur baja lebih mahal dibandingkan dengan
bangunan struktur beton pada bangunan , sehingga struktur beton
merupakan struktur yang paling ekonomis.
 Akan tetapi , pengerjaan Beton memakan waktu lebih lama daripada
pengerjaan Baja

5.2. Saran

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dan kesimpulan yang didapat ,


dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut :

 Jika ingin mendapatkan bangunan yang lebih aman , cepat dan tahan
gempa , maka gunakanlah bangunan struktur baja.
 Jika membutuhkan bangunan yang kuat ,tetapi dengan harga yang
ekonomis , maka gunakanlah Struktur beton bertulang ,tetapi akan
membutuhkan jangka waktu yang lebih lama.

58
DAFTAR PUSTAKA

Brokenbrough, Roger.Structural . 1999. Steel Designer’s Handbook. Mc Graw Hill.

Chia Ming Uang. Ductile Design of Steel Structures. Mc Graw Hill.

Englekirk, Robert. 1994. Steel structures. John Wiley & sons, Inc.

SKBI 1.2.53.1987,1987, Perencanaan Pembebanan Berdasarkan Pedoman Perencanaan

Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung , Jakarta

SNI 03-1726-2002, 2002 , Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan

Gedung , Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah.

SNI 03 -1729 – 2002, 2002, Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung

, Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah.

Tamboli, Akbar 1999. Structural Steel Connection Design and Detail.Mc Graw Hill

59
Badan Standarisasi Nasional , 2002, Tata Cara Perhitungan struktur Beton untuk bangunan

Gedung , SNI-2487-2002, Jakarta.

60

Anda mungkin juga menyukai