2015
Perbandingan Keekonomisan
Pemakaian Konstruksi Beton Bertulang
dengan Konstruksi Baja pada Bangunan
Bertingkat (Studi ANALISIS)
Winson, Eric
Universitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/14573
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PERBANDINGAN KEEKONOMISAN PEMAKAIAN KONSTRUKSI
BETON BERTULANG DENGAN KONSTRUKSI BAJA PADA
BANGUNAN BERTINGKAT
(Studi ANALISIS)
Disusun Oleh :
Eric Winson
11 0404 118
Dosen Pembimbing :
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, karunia, dan
rahmat-Nya , sehingga penyusun dapat menyelesaikan Tugas Akhir sebagai
salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program studi Teknik
Sipil Universitas Sumatera Utara. Dalam penyusunan Tugas ini, penyusun
sering menemukan beberapa kesulitan dan hambatan.
3
8. Akhir kata, penyusun memohon maaf apabila ada kesalahan dalam
penyusunan laporan ini , dan penyusun sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangunan dari pembaca untuk penyempurnaan
Tugas Akhir ini.Terima Kasih kepada seluruh pihak yang terkait
dalam pengerjaan Tugas Akhir ini dan semoga ini dapat bermanfaat.
Penyusun,
Eric . Winson
11 0404 118
4
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
5
2.6 Spesifikasi Bahan .............................................................................................. 19
6
BAB I
PENDAHULUAN
1
beban.
6. Kemampuan beton untuk dicetak bisa menjadi bentuk yang sangat
beragam, mulai dari pelat, balok dan kolom yang sederhana .
Baja memiliki kekuatan tarik yang tinggi, jauh lebih tinggi dibanding beton.
Bila diberi gaya tarikan terus menerus hingga melewati batas elastisitasnya, baja
akan mengalami regangan yang cukup besar sebelum benar-benar runtuh.
Artinya, gedung berstruktur baja, saat mengalami stress yang hebat -semisal
gempa bumi- tidak akan langsung rubuh. Biasanya akan meregang dulu
(miring), baru kemudian bila gaya sudah melebihi batas kritis, baru bangunan
tersebut akan patah / runtuh. Sama halnya pada struktur jembatan. Hal ini
memberi kesempatan bagi penghuni gedung untuk menyelamatkan diri.
Baja sering digunakan sebagai struktur utama bangunan karena memiliki
beberapa keunggulan:
Mempunyai kekuatan yang tinggi meski berukuran lebih ringkas daripada
beton. Sehingga dapat mengurangi ukuran struktur, serta mengurangi
beban sendiri struktur. Baja sangat cocok diterapkan pada struktur
jembatan. Beton jauh lebih berat dibandingkan baja.
Homogenitas tinggi. Baja bersifat homogen, sehingga kekuatannya
merata. Beda dengan beton yang merupakan campuran dari beberapa
material penyusun, tidak mudah mengatur agar kerikil dan pasir bisa
merata ke semua bagian beton.
Keawetan tinggi. Baja akan tahan lama bila perawatan yang dilakukan
terhadapnya sangat baik. Misalnya, rutin mengecat permukaan baja agar
terhindar dari korosi
Bersifat elastis. Baja berperilaku elastis sampai tingkat tegangan yang
cukup tinggi. Baja akan kembali ke bentuk semula asalkan gaya yang
terjadi tidak melebihi batas elastisitas baja.
2
Daktilitas baja cukup tinggi. Selain mampu menahan tegangan tarik yang
cukup tinggi, baja juga akan mengalami regangan tarik yang cukup besar
sebelum runtuh.
Kemudahan pemasangan dan pengerjaan. Penampang baja bisa dibentuk
sesuai yang dibutuhkan. Penyambungan antar elemen pada struktur baja
juga mudah, hanya tinggal memasangkan baut atau bisa menggunakan
las, sehingga akan mempercepat kegiatan proyek.
Baja yang digunakan adalah produk baja dalam negeri
4
Gambar 3. Potongan Y – Y
5
Sketsa Konstruksi Baja
6
1.4 Metode Penelitian
Penulisan tugas akhir ini mengacu pada metode studi analitis berdasarkan
data-data dan literatur yang berhubungan dengan topik serta masukan-masukan
dari dosen pembimbing. Untuk mempermudah proses perhitungan, SAP 2000
versi 14 dipilih dalam menganalisa struktur.
BAB 1 . PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang permasalahan , maksud dan tujuan penulisan
, ruang lingkup , sistemakatika pembahasan dari tugas akhir ini.
Bab ini berisi uraian tentang kriteria pembebanan gempa dan konsep
perencanaan struktur bangunan dengan menggunakan model bangunan
baja dengan model bangunan yang menggunakan konstruksi beton.
7
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan yang dapat diambil dari seluruh
kegiatan tugas akhir ini dengan menitikberatkan pada perbandingan
keekonomisan antara konstruksi balok bertulang dengan konstruksi baja.
BAB II
8
TINJAUAN PUSTAKA
Bahan konstruksi beton bertulang mempunyai sifat yang unik dibandingkan dengan
Bahan lain seperti kayu, baja, aluminium atau plastik karena beton bertulang adalah material
konstruksi yang menggunakan dua jenis bahan yang berbeda secara bersamaan. Beton
bertulang adalah merupakan gabungan yang logis dari dua jenis bahan : beton polos, yang
memiliki kekuatan tekan yang tinggi akan tetapi mempunyai kekuatan tarik yang rendah, dan
batangan-batangan baja yang ditanamkan di dalam beton dapat memberikan kekuatan tarik
yang diperlukan. Dengan demikian prinsip-prinsip yang mengatur perencanaan struktur dari
beton bertulang dalam beberapa hal berbeda dengan prinsip-prinsip yang mengatur
perencanaan struktur dari bahan yang terdiri dari satu macam saja.
Pada Gambar 2.1 memperlihatkan kekuatan balok yang secara nyata dapat ditingkatkan
dengan menambahkan batangan-batangan baja di daerah tarik. Baja tulangan yang mampu
menerima tekan dan tarik juga dimanfaatkan untuk menyediakan sebagian dari daya dukung
Baja dan beton dapat bekerja sama atas beberapa alasan yaitu (1) lekatan (bond, atau interaksi
antara batangan baja dengan beton keras disekelilingnya) yang mencegah slip relatif antara
baja dan beton, (2) campuran beton yang memadai memberikan sifat anti resap yang cukup
9
dari beton untuk mencegah karat baja dan (3) angka kecepatan muai yang hampir serupa
2.2.1 Pembebanan
Gedung, pengertian berbagai jenis beban yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan
a. Beban Mati
Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap, termasuk
b. Beban Hidup
Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu
gedung dak ke dalamnya termasuk beban-beban pada lantai berasal dari barang-barang yang
dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang tidak merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu, sehingga
Menurut SNI 03-1726-2012, pengertian berbagai beban nominal adalah sebagai berikut
Beban mati nominal adalah beban yang berasal dari berat semua bagian dari geudng
yang bersifat tetap, termasuk dinding dan sekat pemisah, kolom, balok, lantai, atap,
penyelesaian, mesin, dan peralatan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
gedung, yang nilai seluruhnya adalah sedemikian rupa sehingga probabilitasnya untuk
dilampauinya dalam kurun waktu tertentu terbatas pada suatu persentase tertentu. Pada
umumnya beban probabilitas beban tersebut untuk dilampaui adalah dalam kurun waktu
gedung 50 tahun dan ditetapkan 10%. Namun demikian, beban mati rencana yang biasa
10
ditetapkan dalam standar-standar pembebanan struktur gedung dapat dianggap sebagai
Beban hidup nominal adalah beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan
gedung tersebut, baik akibat beban yang berasal dari orang maupun dari barang yang
dapat berpindah atau mesin dan peralatan serta komponen yang tidak merupakan bagian
yang tetap dari gedung, yang nilai seluruhnya adalah sedemikian rupa sehingga
probabilitas untuk dilampauinya dalam kurun waktu tertentu terbatas pada suatu
persentase tertentu. Pada umumnya, probabilitas beban tersebut untuk kurun wakrtu
umur gedung 50 tahun dan ditetapkan 10%. Namun demikian, beban hidup rencana yang
Beban gempa nominal adalah beban gempa yang nilainya ditentukan oleh 3 hal, yaitu
oleh besarnta probabilitas beban itu dilampaui kurun waktu tertentum oleh tingkat
daktilitas struktur yang mengalaminya dan oleh kekuatan lebih yang terkandung di dalam
struktur tersebut. Menurut standar ini, peluang dilampauinya beban tersebut dalam kurun
waktu umur gedung 50 tahun adalah 10% dan gempa yang menyebabkannya disebut
gempa rencana (dengan periode ulang 500 tahun), tingkat daktilitas struktur gedung
dapat ditetapkan sesuai dengan kebutuhan, sedangkan faktor kuat lebih f1 untuk struktur
gedung secara umum nilainya adalah 1,6. Dengan demikian, beban gempa nominal
adalah beban akibat pengaruh gempa rencana yan menyebabkan terjadinya pelelehan
pertama di dalam struktur gedung, kemudian direduksi dengan faktor kuat lebih f1 .
dilakukan analisis struktur untuk mengetahui respons struktur akibat pembebanan. Dalam
11
melakukan analisi struktur, struktur tersebut perlu dimodelkan dengan memberikan beberapa
asumsi tertenru agar dapat ditemukan penyelesaian (respons struktur).Berikut adalah beberapa
asumsi umum yang sering digunakan dalam modelisasi struktur sebelum analisis dilakukan.
a. Analisis dilakukan pada kondisi elastis (elastic analysis) dan perancangan dilakukan
dalam analisis
d. Kekakuan lantai sejajar bidangnya (inplane stiffness) umumnya dianggap sangat kaku
(rigid diaphragm).
2.3 Filosofi
Filosofi dasar dari perencanaan bangunan tahan gempa adalah terdapatnya komponen struktur
yang diperbolehkan mengalami kelelehan. Komponen struktur yang lelah tersebut merupakan
komponen yang menyerap energi gempa selama bencana gempa terjadi. Agar memenuhi
konsep perencanaan struktur bangunan tahan gempa tersebut, maka pada saat kelelehan yang
terjadi hanya pada balok. Oleh karena itu, kolom dan sambungan harus dirancang sedemikian
rupa agar kedua komponen struktur tersebut tidak mengalami kelelehan ketika gempa terjadi.
1. Tata cara perencanaan struktur baja untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1729-2002 Pasal
2. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002
12
3. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SKBI-1987 BAB II
2.4.1 Pembebanan
Beban- beban yang bekerja pada struktur bangunan ini adalah sebagai berikut :
Beban mati yang diperhitungkan dalam struktur gedung bertingkat ini merupakan berat
sendiri elemen struktur bangunan yang memiliki fungsi struktural menahan beban. Beban
Beban tersebut harus disesuaikan dengan volume elemen struktur yang akan digunakan.
Karena analisis dilakukan dengan program SAP2000, maka berat sendiri akan dihitung
secara langsung.
Beban hidup yang diperhitungkan adalah beban hidup selama masa layan. Beban hidup
selama masa konstruksi tidak diperhitungkan karena diperkirakan beban hidup masa
layan lebih besar daripada beban hidup pada masa konstruksi. Beban hidup yang
13
Beban hidup yang digunakan mengacu pada standar pedoman pembebanan yang ada
Beban gempa adalah beban yang timbul akibat percepatan getaran tanah pada saat gempa
terjadi. Untuk merencakan struktur bangunan tahan gempa, perlu diketahui percepatan
yang terjadi pada batuan dasar. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ,
Struktur bangunan yang akan direncakan terletak di kota Medan. Berdasarkan SNI 03-
1726-2002 Tentang Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Rumah dan Gedung, daerah
Medan terletak pada wilayah gempa Zona 3. Berikut adalah grafik dan tabel Respons
Spektra pada wilayah gempa Zona 3 untuk kondisi tanah luunak, sedang , keras.
14
Analisis yang digunakan dalam perencanaan beban gempa ini adalah metode analisis Statik
Ekivalen yang bekerja pada gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa
tersebut.
Berdasarkan SNI 03-1726-2002, beban geser dasar nominal statik ekivalen V yang terjadi
..Pers(2.1)
Keterangan :
C1 Nilai Faktor Respons Gempa yang didapat dari Spektrum Respons Gempa
Rencana untuk waktu getar alami fundamental dari struktur gedung.
15
Berat total struktur Wt ditetapkan sebagai jumlah dari beban –beban berikut ini :
Bila digunakan dinding partisi pada perencanaan lantai maka harus diperhitungkan
Pada Gudang – gudang dan tempat penyimpanan barang maka sekurang – kurangnya
Gaya geser nominal V harus dibagikan sepanjang tinggi struktur gedung menjadi gaya – gaya
gempa statik ekivalen Fi yang menangkap pada pusat massa lantai tingkat ke i menurut
persamaan :
....(Pers. 2.2)
Keterangan :
Apabila rasio antara tinggi struktur gedung dan ukuran denahnya dalam arah pembebanan
gempa sama dengan atau melebihi 3 , maka 0,1 V harus dianggap sebagai beban horizontal
terpusat yang menangkap pada pusat massa lantai tingkat paling atas , sedangkan 0,9 V
sisanya harus dibagian sepanjang tinggi struktur gedung menjadi beban-beban gempa
16
Kombinasi Pembebanan :
1,4D ;
1,2D ± 1,0E + γ L L
Keterangan:
D adalah beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen, termasuk ,
lantai, atap, plafon, partisi tetap, tangga, dan peralatan layan tetap
L adalah beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung, termasuk kejut, tetapi
peralatan, dan material, atau selama penggunaan biasa oleh orang dan benda bergerak
Dengan ,
bangunan baja termasuk sambungan dalam struktur dengan gaya yang bekerja dihasilkan
dari beban gempa yang telah ditentukan dengan memperhatikan disipasi energi di dalam
17
Komponen struktur untuk bangunan baja tahan gempa harus memenuhi :
....(Pers 2.3)
Keterangan :
Ru adalah pengaruh aksi terfaktor , yaitu momen atau gaya yang diakibatkan oleh suatu
kombinasi pembebanan atau pengaruh aksi perlu, yaitu momen atau gaya yang disyaratkan
18
2.6 Spesifikasi Bahan
Spesifikasi bahan baja yang digunakan untuk bangunan yang melebihi satu tingkat
o Perbandingan tekanan leleh terrhadap tegangan putus tariknya ada kurang dari
0,85;
panjang ;
mm;
Persyaratan kuat leleh minimum dari baja untuk komponen struktur dengan
pembebanan di atas tidak boleh melebihi 350 Mpa, kecuali bila dapat ditunjukkan
secara eksperimental atau secara rasional bahwa bahan baja yang digunakan
sesuai untuk tujuan tersebut.Persyaratan ini tidak berlaku bagi kolom yang
diharapkan perilaku inelastisnya hanya akan terjadi pada dasar kolom yang
19
Bab III
PEMODELAN STRUKTUR
20
Gambar 3.2. Potongan Melintang dari Bangunan yang direncanakan
21
Perencanaan dilakukan sesuai dengan ketentuan – ketentuan sebagai berikut :
1. Tata Cara Perhitungan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-
2003)
2. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SKBI -1987)
3. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk struktur bangunan Gedung (
SNI-03-1726-2002)
Pada Tugas Akhir ini akan dimodelkan suatu struktur bangunan rumah tingkat 3
lantai dengan lokasi yang berada di Medan. Data karakteristik geometri bangunan
adalah sebagai berikut :
Komponen struktur yang terdapat pada bangunan ini meliputi balok , kolom , pelat
lantai akan direncanakan terlebih dahulu dimensi awal dari komponen struktur
bangunan.
3.3.1. Material
Material baja yang akan digunakan pada bangunan ini adalah material baja
dengan mutu BJ37 dengan fy = 240 Mpa dan fu = 370 Mpa. Material beton
yang digunakan adalah beton dengan mutu K-250
22
3.3.2. Balok dan Kolom
Balok dan kolom yang digunakan adalah yang berdasarkan hasil perhitungan
SAP 2000 yang dapat menahan beban yang diberikan pada bangunan ini . Dimensi
yang digunakan adalah dimensi yang diproduksi dan banyak terdapat di Indonesia.
Beban mati adalah seluruh bagian dari komponen struktur bangunan yang bersifat
tetap dan tidak terpisahkan dari bangunan tersebut selama masa layannya.
Beban mati yang diperhitungkan untuk struktur bangunan ini antara lain :
Beban hidup yang direncakan dan diperhitungkan adalah sebesar 250 kg/ untuk
beban pelat lantai. Beban ini disesuaikan dengan kegunaannya sebagai gedung
perumahan.
23
3.4.3. Beban Gempa
Beban gempa adalah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada gedung atau
bagian gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa itu dan
menggunakan tabel Respons Spektra untuk wilayah Medan dan yang diambil
adalah tanak keras 2002 ( ----------)
24
Gambar 3.5 Tampak 3 Dimensi Bangunan yang akan direncanakan
Kombinasi Pembebanan yang digunakan untuk Analisa Struktur dengan SAP 2000 :
1.4 DL ;
1.2 DL + 1.6 LL ;
1 DL + 1 LL + Rsp
o Rsp = 1 untuk arah sumbu x
o Rsp = 0.3 untuk arah sumbu y
25
BAB IV
ANALISIS PERHITUNGAN
26
Gambar 4.2. Gaya Normal Beban mati (DL) pada Baja
27
Gambar 4.4. Gaya Normal Beban Hidup (LL) pada Baja
28
Gambar 4.6. Gaya Normal Gempa (Rsp) pada Baja
29
Gambar 4.8. Gaya Normal Beban Kombinasi 1 pada Baja
30
Gambar 4.10. Gaya Normal Beban Kombinasi 2 pada Baja
31
Gambar 4.12. Gaya Normal Beban Kombinasi 3 pada Baja
32
Gambar 4.14. Gaya Lintang Beban Mati (DL) pada baja
34
Gambar 4.18. Gaya Lintang Gempa (Rsp) pada Beton
35
Gambar 4.19. Gaya Lintang Kombinasi 1pada Beton
36
Gambar 4.21. Gaya Lintang Kombinasi 2 pada Beton
37
Gambar 4.23. Gaya Lintang Kombinasi 3 pada Beton
38
Gambar 4.25 Gaya Momen Beban Mati (DL) pada beton
39
Gambar 4.27. Gaya Momen Beban Hidup (LL) pada beton
40
Gambar 4.29. Gaya Momen Gempa (Rsp) pada Beton
41
Gambar 4.31. Gaya Momen Kombinasi 1 pada Beton
42
Gambar 4.33. Gaya Momen Kombinasi 2 pada Beton
43
Gambar 4.35. Gaya Momen Kombinasi 3 pada Beton
44
Gambar 4.37. Desain Beton Tampak Depan
45
Gambar 4.39. Desain Beton Tampak Atas
46
Gambar 4.41. Desain Baja Tampak Samping
47
Gambar 4.43. Menyatakan Beton memenuhi syarat dan bisa menahan beban
Gambar 4.44. Menyatakan Baja memenuhi syarat dan bisa menahan beban
48
4.1 Analisa Profil Beton
49
10mm 1.84 m x 80 bh x 16 kolom = 2355.2 m / 12= 197 btng
Total = (256 x 1.56 + 197 x 0.62 ) x 12m = 6258 kg
C. Balok Induk 30 x 60
50
D. Balok anak 25 x 45
51
4.2 Analisa Profil Baja
52
B. Kolom Lantai 1 WF 350 x 175 x 7 x 11 Jlh = 24 Kolom
53
C. Kolom Lantai 2 WF 300 x 150 x 6.5 x 9 Jlh = 24 Kolom
54
D. Balok Induk Lantai 1 WF 300 x 150 x 6.5 x 9 mm L =4,6m Jlh = 20 batang
55
F. Balok Induk Lantai 3 WF 300 x 150 x 6.5 x 9 mm L =4,7m Jlh = 20 batang
56
H. Balok Anak Lantai 1,2,3 WF 200 x 100 x 7 x 11 mm L =4,99m Jlh = 45
batang
57
BAB V
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Jika ingin mendapatkan bangunan yang lebih aman , cepat dan tahan
gempa , maka gunakanlah bangunan struktur baja.
Jika membutuhkan bangunan yang kuat ,tetapi dengan harga yang
ekonomis , maka gunakanlah Struktur beton bertulang ,tetapi akan
membutuhkan jangka waktu yang lebih lama.
58
DAFTAR PUSTAKA
Englekirk, Robert. 1994. Steel structures. John Wiley & sons, Inc.
SNI 03-1726-2002, 2002 , Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan
SNI 03 -1729 – 2002, 2002, Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung
Tamboli, Akbar 1999. Structural Steel Connection Design and Detail.Mc Graw Hill
59
Badan Standarisasi Nasional , 2002, Tata Cara Perhitungan struktur Beton untuk bangunan
60