Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Partus kasep merupakan salah satu penyebab kematian ibu dan bayi baru lahir.
Persalinan normal rata-rata berlangsung tidak lebih dari 24 jam dihitung awal
pembukaan sampai anak lahir. Apabila terjadi perpanjangan dari fase laten, fase aktif
maka akan timbul kemungkinan partus kasep. Dampak dari partus kasep bagi ibu adalah
kelelahan, dehidrasi, perlukaan jalan lahir dan asfiksia serta kematian janin. Ini
merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam proses persalinan.

Penyebab kematian ibu 90% disebabkan oleh pendarahan, toksemia gravidarum,


infeksi, partus lama dan komplikasi abortus. Kematian ini paling banyak terjadi pada
masa sekitar persalinan yang sebenarnya dapat dicegah, Sedangkan 10% disebabkan
oleh komplikasi persalinan lain (DepkesRI, 2005). Salah satu penyebab kematian ibu di
atas telah di uraikan bahwa di sebabkan oleh partus lama. Dari perolehan data di rumah
sakit Medikal Record pada bulan maret 2009 diketahui data kasus kebidanan sebagai
berikut: pada tahun 2005 ibu yang bersalin berjumlah 433 orang yang mengalami partus
lama berjumlah 121 orang (27,9%), tahun 2006 ibu yang bersalin berjumlah 414 orang
yang mengalami partus lama berjumlah 126 orang (30,4%) dan tahun 2007 yang
bersalin 343 orang. Untuk data mengenai perdarahan post partum sebanyak 98 orang,
ketuban pecah dini sebanyak 138 orang, pre eklampsia berat dan eklmapsi sebanyak 73
orang, sedangkan yang mengalami partus lama 34 orang, 7.4% orang (Medikal Record
RS, 2009)Jika partus lama tidak segera ditangani akan menjadi partus kasep yang akan
menimbulkan komplikasi bagi ibu dan bayi baru lahir yang lebih berbahaya. Oleh
karena itu perlu adanya asuhan keperawatan pasien dengan partus kasep.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan partus kasep?

C. TUJUAN

1. Tujuan Umum

untuk mengetahui gambaran dan penatalaksanaan asuhan keperawatan pasien dengan partus
kasep

1
2. Tujuan Khusus

Memperoleh pengalaman dan pengetahuan nyata dalam pelaksanaan asuhan keperawatan


pasien dengan partus kasep dan menganalisa, khususnya:

a) Pengkajian pada klien dengan partus kasep

b) Menegakkan diagnosa keperawatan pada klien dengan partus kasep

c) Intervensi keperawatan pada klien dengan partus kasep

d) Implementasi keperawatan pada klien dengan partus kasep

e) Evaluasi keperawatan pada klien dengan partus kasep

D. MANFAAT

1. Diharapakan mahasiswa dapat menerapkan teori yang sudah didapat di dalam kelas
2. Diharapkan mahasiswa dapat melaksanakan dan mengaplikasikan asuhan keperawatan
pasien dengan partus kasep

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Tentang istilah partus lama, ada juga yang menyebutnya dengan partus kasep
dan partus terlantar. Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam
pada primi dan lebih dari 18 jam pada multi. Menurut Harjono disebut partus kasep
adalah fase terakhir dari suatu partus yang macet dan berlangsung terlalu lama sehingga
timbul gejala seperti dehidrasi, infeksi, kelelahan ibu, serta asfiksia dan kematian janin

Kala 1 Fase ini disebut juga kala pembukaan. Pada tahap ini terjadi pematangan dan
pembukaan mulut rahim hingga cukup untuk jalan keluar janin. Lama kala I untuk
primipara berlangsung kira-kira 13 jam sedangkan multipara 7 jam. Pada kala 1
terdapat dua fase yaitu:

1. Fase laten: pembukaan sampai mencapai 3-4 cm, berlangsung sekitar 7-8 jam.

2. Fase aktif: merupakan periode waktua awal kemajuan aktif pembukaan menjadi
komplit. Pada umumnya berlangsung 6 jam dimulai dari 3-4 cm hingga 10 cm. Dibagi
menjadi 3 fase yaitu :

1) Fase Akselerasi: berlangsung selama 2 jam, menjadi 3-4 cm

2) Fase Dilatasi Maksimal: pembukaan serviks berlangsung sangat cepat dari 4


menjadi 9 cm dalam waktu 2 jam

3) Fase Deselerasi: berlangsung lambat dalam waktu 2 jam menjadi 10


cm/lengkap

Kala 2 Pada fase ini janin mulai keluar dari dalam kandungan yang membutuhkan
waktu sekitar 1 ½ - 2 jam pada primi dan ½ - 1 jam pada multi. Fase dimulai saat serviks
sudah membuka selebar 10cm hingga bayi lahir lengkap. Pada kala 2, ketuban sudah
pecah atau baru pecah spontan, dengan kontraksi yang lebih sering terjadi yaitu 3-4 kali
tiap 10 menit.

Persalinan primi para biasanya lebih lama 5-6 jam daripada multipara. Bila
persalinan berlangsung lama, dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi baik terhadap
ibu maupun terhadap anak, dan dapat meningkatkan angka kematian ibu dan anak
(Mochtar, Rustam. 2013).
3
2.2 PREDISPOSISI

Faktor ibu Faktor janin

Serviks kaku Dispropors


i fotopelvik

Panggul
sempit

usia Malposisi
janin

Grandemulti

Kekhawatira
Ketuban
n ibu bersalin
pecah dini

Partus kasep

IBU JANIN

Infeksi sampai sepsis Gawat janin dalam rahim sampai meninggal ,


,Dehidrasi,Syok,Kegagalan Lahir dalam asfiksia berat sehingga menimbulkan
fungsi organ-organ , Robekan cacat otak menetap, Trauma persalinan , Patah
jalan lahir , Robekan pada tulang,dada,lengan,kaki,kepala karena
buli-buli,vagina,uterus dan pertolongan persalinan dengan tindakan
rektum.

4
2.2.1 Faktor Ibu
1. Kerja uterus yang tidak efisien, termasuk servik yang kaku
Kerja uterus yang tidak efisien mencakup ketidakmampuan cerviks membuka
secara lancar dan cepat disamping kontraksi rahim yang tidak efektif. Distosia servik
dapat terjadi dan akan menghalangi kemajuan persalinan.
(a) Primary Dysfungtional Labor
Laju dilatasi serviks keadaan ini kurang dari 1,2 cm per jam. Peningkatan laju
dilatasi secara spontan jarang terjadi, hanya sedikit yang bisa dilakukan untuk
mempercepat kemajuan persalinan. Tanpa adanya komplikasi lain, resiko bagi ibu
dan anak adalah kecil. Karena itu selama kemajuan persalinan tetap ada dan tidak
terjadi gawat janin, fenomena dilatasi serviks yang lambat ini harus diterima (oxorn,
2010).
(b) Secondary Arrest of Dilatasi
Dalam fase aktif, dilatasi servik yang sebelumnya berjalan baik lalu berhenti.
Pada keadaan ini kontraksi uterus menjadi tidak memadai untuk mempetahankan
kelangsungan dilatasi serviks. Hal lain juga bisa dikarenakan dilatasi serviks
berhenti sekalipun kontraksi uterus berlangsung dengan kuat dan efisien. Walaupun
keadaan ini merupakan suatu keadaan yang berbeda dari pemanjangan-primer fase
aktif, namun keduanya dapat terjadi pada pasien yang sama dan etiologinya bisa
berkaitan. Jadi, baik serviks dilatasinya perlahan maupun serviks yang telah
membuka dengan normal dapat menghentikan kemajuan persalinan (Oxorn, 2010).
2. Panggul sempit
Faktor panggul - Kesempitan pada pintu atas panggul(3,4,5,6) pintu atas panggul
dianggap sempit apabila conjugata vera kurang dari 10 cm atau diameter transversa
kurang dari 12 cm. oleh karena pada panggul sempit kemungkinan lebih besar
bahwa kepala tertahan oleh pintu atas panggul, maka dalam hal ini Serviks uteri
kurang mengalami tekanan kepala. Apabila pada panggul sempit pintu atas panggul
tidak tertutup dengan sempurna oleh kepala janin, ketuban bisa pecah pada
pembukaan kecil dan ada bahaya pula terjadinya prolapsus funikuli.
- Kesempitan pintu panggul tengah (3,4,5,6) ukuran terpenting adalah distansia
interspinarum kurang dari 9.5 cm perlu kita waspada terhadap kemungkinan
kesukaran pada persalinan, apabila diameter sagitalis posterior pendek pula.
- Kesempitan pintu bawah panggul (3,4,5,6) bila diameter transversa dan diameter
sagitalis posterior kurang dari 15 cm, maka sudut arkus pubis mengecil pula
sehingga timbul kemacetan pada kelahiran janin ukuran biasa.
5
3. usia

Usia ibu merupakan salah satu faktor resiko yang berhubungan dengan kualitas
kehamilan atau kesiapan ibu dalam reproduksi. Menurut Wiknyosastro, 2002
menyatakan bahwa faktor ibu yang memperbesar resiko kematian perinatal adalah
pada ibu dengan umur lebih tua.
Menurut Mochtar (2013), kelompok umur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35
tahun merupakan kelompok berisiko dan kelompok umur 20 sampai 35 tahun
merupakan kelompok umur yang aman. Usia kurang dari 20 tahun alat-alat reproduksi
belum masak sehingga sering timbul komplikasi persalinan. Umur lebih dari 35 tahun
berhubungan dengan mulainya terjadi regenerasi sel-sel tubuh terutama dalam hal ini
adalah endometrium akibat usia biologis jaringan dan adanya penyakit. Ibu hamil pada
usia 36 tahun meskipun mental dan sosial ekonomi lebih mantap tapi fisik dan alat
reproduksinya sudah mengalami kemunduran, serviks menjadi kaku untuk. Ibu
primitua yaitu primigravida yang berumur diatas 35 tahun sering ditemui perinium
yang kaku dan tidak elastis, hal tersebut akan menghambat persalinan kala II dan dapat
meningkatkan resiko terhadap janin. Faktor umur disebut-sebut sebagai penyebab dan
predisposisi terjadinya berbagai komplikasi yang terjadi pada kehamilan dan
persalinan, antara lain penyebab kelainan his, atonia uteri, plasenta previa, dan lain-
lain (Wiknjosastro, 2002)

4.grandemulti
Grandemultipara: wanita yang melahirkan lima orang anak atau lebih. Persalinan
lama terutama pada primi biasanya berkenaan dengan belum atau kurangnya
persiapan dan perhatian dalam menghadapi persalinan. Pada grandemultipara sering
didapatkan perut gantung, akibat regangan uterus yang berulang-ulang karena
kehamilan dan longgarnya ligamentum yang memfiksasi uterus, sehingga uterus
menjadi jatuh ke depan, disebut perut gantung. Perut gantung dapat mengakibatkan
terjadinya gangguan his karena posisi uterus yang megantung ke depan sehingga
bagian bawah janin tidak dapat menekan dan berhubungan langsung serta rapat
dengan segmen bawah rahim. Akhirnya partus dapat berlangsung lama
(Mochtar,2013).

6
5. kekhawatiran ibu bersalin
Setiap ibu yang akan bersalin akan memasuki masa persalinan maka akan
muncul perasaan takut, khawatir, ataupun cemas terutama pada ibu primi para.
Perasaan takut dapat meningkatkan nyeri, otot-otot menjadi tegang dan ibu menjadi
cepat lelah yang pada akhirnya akan menghambat proses persalinan (walyani,
2015).

2.2.2 faktor janin


1. Disproporsi fetopelvik
Disporposi fetopelvik adalah keadaan ketidakmampuan janian untuk
melewati panggul. Disporposi dapat absolut ataupun relatif. Absolut apabila
janin sama sekali tidak akan dengan selamat melewati jalan lahir. Disporposi
relatif apabila faktor-faktor lain ikut berpengaruh. Panggul yang sedikit sempit
akan dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang efisien; kelonggaran jaringan
lunak, letak, presentasi dan kedudukan janin yang menguntungkan. Sebaliknya
apabila kontraksi jelek, jaringan kaku, kedudukan janin abnormal semua dapat
menyebabkan persalinan pervaginam tidak mungkin terjadi (Oxorn, 2010)
2. Malpresentasi dan malposisi janin
Malpresentasi adalah bagian terendah janin yang berada di segmen bawah
rahim, bukan belakang kepala. Sedangkan malposisi adalah petunjuk tidak
berada di anterior. Pada waktu persalinan, hubungan antara janin dan jalan lahir
sangatlah penting untuk diperhatikan oleh karena menentukan mekanisme dan
prognosis persalinannya. Dalam keadaan normal, prese ntasi janin adalah
belakang kepala dengan petunjuk ubun-ubun kecil dalam posisi transversal (saat
masuk pintu atas panggul), dan posisi anterior (setelah melewati pintu tengah
panggul). Dengan presentasi tersebut, kepala janin akan masuk panggul dalam
ukuran terkecil. Hal tersebut dicapai bila sikap kepala janin fleksi. Sikap yang
tidak normal akan menimbulkan malpresentasi pada janin, dan kesulitan
persalinan terjadi oleh karena diameter kepala yang harus melalui panggul
menjadi lebih besar. Sikap ekstensi ringan akan menjadikan presentasi puncak,
ekstensi sedang menjadikan presentasi dahi, dan ekstensi maksimal akan
menjadikan presentasi muka. Apabila janin dalam keadaan malpresentasi atau
malposisi, maka dapat terjadi persalinan lama atau bahkan macet. Malpresentasi
adalah semua presentasi janin selain presentasi belakang kepala. Malposisi

7
adalah posisi abnormal ubun-ubun kecil relatif terhadap panggul ibu (Oxorn,
2010).
3. Ketuban pecah dini
Ketuban Pecah Dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses
persalinan. Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada
usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan
prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya
insiden seksio sesarea atau gagalnya persalinan normal (Sarwono, 2008).

2.3 PATOFISIOLOGI

Persalinan normal rata-rata berlangsung tidak lebih dari 24 jam dihitung awal
pembukaan sampai lahirnya anak. Apabila terjadi perpanjangan dari fase laten (primi
20 jam, multi 14jam) dan fase aktif (primi 1,2 cm per jam, multi 1,5 cm per jam) atau
kala pengeluaran (primi 2 jam dan multi 1 jam), maka kemungkinan akan timbul partus
kasep.
Partus kasep, apabila tidak segera diakhiri, akan menimbulkan:
 Kelelahan ibu, karena mengejan terus, sedangkan intake kalori biasanya kurang.
 Dehidrasi dan gangguan keseimbangan asam basa/elektrolit karena intake cairan
kurang.
 Infeksi rahim; terjadi bila ketuban pecah lama, sehingga terjadi infeksi rahim yang
dipermudah karena adanya manipulasi penolong yang kurang steril.
 Perlukaan jalan lahir; terjadi karena adanya disproporsi kepala panggul juga
manipulasi dan dorongan dari penolong.
 Gawat janin sampai kematian janin karena asfiksia dalam rahim.

2.4 MANIFESTASI GEJALA KLINIS


Menurut Manuaba (1998), gejala utama atau tanda yang perlu diperhatikan pada
persalinan kasep antara lain:
1). Dehidrasi
2). Tanda infeksi antara lain temperatur tinggi, nadi dan pernafasan meningkat dan
abdomen meteorismus
3) Pemeriksaan abdomen antara lain meteorismus, lingkaran bandl tinggi serta nyeri
segmen bawah rahim.
8
4) Pemeriksaan lokal vulva vagina meliputi edema vulva, cairan ketuban berbau serta
cairan ketuban bercampur mekoneum
5) Pemeriksaan dalam meliputi edema servik, bagian terendah sulit didorong keatas,
terdapat kapur pada bagian terendah. Keadaan ini akan menimbulkan janin dalam rahim
terjadi asfiksia sampai terjadi kematian. Akhir dipersalinan kasep adalah ruptur uteri
imminen sampai ruptura uteri dan kematian karena perdarahan dan atau infeksi.

2.5 DIAGNOSIS PENATALAKSANAAN


1. Diagnosis
Tanda dan Gejala Klinis Diagnosis:
 Pembukaan serviks tidak didapatkan kontraksi uterus Belum inpartu.
 Pembukaan serviks tidak melewati 4 cm sesudah 8 jam inpartu dengan his yang
teratur.
 Fase laten memanjang.
 Pembukaan servik melewati garis waspada partograf.
 Fase aktif memanjang.
Frekuensi dan lamanya kontraksi kurang dari 3 kontraksi per 10 menit dan
kurang dari 40 detik Inersia uteri.
 Pembukaan servik dan turunnya bagian janin yang dipresentasi tidak maju,
sedangkan his baik Disproporsi sefalopelvik.
 Pembukaan serviks dan turunnya bagian janin yang dipresentasi tidak maju
dengan caput, terdapat moulase hebat, edema serviks, tanda rupture uteri
imminens, fetal dan maternal distress Obstruksi kepala
 Kelainan presentasi (selain serviks dengan oksiput anterior) Malpresentasi atau
malposisi
Jika pembukaan serviks lengkap, ibu ingin mengedan, tetapi tak ada kemajuan
penurunan Kala II lama Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam, jika pasien tidak
masuk fase laten dan kalau mtode-metode ini gagal atau kalau kelahiran
pervaginam dengan tindakan dianggap terlalu traumatik bagi kelahiran yang
aman, maka sectio caesarea merupakan indikasi.
2. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
- Persiapan kelahiran bayi dan perawatan prenatal yang baik akan mengurangi
insidensi partus lama

9
- Persalinan tidak boleh diinduksi atau dipaksakan kalau serviks belum matang.
Serviks yang matang adalah serviks yang panjangnya kurang dari 1,27 cm (0,5
inch), sudah mengalami pendataran, terbuka sehingga bisa dimasuki sedikitmya
1 jari serta bisa dilebarkan.
2. Tindakan supportif
- Selama persalinan semangat pasien harus didukung. Kita harus membesarkan
hatinya untuk menghindari kata-kata yang akan mengkhawatirkan pasien.
- Intake cairan sedikitnya 2500 ml per hari. Pada semua partus lama, intake cairan
sebanyak ini dipertahankan melalui pemberian infus larutan glukosa. Dehidrasi,
dengan tanda adanya aceton dalam urin harus dicegah.
- Makanan yang di makan dalam proses persalinan tidak akan dicerna dengan
baik. Makan-makanan ini akan tertinggal di lambung sehingga menimbulkan
bahaya muntah dan aspirasi. Karena itu, pada persalinan yang berlangsung lama
dipasang infus untuk diberikan kalori.
- Meskipun wanita yang berada dalam proses persalinan harus diistirahatkan
dengan pemberian sedatif dan rasa nyerinya diredakan dengan analgesi, namun
harus digunakan dengan bijaksana. Dalam jumlah yang berlebihan dapat
menganggu kontaksi dan membahayakan bayinya.
- Pengosongan kandung kemih dan usus harus memadai. Kandung kemih dan
rektum yang penuh tidak saja menimbulkan perasaan tidak enak dan merintangi
kemajuan persalinan tetapi juga dapat membuat organ tersebut mudah cidera
dibandingakan saat kosong.
- Pemeriksaan rectal dan atau vagina harus dilakukan dengan frekuensi sekecil
mungkin pemeriksaan ini menyakitkan pasien dan meningkatkan resiko infeksi.
- Apabila setiap pemeriksaan dilakukan terdapat kemajuan persalinan dan
kelahiran diperkirakan dapat berlangsung dengan waktu yang layakserta tidak
terdapat gangguan gawat janin dan ibu, terapi suportif dapat dilakukan dan
persalinan dibiarkan berlangsung dengan spontan.
3. Perawatan pendahuluan
Penatalaksanaan penderita dengan partus lama adalah sebagai berikut:
a. Suntikan Cortone acetate 100-200 mg intramuskular
b. Penisilin prokain: 1 juta IU intramuskular
c. Streptomisin 1 gr intramuskular
d. Infus cairan:
1) Larutan garam fisiologis
10
2) Larutan glukose 5-100% pada janin pertama: 1 liter/jam
e. Istirahat 1 jam untuk observasi, kecuali bila keadaan mengharuskan
untuk segera bertindak.
4. Pertolongan
Dapat dilakukan partus spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, manual aid
pada letak sungsang, embriotomi bila janin meninggal, seksio sesarea dan lain-
lain.

2.6 KOMPLIKASI
Komplikasi yang timbul karena perjalanan persalinan lama adalah ibu
mengalami kelelahan karena tanpa makan dan minum serta berpengaruh pada kondisi
janin dalam Rahim. Ibu mengalami dehidrasi, tampak sakit, pucat, mata cekung, dan
berkeringat dingin, frekuensi nadi meningkat, tekanan darah menurun, dan suhu tubuh
meningkat. His mulai melemah dan perut tampak kembung. Pada pemeriksaan dalam
terdapat tanda infeksi intrauterine (lokia berbau, berwarna keruh, tampak bercampur
mekomeconiumn edema vulva), ada kaput sucsedaneum, terjadi edema porsio, dan
bagian terendah janin sulit didorong ke atas. Pada janin dapat mengalami asfiksia
sampai terjadi kematian dalam Rahim (Manuaba, 2008).
Dampak persalinan lama dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi salah satu
atau keduanya sekaligus. Dampak persalinan lama yang terjadi pada ibu antara lain
infeksi intrapartum, rupture uteri, cincin retraksi patologis, pembentukan fistula, dan
cidera otot-otot dasar panggul. Sedangkan yang terjadi pada bayi antara lain caput
sucsedaneum dan molase kepala janin (Prawirohardjo,2010).

11
BAB III

KONSEP KASUS

PENGKAJIAN

A. DATA UMUM KLIEN


1. Nama klien : Ny A
2. Usia : 34 tahun
3. Agama : Islam
4. Status perkawinan : Menikah
5. Pekerjaan : Guru
6. Pendidikan terakhir : S1
7. Nama suami : Tn. B
8. Umur : 35 tahun
9. Agama : Islam
10. Pekerjaan : Guru
11. Pendidikan terakhir : S1
12. Alamat : Pondok Bukit

B. DATA UMUM KESEHATAN


1. TB/BB: 155/58 Cm/Kg
2. BB sebelum hamil: 48 Kg
3. Masalah kesehatan khusus: -
4. Obat-obatan yang digunakan: -
5. Apakah ada alergi (obat/makanan/bahan tertentu): -
6. Diet khusus: klien mengalami penurunan nafsu makan (1 kali/hari), frekuensi minum
klien juga mengalami penurunan (3 gelas/8 jam)
7. Alat bantu yang digunakan (kaca mata/lensa kontak/ gigi tiruan dan alat bantu
dengar): -
8. Frekuensi BAK: -
9. Frekuensi BAB: -
10. Kebiasaan waktu tidur: -

12
C. DATA UMUM OBSTETRIK
1. Apakah kehamilan yang sekarang ini direncanakan : Ya
2. Bila tidak ada alasannya: -
3. Status obstetrik G:2 P:2 Ab:0
4. HPHT:
5. Tafsiran persalinan:
6. Apakah mengikuti kelas prenatal : (ya/tidak): -
7. Berapa kali kunjungan ANC: -
Tempat melakukan pemeriksaan ANC: -
8. Masalah yang dialami selama kehamilan sekarang: mengalami kenveng-kenceng,
tampak keletihan, kurang energi, fase laten memanjang 14 jam kontraksi setiap 7 menit,
serviks kaku
9. Siapakah yang diharapkan untuk membantu setelah bayi lahir: -
Umur
No. Jenis kelamin Cara Lahir BB Lahir Keadaan
Hidup/Mati

D. RIWAYAT PERSALINAN SEKARANG

1. Kapan mulai persalinan dirasakan dengan tanda-tanda:

Mulai Kontraksi ..................... (Tanggal / jam)


Lama kontraksi ...................... (Menit)
Intensitas kontrkasi ...................(Kuat /Lemah)
Frekuensi dan kualitas DJJ: 150x/mnt
Pengeluaran pervaginam .............................(Cairan, darah lendir)

2. Pemeriksaan Fisik

1. Tanda vital (TD/Nadi/ RR/Suhu): 140/100, 80x/mnt, 26x/mnt, 36,5


2. Kepala Leher: kepala tampak kurang bersih, tidak terdapat benjolan. Leher
tidak ditemukan pembesaran kelenjar tiroid
3. Jantung: murmur jantung sistolik 1/6 atau 2/6 adalah ringan
4. Paru-paru: -
13
5. Payudara: letak payudara simetris, hiperpigmentasi areola mamae,
puting susu menonjol.
6. Abdomen: tidak ada bekas luka operasi, terdapat linea nigra di garis
tengah perut

3. Abdomen

- Bentuk abdomen
- Pigmentasi :
Striea albican
Linea alba/linea nigra
- Masalah khusus ..............................................................
- Fungsi pencernaan ..................................................

- Pemeriksaan Leopold I : -

- Tinggi fundus uterus (TFU) ............................... Cm


a. Pemeriksaan Leopold II : Sering dijumpai kesalahan letak
b. Pemeriksaan Leopold III: Bagian terbawah janin belum turun, letak
kepala biasanya kepala masih goyang atau terapung atau mengolak diatas
pintu atas panggul.
- Presentasi bagian wajah janin : kepala / bokong / kosong
c. Pemeriksaan Lreopold IV : Kepala janin masih belum masuk pintu
atas panggul
- Seberapa jauh bagian bawah janin masuk PAP
- Pemeriksaan DJJ
- Frekwensi : 150x/mnt
- Iramanya : reguler

4.Ekstremitas

 Ekstremitas atas
Edema : Tidak, lokasi: -
 Ekstremitas bawah
Edema : Tidak, lokasi:-
Varises : Tidak, lokasi: -
Reflek Patella : +/+
14
5. Pemeriksaan Dalam (PD) pertama dilakukan jam………..oleh………. (Untuk
mendeteksi dini adanya komplikasi / penyulit ibu saat kelahiran, memantau
pembukaan serviks, menilai penurunan bagian terendah dari janin, memantau jalannya
persalinan)

6. Hasil pemeriksaan dalam (PD)

 Kondisi portio (untuk mengetahui keadaan bagian luar dari leher rahim)
 Effisement…………… (untuk mengetahui apakah serviks mulai menipis /
mendatar)
 Bagian terendah bayi…… (untuk mengetahui posisi bayi apakah sudah berada
diposisi seharusnya)
 Pembukaan……… (untuk mengetahui pembukaan pada mulut rahim )
 Kondisi ketuban (Utuh/Pecah) (untuk mengetahui kondisi ketuban)
 Bila pecah terjadi jam berapa,warna,jumlah (untuk mengidentifikasi jam,
warna dan jumlah bila terjadi pecah ketuban)

7. Pemeriksaan laboratorium………………….. (dilakukan untuk menunjang


diagnosis yang diberikan kepada ibu hamil)

ANALISA DATA
No Data Fokus Masalah Keperawatan

1 DS:
- Pasien mengeluh kenceng-kenceng di Nyeri b/d intensitas kontraksi uterus,
abdomennya kontraksi tidak efektif.
- Pasien mengeluh perut mules bagian
bawah dan menjalar ke pinggang
DO:
- Klien mengalami kontraksi intermiten
sampai regular setiap 7 menit sekali
selama 30 detik dengan skala nyeri 9.
- TTV
TD: 140/100
Nadi : 80x/ menit
RR : 26x/ menit
Suhu : 36,5 C

15
2 DS : Resiko tinggi cedera maternal (ibu)
b/d pola kontraksi otot, keletihan
- Pasien mengeluh merasakan kenceng-
maternal.
kenceng
- Pasien mengeluh keletihan

DO :

- Fase laten memanjang sampai 14 jam pada


kala 1
- Kontraksi setiap 7 menit selama 32 detik
- Serviks kaku disertai pengeluaran lendir
campur darah
- Konjungtiva pucat, kuku agak pucat
- TD tinggi 140/100 mmHg
3 DS : Cedera resiko tinggi terhadap janin
b/d penekanan kepala pada panggul,
DO : partus lama.
- DJJ + : 150 x/ menit
- Konjungtiva pucat, kuku agak pucat
- TD tinggi 140/100 mmHg
- Fase laten memanjang sampai 14 jam pada
kala 1
- Kontraksi setiap 7 menit selama 32 detik
- Serviks kaku disertai pengeluaran lendir
campur darah
4 DS :
Keletihan berhubungan dengan
- Pasien mengatakan dirinya lemas.
faktor fisiologis ; kehamilan
DO :

- Pasien tampak keletihan.


- Pasien terlihat kurang energy.
- Pasien terlihat pucat dan lemah.
- Fase laten memanjang 14 jam
5 DS :

16
- Pasien mengeluh badan lemas Ansietas b/d persalinan dan kurang
- Pasien mengatakan cemas dan takut akan informasi.
terjadi hal buruk.
DO :
- Wajah pasien tampak pucat
- Pasien tampak kebingungan

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan intensitas kontraksi uterus, kontraksi tidak efektif
2. Cedera, resiko tinggi terhadap maternal (ibu) berhubungan dengan penurunan tonus
otot/pola kontraksi otot, obstruksi mekanis pada penurunan janin, keletihan maternal.
3. Cedera resiko tinggi terhadap janin berhubungan dengan persalinan lama, malpresentasi
janin, hipoksia/ asidosis jaringan, abnormalitas pelvis ibu.
4. Keletihan berhubungan dengan faktor fisiologis; kehamilan
5. Ansietas berhubungan dengan persalinan dan kurang informasi.

INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri Setelah dilakukan - Menentukan - Membantu dalam
berhubungan intervensi selama sifat, lokasi, mendiagnosa dan
dengan 1x24 jam kebutuhan dan durasi memilih tindakan,
intensitas rasa nyaman pasien nyeri. penekanan kepala
kontraksi uterus, terpenuhi dengan - Kaji intensitas pada servik yang
kontraksi tidak kriteria hasil : nyeri ibu berlangsung lama
efektif. - Nyeri yang dengan skala akan menyebabkan
dirasakan klien nyeri nyeri
menurun dari 9 - Berikan - Setiap individu
menjadi 3 lingkungan mempunyai tingkat
- Klien tampak yang nyaman, ambang nyeri yang
rileks tenang dan berbeda, denga
- Kontraksi uterus aktivitas untuk skala dapat
efektif mengalihkan diketahui intensitas
nyeri nyeri klien.

17
- Ada kemajuan - Bantu klien - Lingkungan yang
persalinan yang dalam nyaman dapat
baik menggunakan mengalihkan rasa
metode nyeri yang
relaksasi dan dirasakan pasien.
jelaskan
prosedur. - Teknik relaksasi
- Tinjau kembali dapat mengalihkan
penggunaan perhatian
metode dan mengurangi
relaksasi. rasa nyeri
- Kuatkan - Untuk memastikan
dukungan keefektifitasan
social/ metode relaksasi
dukungan yang telah
keluarga. dilakukan.
- Berikan - Dengan kehadiran
sedative sesuai keluarga akan
dosis yang telah membuat klien
ditetntukan nyaman, dan dapat
dokter mengurangi tingkat
kecemasan dalam
melewati
persalinan, klien
merasa diperhatikan
dan perhatian
terhadap nyeri akan
terhindari
- Pemberian sedative
dapat mengurangi
nyeri hebat
2. Resiko tinggi Setelah dilakukan - Tinjau ulang - Membantu dalam
cedera maternal tindakan keperawatan riwayat mengidentifikasi
(ibu) selama 3 jam persalinan, kemungkinan

18
berhubungan diharapkan resiko awitan dan penyebab,
dengan pola cereda pada pasien durasi kebutuhan
kontraksi otot, berkurang. - Catat pemeriksaan
keletihan waktu/jenis diagnostik dan
maternal. obat, hindari intervensi yang
pemberian tepat
narkotik dan - Sedatif yang
anastesi blok diberikan terlalu
epidural sampai dini dapat
serviks dilatasi menghambat atau
4 cm menghentikan
- Evaluasi tingkat persalinan.
keletihan yang - Kelelahan ibu
menyertai, serta yang berlebihan
aktifitas dan menimbulkan
istirahat, disfungsi
sebelum awitan sekunder, atau
persalinan mungkin akibat
- Evaluasi tingkat dari persalinan
keletihan yang lama
menyertai, serta - Kelelahan ibu
aktifitas dan yang berlebihan
istirahat, menimbulkan
sebelum awitan disfungsi
persalinan sekunder, atau
- Kaji pola mungkin akibat
kontraksi uterus dari persalinan
secara manual lama
atau secara - Disfungsi
elektronik kontraksi dapat
- Catat kondisi memperlama
serviks, pantau persalinan,
tanda meningkakan
amnionitis,

19
catat resiko komplikasi
peningkatan maternal/ janin
suhu atau - Serviks kaku atau
jumlah sel tidak siap tidak
darah putih, akan dilatasi,
catat bau dan menghambat
rabas vagina penurunan
- Catat janin/kemajuan
penonjolan, persalinan. terjadi
posisi janin dan amniositis secara
presentase janin langsung
- Anjurkan klien dihubungkan
berkemih dengan lamanya
setiap1-2 jam, persalinan
kaji terhadap sehingga
penuhan melahirkan harus
kandung kemih terjadi dalam 24
diatas simfisis jam setelah pecah
pubis ketuban
- Tempatkan - Catat penonjolan,
klien pada posisi janin dan
posisi presentase janin
rekumben - Kandung kemih
lateral dan dapat
anjurkan tirah menghambat
baring atau aktifitas uterus dan
ambulasi sesuai mempengaruhi
toleransi penurunan janin
- Bantu dengan - Ambulasi dapat
persiapan membantu
seksio sesaria kekuatan gravitasi
sesuai indikasi dalam merangsang
untuk pola persalinan
malposisi,

20
- Siapkan untuk normal dan
melahirkan dilatasi serviks
dengan forsep - Melahirkan seksio
(bila perlu) sesari segera
diindifikasikan
untuk cincin bandl
untuk distres janin
karena CPD
- Melahirkan secara
forsep dilakukan
pada ibu yang
lelah berlebihan
dan tidak mampu
untuk mengedan
lagi
3. Cedera resiko Setelah dilakukan - Kaji denyut - Bradikardi dan
tinggi terhadap intervensi selama jantung janin takikardi pada
janin 1x24 jam cedera pada secara manual janin dapat
berhubungan janin dapat dihindari dan elektronik, disebabkan oleh
dengan dengan kriteria hasil: dan kaji irama stres, hipoksia,
penekanan - DJJ dalam batas jantung janin. asidosis, atau
kepala pada normal. - Perhatikan sepsis
panggul, partus - Kemajuan tekanan uterus - Tekanan dan
lama. persalinan baik. selama istirahat kontraksi yang
dan fase besar dapat
kontraksi menggangu
melalui kateter oksigenasi dalam
tekanan ruang intravilos
intrauterus bila - Kontraksi yang
tersedia terjadi setiap 2
- Perhatikan menit atau kurang
frekuensi tidak
kontaksi uterus. memungkinkan
Beri tahu dokter oksigenasi

21
bila frekuensi adekuat dari ruang
dua menit atau intravilous
kurang - Menentukan
- Kaji malposisi pembaringan
dengan janin,posisi,dan
menggunakan persentase dapat
manuver mengidentifikasi
Leopold dan faktor-faktor yang
temuan memperberat
pemeriksaan disfungsional
internal.tinjau persalinan
ulang hasil USG - Penurunan jalan
- Pantau lahir merupakan
penurunan janin tanda CPD atau
pada jalan lahir malposisi
dalam - Kelebihan cairan
hubungannya amnion yang
dengan kolumna berlebihan
vertebralis iskial menyebabkan
- Perhatikan distensi uterus
warna dan dihubungkan
jumlah cairan dengan anomali
amnion bila janin
pecah ketuban - Infeksi asenden
dan sepsis disertai
- Perhatikan bau dengan takikardia
dan perubahan dapat terjadi pada
warna cairan pecah ketuban
amnion pada lama
pecah ketuban - Mencegah
lama. Dapatkan /mengatasi infeksi
kultur bila asenden dan juga
temuan akan melindungi
abnormal janin

22
- Berikan - Melahirkan janin
antibiotik pada dalam posisi
klien sesuai posterior
indikasi mengakibatkan
- Siapkan untuk insiden lebih
melahirkan pada tinggi dari laserasi
posisi maternal
posterior,bila - Untuk
janin gagal menghindari
memutar dari cedera pada
oksiput posterior kolumna
ke anterior vertebralis bila
- Siapkan untuk melahirkan
kelahiran secara pervagina dari
sesaria bila bokong
presentasi
bokong terjadi
4. Keletihan Setelah dilakukan - Monitoring - Pemantauan
berhubungan tindakan keperawatan sumber energy sumber energy
dengan faktor selama 2 x 24 jam yang adekuat. guna pengukuran
fisiologis; maka kebutuhan - Konsultasi nutrisi yang akan
kehamilan. aman nyaman pada dengan ahli gizi diberikan
pasien dapat untuk - Memperhitungkan
terpenuhi dengan meningkatkan jumlah kalori
criteria hasil asupan makanan yang akan
- Pasien tampak yang berenergi diberikan pada
lebih segar. tinggi. pasien.
- Pasien terlihat - Monitoring pola - Pemantauan
lebih berenergi. tidur dan apakah keletihan
lamanya ini juga akibat dari
istirahat pasien. kurangnya
- Bantu aktivitas istirahat.
sehari–hari - Dapat mengurangi
tingkat kelelahan.

23
sesuai dengan
kebutuhan.
5. Ansietas Setelah dilakukan - Jelaskan semua - Pemahaman yang
berhubungan tindakan keperawatan prosedur dan baik mengenai
dengan selama 2 x 24 jam apa yang akan prosedur atau
persalinan maka kebutuhan dirasakan tindakan dapat
dan kurang aman nyaman pada selama mengurangi
informasi. pasien dapat prosedur. ansietas
terpenuhi dengan - Pengungkapan
criteria hasil perasaan dapat
- Pasien - Anjurkan menugrangi
mengatakan pengungkapan ansietas
cemas dan perasaan - Dapat
takut akan - Berikan meningkatkan
terjadi hal kesempatan rasa kontrol
buruk. kepada pasien pasien meskipun
- Pasien untuk memberi kebanyakan dari
tampak masukan pada apa yang terjadi
kebingungan. proses diluar kontrolnya
pengambilan - Membantu
keputusan menurunkan
- Instruksikan ansietas dan
pasien memungkinkan
menggunkan pasien untuk
teknik relaksasi berpartisipasi
napas dalam. secara aktif
- Minta orang tua
atau suami
untuk menemani
pasien untuk
mengurangi rasa
cemas.

24
IMPLEMENTASI
No Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi Ttd
1. Nyeri b/d intensitas 1. Menentukan sifat, lokasi, dan durasi nyeri
kontraksi uterus, 2. Mengkaji intensitas nyeri ibu dengan
kontraksi tidak skala nyeri
efektif. 3. Memberikan lingkungan yang nyaman,
tenang dan aktivitas untuk mengalihkan
nyeri
4. Membantu klien dalam menggunakan
metode relaksasi dan jelaskan prosedur.
5. Meninjau kembali penggunaan metode
relaksasi.
6. Menguatkan dukungan social/ dukungan
keluarga.
7. Memberikan sedative sesuai dosis yang
telah ditetntukan dokter.

2. Cedera,resiko tinggi 1. Meninjau ulang riwayat


terhadap persalinan,awitan dan durasi
maternal(ibu) b/d 2. Mencatat waktu/jenis obat, hindari
penurunan tonus pemberian narkotik dan anastesi blok
otot/poa kontraksi epidural sampai serviks dilatasi 4 cm
3. Mengevaluasi tingkat keletihan yang
menyertai,serta aktifitas dan istirahat,
sebelum awitan persalinan
4. Mengkaji pola kontraksi uterus secara
manual atau secara elektronik
5. Mencatat kondisi serviks, pantau tanda
amnionitis, catat peningkatan suhu atau
jumlah sel darah putih, catat bau dan
rabas vagina
6. Mencatat penonjolan,posisi janin dan
presentase janin

25
7. Menganjurkan klien berkemih setiap1-2
jam, kaji terhadap penuhan kandung
kemih diatas simfisis pubis
8. Menempatkan klien pada posisi
rekumben lateral dan anjurkan tirah
baring atau ambulasi sesuai toleransi
9. Membantu dengan persiapan seksio
sesaria sesuai indikasi untuk malposisi.
10. Menyiapkan untuk melahirkan dengan
forsep (bila perlu)
3. . Cedera resiko tinggi 1. Mengkaji denyut jantung janin secara
terhadap janin b/d manual dan elektronik,dan kaji irama
penekanan kepala jantung janin.
pada panggul, partus 2. Memperhatikan tekanan uterus selama
lama istirahat dan fase kontraksi melalui kateter
tekanan intrauterus bila tersedia
3. Memperhatikan frekuensi kontaksi
uterus. Beri tahu dokter bila frekuensi dua
menit atau kurang
4. Mengkaji malposisi dengan
menggunakan manuver Leopold dan
temuan pemeriksaan internal.tinjau ulang
hasil USG
5. Memantau penurunan janin pada jalan
lahir dalam hubungannya dengan
kolumna vertebralis iskial
6. Memperhatikan warna dan jumlah cairan
amnion bila pecah ketuban
7. Memperhatikan bau dan perubahan warna
cairan amnion pada pecah ketuban lama.
Dapatkan kultur bila temuan abnormal
8. Memberikan antibiotik pada klien sesuai
indikasi

26
9. Menyiapkan untuk melahirkan pada
posisi posterior,bila janin gagal memutar
dari oksiput posterior ke anterior
10. Menyiapkan untuk kelahiran secara
sesaria bila presentasi bokong terjadi
4. Keletihan b/d faktor 1. Memonitoring sumber energy yang
fisiologis, adekuat.
kehamilan. 2. Mengkonsultasikan kepada ahli gizi
untuk meningkatkan asupan makanan
yang berenergi tinggi.
3. Memperhatikan pola tidur dan lamanya
istirahat pasien.
4. Membantu atau meminta orang terdekat
pasien untuk membantu aktivitas sehari-
hari sesuai dengan kebutuhan.
5. Ansietas b/d 1. Menjelaskan semua prosedur dan apa
persalinan dan yang akan dirasakan selama prosedur.
kurang informasi. 2. Menganjurkan pengungkapan perasaan
3. Memberikan kesempatan kepada pasien
untuk memberi masukan pada proses
pengambilan keputusan
4. Menginstruksikan pasien menggunkan
teknik relaksasi napas dalam.
5. Meminta orang tua atau suami untuk
menemani pasien untuk mengurangi rasa
cemas.

27
EVALUASI
No Hari/Tanggal Diagnosa Evaluasi Ttd
1. Nyeri b/d intensitas S :klien mengatakan bahwa nyerinya
kontraksi uterus, berkurang setelah diberikan tindakan
kontraksi tidak untuk mengupayakan rasa nyaman
efektif. dengan relaksasi.
O : pasien masih pucat
A : masalah sebagian teratasi
P :mengajak pasien terus melakukan teknik
relaksasi yang telah diajarkan bila nyeri
terasa

2. Cedera,resiko tinggi S : pasien mengatakan lemas dan tidak


terhadap mempu mengejan dengan tenaga penuh
maternal(ibu) b/d O : pasien terlihat pucat
penurunan tonus A : masalah belum teratasi
otot/poa kontraksi P : akan dilakukan tindakan secio caesaria
atau persalinan dengan forsep
3. . Cedera resiko tinggi S : pasien mengatakan lemas dan tidak
terhadap janin b/d mempu mengejan dengan tenaga penuh
penekanan kepala O : pasien terlihat pucat
pada panggul, partus A : masalah belum teratasi
lama P : apabila status janin meragukan
dilakukan sesaria
4. Keletihan b/d faktor S :Pasien mengatakan keadaannya makin
fisiologis, membaik.
kehamilan. O :Pasien terlihat tidak pucat dan mampu
melakukan aktivitas ringan.
A :Intervensi terlaksana namun masih
sebagian.
P :Lanjutkan intervensi dalam masalah
keletihan.

28
5. Ansietas b/d S :Pasien mengatakan masih sedikit
persalinan dan khawatir.
kurang informasi. O:Pasien sudah mampu mengurangi
kekhawatirannya dengan teknik
relaksasi.
A: Intervensi terlaksana sebagian.
P:Lanjutkan intervensi pengurangan
ansietas.

29
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Pengkajian
Pengkajian adalah mengumpulkan informasi yang akurat dan lengkap dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. Untuk memperoleh data, dilakukan
anamnesis. Dari pengkajian ada data subjektif yang dihasilkan dari pernyataan ibu
sendiri. Dan terdapat data objektif yang meliputi pemeriksaan fisik pada ibu dengan
partus kasep meliputi tanda tanda vital (meliputi tekanan darah, nadi lebih cepat,
respirasi cepat, dan suhu naik karena dehiderasi), perut kembung dan lingkaran bandl
tinggi serta nyeri segmen bawah rahim. palpasi (meliputi pemeriksaan kontraksi ,
tinggi fundus uteri, letak, presentasi, penurunan kepala), auskultasi (DJJ),
pemeriksaan dalam adanya edema servik, bagian terendah sulit didorong keatas.
2. Interpretasi Data
Interpretasi data diambil dari hasil pengkajian yang sudah terkumpul yang akhirnya
akan muncul data meliputi diagnose kebidanan adalah diagnose yang ditegakkan
dalam lingkup prakktek kebidanan. Masalah yang sering timbul pada ibu bersalin
dengan partus kasep yaitu ibu merasa cemas dan ketakutan menghadapi
persalinannya (Sulistyawati dan Nugraheny,2010).
3. Diagnosa keperawatan
mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian
masalah yang ada, dalam hal ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan
dilakukan pencegahan (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010). Diagnose dan
masalah potensial yang mungkin terjadi Bagi ibu : Atonia uteri, Laserasi,
Perdarahan, Infeksi, kelelahan ibu dan shock, Angka kelahiran dengan tindakan
yang tinggi semakin memperburuk bahaya bagi ibu. Bagi Janin :Asfiksia,
Pecahnya ketubahan sebelum kelahiran. Keadaan ini mengakibatkan
terinfeksinya cairan ketuban dan selanjutnya dapat membawa infeksi paru-paru
serta infeksi sistematik pada janin. Molase kepala hebat, Trauma persalinan
(patah tulang), IUFD.
4. Intervensi
Tindakan yang dirancang untuk membantu klien dalam beralih dari tingkat kesehatan
saat ini ketingkat yang diinginkan dalam hasil yang diharapkan.
Dilakukan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
30
5. Implementasi
Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari
masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik, yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
6. Evaluasi
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang kita berikan kepada pasien
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2010). Didalam evaluasi diharapkan dapat dilakukan
secara spontan, komplikasi akibat tindakan medic dapat diatasi serta ibu janin dalam
keadaan baik dan sehat.

A. SARAN
Bagi tenaga kesehatan diharapkan bisa meningkatkan pelayanan dan asuhan
keperawatan yang komprehensif dan sesuai dengan standar pelayanan keperawatan
pada ibu bersalin dengan Partus Kasep.

31
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham F Gary, dkk.2005. Obstetri Williams Ed. 21. Jakarta: EGC


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di
Fasilitas Kesehatan Dasar Dan Rujukan. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia
Kriebs, Jan M dan Gegor, Carolyn L. 2011. Varney’s Pocket Midwife. Jakarta: EGC.
Medforth, Janet. 2013. Kebidanan Oxford: dari Bidan untuk bidan. Jakarta: EGC.
Mochtar, Rustam. 2013. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi dan Patologi. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sulistyawati, A., Nugraheny, E. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta:
Salemba Medika.

Fitriani, K., & Wahyuni, T. (2016). Asuhan Keperawatan pada Pasien Ibu. A dengan Post
Sectio Ceasarea Indikasi Gemelli di Ruang Mawar Rumah Sakit Umum Daerah Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda.

32

Anda mungkin juga menyukai