Anda di halaman 1dari 15

ANALISA JURNAL

A Comparison of the Glasgow Coma Scale Score with Full Outline of Unresponsiveness
Scale to Predict Patients’ Traumatic Brain Injury Outcomes in Intensive Care Units

Perbandingan Glasgow Coma Scale Score (GCS) Dengan Full Outline of


Unresponsiveness Scale (FOUR) untuk Memprediksi Tujuan pada Pasien Trauma
Cedera Otak di ICU

Disusun oleh : Kelompok 21

1. Ivan Decendra A (17160109)


2. Aprilia Dewi Nurlitasari (17160007)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cedera otak masih merupakan problem yang banyak dihadapi oleh ahli bedah
saraf, dan di Indonesia masih menjadi penyebab utama dari kecacatan, kematian dan
biaya tinggi. Perkembangan pengetahuan mengenai patofisiologi dan tatalaksana
cedera otak, sangat pesat pada dekade terakhir ini. Salah satu konsep sentral yang
didasarkan pada penelitian laboratorium, klinis dan biomolekuler serta genetika,
bahwa kerusakan neurologis tidak hanya terjadi pada saat terjadinya impak cedera,
melainkan berkembang pada jam-jam dan hari-hari berikutnya. Kerusakan sistim
syaraf dipengaruhi juga oleh kerentanan pasien terhadap cedera. Perkembangan
patofisiologi ini memacu berkembang metode penanganan yang komprehensif,
metode neurorestorasi dan rehabilitasi, dalam rangka meningkatkan outcome dari
pasien cedera otak. (Surabaya Neuroscience Institute, 2014)
Penentuan prognosis pada saat perawatan di Unit Perawatan Intensif
merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan. Dengan mengetahui prediksi prognosis
maka penanganan menjadi lebih optimal dan motivasi untuk menangani secara
maksimal lebih tinggi. Selama ini telah dikenal sistem skor yang sudah dipergunakan
secara luas yaitu Glasgow Coma Scale (GCS) atau modifikasi GCS untuk anak namun
memiliki keterbatasan. Keterbatasan GCS adalah komponen verbal pasien yang
berada dalam keadaan koma dan terintubasi tidak dapat dinilai.1-3 Penelitian
menunjukkan sekitar 20%-48% pasien yang menggunakan GCS sebagai alat untuk
menilai kesadaran, menjadi kurang berguna karena mereka diintubasi.4,5 Selain itu,
GCS hanya menilai orientasi, yang dengan mudah menjadi abnormal pada pasien
yang mengalami agitasi dan delirium. Skor GCS tidak mempunyai indikator klinis
untuk refleks batang otak yang abnormal, perubahan pola napas, serta tidak mampu
mendeteksi perubahan minimal dari pemeriksaan neurologis.(Cohen, 2009)
Dari hasil studi pendahuluan kelompok 21 di ruangan roi pada tanggal 11
Maret 2018 didapatkan 4 pasien pasien dengan Cedera otak dikaji kesadarannya
menggunakan pengkajian GCS.

B. Tujuan Umum dan Khusus


1. Tujuan umum
Untuk mengetahui isi dari jurnal “A Comparison of the Glasgow Coma Scale
Score with FullOutline of Unresponsiveness Scale to Predict Patients’Traumatic
Brain Injury Outcomes in Intensive Care Units”.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui analisa jurnal
b. Mengetahui manfaat dari jurnal
c. Mengetahui apakah jurnal dapat diterapkan di ruangan

BAB II
JURNAL
(Terlampir)
BAB III

PEMBAHASAN

A. Nama peneliti
Nama peneliti dari jurnal ini adalah Rostam Jalali and Mansour Rezaei.
Dikutip dari Researchgate.net, latar belakang Rostam Jalali adalah sebuah profesor
dari disiplin ilmu keperawatan di Universitas Kermanshah dan sudah
mempublikasikan sejumlah 24 hasil penelitian mengenai kesehatan dan juga
keperawatan seperti hubungan antara pengetahuan spiritual dan perawatan diri pada
pasien hemodialisa, beliau juga menjabat sebagai kepala depala program studi
keperawatan di universitas yang sama. Sementara itu Mansour Rezaei memiliki latar
belakang yang hampir sama dengan Rostam jalali namun berbda bidang keilmuan
yaitu biosatistik. Dan menjabat sebagai associate professor dan telah membuat 216
penelitian yang juga telah dipublikasikan.
Analisa: Dalam jurnal ini kaidah penulisan telah sesusai dengan alasan nama peneliti
utama sudah di tulis paling depan penulisan kedua peneliti tanpa menggunakan gelar
dan tidak disingkat. Kemudian latar belakang peneliti sudah sesuai karena peneliti
merupakan orang-orang yang ahli dalam bidang kesehatan khususnya keperawatan
dan juga sudah beberapa kali mempublikasikan hasil penelitiannya.
LIPI (2012), mengatakan dalam penulisan nama ditulis lengkap tanpa ditulis
gelar dan berupa nama asli buka nama samaran. Penulisan nama diusahan tidak
disingkat, namun apabila terdapat penyingkatan nama harus konsisten dengan
mengikuti kaidah penyingkatan. Nama penulis utama berada di urutan paling depan.
Sebutan nama ditampilkan dengan jelas setelah penyebutan judul tanpa disisipkan
kata oleh. Alamat yang dicantumkan adalah alamat isntansi atau lembaga tempat
peneliti atau penulis bekerja. Penulisan alamat berkaitan erat dengan kompetensi,
tangung jawab afiliasi dan konsekuensi yudiris yang akan diemban oleh lembaga asal
peneliti atau penulis karena terkait dengan penulis dan atau institusi. Penulisan alamat
dapat lebih dari satu jika penulis terdiri atas lebih dari satu orang dengan alamat yang
sama, pencantuman satu alamat telah dianggap cukup untuk mewakili alamat penulis
lain.

B. Tempat & waktu penelitian


Dalam jurnal ini peneliti telah mencantumkan waktu penelitian dan
mencantumkan tempat penelitian. Penelitian ini dilakukan di RS Teleghani (Teleghani
hospital) pada bulan januari 2007 sampai dengan febuari 2008.
Analisa: Pencentuman tempat dan waktu penelitian dalam jurnal ini sudah tepat.
Pencantuman tempat penelitian dan waktu penelitian dikarenakan agar pembaca bisa
mengetahui dimana tempat prosedur penelitian dilakukan. Darma (2011) mengatakan
prosedur yang baik dijelaskan secara detai meliputi jenis prosedur, siapa yang
melakukan prosedur, bagaimana proses prosedur dilakukan, tujuan, manfaat, waktu,
serta tempat pelaksanaan prosedur.

C. Tujuan penelitian
Dalam jurnal ini peneliti telah mencantumkan tujuan penelian yaitu” Untuk
membandingkan GCS dengan Skor FOUR dengan memprediksi Outcome pasien
trauma otak di bangsal ICU”.
Analisa: Jurnal ini sudah mencantumkan tujuannya
Dalam kaidah penulisan tujuan penelitian harus dicantukan, Darma (2011)
mengatakan tujuan penelitian akan mengambarkan hipotesis yang diajukan oleh
peneliti, kemudian akan menjadi dasar untuk menentuan desain, prosedur penelitian,
jumlah sampel dan uji statistik yang relevan.

D. Metode penelitian
1. Jenis penelitian
Dalam jurnal ini jenis penelitiannya yaitu true eksperiment dengan desain
bentuk Matching Pretest – Post-test Comparison Group Design. Pengkajian
menggunakan FOUR Scale digunakan pada kelompok intervensi dan pengkajian
menggunakan GCS digunakan dikelompok lain.
Analisa: Desain penelitian yang digunakan sudah tepat karena peneliti ingin
membandingkan hasil perlakukan intervensi sebelum dan setelah. Tujuan dari
penelitian eksperimen dengan desain pre post with control group adalah untuk
mengetahui dan menyelidiki ada tidaknya pengaruh dan hubungan sebab akibat
suatu model atau metode mengajar yang dilakukan atau yang diujikan oleh
peneliti dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada beberapa
kelompok yang diujikan, yaitu pada kelompok eksperimen dan kelompok pada
kontrol yang telah ditentukan. Pengkajian menggunakan FOUR Scale digunakan
pada kelompok intervensi dan pengkajian menggunakan GCS digunakan
dikelompok lain.
Eksperimen pada penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat
dari suatu perlakuan. Desain penelitian yang digunakan dengan bentuk Matching
Pretest – Post-test Comparison Group Design dengan dua macam perlakuan
Dalam Matching pretest dan Post-test Control Group Design terdapat dua
kelompok yang dipilih secara langsung, kemudian diberi pre test untuk
mengetahui keadaan awal, adakah perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol (Sugiyono, 2009)
Darma (2011) mengatakan desain penelitian merupakan model atau metode
yang diguanakan peneliti untuk melakukan suatu penelitian yang memberikan
arah terhadap jalannya penelitian. Pada desain eksperimen peneliti menjelaskan
tentang randomisasi yaitu metode random yang digunakan untuk membagi sampel
menjadi beberapa kelompok. Sedangkan blinding tujuannya untuk membutakan
agar peneliti maupun responden tidak mengetahui pengukuran yang dilakukan,
sehingga meminimalisir manipulasi terhadap hasil pengukuran. LIPI, (2012)
menegaskan penjelasan metode cukup terperinci, sehingga metode penelitian
yang digunakan dapat diulangi (repeatability ).

2. Populasi. Sampel, dan teknik pengambilan sampel


Dalam jurnal ini peneliti menggunakan jumlah sampel 104 sample yang dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan intervensi. Peneliti menjelaskan
terkait dengan kriteria inklusi & eksklusi.
Analisa: penelitian ini sudah mencantumkan jumlah sampel dan juga kriteria
sampel yang digunakan, namun dalam jurnal peneliti hanya memberikan
gambaran bagai mana sampel dipilih serta bagaimana sempel itu diperlakukan.
Menurut kami sampel yang digunakan peneliti adalah total sampling dan sudah
tepat. Menurut Sugiyono (2009), total sampling adalah teknik pengambilan
sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi. Menurut LIPI (2012),
eskripsi/uraian mengenai prosedur yang dilakukan, meliputi:
a. Penentuan/penetapan parameter/peubah;
b. Metode pengumpulan data (sampling method)
c. Metode pengolahan dan analisis data.

E. Hasil penelitian
Dalam penelitian ini 104 pasien, 23 (22,15%) wanita dan 81 (77,9%) laki-laki, dengan
usia rata-rata 41,38 ± 18,22 (dari 17 sampai 86 tahun) dipelajari. Sensitivitas kedua sisi
tersebut adalah 68,4%. GCS memperkirakan 26 kematian secara akurat. Kesepakatan
antara GCS dan pasien di luar 30% dan antara skala FOUR dan hasil pasien adalah
44,9%. Perjanjian antara dua sisi adalah 43,8% Tidak ada hubungan antara jenis kelamin
dan umur ditemukan dalam hal ini. Indeks Youden menunjukkan bahwa skala FOUR
(45,7%) memiliki prediksi yang lebih baik untuk kematian daripada GCS (32,0%).
Selanjutnya, kesepakatan Kappa koefisien untuk kesepakatan antara FOUR (� = 0,006)
dan GCS (� = 0,016) dengan hasil pasien secara statistik signifikan. Berarti nilai mati dan
hidup pasien untuk GCS adalah 4,62 ± 2,094 dan 6,58 ± 2,281, dan untuk FOUR masing-
masing 4,7 ± 3,471 dan 8,42 ± 2,925. �-test menunjukkan perbedaan yang signifikan
antara mean hidup dan mati di kedua sisik (� <0,0001). Hasilnya adalah FOUR scale
lebih efektif untuk digunakan dalam menilai kesadaran pasien. Four Scale adalah alat
yang lebih mudah digunakan dan memeberikan penilaian neurologis yang kebih
komprehensif. Kelebihan lain dari FOUR score adalah tetap dapat digunakan pada
pasien-pasien dengan gangguan metabolik akut, syok, atau kerusakan otak nonstruktural
lain karena skala ini dapat mendeteksi perubahan kesadaran lebih dini. Dengan rentang
skala penilaian yang sama di tiap-tiap komponen yakni 0-4, maka menjadi lebih mudah
diingat
Analisa: Dalam jurnal sudah disampaikan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh
peneliti. Hal ini di dukung oleh Darma (2011) yang mengatakan penulisan hasil penelitian
penyajiannya dalam bentuk tabel yang ringkas, menarik, dan informatif, kemudian
disertai dengan penjelasan narasi terhadap beberapa aspek yang menjadi perhatian.
Kemudian pada penelitian eksperimen yang menggunakan kelompok kontrol, penyajian
karakteristik responden dapat dibuat dalam bentuk tabel yang memisahkan karakteristik
antara kedua kelompok, sehingga pembaca dapat mengetahui adanya perbedaan atau
persamaan karakteristik antara kedua kelompok. LIPI (2012) menegaskan, hasil dan
pembahasan memuat uraian sebagai berikut:
a. Tampilan dalam bentuk tabulasi data hasil penelitian yang dilaksanakan
sesuai dengan metode dan peubah yang digunakan.
b. Analisis dan evaluasi terhadap data tersebut
c. Sesuai dengan formula hasil kajian teoritis yang telah dilakukan.
d. Agar lebih jelas, pembahasan hasil analisis dan evaluasi dapat menerapkan
metode komparasi, penggunaan persamaan, grafik, gambar dan tabel.
Interpretasi hasil analisis untuk memperoleh jawaban, nilai tambah, dan
kemanfaatan dikaitkan dengan permasalahan dan tujuan penelitian.

F. Korelasi antara isi jurnal dengan teori


Skala koma yang ideal seharusnya linear (memiliki bobot yang sama bagi
setiap komponen), reliabel (mengukur yang seharusnya diukur), valid (meng hasilkan
nilai yang sama pada pemeriksaan berulang), dan mudah digunakan (memiliki
instruksi yang simpel tanpa memerlukan alat bantu atau kartu). Selain itu skala koma
harus dapat mem prediksi luaran walaupun angka kematian di ruang rawat intensif
dapat dipengaruhi dengan withdrawal bantuan hidup. Penggunaan FOUR score
memiliki kelebihan untuk pasien ruang rawat Skor FOUR dibuat untuk memenuhi
kebutuhan skala penilaian tanda neurologis yang cepat dan mudah digunakan pada
pasien dengan penurunan kesadaran. (Iyer, 2009)
Menurut Wijdicks (2005), FOUR Score dikembangkan untuk mengatasi
berbagai keterbatasan yang dimiliki GCS. Skala ini memberikan lebih banyak
informasi dengan adanya empat komponen penilaian: refleks batang otak, penilaian
mata, respon motorik dengan spektrum luas, pola napas abnormal serta usaha napas
pada pasien yang memakai ventilator, dengan skala penilaian 0-4 untuk masing-
masing komponen
Yang harus dikaji:
1. Respon mata
a. 4 = kelopak mata terbuka atau pernah terbuka dan mengikuti arah atau

berkedip oleh perintah


b. 3 = kelopak mata terbuka namun tidak mengikuti arah
c. 2 = kelopak mata tertutup namun terbuka jika mendengar suara keras
d. 1 = kelopak mata tertutup namun terbuka oleh rangsang nyeri
e. 0 = jika kelopak tetap tertutup dengan rangsang nyeri
2. Respon motorik
a. 4 = ibu jari terangkat, atau mengepal, atau tanda “damai” (peace sign)
b. 3 = melokalisasi nyeri
c. 2 = memberi respon fleksi pada rangsang nyeri
d. 1 = respon ekstensi
e. 0 = tidak ada respon terhadap nyeri atau status mioklonus umum

3. Refleks batang otak.


a. 4 = terdapat refleks pupil dan kornea
b. 3 = salah satu pupil melebar terus menerus
c. 2 = tidak ada refleks pupil atau kornea
d. 1 = tidak ada refleks pupil dan kornea
e. 0 = tidak ada refleks pupil, kornea, atau batuk

4. Respirasi
a. 4 = pola nafas regular, tidak terintubasi
b. 3 = pola cheyne-stokes, tidak terintubasi
c. 2 = pola nafas iregular, tidak terintubasi
d. 1 = nafas dengan kecepatan di atas ventilator,diintubasi
e. 0 = apnea atau pernafasan dengan kecepatan ventilator

FOUR score dianggap lebih baik dibandingkan dengan skala-skala yang telah ada
sebelumnya dalam mengklasifikasikan penurunan kesadaran. FOUR score lebih
sederhana dan memberikan informasi yang lebih baik, terutama pada pasien-pasien
yang terintubasi. Skala ini dapat membantu klinisi untuk bertindak lebih cepat atas
perubahan klinis pasien dan memudahkan dalam pertukaran informasi yang lebih
akurat dengan klinisi lain. (Wijdicks, 2005).

G. Korelasi antara isi jurnal dengan realita klinis


Pengkajian yang biasanya dilakukan di ruangan menggunakan metode
Glasgow Coma Scale. Pada GCS terdapat 3 komponen yaitu pergerakan bola mata,
verbal, dan pergerakan motorik yang dinilai dengan memberikan skor pada masing-
masing komponen. Nilai total dari ketiga komponen berkisar antara 3-15, dengan nilai
makin kecil semakin buruk prognosisnya. Pada pasien dengan cedera otak dapat di
klasifikasikan sebagai ringan (skor GCS 14-15), sedang (skor GCS 9-13) dan berat
(skor GCS ≤ 8). Selain mudah dilakukan, GCS juga memiliki peranan penting dalam
memprediksi risiko kematian di awal pemeriksaan (Reith,2014).
Sampai saat ini, GCS masih menjadi baku emas penilaian kesadaran pada
semua populasi pasien. Sejumlah penelitian dilakukan untuk melakukan validasi atau
usaha untuk memodifikasi skala ini dengan mengeliminasi respon mata dan verbal.
Usaha-usaha sebelumnya yang dilakukan untuk memodifikasi ataupun menggantikan
skala ini seringkali gagal karena belum ada skala yang dianggap cukup sederhana dan
praktis dalam penggunaannya (Farouq, 2014)

H. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal suatu organisasi
yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan program
kerja. Analisis internal meliputi peniaian terhadap faktor kekuatan (Strength) dan
kelemahan (Weakness). Sementara, analisis eksternal mencakup faktor peluang
(Opportunity) dan tantangan (ThreathS) (Hisyam, 1998)
1. Analisa SWOT
a. Strength
1) Dari sisi jurnal masih up date sehingga dapat digunakan
2) Kemudahan untuk menerapkan intervensi karena minim media.
3) Pengkajian dapat digunakan karena penerapan hampir sama dengan
pengkajian yang sudah ada
b. Weakness
1) Penjelasan mengenai metode yang digunakan ditulisakan namun hanya
tesirat tidak ditulis secara langsung.
c. Opportunity
1) Pelayanan yang dilakukan RS makin lebih baik
2) Mengetahui lebih awal tujuan dari asuhan kepeawaran pasien dengan
trauma otak
d. Treat
1) Belum tahu nya SDA mengenai hal baru
2) Belum siapnya sumber daya manusia unituk menerima masukan baru.
3) Regulasi lama

2. Analisa Swot dengan pendekatan kualitatif


Data SWOT kualitatif yang dikembangkan oleh Pearce dan Robinson (1998).
a. Comparative advantage
Sel ini merupakan pertemuan dua elemen kekuatan dan peluang sehingga
memberikan kemungkinan bagi suatu organisasi berkembang lebih capat.
Contoh pemberian regulasi mengai penggunaan FOUR Scale,
b. Mobilization
Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan. Disini harus
diupayakan mobilisasi sumber daya yang ada untuk melunakan ancaman yang
ada. Contoh : dengan pendidikan atau upgreading mengenai pengetahuan yang
masih baru, dalam hal ini penerapan isi jurnal (sudah dilakukan)
c. Divestment/Investment
Sel ini merupakan interaksi anatara kelemahan organisasi dengan peluang dari
luar. Situasi ini memberikan pilihan yang kabur. Peluang yang tersedia
memebraikan suatu pilihan namun tidak dapat digunakan karena tidak cukup
keuatan untuk melakukannya. Pilihan ada 2 yaitu dengan menggunakan atau
melepaskan.
d. Damage Control
Kondisi dimana yang paling lemah dari semua sel karena merupakan
pertemuan atara kelemahan dengan ancaman, dan karenanya keputusan atau
solusi yang salah akan membawa bencana yang besar. Strategi Damage
Control digunakan untuk mengendalikan untuk tidak semakin parah.
Contohnya penghentian penggunaan pengkajian FOUR Scale

I. Analisa PICO
1. P :Pasien trauma otak di ruang ICU
2. I :FOUR Scale
3. C :GCS
4. O :Tujuan asuhan kepeawatan

J. Implikasi kepewatan

What (Apa) Apakah pengkajian FOUR Scale Dari hasil penelitian pada jurnal
dapat digunakan ? tersebut
Where Dimana sajakah pengkajian FOUR Pengkajian ini dapat digunakan
(Dimana) Scale dapat digunakan? dimana saja terlebih di ruangan
intensif seperti HCU ataupun
ICU.
When Kapan saja pengkajian FOUR Pengkajian dapat diguankan
(Kapan) Scale dapat digunakan? kapan saja
Who (Siapa) Kepada siapa Pengkajian FOUR Semua pasien dapat dikaji
Scale dapat digunakan? menggunakan FOUR Scale.
Why Kenapa FOUR Scale harus Pengkajian FOUR Scale
(Kenapa) digunakan? digunakan dari penelitian yang
sudah dibahas didapatkan hasil
bahwa pengkajian ini lebih
efektif dan akurat untuk
digunakan.
How Bagaimanakah prosedur 1. Respon mata
a. 4 = kelopak mata
(Bagaimana) pengkajian FOUR Scale
terbuka atau pernah
terbuka dan mengikuti
arah atau berkedip
oleh perintah
b. 3 = kelopak mata
terbuka namun tidak
mengikuti arah
c. 2 = kelopak mata
tertutup namun
terbuka jika
mendengar suara
keras
d. 1 = kelopak mata
tertutup namun
terbuka oleh rangsang
nyeri
e. 0 = jika kelopak tetap
tertutup dengan
rangsang nyeri
2. Respon motorik
a. 4 = ibu jari terangkat,

atau mengepal, atau


tanda “damai” (peace
sign)
b. 3 = melokalisasi nyeri
c. 2 = memberi respon
fleksi pada rangsang
nyeri
d. 1 = respon ekstensi
e. 0 = tidak ada respon

terhadap nyeri atau


status mioklonus
umum

3. Refleks batang otak.


a. 4 = terdapat refleks
pupil dan kornea
b. 3 = salah satu pupil
melebar terus menerus
c. 2 = tidak ada refleks
pupil atau kornea
d. 1 = tidak ada refleks
pupil dan kornea
f. 0 = tidak ada
refleks pupil,
kornea, atau batuk

4. Respirasi
a. 4 = pola nafas regular,
tidak terintubasi
b. 3 = pola cheyne-
stokes, tidak
terintubasi
c. 2 = pola nafas
iregular, tidak
terintubasi
d. 1 = nafas dengan
kecepatan di atas
ventilator,diintubasi
e. 0 = apnea atau
pernafasan dengan
kecepatan ventilator

K. Manfaat jurnal
1. Manfaat untuk rumah sakit
Manfaat yang rumah sakit dapat selain dari alternatif pilah pengkajian juga dapat
digunakan karena lebih mudah dan juga lebih akurat dalam melakukan pengkajian
tingkat kesadaran pasien.
2. Manfaat untuk tenaga kesehatan
Manfaat bagi tenaga kesehatan kompetensi yang semakin berkembang
3. Manfaat bagi Pasien.
Lebih akuratnya pengkajian berati semakin cepat dan tepat petugas kesehatan
dalam memberikan intervensi.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari analisa jurnal ini adalah pengkaian dari berbagai penelitian
yang telah dilakukan, FOUR score terbukti memiliki validitas, reliabilitas, dan
kesesuaian yang cukup baik. Empat komponen yang terkandung dalam FOUR score
memberikan detil informasi dari pemeriksaan neurologis seperti refleks batang otak
dan pergerakan semata.
B. Saran
Semoga dengan adanya analisa jurnal ini pengkajian menggunakann FOUR
score dapat diterapkan karena FOUR score lebih sederhana dan memberikan
informasi yang lebih baik, sehingga direkomendasikan untuk digunakan di ruang
perawatan intensif.
DAFTAR PUSTAKA

Dharma, Kusuma Kelana (2011), Metodologi Penelitian Keperawatan :Panduan


Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian, Jakarta: Trans InfoMedia.
Farouq MO. Looking for an ideal coma scale: It is time to replace GCS. Bangladesh Crit Care
J 2014;2:1-3.
Iyer VN, Mandrekar JN, Danielson RD, Zubkov AY, Elmer JL, Wijdicks EFM. Validity of
the FOUR score coma scale in the medical intensive care unit. Mayo Clin
Proc 2009;84:694-701.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).2008. Pedoman Karya ulis Ilmiah. Jakarta:
:LIPI
Reith FC, Van den Brande R, Synnot A, Gruen R, Maas AI. The reliability of the Glasgow
Coma Scale: a systematic review. Intensive Care Med 2016;42:3-15.
Surabaya Neuroscience Institute.2014. Pedoman Tatalaksana Cedera Otak. Surabaya.:RSUD
Dr. Soetomo Fakultas Kedokteran Airlangga.
Wijdicks EFM, Bamlet WR, Maramattom BV, Manno EM, McClelland RL. Validation of a
new coma scale: The FOUR score. Ann Neurol 2005;58:585-93.

Anda mungkin juga menyukai