A Comparison of the Glasgow Coma Scale Score with Full Outline of Unresponsiveness
Scale to Predict Patients’ Traumatic Brain Injury Outcomes in Intensive Care Units
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cedera otak masih merupakan problem yang banyak dihadapi oleh ahli bedah
saraf, dan di Indonesia masih menjadi penyebab utama dari kecacatan, kematian dan
biaya tinggi. Perkembangan pengetahuan mengenai patofisiologi dan tatalaksana
cedera otak, sangat pesat pada dekade terakhir ini. Salah satu konsep sentral yang
didasarkan pada penelitian laboratorium, klinis dan biomolekuler serta genetika,
bahwa kerusakan neurologis tidak hanya terjadi pada saat terjadinya impak cedera,
melainkan berkembang pada jam-jam dan hari-hari berikutnya. Kerusakan sistim
syaraf dipengaruhi juga oleh kerentanan pasien terhadap cedera. Perkembangan
patofisiologi ini memacu berkembang metode penanganan yang komprehensif,
metode neurorestorasi dan rehabilitasi, dalam rangka meningkatkan outcome dari
pasien cedera otak. (Surabaya Neuroscience Institute, 2014)
Penentuan prognosis pada saat perawatan di Unit Perawatan Intensif
merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan. Dengan mengetahui prediksi prognosis
maka penanganan menjadi lebih optimal dan motivasi untuk menangani secara
maksimal lebih tinggi. Selama ini telah dikenal sistem skor yang sudah dipergunakan
secara luas yaitu Glasgow Coma Scale (GCS) atau modifikasi GCS untuk anak namun
memiliki keterbatasan. Keterbatasan GCS adalah komponen verbal pasien yang
berada dalam keadaan koma dan terintubasi tidak dapat dinilai.1-3 Penelitian
menunjukkan sekitar 20%-48% pasien yang menggunakan GCS sebagai alat untuk
menilai kesadaran, menjadi kurang berguna karena mereka diintubasi.4,5 Selain itu,
GCS hanya menilai orientasi, yang dengan mudah menjadi abnormal pada pasien
yang mengalami agitasi dan delirium. Skor GCS tidak mempunyai indikator klinis
untuk refleks batang otak yang abnormal, perubahan pola napas, serta tidak mampu
mendeteksi perubahan minimal dari pemeriksaan neurologis.(Cohen, 2009)
Dari hasil studi pendahuluan kelompok 21 di ruangan roi pada tanggal 11
Maret 2018 didapatkan 4 pasien pasien dengan Cedera otak dikaji kesadarannya
menggunakan pengkajian GCS.
BAB II
JURNAL
(Terlampir)
BAB III
PEMBAHASAN
A. Nama peneliti
Nama peneliti dari jurnal ini adalah Rostam Jalali and Mansour Rezaei.
Dikutip dari Researchgate.net, latar belakang Rostam Jalali adalah sebuah profesor
dari disiplin ilmu keperawatan di Universitas Kermanshah dan sudah
mempublikasikan sejumlah 24 hasil penelitian mengenai kesehatan dan juga
keperawatan seperti hubungan antara pengetahuan spiritual dan perawatan diri pada
pasien hemodialisa, beliau juga menjabat sebagai kepala depala program studi
keperawatan di universitas yang sama. Sementara itu Mansour Rezaei memiliki latar
belakang yang hampir sama dengan Rostam jalali namun berbda bidang keilmuan
yaitu biosatistik. Dan menjabat sebagai associate professor dan telah membuat 216
penelitian yang juga telah dipublikasikan.
Analisa: Dalam jurnal ini kaidah penulisan telah sesusai dengan alasan nama peneliti
utama sudah di tulis paling depan penulisan kedua peneliti tanpa menggunakan gelar
dan tidak disingkat. Kemudian latar belakang peneliti sudah sesuai karena peneliti
merupakan orang-orang yang ahli dalam bidang kesehatan khususnya keperawatan
dan juga sudah beberapa kali mempublikasikan hasil penelitiannya.
LIPI (2012), mengatakan dalam penulisan nama ditulis lengkap tanpa ditulis
gelar dan berupa nama asli buka nama samaran. Penulisan nama diusahan tidak
disingkat, namun apabila terdapat penyingkatan nama harus konsisten dengan
mengikuti kaidah penyingkatan. Nama penulis utama berada di urutan paling depan.
Sebutan nama ditampilkan dengan jelas setelah penyebutan judul tanpa disisipkan
kata oleh. Alamat yang dicantumkan adalah alamat isntansi atau lembaga tempat
peneliti atau penulis bekerja. Penulisan alamat berkaitan erat dengan kompetensi,
tangung jawab afiliasi dan konsekuensi yudiris yang akan diemban oleh lembaga asal
peneliti atau penulis karena terkait dengan penulis dan atau institusi. Penulisan alamat
dapat lebih dari satu jika penulis terdiri atas lebih dari satu orang dengan alamat yang
sama, pencantuman satu alamat telah dianggap cukup untuk mewakili alamat penulis
lain.
C. Tujuan penelitian
Dalam jurnal ini peneliti telah mencantumkan tujuan penelian yaitu” Untuk
membandingkan GCS dengan Skor FOUR dengan memprediksi Outcome pasien
trauma otak di bangsal ICU”.
Analisa: Jurnal ini sudah mencantumkan tujuannya
Dalam kaidah penulisan tujuan penelitian harus dicantukan, Darma (2011)
mengatakan tujuan penelitian akan mengambarkan hipotesis yang diajukan oleh
peneliti, kemudian akan menjadi dasar untuk menentuan desain, prosedur penelitian,
jumlah sampel dan uji statistik yang relevan.
D. Metode penelitian
1. Jenis penelitian
Dalam jurnal ini jenis penelitiannya yaitu true eksperiment dengan desain
bentuk Matching Pretest – Post-test Comparison Group Design. Pengkajian
menggunakan FOUR Scale digunakan pada kelompok intervensi dan pengkajian
menggunakan GCS digunakan dikelompok lain.
Analisa: Desain penelitian yang digunakan sudah tepat karena peneliti ingin
membandingkan hasil perlakukan intervensi sebelum dan setelah. Tujuan dari
penelitian eksperimen dengan desain pre post with control group adalah untuk
mengetahui dan menyelidiki ada tidaknya pengaruh dan hubungan sebab akibat
suatu model atau metode mengajar yang dilakukan atau yang diujikan oleh
peneliti dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada beberapa
kelompok yang diujikan, yaitu pada kelompok eksperimen dan kelompok pada
kontrol yang telah ditentukan. Pengkajian menggunakan FOUR Scale digunakan
pada kelompok intervensi dan pengkajian menggunakan GCS digunakan
dikelompok lain.
Eksperimen pada penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat
dari suatu perlakuan. Desain penelitian yang digunakan dengan bentuk Matching
Pretest – Post-test Comparison Group Design dengan dua macam perlakuan
Dalam Matching pretest dan Post-test Control Group Design terdapat dua
kelompok yang dipilih secara langsung, kemudian diberi pre test untuk
mengetahui keadaan awal, adakah perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol (Sugiyono, 2009)
Darma (2011) mengatakan desain penelitian merupakan model atau metode
yang diguanakan peneliti untuk melakukan suatu penelitian yang memberikan
arah terhadap jalannya penelitian. Pada desain eksperimen peneliti menjelaskan
tentang randomisasi yaitu metode random yang digunakan untuk membagi sampel
menjadi beberapa kelompok. Sedangkan blinding tujuannya untuk membutakan
agar peneliti maupun responden tidak mengetahui pengukuran yang dilakukan,
sehingga meminimalisir manipulasi terhadap hasil pengukuran. LIPI, (2012)
menegaskan penjelasan metode cukup terperinci, sehingga metode penelitian
yang digunakan dapat diulangi (repeatability ).
E. Hasil penelitian
Dalam penelitian ini 104 pasien, 23 (22,15%) wanita dan 81 (77,9%) laki-laki, dengan
usia rata-rata 41,38 ± 18,22 (dari 17 sampai 86 tahun) dipelajari. Sensitivitas kedua sisi
tersebut adalah 68,4%. GCS memperkirakan 26 kematian secara akurat. Kesepakatan
antara GCS dan pasien di luar 30% dan antara skala FOUR dan hasil pasien adalah
44,9%. Perjanjian antara dua sisi adalah 43,8% Tidak ada hubungan antara jenis kelamin
dan umur ditemukan dalam hal ini. Indeks Youden menunjukkan bahwa skala FOUR
(45,7%) memiliki prediksi yang lebih baik untuk kematian daripada GCS (32,0%).
Selanjutnya, kesepakatan Kappa koefisien untuk kesepakatan antara FOUR (� = 0,006)
dan GCS (� = 0,016) dengan hasil pasien secara statistik signifikan. Berarti nilai mati dan
hidup pasien untuk GCS adalah 4,62 ± 2,094 dan 6,58 ± 2,281, dan untuk FOUR masing-
masing 4,7 ± 3,471 dan 8,42 ± 2,925. �-test menunjukkan perbedaan yang signifikan
antara mean hidup dan mati di kedua sisik (� <0,0001). Hasilnya adalah FOUR scale
lebih efektif untuk digunakan dalam menilai kesadaran pasien. Four Scale adalah alat
yang lebih mudah digunakan dan memeberikan penilaian neurologis yang kebih
komprehensif. Kelebihan lain dari FOUR score adalah tetap dapat digunakan pada
pasien-pasien dengan gangguan metabolik akut, syok, atau kerusakan otak nonstruktural
lain karena skala ini dapat mendeteksi perubahan kesadaran lebih dini. Dengan rentang
skala penilaian yang sama di tiap-tiap komponen yakni 0-4, maka menjadi lebih mudah
diingat
Analisa: Dalam jurnal sudah disampaikan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh
peneliti. Hal ini di dukung oleh Darma (2011) yang mengatakan penulisan hasil penelitian
penyajiannya dalam bentuk tabel yang ringkas, menarik, dan informatif, kemudian
disertai dengan penjelasan narasi terhadap beberapa aspek yang menjadi perhatian.
Kemudian pada penelitian eksperimen yang menggunakan kelompok kontrol, penyajian
karakteristik responden dapat dibuat dalam bentuk tabel yang memisahkan karakteristik
antara kedua kelompok, sehingga pembaca dapat mengetahui adanya perbedaan atau
persamaan karakteristik antara kedua kelompok. LIPI (2012) menegaskan, hasil dan
pembahasan memuat uraian sebagai berikut:
a. Tampilan dalam bentuk tabulasi data hasil penelitian yang dilaksanakan
sesuai dengan metode dan peubah yang digunakan.
b. Analisis dan evaluasi terhadap data tersebut
c. Sesuai dengan formula hasil kajian teoritis yang telah dilakukan.
d. Agar lebih jelas, pembahasan hasil analisis dan evaluasi dapat menerapkan
metode komparasi, penggunaan persamaan, grafik, gambar dan tabel.
Interpretasi hasil analisis untuk memperoleh jawaban, nilai tambah, dan
kemanfaatan dikaitkan dengan permasalahan dan tujuan penelitian.
4. Respirasi
a. 4 = pola nafas regular, tidak terintubasi
b. 3 = pola cheyne-stokes, tidak terintubasi
c. 2 = pola nafas iregular, tidak terintubasi
d. 1 = nafas dengan kecepatan di atas ventilator,diintubasi
e. 0 = apnea atau pernafasan dengan kecepatan ventilator
FOUR score dianggap lebih baik dibandingkan dengan skala-skala yang telah ada
sebelumnya dalam mengklasifikasikan penurunan kesadaran. FOUR score lebih
sederhana dan memberikan informasi yang lebih baik, terutama pada pasien-pasien
yang terintubasi. Skala ini dapat membantu klinisi untuk bertindak lebih cepat atas
perubahan klinis pasien dan memudahkan dalam pertukaran informasi yang lebih
akurat dengan klinisi lain. (Wijdicks, 2005).
H. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal suatu organisasi
yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan program
kerja. Analisis internal meliputi peniaian terhadap faktor kekuatan (Strength) dan
kelemahan (Weakness). Sementara, analisis eksternal mencakup faktor peluang
(Opportunity) dan tantangan (ThreathS) (Hisyam, 1998)
1. Analisa SWOT
a. Strength
1) Dari sisi jurnal masih up date sehingga dapat digunakan
2) Kemudahan untuk menerapkan intervensi karena minim media.
3) Pengkajian dapat digunakan karena penerapan hampir sama dengan
pengkajian yang sudah ada
b. Weakness
1) Penjelasan mengenai metode yang digunakan ditulisakan namun hanya
tesirat tidak ditulis secara langsung.
c. Opportunity
1) Pelayanan yang dilakukan RS makin lebih baik
2) Mengetahui lebih awal tujuan dari asuhan kepeawaran pasien dengan
trauma otak
d. Treat
1) Belum tahu nya SDA mengenai hal baru
2) Belum siapnya sumber daya manusia unituk menerima masukan baru.
3) Regulasi lama
I. Analisa PICO
1. P :Pasien trauma otak di ruang ICU
2. I :FOUR Scale
3. C :GCS
4. O :Tujuan asuhan kepeawatan
J. Implikasi kepewatan
What (Apa) Apakah pengkajian FOUR Scale Dari hasil penelitian pada jurnal
dapat digunakan ? tersebut
Where Dimana sajakah pengkajian FOUR Pengkajian ini dapat digunakan
(Dimana) Scale dapat digunakan? dimana saja terlebih di ruangan
intensif seperti HCU ataupun
ICU.
When Kapan saja pengkajian FOUR Pengkajian dapat diguankan
(Kapan) Scale dapat digunakan? kapan saja
Who (Siapa) Kepada siapa Pengkajian FOUR Semua pasien dapat dikaji
Scale dapat digunakan? menggunakan FOUR Scale.
Why Kenapa FOUR Scale harus Pengkajian FOUR Scale
(Kenapa) digunakan? digunakan dari penelitian yang
sudah dibahas didapatkan hasil
bahwa pengkajian ini lebih
efektif dan akurat untuk
digunakan.
How Bagaimanakah prosedur 1. Respon mata
a. 4 = kelopak mata
(Bagaimana) pengkajian FOUR Scale
terbuka atau pernah
terbuka dan mengikuti
arah atau berkedip
oleh perintah
b. 3 = kelopak mata
terbuka namun tidak
mengikuti arah
c. 2 = kelopak mata
tertutup namun
terbuka jika
mendengar suara
keras
d. 1 = kelopak mata
tertutup namun
terbuka oleh rangsang
nyeri
e. 0 = jika kelopak tetap
tertutup dengan
rangsang nyeri
2. Respon motorik
a. 4 = ibu jari terangkat,
4. Respirasi
a. 4 = pola nafas regular,
tidak terintubasi
b. 3 = pola cheyne-
stokes, tidak
terintubasi
c. 2 = pola nafas
iregular, tidak
terintubasi
d. 1 = nafas dengan
kecepatan di atas
ventilator,diintubasi
e. 0 = apnea atau
pernafasan dengan
kecepatan ventilator
K. Manfaat jurnal
1. Manfaat untuk rumah sakit
Manfaat yang rumah sakit dapat selain dari alternatif pilah pengkajian juga dapat
digunakan karena lebih mudah dan juga lebih akurat dalam melakukan pengkajian
tingkat kesadaran pasien.
2. Manfaat untuk tenaga kesehatan
Manfaat bagi tenaga kesehatan kompetensi yang semakin berkembang
3. Manfaat bagi Pasien.
Lebih akuratnya pengkajian berati semakin cepat dan tepat petugas kesehatan
dalam memberikan intervensi.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari analisa jurnal ini adalah pengkaian dari berbagai penelitian
yang telah dilakukan, FOUR score terbukti memiliki validitas, reliabilitas, dan
kesesuaian yang cukup baik. Empat komponen yang terkandung dalam FOUR score
memberikan detil informasi dari pemeriksaan neurologis seperti refleks batang otak
dan pergerakan semata.
B. Saran
Semoga dengan adanya analisa jurnal ini pengkajian menggunakann FOUR
score dapat diterapkan karena FOUR score lebih sederhana dan memberikan
informasi yang lebih baik, sehingga direkomendasikan untuk digunakan di ruang
perawatan intensif.
DAFTAR PUSTAKA