OLEH:
Nama Kelompok 8:
1. A.A Istri Citra Adnyanita (17C10135)
2. Putu Thania Pramesuari A.D (17C10153)
3. Ni Nyoman Ayu Intan Pratiwi(17C10163)
4. I Nyoman Rai Putra Marthana (17C10164)
5. I Kadek Dharma Putra (17C10168)
6. A.A Gede Wahyu Spassayoga(17C10182)
Kelas : Ilmu Keperawatan C
1. Bapak I G.P. Darma Suyasa, S.Kp., M.Ng., Ph.D. selaku Rektor Institut Teknologi dan
Kesahatan Bali yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk menuntut ilmu.
2. Ibu Ns. Ni Made Sri Rahyanti,S.Kep., M.Kep.,Sp.An. dosen pembimbing mata kuliah
Keperawatan Anak I yang telah membimbing penulis dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah yang telah penulis susun masih jauh dari kata
sempurna.Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca,
sehinggapenulisan makalah berikutnya dapat lebih baik.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Pada saat ini, seorang remaja akan mengalami banyak perubahan secara seksual. Orang
tua perlu lebih intensif menanamkan nilai norma yang baik. Berikan penjelasan mengenai
kerugian sek bebas seperti, penyakit yang ditularkan dan akibat-akibat secara emosional.
Pendidikan sek sejak dini akan menghindari kehamilan di luar pranikah saat anak-anak
bertumbuh menjadi remaja dan saat dewasa kelak.
Karena rasa ingin tahu yang besar, jika anak tidak dibekali pendidikan sek, maka remaja
akan mencari jawaban dari orang lain, dari teman sebaya atau internet yang informasinya
bisa kurang tepat. Karena itu, lindungi anak-anak sejak dini dengan membekali mereka
pendidikan mengenai sek dengan cara yag tepat.
2.5 DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF SEX EDUCATION PADA REMAJA
Pertama, memiliki pengetahuan yang cukup mengenai pendidikan seksual. Pendapat yang
serupa disampaikan oleh Santrock yang menyatakan bahwa remaja yang memiliki ketahanan
psikologi ialah remaja yang memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah, kemampuan
untuk beradaptasi, dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari (Santrock, 1996).
Pengetahuan yang cukup berkaitan dengan pendidikan seksual mengandung unsur-unsur yang
sama dengan yang dimaksudkan dalam istilah intelektual, yang menggambarkan kemampuan
seseorang dalam berpikir dan mengekspresikan keinginan seksualnya ke arah yang positif.
Kedua, mampu menghindarkan dirinya dari perilaku seksual negatif beserta dengan
dampak-dampak buruknya. Dengan ini bahwa pendidikan seksual mengurangi tingkat
kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja dan mengurangi tingkat drop out karena
perilaku seksual. Hal ini terjadi karena remaja semakin mampu mengontrol dirinya. Hal
tersebut sejalan bahwa seorang remaja yang memiliki ketahanan psikologi mampu
mengendalikan emosi, sikap dan menghindarkan dirinya agar tidak terseret dalam lingkungan
(Reivich & Shatte, 2002; MacKay & Iwasaki, 2005).
Peran media massa dalam memberikan informasi tentang hal ini juga bisa mempengaruhi
perilaku seksual remaja. Nuranti (2009) menyatakan bahwa riwayat terpapar pornografi ,
intensitas komunikasi tentang seks dengan teman sebaya, dan niat untuk melakukan inisiasi
hubungan seks secara praktis meningkatkan risiko perilaku seksual dini pada remaja. Akses
remaja terhadap media massa dan pengaruh teman sebaya merupakan faktor karakteristik
remaja yang berhubungan dengan sikap remaja terhadap hubungan seksual pranikah. Jika
remaja tidak mengetahui bahwa pornografi dapat merangsang keinginannya untuk
melakukan hubungan seksual, maka perilaku mereka akan cenderung semakin tergantung
pada pornografi. Namun jika mereka mengetahui tentang hal tersebut, maka mereka akan
menghindari paparan pornografi . Kunci untuk meningkatkan pengetahuan guna mengubah
perilaku, terutama terletak pada fakta-fakta tersebut di atas, konsepkonsep dan keterampilan
yang diperlukan untuk menyampaikan pesan yang menarik tentang perilaku dan memberikan
dasar yang diperlukan untuk mengubah sikap, persepsi norma dan keterampilan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pengertian sex education
Sex education merupakan suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia
yang jelas dan benar. Sex education merupakan suatu pengetahuan yang kita ajarkan
mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin. Tentang menstruasi,
mimpi basah, adanya perubahan hormon, masalah perkawinan, dan kehamilan.
2. Pengertian remaja
Remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak manuju masa dewasa yang
ditandai dengan berbagai perubahan baik fisik, psikis, maupun sosial.
3. Tujuan sex education
a. Memberi pengetahuan yang memadai kepada remaja mengenai diri anak
sehubungna dengan kematangan fisik, mental dan emosional sehubungan dengan
sex.
b. Menanamakan pengertian tentang pentingnya nilai moral sebagai dasar
mengambil keputusan.
c. Memebrikan cukup pengetahuan tentang penyimpangan dan penyalahgunaan seks
agar terhindar dari hal-hal yang membahayakan fisik dan mental.
4. Sex education pada remaja
Pada saat ini, seorang remaja akan mengalami banyak perubahan secara seksual.
Orang tua perlu lebih intensif menanamkan nilai norma yang baik. Pendidikan sek
sejak dini akan menghindari kehamilan di luar pranikah saat anak-anak bertumbuh
menjadi remaja dan saat dewasa kelak. Karena rasa ingin tahu yang besar, jika anak
tidak dibekali pendidikan sek, maka remaja akan mencari jawaban dari orang lain, dari
teman sebaya atau internet yang informasinya bisa kurang tepat.
3.2 Saran
Sebagai tenaga kesehatan dan orang tua hendaknya memperluas pengetahuan agar dapat
memberikan pengertian kepada anak tentang sex education. Komunikasi dari orang tua dan anak
saangat penting dilakukan supaya terjalin komunukasi yang terbuka antara orang tua dan anak.
Karena mereka tidak dekat atau jauh dari control orang tua dan orang tualah yang lebih sering
terjerumus ke hal – hal yang negatif.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). 2012. Genre Goes
To School: Yang Muda Harus Berencana. (online). <http://www. bkkbn.go.id/_layouts/mobile/
dispform.aspx?List=f933abed-2814-4155-9570ed3d2276b169&View=752bdf84-8082-49ce-
8654-7d312f11c5db&ID=7 > diakses pada 27 September 2014.
Rinta Leafi O, 2015, Pendidikan Seksual Dalam Membentuk Perilaku Seksual Positif
Pada Remaja Dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Psikologi Remaja, Volume 21, Bkkbn
Provinsi Sumatera Utara, Diakses Pada Tanggal 6 September 2019