Anda di halaman 1dari 21

Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Proses Pembuatan Tahu Di

Pabrik Tahu X Tahun 2012

Endra muhamad fadillah, Meily Kurniawidjaja.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Abstrack: Penelitian ini membahas Manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja di pabrik
tahu x tahun 2012, penelitian ini bersifat deskriptif. Desain studi yang digunakan merupakan
desain studi berdasarkan standar AS/NZS 4360:2004 dengan metode semi kuantitatif
menggunakan Job Hazard Analysis (JHA). Analisis risiko dilakukan menganalisis nilai
konsekuensi, peluang serta frekuensi dan dianalisis menggunakan metode Fine yang ada pada
AS/NZS 4360:2004. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan level risiko yang belum
acceptable pada setiap proses pembuatan tahu yaitu very high, priority 1, substansial, dan
priority 3. Oleh karena itu, diberikan rekomendasi yang bersifat engineering, administrative, serta
penggunaaan alat pelindung diri.

Kata kunci:

AS/NZS 4360:2004, penilain risiko, kemungkinan,pemajanan, konsekuensi, level risiko.

Abstrack: This Risk management of safety and health research that was held at plant tofu x in
2012, is a descriptive study. This study design used a study design based on standard AS / NZS
4360:2004 with a semi-quantitative method using the Job Hazard Analysis (JHA). Risk analyzes
were conducted to analyze the value of the consequences, opportunities and the frequency and
analyzed using the methods of Fine existing AS / NZS 4360:2004. The results showed that the
level of risk that has not been found acceptable on every process of making out is very high,
priority one, substantial, and priority 3. Therefore, given the recommendation that is engineering,
administrative, and use of protective equipment.

Keywords:

AS/NZS 4360:2004, risk assessment, probability, exposure, consequences, Level of risk

Manajemen risiko ..., Endra Muhamad Fadillah, FKM UI, 2013


Pendahuluan /Latar Belakang

Perkembangan dunia industri khususnya industri informal yang sedang berkembang di


Indonesia sangat berpengaruh untuk perekonomian Indonesia,dengan menciptakan lapangan
kerja untuk para pengangguran yang ada di Indonesia dan menambah penghasilan pekerja
tsb, akan tetapi industri informal jarang sekali untuk mengikuti peraturan yang berlaku di
Indonesia dan juga pemerintah yang tidak melakukan pengawasan serta pelatihan untuk para
pekerja sehingga menimbulkan berbagai masalah baru yang terkait dengan keselamatan kerja
dan juga kesehatan kerja. Sektor informal memiliki karakteristik seperti jumlah unit usaha
yang banyak dalam skala kecil, kepemilikan oleh individu atau keluarga, teknologi yang
sederhana dan padat tenaga kerja, tingkat pendidikan dan ketrampilan yang rendah,
produktivitas tenaga kerja yang rendah dan tingkat upah yang juga relatif lebih rendah
dibandingkan sektor formal. Menurut Peraturan Pemerintah No 50 tahun 2012 tentang
penerapan SMK3 yaitu meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan
kerja yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi. Mencegah dan mengurangi
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan unsur manajemen,
pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh; serta menciptakan tempat kerja yang
aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong produktivitas. Penerapan SMK3 dilakukan
berdasarkan kebijakan nasional tentang SMK3. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
sebagai salah satu unsur perlindungan tenaga kerja bertujuan untuk menjamin para pekerja
dan orang lain yang berada disekitar tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat
dan menjaga agar sumber–sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien ,serta
menjamin kelancaran proses produksi yang merupakan faktor penting dalam meningkatkan
produktivitas industri.
Salah satu usaha yang banyak berkembang di sektor informal adalah industri tahu
rumahan, dimana terdapat pekerja yang beraktivitas dalam proses produksinya. Pada
umumnya, pekerja di tempat pembuatan tahu belum mendapatkan pelayanan kesehatan keja
ataupun jaminan kesehatan apabila terjadi penyakit akibat kerja. Dalam prosesnya sendiri
terdapat banyak bahaya yang mungkin dapat mempengaruhi tingkat kesehatan pekerja.
Industri tahu ini mengolah bahan dasar kedelai sampai menghasilkan tahu.

Manajemen risiko ..., Endra Muhamad Fadillah, FKM UI, 2013


Tinjauan Teoritis

Kerangka Konsep

Kerangka Teori
Penentuan Konteks
 Konteks internal
 Konteks eksternal
 Konteks manajemen risiko
 Pengembangan kriteria
 Penetapan struktur

Identifikasi Risiko
 Apa yang bisa terjadi
 Kapan dan dimana itu bisa terjadi
 Bagaimana dan mengapa itu terjadi
Komunikasi dan Konsultasi

Analisis Risiko

Monitoring dan review


Penentuan Alternatif Kontrol
Menentukan kemungkinan Menentukan konsekuensi

Perkiraan Tingkat Risiko

Evaluasi Risiko
 Membandingkan dengan kriteria standar
 Menentukan prioritas risiko

Risiko diterima

Penanggulangan Risiko
 Identifikasi penanggulangan risiko
 Evaluasi penanggulangan risiko (pilihan)
 Menentukan penanggulangan risiko
 Menyiapakan rencana penanggulangan
 Implementasi penanggulangan

Gambar 3.1 Australia Standard (AS/NZS 4360:2004), Risk Management


Telah diolah kembali : http://www.ucop.edu/riskmgt/erm/documents/as_stdrds4360_2004.pdf, 2006

Manajemen risiko ..., Endra Muhamad Fadillah, FKM UI, 2013


Kerangka konsep

.
Gambaran produksi

Identifikasi bahaya dan risiko

Analisis bahaya dan risiko

Menentukan Menentukan Exposure Menentukan


Consequences Probability

Basic risk = Consequency x Likelihood x Exposure


( Tanpa mempertimbangkan pengendalian yang ada )
Komunikasi dan Konsultasi

Monitoring & evaluasi


Pengendalian yang ada ( existing control )

Menentukan Menentukan Exposure Menentukan


Consequences Probability

Existing Risk = Consequency x Likelihood xExposure

Risk Reduction = Existing Risk – Basic Risk

Evaluasi Risiko (menetapkan prioritas risiko)

Menentukan Rekomendasi Pengendalian Risiko

Predictive risk = Consequency x Likelihood xExposure

Manajemen risiko ..., Endra Muhamad Fadillah, FKM UI, 2013


Definisi operasional

Tabel Definisi Operasional

No. Variabel Definisi operasional instrumen/Cara Ukur Alat ukur Skala Indikator/hasil ukur
Ukur
1. Gambaran Proses kegiatan membuat  Observasi  kamera Nominal Proses produksi
produksi tahu  wawancara  lembar
wawancara

2. Identifikasi Proses untuk menentukan  observasi  Lembar JHA Nominal -risiko keselamatan
risiko apa, dimana, kapan,  wawancara -risiko kesehatan
mengapa, dan bagaimana  data sekunder
sesuatu dapat terjadi 

2. Analisis Risiko Proses yang sistematis Consequences x matriks modifikasi Interval  Very high = > 350
untuk memahami sifat Likelihood x Exposure semikuantitatif AS/NZS  Priority 1 = 180-350
alamiah dan untuk 4360  Substantial = 70-180
menyimpulkan suatu level  Priority 3 = 20-70
risiko Acceptable = < 20
3. Consequence Dampak dari suatu kejadian  Observasi matriks modifikasi Ordinal  Catastrophic = 100
 wawancara semikuantitatif AS/NZS  Disaster = 50
4360  Very serious = 25
 Serious = 15
 Important = 5
 Noticeable = 1
4. Exposure Frekuensi pekerja terpajan  Observasi matriksmodifikasi Ordinal  Continuously = 10
suatu bahaya  Wawancara semikuantitatif AS/NZS  - Frequently = 6
4360  - Occasionally = 3
 - Infrequent =2
 - Rare = 1

Manajemen risiko ..., Endra Muhamad Fadillah, FKM UI, 2013


No. Variabel Definisi operasional instrumen /Cara Ukur Alat ukur Skala Indikator/ hasil ukur
Ukur
5. Probability Kemungkinan frekuensi  Observasi matriksmodifikasi Ordinal  Almost certain = 10
terjadinya suatu kejadian  Wawancara semikuantitatif  Likely = 6
 Kriteria penilaian AS/NZS 4360  Unusual but possible =
risiko semi kuantitatif 3
 Remotely possible = 1
 Conceivable = 0,5
 Practically Impossible =
0,1
7. Basic risk Level risiko awal tanpa Mengalikan antara  kalkulator Interval  Very high = >350
mempertimbangkan consequences,  Priority I = 180-350
pengendalian yang sudah likelihood, dan  Substantial = 70-180
ada exposure  Priority 3 = 20-70
 Acceptable = <20
8. Pengendalian Pengendalian yang sudah  Observasi  Lembar JHA Ordinal Pengendalian secara
yang ada dilakukan industri tahu  Wawancara eliminasi, substitusi,
engineering,
administrative, dan
penggunaan alat
pelindung diri ( APD )
9. Existing Risk Level risiko yang ada pada Mengalikan antara  kalkulator Interval  Very high = >350
saat ini dengan consequences,  Priority I = 180-350
memperhitungkan program likelihood, dan  Substantial = 70-180
pengendalian yang telah exposure  Priority 3 = 20-70
dilakukan  Acceptable = <20

Manajemen risiko ..., Endra Muhamad Fadillah, FKM UI, 2013


No. Variabel Definisi operasional instrumen /Cara Ukur Alat ukur Skala Indikator/ hasil ukur
Ukur
10. Risk Reduction Besarnya tingkat Risk Reduction =  kalkulator Rasio 0% - 100%
( RR ) pengurangan risiko setelah ( Basic risk -Existing
mengimplementasikan Risk ) / Basic Risk *100%
pengendalian risiko
(Existing Risk - Basic risk )
11. Evaluasi Risiko Proses membandingkan Membandingkan level  table ALARP Ordinal  Tolerable
level risiko dengan kriteria risiko dengan kriteria  Generally acceptable
risiko risiko sesuai standar
yang berlaku
12. Menentukan Memberikan rekomendasi Hierarki pengendalian  Hirarki Nominal  Eliminasi
Rekomendasi yang belum dilakukan oleh bahaya dan risiko pengendalian  Subtitusi
Pengendalian pabrik tahu yang berguna  Kontrol teknik
Risiko untuk meminimalkan risiko  Kontrol administrative
dengan mempertimbangkan  Alat pelindung diri
kemungkinan pelaksanaan
pengaplikasian tersebut di
pabrik tahu
13 Predictive risk Level risiko yang sudah Mengalikan antara  kalkulator interval  Very high =
dilakukan perhitungan consequences, >350
setelah program likelihood, dan  Priority I = 180-
pengendalian yang exposure 350
diberikan oleh penulis  Substantial =
70-180
 Priority 3 = 20-
70
 Acceptable =
<20

Manajemen risiko ..., Endra Muhamad Fadillah, FKM UI, 2013


No. Variabel Definisi operasional instrumen /Cara Ukur Alat ukur Skala Indikator/ hasil ukur
Ukur
14. Komunikasi dan Melakukan komunikasi Observasi  Lembar JHA Nominal Dilaksanakan
konsultasi kepada para pekerja dan berkomunikasi Tidak dilaksanakan
juga pemilik pabrik
berkonsultasi dengan
otoritas ranah publik
15. Monitoring dan Melakukan monitoring yang Observasi  table ALARP Nominal Dilaksanakan
evaluasi dilakukan otoritas ranah berkomunikasi  lembar JHA Tidak dilaksanakan
public dan melakukan
surveilens kepada pemilik
pabrik

Manajemen risiko ..., Endra Muhamad Fadillah, FKM UI, 2013


Metedologi Penelitian

METEDOLOGI PENELITIAN

Metode yang digunakan adalah metode analisis risiko semi-kuantitatif. Proses penilaian
risiko mengacu pada standar AS/NZS 4360:2004. Untuk identifikasi bahaya dan risiko digunakan
metode JHA (Job Hazard Analysis).dimana identifikasi dilakukan pada setiap tahapan pekerjaan
dan juga melakukan wawancara dengan para pekerja serta melakukan observasi. Sementara untuk
penilaian risiko ditentukan dengan mengalikan faktor konsekuensi, pajanan dan
kemungkinan.Penilaian risiko ini akan dilakukan pada bulan November 2012 - Desember 2012
yang bertempat di Pabrik Tahu X. Jenis data yang digunakan dalam penilaian risiko ini adalah
data primer dan sekunder. Data primer yang digunakan berupa data yang didapat dari hasil
observasi langsung di tempat kerja dan wawancara dengan 4 pekerja di Pabrik tahu X sedangkan
untuk data sekunder digunakan studi literatur tentang bahaya dan risiko pada industri Tahu.
Instrumen yang digunakan dalam penilaian risiko ini antara lain kamera, metode JHA (Job
Hazard Analysis). Untuk identifikasi bahaya dan risiko K3, form wawancara, perhitungan dan
tabel risiko W.T. Fine, dan kalkulator untuk mengkalkulasi nilai risiko. Objek pada penilaian
risiko ini adalah seluruh tahapan proses kerja di Pabrik Tahu X
Adapun tahapan dalam melakukan penilaian risiko keselamatan dan kesehatan di Pabrik Tahu X
adalah sebagai berikut:
1. Studi literatur mengenai bahaya dan risiko keselamatan dan kesehatan pada proses Tahu
2. Kunjungan langsung ke Pabrik Tahu X.
3. Melihat gambaran proses produksi yang dilakukan di Pabrik Tahu X.
4. Identifikasi bahaya dan risiko yang ada di Pabrik Tahu X.
5. Melakukan penilaian risiko (basic risk dan existing risk) yang ada di Pabrik Tahu X.
6. Menentukan risk reduction.
Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengidentifikasi hazard dan risiko
keselamatan dan kesehatan kerja menggunakan metode analisis risiko AS/NZS 4360:2004. Tahap
awal yang dilakukan adalah dengan mengetahui tahapan proses pembuatan tahu, selanjutnya
dilakukan proses identifikasi hazard dan risiko keselamatan dan kesehatan kerja berdasarkan
tahapan pekerjaan dengan menggunakan Job Hazard Analysis (JHA) yang berguna untuk
mengetahui hazard dan risiko keselamatan dan kesehatan kerja, penyebab serta upaya
pengendalian yang telah dilakukan di pabrik tahu. Kemudian dilakukan proses analisis risiko

Manajemen risiko ..., Endra Muhamad Fadillah, FKM UI, 2013


dengan menggunakan metode analisis semi kuantitatif yang mengacu pada tabel penilaian W.T.
Fine untuk menentukan tingkat Consequence, Exposure, dan Likelihood. Berikut ini adalah
rumus perhitungannya :

Risk Score = Consequence x Exposure x Likelihood

Setelah memperoleh risk score dari masing-masing tahapan kegiatan yang dilakukan oleh
para pekerja di pabrik tahu, maka langkah selanjutnya yaitu melakukan pembandingan tahap
penilaian tingkat risiko dalam bentuk skor. Skor yang telah diperoleh dibandingkan dengan
standar yang ada untuk melihat apakah nilai tersebut masih bisa diterima atau tidak .

Manajemen risiko ..., Endra Muhamad Fadillah, FKM UI, 2013


Hasil dan Pembahasan

Dari penilaian risiko didapatkan total 31 hazard dengan existing risk dengan memperhitungkan
pengendalian yang telah ada, pada proses pembuatan tahu lalu dikelompokkan menurut tabel
risiko Fine dan penulis memberikan tanda pada tiap level risiko Fine dengan warna yang
mewakili tiap level risiko, yaitu risiko dengan level risiko merah yang berarti pada level very
high sebanyak 11 dampak (35.4%), risiko dengan level risiko orange yang berarti pada level
priority 1 sebanyak 14 dampak (45.1%), risiko dengan level risiko kuning yang berarti pada
level substantial sebanyak 5 dampak (16.1%), risiko dengan level risiko hijau muda yang berarti
pada level priority 3 sebanyak 1 dampak = (3.2%). Sebagian besar existing risk ada pada level
risiko orange dengan level priority 1 yang artinya masih membutuhkan perbaikan dan
pengawasan di dalam proses pembuatan tahu.
Komunikasi dan Konsultasi
Untuk langkah selanjutnya dari proses manajemen risiko diharapkan otoritas yang bertanggung
jawab pada ranah publik suku dinas tenaga kerja dan transmigrasi (sudinakertrans), Dinas
kesehatan(dinkes), puskesmas melakukan proses komunikasi dan konsultasi kepada pihak pabrik
tahu, proses komunikasi dan konsultasi yang dilakukan dapat berupa pemberian informasi terkait
bahaya dan risiko di pabrik tahu tsb.dengan melakukan komunikasi dan konsultasi diharapkan
pekerja dapat bekerja dengan selamat serta sehat dalam melakukan pekerjaan.
Monitoring dan review
Berdasarkan hasil manajemen risiko rekomendasi pengendalian perlu adanya monitoring dan
review terhadap penerapan rekomendasi pengendalian tsb.Dilakukan monitoring oleh otoritas
ranah publik seperti puskemas, Dinas kesehatan(dinkes), suku dinas tenaga kerja dan
transmigrasi(Sudinakertrans) Otoritas ranah publik tsb perlu melakukan penyuluhan untuk para
pekerja sebagai upaya promotif dan preventif

Manajemen risiko ..., Endra Muhamad Fadillah, FKM UI, 2013


no proses Tahapan kegiatan hazard Scenario kejadian Dampak Pengendalian risiko di pabrik
tahu
2 Proses Menggiling kedelai setelah di hazard mekanik: Tangan pekerja yang terjepit mesin Luka sangat serius Belum ada
penggilingan diamkan selama 30 menit ke terjepit,tergiling giling atau tangan pekerja ikut hingga cacat
kedelai dalam mesin giling tergiling mesin giling permanen

hazard ergonomic: Postur janggal ketika akan -Nyeri pada tangan Belum ada
mengangkat ember berisi kedelai
postur janggal
untuk di masukan kedalam mesin
giling

hazard biologi: Pekerja yang digigit nyamuk dan Sakit DBD atau Belum ada
serangga dan juga bakteri serta jamur penyakit
Nyamuk , serangga dan
yang berada di lingkungan pekerja Jamuran
jamur .

Bahaya perilaku:pekerja Pekerja tidak menggunakan APD Cedera pada Belum ada
ketika bekerja
tidak menggunakan pinggang ketika
sandal atau alas kaki dan terjatuh
juga tidak menggunakan Luka tusuk
APD ketika bekerja.
Hazard mekanik : Ketika sedang bekerja pekerja bisa Terpeleset Memakai sandal
terjatuh dikarenakan lantai tempat
Lantai tempat kerja licin terjatuh
bekerja licin

Manajemen risiko ..., Endra Muhamad Fadillah, FKM UI, 2013


no proses Bahaya dan dampak Basic risk Pengendalia Exiting risk rekomendasi Predictive Risk
n pabrik tahu
C E L BR LR C E L ER RR LR C E L PR RR LR
2 Proses hazard mekanik: 25 6 6 900 V Belum ada 25 6 6 900 0% VH -menggunakan safety 15 6 3 270 70% P1
H guard untuk mesin
penggiling -terjepit,tergiling
giling
an kedelai dampaknya : -memberitahukan
bahaya dari mesin
-Luka sangat serius
giling tsb.
hingga cacat -membuat sop mesin
giling
permanen
Maintenance mesin
giling
hazard ergonomic: 5 6 6 180 P1 Belum ada 5 6 6 180 0% P1 -melakukan 5 3 6 90 50% SU
stretching sebelum
-postur janggal
melakukan pekerjaan
dampaknya : dan sesudah
melakukan pekerjaan
-Nyeri pada tangan
-membuat SOP
-Nyeri pada angkat-angkut
-safety talk
pinggang

C: Consequences E : Exposure L: Likelihood NR: Risiko LR: Level risiko RR: Risk reduction

LR: Level Risiko => Very High: Priority I: Substantial : Priority 3 : Acceptable :
VH P1 SU P3 AC

Manajemen risiko ..., Endra Muhamad Fadillah, FKM UI, 2013


no proses Tahapan kegiatan hazard Scenario kejadian Dampak Pengendalian risiko di pabrik
tahu
3 Proses Merebus hasil dari penggilingan hazard mekanik: Pekerja dapat Terkena api yang Luka sangat serius Belum ada
perebusan selama kurang lebih 45 menit berada di dalam drum dan juga
terkena api yang ada di Luka bakar
hasil gilingan dengan menggunakan uap terkena percikan dari hasil perebusan
panas dan pekerja satu nya dalam drum
memonitoring drum yang berisi
uap panas
hazard ergonomic: Postur janggal ketika akan -Nyeri pada tangan Belum ada
mengangkat ember berisi kedelai
postur janggal
untuk di masukan kedalam mesin
giling

hazard biologi: Pekerja yang digigit nyamuk dan Sakit DBD atau Belum ada
serangga dan juga bakteri serta jamur penyakit
Nyamuk , serangga dan
yang berada di lingkungan pekerja Jamuran
jamur .

Hazard mekanik : Ketika sedang bekerja pekerja bisa Terpeleset Menggunakan sendal
terjatuh dikarenakan lantai tempat
Lantai tempat kerja licin terjatuh
bekerja licin

Manajemen risiko ..., Endra Muhamad Fadillah, FKM UI, 2013


no proses Tahapan kegiatan hazard Scenario kejadian Dampak Pengendalian risiko di pabrik
tahu
3 Proses Merebus hasil dari penggilingan hazard fisik : uap panas Panas yang dihasilkan perebusan Luka sangat serius Belum ada
perebusan selama kurang lebih 45 menit tahu yang bersuhu kurang lebih
dan juga hasil Luka bakar
hasil gilingan dengan menggunakan uap panas 800C – 1000 C
dan pekerja satu nya memonitoring perebusan yang bersuhu
drum yang berisi uap panas
kurang lebih 800C – 100
0C

Hazard kimia: debu Debu yang berada di lingkungan Gangguan Belum ada
yang berada di sekitar pabrik dan ventilasi yang kurang pernafasan
pabrik dan di dalam bagus di pabrik tsb. Dan sesak nafas
pabrik . -pekerja mengalami
batuk-batuk

Manajemen risiko ..., Endra Muhamad Fadillah, FKM UI, 2013


no proses Bahaya dan dampak Basic risk Pengendalia Exiting risk rekomendasi Predictive Risk
n pabrik tahu
C E L BR LR C E L ER RR LR C E L PR RR LR
3 Proses Hazard fisik: 15 10 6 900 V Belum ada 1 10 6 900 0% VH -memasang 15 6 3 270 70% P1
perebusa H 5 temperature suhu
-uap panas dan juga
n hasil -menggunakan sarung
gilingan hasil perebusan tangan
-menggunakan masker
yang bersuhu kurang
-menjaga jarak dengan
lebih 800C – 1000 C tempat perebusan
-membuat SOP
Dampaknya :
-memberikan
-Luka bakar penyuluhan
-membuat rambu-
rambu

Hazard biologi : 5 10 6 300 P1 Belum ada 5 10 6 300 0% P1 - memasang kelambu 5 6 6 180 40% SU
nyamuk dan,jamur di depan pabrik dan
Dampaknya : ventilasi
Sakit DBD dan -menggunakan
jamuran(candidiasis) handbody atau autan
-membersihkan
saluran pembuangan
-melakukan 3M
-memakai pakaian
khusus buat kerja dan
selalu membawa
handuk
C: Consequences E : Exposure L: Likelihood NR: Risiko LR: Level risiko RR: Risk reduction

LR: Level Risiko => Very High: Priority I: Substantial : Priority 3 : Acceptable :
VH P1 SU P3 AC

Manajemen risiko ..., Endra Muhamad Fadillah, FKM UI, 2013


SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Tahapan proses pembuatan tahu adalah pemilihan kedelai, penggilingan
kedelai, perebusan hasil gilingan, penyaringan sari dan ampas tahu,
mencetak tahu, merebus tahu.
2. Secara umum pada proses pembuatan tahu ditemukan berbagai hazard di
berbagai aktivitas kegiatan, masih banyak risiko yang masih belum
dikelola dengan baik.
3. Terdapat total 31 Hazard dalam proses pembuatan tahu
a. Level very high =11 dampak (35, 4%)
b. Level priority 1 = 14 dampak (45, 1%)
c. Level substansial = 5 dampak (16, 1%)
d. Level priority 3 = 1 dampak (3, 2%).
4. Risiko terbesar pada proses pemilihan kedelai adalah perilaku pekerja
yang tidak baik dengan nilai risiko sebesar 500 (very high) disini belum
dilakukan pengendalian oleh pabrik tahu.
5. Risiko terbesar pada proses penggilingan kedelai adalah terjepit mesin
giling dengan nilai risiko sebesar 900 (very high) disini belum dilakukan
pengendalian oleh pabrik tahu.
6. Risiko terbesar pada proses perebusan hasil gilingan adalah luka bakar
dengan nilai risiko sebesar 900 (very high) disini belum dilakukan
pengendalian oleh pabrik tahu.
7. Risiko terbesar pada proses penyaringan sari dan ampas tahu adalah panas
yang dapat menyebabkan dehidrasi dengan nilai risiko sebesar 900 (very
high) disini belum dilakukan pengendalian oleh pabrik tahu.
8. Risiko terbesar pada proses mencetak tahu adalah panas yang dapat
menyebabkan dehidrasi dengan nilai risiko sebesar 900 (very high) disini
belum dilakukan pengendalian oleh pabrik tahu.
9. Risiko terbesar pada proses merebus tahu adalah panas yang dapat
menyebabkan dehidrasi dan luka bakar dengan nilai risiko sebesar 900
(very high) disini belum dilakukan pengendalian oleh pabrik tahu.

Manajemen risiko ..., Endra Muhamad Fadillah, FKM UI, 2013


10. Pengendalian yang sudah dilakukan oleh pabrik tahu adalah Hanya
memakai sendal ketika sedang bekerja, selebihnya pekerja belum
melakukan pengendalian apapun.

7.2 Saran
Secara umum, untuk mengelola risiko sampai pada level yang dapat
diterima (acceptable risk) maka perlu memperhatikan hal-hal di bawah ini:
A. Manajemen
1. Komitmen pemilik tempat kerja terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja untuk melindungi pekerja dari penyakit akibat kerja
maupun kecelakaan dan mencegah berbagai kerugian lainnya.
2. Berkoordinasi antara pemilik pabrik tahu dengan puskesmas
terutama saat terjadi kecelakaan maupun gangguan kesehatan pada
pekerja.
B. Engineering control
1. Pemeliharaan peralatan kerja seperti (drum untuk memasak
tahu,serta pipa-pipa yang berhubungan,mesin giling, dll)
2. Seluruh peralatan listrik di maintenance untuk mencegah terjadi
kebakaran.
C. Administratif control
1. Membuat prosedur kerja aman untuk setiap kegiatan pekerjaan
sesuai hasil penelitian ini tentang managemen risiko.
2. Menempel prosedur kerja disetiap tempat proses agar dapat
dilihat oleh para pekerja.
3. Membuat prosedur kerja ketika merasakan sakit untuk berobat
ke puskesmas.
D. Housekeeping
1. Menjaga kebersihan (housekeeping) lingkungan pabrik yang
baik, misalnya dengan membuang sisa-sisa produksi tahu yang
tidak digunakan, membuat saluran yang baik untuk pembuangan
limbah dari pabrik tahu.

Manajemen risiko ..., Endra Muhamad Fadillah, FKM UI, 2013


2. Membuat jadwal untuk membuang sampah supaya sampah di
pabrik tidak menumpuk.
E. Pengawasan
1. Pengawasan untuk memastikan pekerja bekerja dengan aman
dan menggunakan alat pelindung diri yang telah disediakan.
2. Melakukan inpeksi tempat kerja dan peralatan sebelum mulai
bekerja untuk memastikan lingkungan kerja dan peralatan yang
akan digunakan aman. Misalnya : memeriksa kondisi mesin
giling serta pipa-pipa yang untuk merebus tahu agar ketika
digunakan tidak terjadi hal yang tidak diinginkan seperti ledakan
dari pipa atau tergiling mesin giling
F. Promosi K3
1. Melakukan penyuluhan kepada pekerja di pabrik tahu
2. Melakukan komunikasi bahaya terhadap pekerja agar pekerja
tahu, sadar kemudian menjadi peduli untuk keselamatan dan
kesehatan pekerja.
3. Pemberian training pada pekerja mengenai proses kerja.
4. Memasang poster di setiap kegiatan agar pekerja lebih tahu
bagaimana melakukan pekerjaan yang baik.
5. Menyediakan air minum di tempat yang mudah dijangkau oleh
para pekerja untuk mencegah dehidrasi
6. Memasang indikator urine untuk melihat pekerja dehidrasi atau
tidak.
G. Alat pelindung diri

Melengkapi pekerja dengan alat pelindung diri yang sesuai,


seperti sarung tangan anti api, sepatu boots, dan baju untuk
bekerja atau baju pelindung.

Manajemen risiko ..., Endra Muhamad Fadillah, FKM UI, 2013


Kepustakaan

Achmadi, Umar Fahmi. (1993). Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal di


Indonesia. Jakarta: Depkes RI

Australian Standard /New Zealand Standard. (2004). Australian Standard /New


Zealand Standard Risk Management 4360:2004. Sydney and Wellington:
Author.

Colling. A. David, (1990), Industrial Safety Management and Technology.

Fine, William T. (1971). Mathematical Evaluation for Controlling Hazard.


Australia: Central Queensland University.

Gusani, A.Dela. (2012). Universitas Indonesia. Analisis Risiko Keselamatan dan


Kesehatan Kerja di Penyamakan kulit x tahun 2012. Skripsi. Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Depok

Harms, Lars and Rigdahl. (2001). Safety Analysis Principles and Practice in
Occupational Safety 2nd Edition. New York: Taylor and Francis.

International Labour Organization. (2012). Profil Pekerjaan yang LayakIndonesia

<http://www.ilo.org/global/topics/safety-and-health-at-work/lang--en/index.htm>

(20 november 2012, 15:00)

Kolluru, Rao.V et al,. (1996). Risk Assessment and Management Handbook for
Environmental, Health, and Safety Professionals. United States: McGraw-
Hill Inc.

Kurniawidjaja, L.Meily. (2010). Teori dan Aplikasi kesehatan Kerja. Jakarta: UI-
Press.

Levy, S. Barry, et al. (2006) Occupational and Environmental Health:


Recognizing ang Peventing Disease and Injury. 5th Edition. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.

Manajemen risiko ..., Endra Muhamad Fadillah, FKM UI, 2013


Merna, Tony & Faisal F. Al-Thani. (2008). Corporate Risk Management 2nd
Edition. England: John Wiley & Sons Ltd.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 Tentang


Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
<http://www.depdagri.go.id/media/documents/2012/05/29/p/p/pp_no.50-
2012.pdf>. (10 november 2012, 19:00)

Rahayu, S.Endang, dkk. (2012) Teknologi Proses Produksi Tahu, Yogyakarta:


Kanisius.

Ramli, Soehatman. (2010). Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif


K3 OHS Risk Management. Jakarta: Dian Rakyat.

Susilo, J.Leo dan Victor, R.Kaho. (2011). Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000
Untuk Industri Nonperbankan, Jakarta: PPM.

Suma’mur P. K, (1981), Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, PT.


Toko Gunung Agung, Jakarta.

Manajemen risiko ..., Endra Muhamad Fadillah, FKM UI, 2013

Anda mungkin juga menyukai