D
I
S
U
S
U
N
Oleh
Kelompok 1
- FITRI RAMADANY
- AGUSTANTI
- SRY WAHYUNI
- SRY HASDINA
- RUKMINI
Alhamdulillah.. Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan hidayah-
Nya. Segala pujian hanya layak kita aturkan kepada Allah SWT. Tuhan seru sekalian alam
atas segala berkat, rahmat, taufik, serta petunjuk-Nya yang sungguh tiada terkira besarnya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang penulis beri judul ”ASMAUL HUSNA
(AL-KARIM)”.
Dalam penyusuna makalah ini, penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak,
oleh karena itu penulis mengucapkan rasa berterimakasih yang sebesar-besarnya kepada
mereka, kedua orang tua dan segenap keluarga besar penulis yang telah memberikan
dukungan, moril, dan kepercayaan yang sangat berarti bagi penulis.
Berkat dukungan mereka semua kesuksesan ini dimulai, dan semoga semua ini bisa
memberikan sebuah nilai kebahagiaan dan menjadi bahan tuntunan kearah yang lebih baik
lagi. Penulis tentunya berharap isi makalah ini tidak meninggalkan celah, berupa kekurangan
atau kesalahan, namun kemungkinan akan selalu tersisa kekurangan yang tidak disadari oleh
penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis mengharapkan agar makalah
ini bermanfaat bagi semua pembaca.
DAFTAR ISI----------------------------------------------------------------------------------------
BAB I PENDAHULUAN------------------------------------------------------------------------
A. LATAR BELAKANG-------------------------------------------------------------------
B. RUMUSAN MASALAH---------------------------------------------------------------
C. TUJUAN------------------------------------------------------------------------------------
BAB II PEMBAHASAN-------------------------------------------------------------------------
B. AL-KARIM--------------------------------------------------------------------------------
TERHADAP ASMA`UL
HUSNA--------------------------------------------------------------------------------------
DAFTAR PUSTAKA-----------------------------------------------------------------------------
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam agama Islam, Asmaa'ul husna (bahasa Arab: أسسسماء اسس الحسسسنى, asmāʾ allāh al-
ḥusnā) adalah nama-nama Allah yang indah dan baik. Asma berarti nama dan husna berarti
yang baik atau yang indah, jadi asma'ul husna adalah nama nama milik Allah yang baik lagi
indah.
Sejak dulu para ulama telah banyak membahas dan menafsirkan nama-nama ini, karena
nama-nama Allah adalah alamat kepada Dzat yang mesti kita ibadahi dengan sebenarnya.
Meskipun timbul perbedaan pendapat tentang arti, makna, dan penafsirannya akan tetapi
yang jelas adalah kita tidak boleh musyrik dalam mempergunakan atau menyebut nama-
nama Allah ta'ala. Selain perbedaaan dalam mengartikan dan menafsirkan suatu nama
terdapat pula perbedaan jumlah nama, ada yang menyebut 99, 100, 200, bahkan 1.000 bahkan
4.000 nama, namun menurut mereka, yang terpenting adalah hakikat Dzat Allah SWT yang
harus dipahami dan dimengerti oleh orang-orang yang beriman seperti Nabi Muhammad.
Para ulama berpendapat bahwa kebenaran adalah konsistensi dengan kebenaran yang lain.
Dengan cara ini, umat Muslim tidak akan mudah menulis "Allah adalah ...", karena tidak ada
satu hal pun yang dapat disetarakan dengan Allah, akan tetapi harus dapat mengerti dengan
hati dan keterangan Al-Qur'an tentang Allah ta'ala. Pembahasan berikut hanyalah pendekatan
yang disesuaikan dengan konsep akal kita yang sangat terbatas ini. Semua kata yang
ditujukan pada Allah harus dipahami keberbedaannya dengan penggunaan wajar kata-kata
itu. Allah itu tidak dapat dimisalkan atau dimiripkan dengan segala sesuatu, seperti tercantum
dalam surat Al-Ikhlas.
B. Rumusan Masalah
Uraikan dan menjelaskan Asma’ul Husna (Al-Karim)
C. Tujuan
Menguraikan dan menjelaskan Asma’ul Husna (Al-Karim)
BAB II
PEMBAHASAN
Jika kita mencermati nama al-Karîm dalam al-Qur’ân, nama Allah Azza wa Jalla ya
ng mulia ini terulang sebanyak dua kali. Pertama, dalam surat an-Naml/27:40:
ضقل لرببيِّ لقيلسبلهلوقنيِّ ألألسشهكهر ألسم ألسكفههر لولمسن لشلكلر فلإ قنملما يلسشهكهر لقنلسفقسقه لولمسن لكفللر فلإ قمن لرببيِّ لغنقييِّ لك
فلللمما لرآلهه همسستلققررا قعسنلدهه لقالل هللذا قمسن فل س
قريمم
“Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata: “Ini te
rmasuk karunia Rabbku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan ni
kmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebai
kan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Rabbku Maha Kaya la
gi Maha Mulia”.
Tempat kedua, dalam surat al-Infithâr/82:6: Allah Azza wa Jalla berfirman:
ك اسللكقريقم ليا أليَيلها ا س قلسنلساهن لما لغمر ل
ك بقلربب ل
“Hai manusia, apa yang telah memperdaya kamu (berbuat durhaka) terhadap Rabbmu Yang
Maha Pemurah”.
Pada ayat surat an-Naml di atas, Allah Azza wa Jalla menceritakan tentang perkataan
Nabi Sulaiman Alaihissalam saat beliau menyaksikan wujud istana ratu Balqis di hadapannya
. Pemberian Allah Azza wa Jalla tersebut dinilai oleh Nabi Sulaiman guna menguji rasa syuk
urnya pada Allah Azza wa Jalla atas segala nikmat yang diberikan kepadanya. Lalu, ayat ini d
itutup dengan dua nama Allah Azza wa Jalla yang mulia al-Ghani (Maha Kaya) dan al-Karîm
(Maha Mulia). Kedua nama ini sangat erat dengan konteks awal ayat tersebut. Siapa saja yan
g mau bersyukur, sikap tersebut tidak akan menambah kekayaan Allah Azza wa Jalla karena
Allah Maha Kaya. Sebaliknya, barangsiapa yang tidak mau bersyukur tidak akan mengurangi
kekayaan Allah Azza wa Jalla. Demikian pula, barangsiapa yang bersyukur akan mendapat b
alasan dari al-Karîm (Yang Maha Pemurah) balasan yang berlipat ganda. Dan barangsiapa ya
ng tidak bersyukur, Allah Azza wa jalla tetap senantiasa memberi rezeki bagi mereka. Hal ini
seperti termaktub dalam firman Allah:
ضى لققعلباقدقه اسلهكسفلر لوإقسن تلسشهكهروا يلسر ل
ضهه للهكسم إقسن تلسكفههروا فلإ قمن م
ال لغنقييِّ لعسنهكسم لولل يلسر ل
“Jika kamu kafir maka sesungguhnya AllahMaha Kaya darimu (tidak memerlukanmu) dan Di
a tidak meridhai kekafiran bagi para hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia merid
hai kesyukuran itu bagimu” [az-Zumar/39:7]
Begitu juga, sebagai cermin karom-Nya, Allah Azza wa Jalla senantiasa memberi, tan
pa pernah terhenti pemberian-Nya. Allah Azza wa Jalla berfirman:
ض لوألسسبللغ لعللسيهكسم نقلعلمهه ل
ظاقهلرةر لولباقطنلةر ت لولما قفيِّ اسللسر ق ألللسم تللرسوا ألمن م
ال لسمخلر للهكسم لما قفيِّ المسلمالوا ق
“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu
apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir da
n batin” [Luqmân/31:20]
Demikian pula sebagai bentuk karom-Nya, Allah Azza wa Jalla memberi nikmat dari
semenjak pertama meskipun tanpa diminta. Allah Azza wa Jalla berfirman:
اه يلسرهزقهلها لوإقمياهكسم لوههلو المسقميهع اسللعقليهم
لولكأ ليبسن قمسن لدابمةة لل تلسحقمهل قرسزقللها م
“Dan berapa banyak binatang yang tidak membawa rezkinya sendiri. Allah-lah yang memberi
rezki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. [al-‘Anka
bût/29:60]
Sebagai cermin sifat karom-Nya yang lain, Allah Azza wa Jalla memberi berbagai ke
baikan tanpa mengharap pamrih, karena Allah Azza wa Jalla bersifat
Maha Pemurah secara mutlak. Allah Azza wa Jalla berfirman:
ق هذو اسلقهموقة اسللمقتيهن ق لولما أهقريهد ألسن يه س
( إقمن م57) طقعهموقن
ال ههلو المرمزا ه لما أهقريهد قمسنههسم قمسن قرسز ة
“Aku tidak menghendaki rezki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya m
ereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang mempunya
i Kekuatan lagi Sangat Kokoh”. [Adz-Dzâriyât/51:57-58]
Termasuk pula dalam makna al-Karîm, Allah Azza wa Jalla memerintahkan para ham
ba-Nya untuk meminta kepada-Nya dan berjanji akan memperkenankan permintaan mereka.
Bahkan memberitakan mengenai pemberian lain diluar permintaan mereka tersebut. Sebalikn
ya, akan marah kepada orang yang tidak berdoa kepada-Nya. Karena Allah itu Maha Pemura
h. Allah Azza wa Jalla berfirman:
لولقالل لريَبهكهم اسدهعوقنيِّ ألسستلقج س
ب للهكسم إقمن المقذيلن يلسستلسكبقهرولن لعسن قعلبالدقتيِّ لسيلسدهخهلولن لجهلنملم لداقخقريلن
“Dan Rabbmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesu
ngguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Ja
hannam dalam keadaan hina dina.” [Ghâfir/40:60]
Jadi intinya, pengertian nama al-Karîm adalah yang memiliki segala macam kebaikan dan ke
muliaan serta keutamaan.
Orang yang masih dalam perjalanan sangat teringin untuk cepat sampai kepada Allah s.w.
t. Dia terpesona melihat keadaan orang-orang yang telah sampai. Kadang-kadang timbul rasa
tidak sabar untuk ikut sama sampai kepada tujuannya. Perasaan tidak sabar akan menimbulka
n harapan atau cita-cita agar ada seseorang yang dapat menolong mengangkatnya. Orang yan
g diharapkan itu mungkin terdiri daripada mereka yang telah sampai atau mungkin juga dia m
enaruh harapan kepada wali-wali ghaib dan malaikat-malaikat.
Maksud dan tujuannya tidak berubah, iaitu sampai kepada Allah s.w.t tetapi dalam menca
pai maksud itu sudah diselit dengan harapan kepada selain-Nya. Ini bermakna sifat bertawaka
l dan berserah dirinya sudah bergoyang. Sebelum dia terjatuh, Hikmat ini menariknya supaya
berpegang kepada al-Karim. Walau kepada siapa pun diletakkan harapan namun, harapan dan
orang berkenaan tetap mencari al-Karim. Tidak ada harapan dan cita-cita yang dapat melepasi
al-Karim.
Nama ini memberi pengertian istimewa tentang Allah SWT Al-Karim bermaksud:
Dengan memahami makna nama Allah Azza wa Jalla al-Karîm akan menumbuhkan si
fat-sifat yang mulia dalam diri seorang muslim, diantaranya:
1. Menanamkan sifat mulia dalam diri seorang muslim, karena Allah Maha Mulia dan mencin
tai orang yang bersifat mulia.
Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, “Makhluk yang paling dicintai Allah Azza wa Jall
a adalah orang yang mampu menghiasi diri dengan sifat yang merupakan penjabaran dari sifa
t-sifat Allah Azza wa Jalla. Allah Azza wa Jalla Maha Mulia makam Dia Azza wa Jalla menc
intai orang yang memiliki sifat mulia dari para hamba-Nya”[10] .
2. Menanamkan sifat pemurah dalam diri seorang muslim. Karena diantara makna al-Karîm a
dalah Maha Pemurah. Tentu Allah Azza wa Jalla amat mencintai orang yang bersifat pemura
h. Dan Allah Azza wa Jalla membenci orang yang bersifat kikir. Allah Azza wa Jalla berfirm
an:
اه اسللغنقيَيِّ لوألسنتههم اسلفهقللراهء لوإقسن تلتللولمسو لها ألسنتهسم هلهؤللقء تهسدلعسولن لقتهسنفقهقوا قفيِّ لسقبيقل م
اق فلقمسنهكسم لمسن يلسبلخهل لولمسن يلسبلخسل فلإ قنملما يلسبلخهل لعسن نلسفقسقه لو م
ا يلسستلسبقدسل قلسورما لغسيلرهكسم ثهمم لل يلهكوهنوا ألسملثاللهكسم
“Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah.
Maka di antara kamu ada yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir te
rhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang
berkehendak (kepada-Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) den
gan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu ini”. [Muhammad/47:38]
3. Menumbuhkan rasa cinta yang dalam pada diri seorang muslim kepada Allah Azza wa Jall
a . Karena Allah Azza wa Jalla bersifat Maha Pemurah. Allah Azza wa Jalla memberi nikmat
tanpa batas kepadanya meskipun tanpa diminta.
4. Wajibnya memuliakan kitab Allah Azza wa Jalla, al-Qur’ânul Karîm. Karena, al-Qur’ân ad
alah kalam Allah Azza wa Jalla yang mulia, yang diturunkan melalui perantara malaikat yang
mulia kepada Rasul yang mulia.
5. Wajibnya memuliakan malaikat-malaikat Allah Azza wa Jalla, diantaranya malaikat Jibril.
Barang siapa yang membencinya, maka ia adalah musuh Allah Azza wa Jalla. Allah Azza wa
Jalla berfirman :
ال لعهديو لقسللكافققريلن
لمسن لكالن لعهدروا قملق لولمللئقلكتققه لوهرهسلققه لوقجسبقريلل لوقميلكالل فلإ قمن م
“Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan
Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir”. [al-Baqarah/2:98]
6. Wajibnya mencintai para rasul Allah Azza wa Jalla. Barangsiapa yang membenci salah seo
rang diantara mereka, maka ia adalah musuh Allah Azza wa Jalla, sesuai dengan kandungan a
yat di atas.
7. Menumbuhkan sifat suka memuliakan tetangga dan tamu, sesuai anjuran Rasulullah Shalla
llahu ‘alaihi wa sallam.
8. Menumbuhkan sifat suka pemaaf, karena Allah Azza wa Jalla menyukai sifat pemaaf.
9. Mendorong kita untuk selalu berdoa kepada Allah Azza wa Jalla. Karena Allah Azza wa Ja
lla Maha Pemurah terhadap hamba-Nya.
BAB III
KESIMPULAN
Asma`ul husna artinya nama-nama yang baik. Sedangkan menurut istilah berarti nama-
nama Allah yang baik dan yang agung sesuai dengan sifat-sifat Allah sebagai bukti
keagungan dan kemuliaan-Nya
Al Karim ialah Dzat yang banyak memberi dan berbuat baik tanpa
diminta. Berbeda dengan As-Sakhiy (dermawan) yang suka memberi
karena diminta.
DAFTAR PUSTAKA