Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ASMA’UL HUSNA (AL-KARIM)

D
I
S
U
S
U
N

Oleh
Kelompok 1

- FITRI RAMADANY
- AGUSTANTI
- SRY WAHYUNI
- SRY HASDINA
- RUKMINI

SMK NEGERI 1 MAJENE


TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah.. Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan hidayah-
Nya. Segala pujian hanya layak kita aturkan kepada Allah SWT. Tuhan seru sekalian alam
atas segala berkat, rahmat, taufik, serta petunjuk-Nya yang sungguh tiada terkira besarnya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang penulis beri judul ”ASMAUL HUSNA
(AL-KARIM)”.
Dalam penyusuna makalah ini, penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak,
oleh karena itu penulis mengucapkan rasa berterimakasih yang sebesar-besarnya kepada
mereka, kedua orang tua dan segenap keluarga besar penulis yang telah memberikan
dukungan, moril, dan kepercayaan yang sangat berarti bagi penulis.
Berkat dukungan mereka semua kesuksesan ini dimulai, dan semoga semua ini bisa
memberikan sebuah nilai kebahagiaan dan menjadi bahan tuntunan kearah yang lebih baik
lagi. Penulis tentunya berharap isi makalah ini tidak meninggalkan celah, berupa kekurangan
atau kesalahan, namun kemungkinan akan selalu tersisa kekurangan yang tidak disadari oleh
penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis mengharapkan agar makalah
ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ---------------------------------------------------------------------------

DAFTAR ISI----------------------------------------------------------------------------------------

BAB I PENDAHULUAN------------------------------------------------------------------------

A. LATAR BELAKANG-------------------------------------------------------------------

B. RUMUSAN MASALAH---------------------------------------------------------------

C. TUJUAN------------------------------------------------------------------------------------

BAB II PEMBAHASAN-------------------------------------------------------------------------

A. PENGERTIAN ASMA`UL HUSNA-----------------------------------------------

B. AL-KARIM--------------------------------------------------------------------------------

C. PERILAKU YANG LAHIR ATAU MUNCUL DARI PENGHAYATAN

TERHADAP ASMA`UL

HUSNA--------------------------------------------------------------------------------------

BAB III KESIMPULAN ------------------------------------------------------------------------

DAFTAR PUSTAKA-----------------------------------------------------------------------------
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam agama Islam, Asmaa'ul husna (bahasa Arab: ‫أسسسماء اسس الحسسسنى‬, asmāʾ allāh al-
ḥusnā) adalah nama-nama Allah yang indah dan baik. Asma berarti nama dan husna berarti
yang baik atau yang indah, jadi asma'ul husna adalah nama nama milik Allah yang baik lagi
indah.
Sejak dulu para ulama telah banyak membahas dan menafsirkan nama-nama ini, karena
nama-nama Allah adalah alamat kepada Dzat yang mesti kita ibadahi dengan sebenarnya.
Meskipun timbul perbedaan pendapat tentang arti, makna, dan penafsirannya akan tetapi
yang jelas adalah kita tidak boleh musyrik dalam mempergunakan atau menyebut nama-
nama Allah ta'ala. Selain perbedaaan dalam mengartikan dan menafsirkan suatu nama
terdapat pula perbedaan jumlah nama, ada yang menyebut 99, 100, 200, bahkan 1.000 bahkan
4.000 nama, namun menurut mereka, yang terpenting adalah hakikat Dzat Allah SWT yang
harus dipahami dan dimengerti oleh orang-orang yang beriman seperti Nabi Muhammad.
Para ulama berpendapat bahwa kebenaran adalah konsistensi dengan kebenaran yang lain.
Dengan cara ini, umat Muslim tidak akan mudah menulis "Allah adalah ...", karena tidak ada
satu hal pun yang dapat disetarakan dengan Allah, akan tetapi harus dapat mengerti dengan
hati dan keterangan Al-Qur'an tentang Allah ta'ala. Pembahasan berikut hanyalah pendekatan
yang disesuaikan dengan konsep akal kita yang sangat terbatas ini. Semua kata yang
ditujukan pada Allah harus dipahami keberbedaannya dengan penggunaan wajar kata-kata
itu. Allah itu tidak dapat dimisalkan atau dimiripkan dengan segala sesuatu, seperti tercantum
dalam surat Al-Ikhlas.
B. Rumusan Masalah
Uraikan dan menjelaskan Asma’ul Husna (Al-Karim)
C. Tujuan
Menguraikan dan menjelaskan Asma’ul Husna (Al-Karim)
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ASMA`UL HUSNA


Menurut bahasa, Asma`ul husna artinya nama-nama yang baik. Sedangkan menurut
istilah berarti nama-nama Allah yang baik dan yang agung sesuai dengan sifat-sifat Allah
sebagai bukti keagungan dan kemuliaan-Nya, jumlahnya ada 99 (sembilan puluh sembilan)
nama.Allah berfirman dalam QS. Al-A`raf : 180

Artinya : "Allah mempunyai Asma`ul husna maka memohonlah kepada-Nya dengan


menyebut Asma`ul husna itu." (QS. Al-A`raf:180) Rasulullah SAW menjelaskan bahwa
Asma`ul husna jumlahnya 99, sebagaimana diterangkan dalam sebuah hadis berikut :
Artinya : "Sesungguhnya Allah mempunyai sembilan puluh sembilan nama, yaitu seratus
kurang satu, barang siapa menghafalnya (menyebut di luar kepala) niscaya ia akan
dimasukkan ke dalan surga." (HR. Imam Bukhari)
B. AL-KARIM
Al Karim ialah Dzat yang banyak memberi dan berbuat baik tanpa
diminta. Berbeda dengan As-Sakhiy (dermawan) yang suka memberi
karena diminta. Atas dasar inilah, Allah memberikan nama-Nya dengan Al-
Karim, bukan As-Sakhiy. Ada pendapat lain mengatakan, bahwa Al-Karim
artinya ialah jika mampu membalas, ia justru memaafkan; jika berjanji, ia
menepati; dan jika memberi, ia melebihi apa yang diharapkan, tidak
peduli berapa banyak ia memberi dan kepada siapa ia memberi. Jika
timbul kebutuhan kepada selainnya, ia tidak rela. Dia tidak menyia-
nyiakan orang yang berlindung atau menyerahkan diri kepadanya, dan
dicukupkannya orang itu dari perantara dan pembela lain. Tidak ada yang
memiliki sifat-sifat ini selain Allah SWT. Nama ini memberi pengertian
istimewa tentang Allah SWT Al-Karim bermaksud:
 Allah SWT Maha Pemurah.
 Allah SWT memberi tanpa diminta.
 Allah SWT memberi sebelum diminta.
 Allah SWT memberi apabila diminta.
 Allah SWT memberi bukan kerana permintaan, tetapi cukup sekadar
harapan, cita-cita dan angan-angan hamba-hamba-Nya. Dia tidak
mengecewakan harapan mereka.
 Allah SWT memberi lebih baik daripada apa yang diminta dan diharapkan
oleh para hamba-Nya.
 Allah Yang Maha Pemurah tidak kedekut dalam pemberian-Nya. Tidak
dikira berapa banyak diberi-Nya dan kepada siapa Dia memberi.
 Paling penting, demi kebaikan hamba-Nya sendiri, Allah SWT memberi
dengan bijaksana, dengan cara yang paling baik, masa yang paling sesuai
dan paling bermanafaat kepada si hamba yang menerimanya.
C. PERILAKU YANG LAHIR ATAU MUNCUL DARI PENGHAYATAN TERHADAP
ASMA`UL HUSNA
1. Menanamkan sifat mulia dalam diri seorang muslim, karena Allah
Mahamulia mencintai orang yang bersifat mulia.
2. Menanamkan sifat pemurah dalam diri seorang muslim, karena di antara
makna Al Kariim “Maha Pemurah“. Tentu Allah amat mencintai orang yang
bersifat pemurah. Dan Allah membeci orang yang bersifat kikir.
3. Menumbuhkan rasa cinta yang dalam diri seorang muslim kepada Allah,
karena Allah bersifat Maha Pemurah. Allah memberi nikmat tanpa batas
kepadanya meskipun tanpa diminta.
4. Wajibnya memuliakan kitab Allah yaitu Al-Qur’anul Karim. Karena, Al-
Quran adalah Kalam Allah yang mulia. Yang diturunkan melalui perantara
malaikat yang mulia kepada Rasul yang mulia.
5. Wajibnya memuliakan malaikat-malaikat Allah, di antaranya malaikat
jibril, barang siapa yang membencinya, maka ia adalah musuh Allah.
6. Wajibnya mencintai para rasul Allah, barang siapa yang membenci salah
seorang di antara mereka, maka ia adalah musuh Allah.
7. Menumbuhkan sifat suka memuliakan tetangga dan tamu.
8. Menumbuhkan sifat suka pemaaf, karena Allah menyukai sifat pemaaf.
9. Mendorong kita untuk selalu berdoa kepada Allah, karena Allah Maha
Pemurah terhadap hambanya.

1.3 Pengertian Al-Karim


Al Karim ialah Dzat yang banyak memberi dan berbuat baik tanpa diminta. Berbeda deng
an As-Sakhiy (dermawan) yang suka memberi karena diminta. Atas dasar inilah, Allah memb
erikan nama-Nya dengan Al-Karim, bukan As-Sakhiy. Ada pendapat lain mengatakan, bahwa
Al-Karim artinya ialah jika mampu membalas, ia justru memaafkan; jika berjanji, ia menepati
; dan jika memberi, ia melebihi apa yang diharapkan, tidak peduli berapa banyak ia memberi
dan kepada siapa ia memberi. Jika timbul kebutuhan kepada selainnya, ia tidak rela. Dia tidak
menyia-nyiakan orang yang berlindung atau menyerahkan diri kepadanya, dan dicukupkanny
a orang itu dari perantara dan pembela lain. Tidak ada yang memiliki sifat-sifat ini selain Alla
h SWT.

1.4 Makna yang mendalam dari pengertian Al-Karim


Al-Azhari rahimahullah mengartikannya dengan: ” al-Karîm salah satu dari sifat Alla
h Azza wa Jalla dan nama-Nya. Maknanya, yaitu dzat yang sangat banyak memiliki kebaikan
, amat pemurah, pemberi nikmat dan keutamaan”. al-Karîm adalah nama yang mencakup seg
ala sifat yang terpuji. Allah Azza wa Jalla adalah al-Karîm (Maha Mulia) amat terpuji segala
perpuatan-Nya.[3]
Ibnu Manzhûr rahimahullah menjelaskan: ” al-Karîm salah satu dari sifat Allah Azza
wa Jalla dan nama-Nya. Yakni dzat yang amat banyak memiliki kebaikan, amat pemurah lagi
pemberi. Pemberian-Nya tidak pernah habis. Dia-lah Dzat Yang Maha Mulia secara mutlak. a
l-Karîm adalah nama mencakup segala kebaikan, kemuliaan dan keutamaan. Nama ini juga m
enghimpun segala hal yang terpuji. Allah Azza wa Jalla mempunyai nama al-Karîm (Maha M
ulia) artinya amat terpuji dalam segala perpuatan-Nya, Rabb yang memiliki ‘Arsy yang mulia
lagi agung”[4].

Jika kita mencermati nama al-Karîm dalam al-Qur’ân, nama Allah Azza wa Jalla ya
ng mulia ini terulang sebanyak dua kali. Pertama, dalam surat an-Naml/27:40:
‫ضقل لرببيِّ لقيلسبلهلوقنيِّ ألألسشهكهر ألسم ألسكفههر لولمسن لشلكلر فلإ قنملما يلسشهكهر لقنلسفقسقه لولمسن لكفللر فلإ قمن لرببيِّ لغنقييِّ لك‬
‫فلللمما لرآلهه همسستلققررا قعسنلدهه لقالل هللذا قمسن فل س‬
‫قريمم‬
“Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata: “Ini te
rmasuk karunia Rabbku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan ni
kmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebai
kan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Rabbku Maha Kaya la
gi Maha Mulia”.
Tempat kedua, dalam surat al-Infithâr/82:6: Allah Azza wa Jalla berfirman:
‫ك اسللكقريقم‬ ‫ليا أليَيلها ا س قلسنلساهن لما لغمر ل‬
‫ك بقلربب ل‬
“Hai manusia, apa yang telah memperdaya kamu (berbuat durhaka) terhadap Rabbmu Yang
Maha Pemurah”.
Pada ayat surat an-Naml di atas, Allah Azza wa Jalla menceritakan tentang perkataan
Nabi Sulaiman Alaihissalam saat beliau menyaksikan wujud istana ratu Balqis di hadapannya
. Pemberian Allah Azza wa Jalla tersebut dinilai oleh Nabi Sulaiman guna menguji rasa syuk
urnya pada Allah Azza wa Jalla atas segala nikmat yang diberikan kepadanya. Lalu, ayat ini d
itutup dengan dua nama Allah Azza wa Jalla yang mulia al-Ghani (Maha Kaya) dan al-Karîm
(Maha Mulia). Kedua nama ini sangat erat dengan konteks awal ayat tersebut. Siapa saja yan
g mau bersyukur, sikap tersebut tidak akan menambah kekayaan Allah Azza wa Jalla karena
Allah Maha Kaya. Sebaliknya, barangsiapa yang tidak mau bersyukur tidak akan mengurangi
kekayaan Allah Azza wa Jalla. Demikian pula, barangsiapa yang bersyukur akan mendapat b
alasan dari al-Karîm (Yang Maha Pemurah) balasan yang berlipat ganda. Dan barangsiapa ya
ng tidak bersyukur, Allah Azza wa jalla tetap senantiasa memberi rezeki bagi mereka. Hal ini
seperti termaktub dalam firman Allah:
‫ضى لققعلباقدقه اسلهكسفلر لوإقسن تلسشهكهروا يلسر ل‬
‫ضهه للهكسم‬ ‫إقسن تلسكفههروا فلإ قمن م‬
‫ال لغنقييِّ لعسنهكسم لولل يلسر ل‬
“Jika kamu kafir maka sesungguhnya AllahMaha Kaya darimu (tidak memerlukanmu) dan Di
a tidak meridhai kekafiran bagi para hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia merid
hai kesyukuran itu bagimu” [az-Zumar/39:7]

Barangsiapa bersyukur, sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri.


Dan barangsiapa mengingkari (tidak bersyukur), sesungguhnya Allah Azza wa Jalla Maha Ka
ya lagi Maha Mulia. Allah Azza wa Jalla memberi bukan karena membutuhkan makhluk tapi
karena Allah Azza wa Jalla mempunyai nama al-Karîm (Maha Pemurah).
Adapun pada ayat surat al-Infithâr, Allah Azza wa Jalla bertanya kepada manusia, apa
yang membuat mereka teperdaya untuk selalu berbuat durhaka kepada Allah Azza wa Jalla. P
adahal, Allah Azza wa Jalla senantiasa mencurahkan berbagai nikmat dan rahmat bagi merek
a. Karena Allah bersifat Maha Pemurah terhadap seluruh manusia. Tidaklah pantas manusia b
erlaku demikian, karena Allah al-Karîm (pemurah) terhadap mereka.
Al-Karîm adalah yang mulia dalam segala hal, yang amat banyak pemberian dan keba
ikannya, baik ketika diminta maupun tidak. Nama al-Karîm menunjukkan kesempurnaan kem
uliaan Allah Azza wa Jalla dalam zat dan segala sifat serta perbuatan-Nya:
1. Allah Azza wa Jalla Maha Mulia dalam dzat-Nya. Tidak ada cacat sedikit pun dalam dzat
Allah Azza wa Jalla. Sesungguhnya dzat Allah k Maha Indah.
2. Allah Azza wa Jalla Maha Mulia dalam segala sifat-Nya. Tidak ada sifat jelek pun pada Al
lah k . Sesungguhnya sifat-sifat Allah amat sempurna dalam segala maknanya.
3. Allah Azza wa Jalla juga Maha Mulia dalam segala perbuatannya. Tidak ada cacat dalam p
erbuatan Allah Azza wa Jalla. Sesungguhnya segala perbuatan Allah Azza wa Jalla penuh de
ngan berbagai hikmah yang luas.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Nama Allah al-Karîm mencakup makn
a kedermawanan, juga makna kemuliaan dan keluhuran, serta bermakna kelembutan dan me
mberi kebaikan”.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Secara global, makna al-Karîm adalah dz
at yang suka memberi kebaikan yang banyak dengan amat mudah dan gampang. Lawannya, o
rang pelit yang amat sulit dan jarang mengeluarkan kebaikan”
Diantara makna al-Karîm, Allah Azza wa Jalla berbuat baik kepada seluruh makhluk t
anpa sebuah kewajiban yang mesti mereka kerjakan. Semua kebaikan yang diberikan Allah A
zza wa Jalla kepada makhluk adalah semata-mata atas kemurahan-Nya kepada para makhluk.
Kemudian, sebagai (cermin) sifat karom-Nya, Allah Azza wa Jalla memaafkan sesuat
u hak yang wajib diserahkan kepada-Nya. Allah Azza wa Jalla memaafkan dosa para hamba
yang lalai dalam menunaikan kewajiban kepada Allah. Karena nama Allah al-Karîm beriring
an dengan nama Allah al-‘Afuww (Maha Pemberi Maaf), seperti tertuang dalam sabda Rasul
ullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut:
‫ب اسللعسفلو‬ ‫ي للسيللةة للسيللةه اسلقلسدقر لما ألهقوهل قفيلها لقالل هقوقليِّ اللمههمم إقنم ل‬
َ‫ك هعفهيو لكقريمم تهقح ي‬ َ‫ت أل ي‬ ‫اق أللرألسي ل‬
‫ت إقسن لعلقسم ه‬ ‫ت قهسل ه‬
‫ت ليا لرهسولل م‬ ‫لعسن لعائقلشةل لقالل س‬
ِّ‫ف لعبني‬ ‫لفاسع ه‬
Dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha , ia berkata: “Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika seandai
nya aku mengetahui malam Lailatul Qadar, apa yang aku ucapkan?” Beliau bersabda: “Ucapk
anlah: Ya Allah sesungguhnya engkau Maha Pemaaf lagi Maha Mulia, Engkau mencintai sifa
t pemaaf, maka ampunilah aku”. [HR. at-Tirmidzi 5/534, dan dishahîhkan al-Albâni]
Disamping itu, jika seseorang bertaubat dari kesalahannya, Allah Azza wa Jalla meng
hapus dosanya dan menggantikan kesalahan tersebut dengan kebaikan. Allah Azza wa Jalla b
erfirman:
‫ت لولكالن م‬
‫اه لغهفوررا لرقحيرما‬ ‫اه لسيبلئاتققهسم لحلسلنا ة‬ ‫صالقرحا فلهأوللئق ل‬
‫ك يهبلبدهل م‬ ‫ب لوآللملن لولعقملل لعلمرل ل‬
‫إقمل لمسن لتا ل‬
“Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan
mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penya
yang” [al-Furqân/25:70]

Begitu juga, sebagai cermin karom-Nya, Allah Azza wa Jalla senantiasa memberi, tan
pa pernah terhenti pemberian-Nya. Allah Azza wa Jalla berfirman:
‫ض لوألسسبللغ لعللسيهكسم نقلعلمهه ل‬
‫ظاقهلرةر لولباقطنلةر‬ ‫ت لولما قفيِّ اسللسر ق‬ ‫ألللسم تللرسوا ألمن م‬
‫ال لسمخلر للهكسم لما قفيِّ المسلمالوا ق‬
“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu
apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir da
n batin” [Luqmân/31:20]

Demikian pula sebagai bentuk karom-Nya, Allah Azza wa Jalla memberi nikmat dari
semenjak pertama meskipun tanpa diminta. Allah Azza wa Jalla berfirman:
‫اه يلسرهزقهلها لوإقمياهكسم لوههلو المسقميهع اسللعقليهم‬
‫لولكأ ليبسن قمسن لدابمةة لل تلسحقمهل قرسزقللها م‬
“Dan berapa banyak binatang yang tidak membawa rezkinya sendiri. Allah-lah yang memberi
rezki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. [al-‘Anka
bût/29:60]

Sebagai cermin sifat karom-Nya yang lain, Allah Azza wa Jalla memberi berbagai ke
baikan tanpa mengharap pamrih, karena Allah Azza wa Jalla bersifat
Maha Pemurah secara mutlak. Allah Azza wa Jalla berfirman:
‫ق هذو اسلقهموقة اسللمقتيهن‬ ‫ق لولما أهقريهد ألسن يه س‬
‫( إقمن م‬57) ‫طقعهموقن‬
‫ال ههلو المرمزا ه‬ ‫لما أهقريهد قمسنههسم قمسن قرسز ة‬

“Aku tidak menghendaki rezki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya m
ereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang mempunya
i Kekuatan lagi Sangat Kokoh”. [Adz-Dzâriyât/51:57-58]

Termasuk pula dalam makna al-Karîm, Allah Azza wa Jalla memerintahkan para ham
ba-Nya untuk meminta kepada-Nya dan berjanji akan memperkenankan permintaan mereka.
Bahkan memberitakan mengenai pemberian lain diluar permintaan mereka tersebut. Sebalikn
ya, akan marah kepada orang yang tidak berdoa kepada-Nya. Karena Allah itu Maha Pemura
h. Allah Azza wa Jalla berfirman:
‫لولقالل لريَبهكهم اسدهعوقنيِّ ألسستلقج س‬
‫ب للهكسم إقمن المقذيلن يلسستلسكبقهرولن لعسن قعلبالدقتيِّ لسيلسدهخهلولن لجهلنملم لداقخقريلن‬
“Dan Rabbmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesu
ngguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Ja
hannam dalam keadaan hina dina.” [Ghâfir/40:60]
Jadi intinya, pengertian nama al-Karîm adalah yang memiliki segala macam kebaikan dan ke
muliaan serta keutamaan.

Orang yang masih dalam perjalanan sangat teringin untuk cepat sampai kepada Allah s.w.
t. Dia terpesona melihat keadaan orang-orang yang telah sampai. Kadang-kadang timbul rasa
tidak sabar untuk ikut sama sampai kepada tujuannya. Perasaan tidak sabar akan menimbulka
n harapan atau cita-cita agar ada seseorang yang dapat menolong mengangkatnya. Orang yan
g diharapkan itu mungkin terdiri daripada mereka yang telah sampai atau mungkin juga dia m
enaruh harapan kepada wali-wali ghaib dan malaikat-malaikat.

Maksud dan tujuannya tidak berubah, iaitu sampai kepada Allah s.w.t tetapi dalam menca
pai maksud itu sudah diselit dengan harapan kepada selain-Nya. Ini bermakna sifat bertawaka
l dan berserah dirinya sudah bergoyang. Sebelum dia terjatuh, Hikmat ini menariknya supaya
berpegang kepada al-Karim. Walau kepada siapa pun diletakkan harapan namun, harapan dan
orang berkenaan tetap mencari al-Karim. Tidak ada harapan dan cita-cita yang dapat melepasi
al-Karim.
Nama ini memberi pengertian istimewa tentang Allah SWT Al-Karim bermaksud:

1. Allah SWT Maha Pemurah.


2. Allah SWT memberi tanpa diminta.
3. Allah SWT memberi sebelum diminta.
4. Allah SWT memberi apabila diminta.
5. Allah SWT memberi bukan kerana permintaan, tetapi cukup sekadar harapan, cita-cita dan ang
an-angan hamba-hamba-Nya. Dia tidak mengecewakan harapan mereka.
6. Allah SWT memberi lebih baik daripada apa yang diminta dan diharapkan oleh para hamba-
Nya.
7. Allah Yang Maha Pemurah tidak kedekut dalam pemberian-Nya. Tidak dikira berapa banyak d
iberi-Nya dan kepada siapa Dia memberi.
Paling penting, demi kebaikan hamba-Nya sendiri, Allah SWT memberi dengan bijaksana, de
ngan cara yang paling baik, masa yang paling sesuai dan paling bermanafaat kepada si hamba
yang menerimanya.

1.5 Teladan dari Makna Al-Karim


Selanjutnya, berikut ini beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari mengetahui dan
memahami makna nama Allah Azza wa Jalla al-Karîm. Perkara ini merupakan tujuan yang se
sungguhnya bagi seorang muslim ketika memahami nama-nama Allah Azza wa Jalla tersebut
. Agar nama al-Karîm benar-benar memberikan pengaruh positif bagi peningkatan iman dan p
erbaikan ibadah dan akhlak seorang muslim dalam kehidupannya sehari-hari.

Dengan memahami makna nama Allah Azza wa Jalla al-Karîm akan menumbuhkan si
fat-sifat yang mulia dalam diri seorang muslim, diantaranya:
1. Menanamkan sifat mulia dalam diri seorang muslim, karena Allah Maha Mulia dan mencin
tai orang yang bersifat mulia.
Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, “Makhluk yang paling dicintai Allah Azza wa Jall
a adalah orang yang mampu menghiasi diri dengan sifat yang merupakan penjabaran dari sifa
t-sifat Allah Azza wa Jalla. Allah Azza wa Jalla Maha Mulia makam Dia Azza wa Jalla menc
intai orang yang memiliki sifat mulia dari para hamba-Nya”[10] .
2. Menanamkan sifat pemurah dalam diri seorang muslim. Karena diantara makna al-Karîm a
dalah Maha Pemurah. Tentu Allah Azza wa Jalla amat mencintai orang yang bersifat pemura
h. Dan Allah Azza wa Jalla membenci orang yang bersifat kikir. Allah Azza wa Jalla berfirm
an:
‫اه اسللغنقيَيِّ لوألسنتههم اسلفهقللراهء لوإقسن تلتللولمسو‬ ‫لها ألسنتهسم هلهؤللقء تهسدلعسولن لقتهسنفقهقوا قفيِّ لسقبيقل م‬
‫اق فلقمسنهكسم لمسن يلسبلخهل لولمسن يلسبلخسل فلإ قنملما يلسبلخهل لعسن نلسفقسقه لو م‬
‫ا يلسستلسبقدسل قلسورما لغسيلرهكسم ثهمم لل يلهكوهنوا ألسملثاللهكسم‬
“Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah.
Maka di antara kamu ada yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir te
rhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang
berkehendak (kepada-Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) den
gan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu ini”. [Muhammad/47:38]
3. Menumbuhkan rasa cinta yang dalam pada diri seorang muslim kepada Allah Azza wa Jall
a . Karena Allah Azza wa Jalla bersifat Maha Pemurah. Allah Azza wa Jalla memberi nikmat
tanpa batas kepadanya meskipun tanpa diminta.
4. Wajibnya memuliakan kitab Allah Azza wa Jalla, al-Qur’ânul Karîm. Karena, al-Qur’ân ad
alah kalam Allah Azza wa Jalla yang mulia, yang diturunkan melalui perantara malaikat yang
mulia kepada Rasul yang mulia.
5. Wajibnya memuliakan malaikat-malaikat Allah Azza wa Jalla, diantaranya malaikat Jibril.
Barang siapa yang membencinya, maka ia adalah musuh Allah Azza wa Jalla. Allah Azza wa
Jalla berfirman :
‫ال لعهديو لقسللكافققريلن‬
‫لمسن لكالن لعهدروا قملق لولمللئقلكتققه لوهرهسلققه لوقجسبقريلل لوقميلكالل فلإ قمن م‬
“Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan
Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir”. [al-Baqarah/2:98]
6. Wajibnya mencintai para rasul Allah Azza wa Jalla. Barangsiapa yang membenci salah seo
rang diantara mereka, maka ia adalah musuh Allah Azza wa Jalla, sesuai dengan kandungan a
yat di atas.
7. Menumbuhkan sifat suka memuliakan tetangga dan tamu, sesuai anjuran Rasulullah Shalla
llahu ‘alaihi wa sallam.
8. Menumbuhkan sifat suka pemaaf, karena Allah Azza wa Jalla menyukai sifat pemaaf.
9. Mendorong kita untuk selalu berdoa kepada Allah Azza wa Jalla. Karena Allah Azza wa Ja
lla Maha Pemurah terhadap hamba-Nya.

BAB III
KESIMPULAN

Asma`ul husna artinya nama-nama yang baik. Sedangkan menurut istilah berarti nama-
nama Allah yang baik dan yang agung sesuai dengan sifat-sifat Allah sebagai bukti
keagungan dan kemuliaan-Nya
Al Karim ialah Dzat yang banyak memberi dan berbuat baik tanpa
diminta. Berbeda dengan As-Sakhiy (dermawan) yang suka memberi
karena diminta.
DAFTAR PUSTAKA

didit-pekiringan.blogspot.com › Pendidikan Agama Islam


www.jelajahinternet.com/2015/02/asmaul-husna-al-karim-dan-
penjelasannya.html

Anda mungkin juga menyukai