Anda di halaman 1dari 2

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Mayoritas dari lesi yang terjadi pada mammae adalah benigna. Hampir 40% dari
pasien yang mengunjungi poliklinik dengan keluhan pada mammae mempunyai lesi
jinak. Perhatian yang lebih sering diberikan pada lesi maligna yaitu kanker payudara
yang merupakan lesi maligna paling sering terjadi pada wanita walaupun sebenarnya
insidens lesi benigna payudara kejadiannya jauh lebih besar (Cohen & Eberlien, 2002).
Mayoritas dari lesi benigna tidak terkait dengan pertambahan risiko untuk menjadi
kanker, maka prosedur bedah yang tidak diperlukan harus dihindari. Pada masa lalu,
kebanyakan dari lesi benigna ini dieksisi dan hasilnya terdapat peningkatan dari jumlah
pembedahan yang tidak diperlukan. Faktor utama adalah karena pandangan dari wanita
itu sendiri bahwa lesi ini adalah sebuah keganasan. Oleh karena itu, penting bagi ahli
patologi, ahli radiologi dan ahli onkologi untuk mendeteksi lesi benigna dan
membedakannya dengan kanker payudara in situ dan invasif serta mencari faktor risiko
terjadinya kanker supaya penatalaksanaan yang sesuai dapat diberikan kepada pasien
(Cohen & Eberlien, 2002).
Tujuan eksisi pembedahan untuk mengambil utuh jaringan tumor dengan jaringan
payudara normal disekitarnya dan tanpa menyebabkan deformitas iatrogenik pada
payudara (Lee & Soltania, 2015). Teknik anastesi operasi untuk eksisi tumor terutama
pada tumor jinak yang paling sering dilakukan adalah dengan Total Intravenous
Anesthesia (TIVA) (Lichtor & Kalghatgi, 2008). TIVA adalah teknik anestesi yang
menggunakan jalur intravena sebagai jalan masuk obat untuk induksi dan rumatan
(White, & Romero, 2009).
Teknik anestesi intravena total bertujuan mencapai kondisi anestesi yang seimbang
melalui penyuntikan beberapa golongan obat yaitu opioid, hipnotik–sedatif, dan
pelumpuh otot (White, & Romero, 2009). Obat tersebut merupakan golongan obat yang
digunakan sebagai kombinasi untuk melakukan teknik anestesi dengan TIVA. Namun,
pemilihan obat tersebut perlu disesuaikan dengan kondisi pasien, jenis operasi, dan lama
operasi (White, & Romero, 2009). Setelah ditemukan obat anestesi intravena yang lebih
poten dengan mula kerja yang cepat, lama kerja singkat, serta efek samping rendah, saat
ini teknik anestesi dengan TIVA semakin banyak digunakan (White, & Romero, 2009).
Berdasarkan uraian di atas, tujuan laporan kasus ini adalah untuk memaparkan teknik
TIVA, manfaat, dan obat-obatan yang digunakan untuk anastesi pada salah satu pasien
2

tumor mammae di RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu, Bangkalan. Laporan kasus ini
dibuat berdasarkan metode studi literatur dengan mengumpulkan informasi dari
berbagai sumber kepustakaan, jurnal, textbook serta sumber informasi lainya.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana teknik anastesi yang dilakukan pada pasien dengan tumor mammae?
1.2.2. Apa saja obat-obatan yang diberikan pada pasien dengan kasus tumor mammae?
1.3. Tujuan
1.3.1. Menjelaskan dan mengetahui teknik anastesi yang dilakukan pada pasien dengan
tumor mammae
1.3.2. Mengetahui dan menjelaskan obat-obat anastesi yang diberikan pada pasien dengan
tumor mammae
1.4. Manfaat
1.4.1. Bagi Penulis
Laporan kasus ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai teknik anastesi
umum dengan TIVA serta obat yang digunakan pada TIVA beserta farmakodinamika
dan farmakokinetiknya pada pasien dengan tumor mammae.
1.4.2. Bagi Pembaca
Laporan kasus ini dapat menjadi salah satu tambahan mengenai rujukan yang bisa
diaplikasikan pada pasien yang akan dilakukan anastesi dengan TIVA pada pasien
dengan tumor mammae.

Anda mungkin juga menyukai