Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Tol Laut

Tahun 2015 adalah tahun dimana akan diberlakukannya kebijakan ekonomi

negara ASEAN yaitu AEC (Asean Economic Community) pada bulan Desenber

mendatang. Hal inilah yang nantinya menjadi peluang sekaligus tantangan pada

perekonomian Indonesia. Menurut Kemenperin, Indonesia memiliki potensi

sumberdaya alam terbesar sehingga berpeluang menjadi basis Industri pengolahan

bagi Asean. Basis industri yang dimaksud adalah Industri manufaktur,pertanian

pangan, dan perikanan. Namun untuk mewujudkan potensi-potensi tersebut sangat

bergantung pada kemampuan Indonesia untuk mempersiapkan sarana dan

prsasarana yang dibutuhkan. Salah satunya adalah sarana pendistribusian barang,

mengingat bahwa pendistribusian merupakan hal yang penting dalam menjalankan

sistem perekonomian. Jika ditinjau dari bentuk wilayah Indonesia yang notabene

merupakan wilayah kepulauan dengan jumlah wilayah perairan dua per tiga dari

wilayah keseluruhan salah satu media pendistribusian yang tepat dan efektif yaitu

dengan menggunakan kapal. Program tol laut yang dicanangkan oleh presiden

Jokowi saat ini juga sedang menjadi pembahasan yang menarik dikalangan ahli

kemaritiman.
BAB II
PEMBAHASAN

I. Pengertian Tol Laut

Tol Laut merupakan konsep pengangkutan logistik kelautan yang dicetuskan oleh

Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo. Program ini bertujuan untuk

menghubungkan pelabuhan - pelabuhan besar yang ada di nusantara. Dengan

adanya hubungan antara pelabuhan-pelabuhan laut ini, maka dapat diciptakan

kelancaran distribusi barang hingga ke pelosok. Selain hal itu, pemerataan harga

Logistik setiap barang di seluruh wilayah Indonesia. Seperti dikutip dari pidato

Presiden Jokowi, 5 April 2016 "Tol Laut untuk apa? Sekali lagi ini mobilitas

manusia, mobilitas barang. Harga transportasi yang lebih murah, biaya logistik

yang lebih murah, dan akhirnya kita harapkan harga-harga akan turun."

II. Konsep Tol Laut

Konsep tol laut ini bukan serta merta membuat jalan tol di atas laut. Melainkan

jalur pelayaran bebas hambatan yang menghubungkan hampir seluruh

pelabuhan di Indonesia. Di dalam konsep pembangunan konektivitas maritim

tersebut, baik tol laut maupun pendulum nusantara menempatkan 24 pelabuhan

sebagai penopang program, yang terbagi menjadi 2 cluster, terdiri dari 5

pelabuhan utama dan 19 pelabuhan penghubung. Program ini memakai teori

jaringan Hub-Spoke sebagai desain rute Tol laut, dimana Hub adalah pelabuhan

Utama dan Spoke adalah pelabuhan Penghubung. Teori Jaringan ini juga

membagi cluster pada kapal yang melayani kedua cluster pelabuhan yang telah

dibagi, kapal besar melyani pelabuhan utama dan kapalyang relatif kecil akan
melayani pelabuhan penghubung. Kurang lebih dua tahun program ini berjalan,

namun belumlah berjalan efektif mengingat program Tol Laut masih dalam

tahap pelaksanaan.

Oleh karena itu tim MARIN Nusantara akan menganalisa dua tahun

efektivitas pelaksanaan Tol Laut:

1. Desain Rute Tol Laut.

Dalam perjalanan panjangnya hingga saat desain rute Tol Laut ini belum

tampak efektif karena masih mengalami beberapa kelemahan. Teori jaringan

Hub-spoke yang digunakan terlihat belum efektif, mengingat teori ini akan

maksimal apabila rasio jarak 'hub-hub' terhadap jarak 'hub-spoke' sangat

besar. Namun teori ini terkendala oleh kondisi geografis alam Indonesia yang

mempunyai bentangan luas yang menjadikan rasio jarak hub-hub terhadap

hub-spoke relatif kecil.

Oleh karena itu pendekatan point to point akan menjadi sangat efektif dan

efisien jika dilakukan. Sebagai perbandingan, akan lebih murah menggunakan

kapal ukuran menengah dari Surabaya langsung ke Merauke dibandingkan

kapal besar dari Surabaya ke Makasar kemudian ke Sorong lalu dilanjutkan

dengan kapal kecil ke Merauke, dengan kata lain akan ada biaya tambahan

seperti biaya bongkar muat di pelabuhan yang disinggahi dan bertambahnya

waktu perjalanan.

2. Efektivitas Pelayaran Nasional.

Industri Pelayaran yang dianggap mampu untuk memperlancar konektivitas

Indonesia saat ini juga mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah, seperti

perusahaan BUMN PT. PELNI yang mendapatkan dana PSO sejak tahun

2015 dalam rangka pengadaan sejumlah kapal cargo berukuran 3000 TeUS
untuk melayani rute Tol Laut yang berfokus pada daerah di Indonesia bagian

Timur, di perjalanan pengoperasian kapal-kapal tersebut beroperasi

mempunyai ukuran yang tidak sesuai atau terlalu besar dengan arus barang

yang sedikit untuk dilayani. Karena yang Perlu diingat bahwa Industri

Pelayaran bekerja dengan sistem Ship Follow the Trade dan bukan

sebaliknya.

3. Disparitas harga.

Disparitas harga ataupun perbedaan harga di kota-kota pelabuhan utama (hub)

sangat kecil. Perbedaan harga di Medan, Jakarta, Surabaya, Makassar dan

Bitung mengakibatkan peluang perdagangan dari perbedaan harga antar pasar

relatif kecil. Bercermin dari analisa tersebut, dibutuhkan pengembangan rute

alternatif seperti Bitung ke Sorong yang notabene disparitas harga di dua

daerah ini cukup tinggi namum dengan jaraknya yang dekat.

Untuk itu desain rute tol laut harus segera di disinergikan dengan arus

perdagangan di kawasan Indonesia Timur. Tidak relevan apabila hanya

sekedar menghubungkan kawasan Industri Indonesia Barat dengan Kawasan

Indonesia Timur sebagai pasar dan tujuan. Indonesia timur seharusnya

mempunyai kawasan industrinya sendiri, dan diperlukan kearifan pemerintah

baik pusat maupun daerah karena konektivitas tidak dapat dirumuskan secara

terpisah. Desain konektivitas ini harus melihat dari segala aspek seperti skala

ekonomi, disparitas harga, potensi daerah dan kawasan, serta pengembangan

industri yang jelas sesuai karakteristik daerah atau kawasan.

4. Skala Ekonomi.

Dari sisi skala ekonomi, bahwa realitas sampai saat ini ketimpangan masih

terasa di Indonesia bagian Timur, terutama Maluku dan Papua ini dilihat
dalam nilai laporan PDRB yang relatif rendah di beberapa kota di Indonesia

Timur. Ini dapat menggambarkan arus logistik maupun penumpang yang

keluar masuk di daerah tersebut.

5. Pengembangan Kawasan Industri di Indonesia Timur.

Dalam Pelaksanaannya pelabuhan Makassar masih menjadi pintu gerbang

(tumpuan) untuk konektivitas Indonesia bagian timur yaitu kepulauan Maluku

dan Papua. Pemerintah nampaknya terlihat lambat dalam mengembangkan

kawasan industri yang akan menjadi pintu masuk dan keluarnya arus logistik

di Indonesia bagian timur. Bitung sebagai pelabuhan utama masih belum

terlihat mampu untuk melayani daerah belakangnya, yaitu kepulauan Maluku

dan Papua, ini dapat terlihat nyata karena di Bitung belum dikembangkan

kawasan Industri yang terintegrasi layaknya di kota Makassar.

Pengembangan kawasan industri di Bitung diyakini akan mampu memenuhi

kebutuhan masyarakat kepulauan Maluku dan Papua tanpa berharap pasokan

dari Jawa dan Makassar. Oleh karena itu konsep kawasan industri yang

terintegrasi merupakan jawaban atas terkendalanya Bitung sebagai tumpuan

(pelabuhan Utama) di Indonesia timur.

III. Tujuan Tol Laut

Tidak heran sampai saat ini masih banyak yang bertanya tentang manfaat

diadakannya program tol laut. Meskipun, secara tidak langsung seluruh lapisan

masyarakat di Indonesia sudah merasakan dampak tersebut. Berikut ini

kumpulan manfaat tol laut Indonesia.

1. Mewujudkan Nawa Cita Pertama


Salah satu manfaat yang dirasakan oleh negara Indonesia

dengan berjalannya program taol laut ini terkandung dalam poin pertama

agenda prioritas presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla, yakni memperkuat jati

diri sebagai maritim terbesar di dunia seperti yang sudah dijelaskan dalam

video Joko Widodo di laman Youtube bahwa “nenek moyang kita adalah

pelaut”.

2. Meningkatkan Kesejahteraan Semua Lapisan Masyarakat Indonesia

Dapat dikatakan bahwa manfaat yang kedua ini adalah manfaat

utama berjalannya program laut laut, yakni sanggup membuat harga kebutuhan

bahan pokok di seluruh wilayah Indonesia sama rata. Kenapa bisa sama rata?

Salah satu alasannya adalah jalur dan harga distribusinya yang sudah tidak

semahal sebelum adanya program tol laut.

3. Meningkatkan Kemandirian dan Jumlah Pendapatan Nelayan Indonesia

Tahukah Anda bahwa pelabuhan yang telah diresmikan oleh presiden Joko

Widodo saat ini sudah memiliki fasilitas yang lebih baik dari sebelumnya,

terutama pada bagian fasilitas penampung ikan yang akan dijual oleh nelayan.

Lebih besar dan bersih. Sehingga dapat dimanfaatkan oleh para nelayan untuk

menjual ikan dalam jumlah yang lebih banyak.

4. Pembangunan Infrastruktur dan Mengurangi Angka Pengangguran Indonesia

Dari sekitar 270 juta penduduk Indonesia, 7 juta diantaranya adalah

pengangguran. Melalui program ini, diharapkan angka 7 juta tersebut dapat

berkurang karena infrastruktur dari setiap wilayah Indonesia diperbaiki

sehingga lebih layak dan menarik sebagai tempat berkunjungnya wisatawan

lokal maupun mancanegara.


IV. Sarana dan Prasarana Tol Laut

Upaya yang dilakukan melalui program peningkatan kapasitas yaitu dengan

membangun berbagai prasarana dan sarana perhubungan laut diantaranya,

pembangunan prasarana seperti, pelabuhan di 89 lokasi dengan konsentrasi

pembangunan pelabuhan di wilayah Timur Indonesia, dan peningkatan kapasitas

pelabuhan di enam lokasi. Sedangkan, pembangunan sarana perhubungan laut untuk

mendukung aksesibilitas transportasi laut meliputi, pembangunan kapal perintis

sebanyak 95 unit, dan pembangunan kapal ternak sebanyak 5 unit. Selain itu,

penyelenggaraan rute perintis sebanyak 96 trayek, penyelenggaraan angkutan barang

tetap dan teratur/Freight Liner sebanyak 6 trayek," paparnya.

Pada program peningkatan kualitas layanan, beberapa perbaikan pelayanan sektor

perhubungan laut yang dilakukan yaitu, perbaikan terminal penumpang di 26 lokasi;

penujukkan PT PELNI menjadi operator tunggal kapal perintis; pengadaan peralatan

bongkar muat sebanyak 26 unit; dan penyelenggaraan pelayanan secara online seperti

pendaftaran kapal, SIM LALA, dan INAPORTNET. Upaya mendukung perwujudan

tol laut yang menjadi program strategis Presiden RI ini juga dilakukan melalui

program peningkatan tata kelola regulasi di sektor perhubungan laut seperti,

penyederhanaan/deregulasi peraturan. Tercatat sebanyak 8 peraturan di sektor

perhubungan laut yang telah disederhanakan. Selain itu, peningkatanan tata kelola

regulasi yang dilakukan di antaranya, pelimpahan perizinan melalui BKPM sebanyak

enam perizinan, penerbitan SIUPAL dan SIOPSUS sebanyak 3.286 perizinan, izin

pengoperasian pelabuhan umum sebanyak 2 perizinan, izin pembangunan dan


pengoperasian tersus sebanyak 153 perizinan, izin pengelolaan TUKS sebanyak 159

perizinan, dan kerja sama terkait Tol Laut sebanyak dua perjanjian.

ERA maritim, rezim maritim, bahkan iklim maritim dapat kita sematkan untuk

program tol laut yang dihadirkan pemerintahan saat ini.

Pembangunan sarana dan prasarana untuk menunjang program ini, giat dilakukan

di seluruh penjuru negeri. Irama palu, gurinda, dan amplas menyusuri permukaan baja

kapal di galangan-galangan kapal nasional, dentuman tiang pancang pelabuhan di

berbagai pantai terdengar keras membahana dipesisir laut, hingga bisingnya stom

kapal-kapal niaga yang berteriak lantang di laut nusantara. Tol laut bagaikan lagu

yang di cover ulang namun terdengar lebih easy listening yang dinyanyikan oleh

pemerintah saat ini, Sebelumnya "Pendulum Nusantara" lebih dahulu hadir dalam

program Pelindo sejak tahun 2012 yang bila mana disandingkan mempunyai maksud

yang sama dengan program Tol Laut. Kita tidak dalam hal mempertanyakan hak cipta

gagasan, namun lebih melihat prioritas program yang ditempatkan oleh pemerintahan

saat ini dan sebelumnya.

V. Sebab Munculnya Gagasan Tol Laut

Pemerintah mengungkapkan pentingnya pembangunan tol laut guna

meningkatkan konektivitas antar wilayah di Indonesia. Sebab, terkoneksinya antar

wilayah dari Sabang hingga Merauke mampu memberi dampak positif. pemerintah

memaparkan, dengan berfungsinya tol laut berupa kapal laut yang bergerak dari barat

ke timur Indonesia, dapat memudahkan pengiriman barang, dari barat Indonesia ke

wilayah timur misalnya. pemerintah meyakini bahwa dengan tersambungnya

pulau-pulau di Indonesia dengan tol laut, diharapkan mampu menekan perbedaan atau

disparitas harga yang tinggi antara wilayah barat dan timur Indonesia.
Namun, kendala yang ada terkait infrastruktur tidak bisa dijadikan alasan untuk

menunda pembangunan infrastruktur, khususnya tol laut. Dengan adanya tol laut

diharapkan harga-harga barang bisa lebih terkendali. Dengan begitu, disparitas harga

bisa diminimalkan.

VI. Cara Yang Dilakukan Pemerintah Menjalankan Fungsi Tol Laut

Strategi dan kebijakan pemerintah yang banyak memusatkan fitur pada jalan

darat membuat banyak pengirim barang memilih jalur ini. Sayangnya, pertumbuhan

ekonomi yang tinggi membuat lalu lintas kargo tumbuh secara eksponensial lebih

pesat di luar pertumbuhan jalan raya yang dibangun, tak ayal menyebabkan adanya

kemacetan. Hal ini menjadi masalah yang signifikan bagi sistem logistik. Disisi lain,

program tol laut ini akan siap mengakomodasi pengalihan muatan kargo dari jalan

darat menuju transportasi laut.

Demi mengatasi masalah konektivitas secara efektif, baik pemerintah maupun

masyarakat Indonesia harus mengubah paradigma, evaluasi, dan mendefinisikan ulang

strategi besar yang ada. Sebagai kebijakan baru dan belum diimplementasikan,

program tol laut berpotensi berdampak untuk mengatasi masalah konektivitas Demi

memenuhi standar tersebut, pemerintah harus membentuk satuan tugas

antarkementerian terkait, seperti Kementerian BUMN, Kementerian Perhubungan,

Kementerian PUPR, dan Kementerian Keuangan yang berjalan selaras baik dalam

koordinasi, program maupun kebijakan di bawah Kementerian Koordinasi Maritim.

Selanjutnya, Kementerian BUMN perlu menugaskan BUMN Pelabuhan

Indonesia untuk terlibat langsung dalam pengembangan, peningkatan, dan

pengoperasian pelabuhan. PT Marga Jasa dan PT Kereta Api Indonesia

memprioritaskan pengembangan jaringan transportasi jalan raya dan kereta api antara
pelabuhan dan daerah pedalamannya. Adapun PT Pelayaran Nasional Indonesia akan

mengoperasikan kapal kontainer di koridor laut utama dan lilitannya.

Selanjutnya, Kementerian Perhubungan mengevaluasi dan menganalisa kebijakan dan

logistik yang berdampak pada program tol laut. Hal yang sama berlaku bagi

Kementerian PUPR yang berperan sebagai ortoritas dan regulator pada konsesi jalan

raya. Kemudian, Kementerian Keuangan menyiapkan kebijakan insentif fiskal untuk

mendorong pengiriman kargo dari angkutan darat ke angkutan laut serta merelokasi

dan membangun pabrik di Kawasan Timur Indonesia. Sebagai koreksi terhadap

strategi besar yang ada, program tol laut tidak diragukan lagi merupakan solusi yang

paling tepat bagi Indonesia untuk mengatasi masalah konektivitas, dan tingginya

biaya logistik serta pembangunan yang tidak merata karena terbukti secara teoritis

banyak negara maju mengakui bahwa transportasi laut adalah transportasi yang paling

efisien.

VII. Dampak Tol Laut

Efek program tol laut yang menjadi andalan pemerintahan Jokowi-JK, dengan

salah satunya peningkatan fasilitas pelabuhan diyakini mulai terasa dengan menekan

biaya logistik dan membuat harga murah. Diterangkan sejauh ini sudah terdapat

penurunan harga di luar Jawa serta membuat biaya produksi lebih efesien.

Senior Vice President Marketing and Business PT Pelindo III, Sugiono

menyatakan harga di pulau terpencil sudah tidak beda jauh di daerah penghasil, Jawa.

"Apalagi, kapal dengan program tol laut lebih murah lagi. Daripada kapal umum.

Kapal tol laut ini hemat sekitar 30%. Sehingga biaya transportasi pun bisa lebih

kecil," ungkapnya di Jakarta, Jumat (22/9/2017). Tol laut dapat membuat harga

menjadi lebih murah, lantaran kapal kini terjadwal untuk datang sehingga
pembangunan juga lebih cepat terlaksana. Tol laut merupakan jalur pelayaran bebas

hambatan, menghubungkan pelabuhan-pelabuhan antar pulau di Indonesia. Setelah

terhubung dengan tol laut, maka diharapkan tidak ada lagi kelangkaan barang seperti

sembako, kelangkaan BBM, dan semen.

Lebih lanjut Sugiono mengutarakan, harga semen di Nusa Tenggara Timur (NTT)

mengalami penurunan dimana sebelumnya Rp55.000 per sak di Waingapu, Rote

maupun Sagu. Sekarang harga mampu ditekan dengan harga Rp47.500 per sak.

Bahkan, harga bisa turun antara 20 sampai 50%. "Sementara untuk semen dan

sembako, sebagian sudah didrop di NTT," ujar dia.

Dampak positif juga disampaikan Kepala Kantor Perwakilan PT Pelindo I Jakarta,

Asih Kurnia yang menerangkan program tol laut mampu menurunkan biaya-biaya

hingga 50%. "Lumayan besar efesiensinya kepada biaya produksi," katanya.

Sementara Senior Vice President of Operations Pelindo II David P Sirait

menambahkan, secara domestik pada 2012 ke Pontianak untuk pengiriman 20 feet full

kontainer biayanya mencapai Rp6,5 juta sampai Rp7 juta. Tapi kini biayanya hanya

Rp2,5 juta. "Bisa dibayangkan turunnya. Selain memang kami menggunakan program

andalan juga ada perbaikan infrastruktur program tol laut," katanya. David juga

mengungkapkan, Pelabuhan Tanjung Priok bisa melakukan pengiriman barang ke

Amerika dan eropa dengan kapal 10 ribu teus. Untuk efesiensi di New Priok Port juga

bisa dilakukan, semula membutuhkan waktu 33 hari harus mampir Singapura dan

Malaysia dan biaya bongkar muat. "Tapi dengan infrastruktur yang dibangun

sekarang hanya 23 hari. Padahal, biaya bongkar muat di Singapura satu kontrainer

USD150," pungkas David.


VIII. Jalur Tol Laut di Indonesia

Berikut ini adalah jalur tol laut Indonesia:

1. Tanjung Priok, Tanjung Batu, Tarempa, Natuna, Tanjung Priok.

2. Teluk Buyur, Pulau Nias Gunung Sitoli, Mentawai, Pulau Enggano, Teluk Buyur.

3. Tanjung Perak, Belang Belang, Sangatta, Nununkan, Pulau Sebatik, Tanjung

Perak

4. Tahuna, Kahakitang, Buhias, Tagulandang, Biaro, Lirung, Melangoane,

Kakorotan, Miangas, Marore, Tahuna.

5. Tanjung Perak, Makaasar, Tahuna, Tanjung Perak

6. Tobelo, Maba, Gebe, Obi, Sanana, dan Tobelo.

7. Tanjung Perak, Wanci, Namlea, Tanjung Perak.

8. Tanjung Perak, Tidore, Morotai, dan Tanjung Perak.

9. Tanjung Perak, Nabire, Serul, Wasior, Tanjung Perak.

10. Biak, Oransbari, Weren, Sarmi, Biak.

11. Tanjung Perak, Timika, Agats, Merauke, Tanjung Perak

12. Tanjung Perak, Fakfak, Kaimana, Tanjung Perak.

13. Tanjung Perak, Larantuka, Adorana, Lewoleba Tanjung Perak.

14. Tanjung Perak, Saumlaki, Dodo, Tanjung Perak.

15. Tanjung Perak, Kalbahi, Moa, Rote, Sabu, Tanjung Perak.


Lihat pada gambar di bawah ini untuk melihat lebih jelas jalur tol laut Indonesia.
BAB III

PEBUTUP

I. Kesimpulan

Tol Laut merupakan konsep pengangkutan logistik kelautan yang dicetuskan oleh

Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo. Pemerintah mengungkapkan pentingnya

pembangunan tol laut guna meningkatkan konektivitas antar wilayah di Indonesia.

Sebab, terkoneksinya antar wilayah dari Sabang hingga Merauke mampu memberi

dampak positif. Efek program tol laut yang menjadi andalan pemerintahan Jokowi-JK,

dengan salah satunya peningkatan fasilitas pelabuhan diyakini mulai terasa dengan

menekan biaya logistik dan membuat harga murah. Diterangkan sejauh ini sudah

terdapat penurunan harga di luar Jawa serta membuat biaya produksi lebih efesien.

Anda mungkin juga menyukai