Anda di halaman 1dari 12

Tetap Sehat di Usia Lanjut

Dr. Haryo Aribowo, SpB-KBTKV


Spesialis Bedah-Konsultan Bedah Jantung, Paru-paru dan Pembuluh darah
SMF Bedah RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
Telp/Fax 0274-581333

1. Pendahuluan.

Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia, Lansia


adalah orang yang telah berusia 60 tahun ke atas. Sebagai wujud dari penghargaan
terhadap orang lanjut usia, pemerintah membentuk Komnas Lansia (Komisi Nasional
Perlindungan Penduduk Lanjut Usia), dan merancang Rencana Aksi Nasional Lanjut Usia
di bawah koordinasi kantor Menko Kesra. Komnas Lansia dibentuk berdasarkan Keppres
Nomor 52 tahun 2004 dan bertugas sebagai koordinator. Hari Lanjut Usia Nasional
dicanangkan secara resmi oleh Presiden Soeharto di Semarang pada 29 Mei 1996 untuk
menghormati jasa Dr KRT Radjiman Wediodiningrat yang di usia lanjutnya memimpin
sidang pertama Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Hari Lanjut Usia Nasional (Hari Lansia) merupakan salah satu hari penting di Indonesia
yang diperingati setiap 29 Mei sebagai wujud kepedulian dan penghargaan terhadap
orang lanjut usia. Hari Lanjut Usia Internasional (International Day of Older Persons)
ditetapkan Sidang Umum PBB setiap 1 Oktober berdasarkan resolusi No. 45/106 tanggal
14 Desember 1990. Penetapan hari lansia internasional merupakan kelanjutan dari Vienna
International Plan of Action on Aging ("Vienna Plan") yang diputuskan di Wina tahun
1982 dengan resolusi No. 37/1982 yang melahirkan kesepakatan untuk mengundang
bangsa-bangsa yang belum melaksanakan agar menetapkan hari bagi lanjut usia.

Saat ini penduduk yang berusia lanjut (diatas 60 tahun) di Indonesia terus meningkat
jumlahnya bahkan pada tahun 2005-2010 nanti diperkirakan menyamai jumlah Balita
(usia bawah lima tahun) yaitu sekitar 8,5% dari jumlah seluruh penduduk atau sekitar 19
juta jiwa. Peningkatan itu seiring meningkatnya umur harapan hidup (UHH) yaitu 67
tahun untuk perempuan dan 63 tahun untuk laki-laki. Hal ini mencerminkan salah satu
hasil dalam upaya pembangunan kesehatan di Indonesia. Tetapi di sisi lain merupakan
tantangan bagi kita semua untuk dapat mempertahankan kesehatan dan kemandirian para
lanjut usia agar tidak menjadi beban bagi dirinya, keluarga maupun masyarakat.

2. Mengapa kita menjadi tua

Proses penuaan merupakan salah satu misteri yang sangat sulit dipecahkan. Namun
karena adanya keyakinan bahwa manusia dapat mencapai umur panjang tanpa terganggu
akibat penyakit ketuaan, munculah penelitian untuk membuka rahasia penuaan. Berbagai
teori tentang penuaan telah disimpulkan diantaranya adalah :
Teori pengontrolan genetic. Teori ini mengatakan panjang umur organisme diatur oleh
gen. Hal ini didukung variasi panjang umur tiap spesies yang berbeda, namun relatif
sama pada tiap anggota spesies tersebut.

Tetap sehat di usia lanjut 1


Teori rusaknya system imun tubuh. Pada dasarnya teori ini menerangkan bahwa
kerusakan sistem imun tubuh akibat berbagai proses (infeksi, trauma, degenerasi dan
lain-lain) dapat menyebabkan sakit dan kematian. Selain itu proses penuaan dapat
menurunkan kekebalan tubuh.
Teori mutasi somatic. Terjadinya mutasi progresif pada DNA akan menyebabkan
kerusakan system organ tubuh. Kerusakan pada organ tubuh akan menyebabkan sakit dan
kematian.
Teori radikal bebas. Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas ataupun dalam tubuh.
Adanya radikal bebas akan menyebabkan kerusakan ditingkat seluler. Kerusakan
ditingkat seluler akan menyebabkan kerusakan organ dan berlanjut menjadi sakit atau
kematian.

3. Pembagian Penyakit Dasar.

Secara umum, penyakit dasar dikelompokkan ke dalam 5 golongan besar yaitu :


1. Kelainan Kongenital. Kelainan ini merupakan penyakit yang terjadi sejak dalam
kandungan dan nampak segera setelah dilahirkan. Biasanya diderita oleh anak
yang pada waktu didalam kandungan, ibu mengalami gangguan nutrisi, penyakit
infeksi, stress dan lain-lain. Wujud kelainan ini bisa ringan sampai dengan sangat
berat atau fatal. Misalnya hidrochepalus, bibir sumbing, bayi dempet, penyakit
jantung bawaan dan lain-lain. Jarang kelainan yang fatal diderita sampai dewasa.
2. Kelainan akibat trauma. Kelainan ini merupakan penyebab tersering pada anak-
anak dan dewasa muda. Hal ini berkait dengan aktivitas dan mobilisasi yang
semakin tinggi. Kecenderungan kelainan ini lebih banyak diderita pada laki-laki
dibanding wanita. Patah tulang, cedera kepala, perlukaan daerah perut adalah
kelainan akibat trauma yang sering terjadi.
3. Penyakit infeksi. Keadaan ini dapat disebabkan oleh infeksi baik itu bakteri, virus
maupun mikroorganisme lain. Penyakit ini dapat menyerang disemua usia mulai
dari bayi sampai dengan usia lanjut. Penyakit yang ditimbulkan diantaranya
adalah Diarhe, Demam berdarah, typhus, malaria, dan lain-lain.
4. Penyakit Neoplasma. Biasanya disebut sebagai tumor. Dibedakan menjadi tumor
jinak dan ganas (kanker). Tumor dapat menyerang mulai dari bayi sampai dengan
usia lanjut dengan predisposisi terbanyak pada usia tua. Diantaranya adalah
Kanker prostat, nasopharing, saluran pencernaan dan lain-lain.
5. Penyakit degenerasi. Keadaan ini merupakan hal yang lazim terjadi pada usia tua,
dimana fungsi organ tubuh sudah menurun. Diantara yang sering terjadi adalah
kepikunan, pembesaran prostate, Diabetes dll.

4. Salah Kaprah tentang Lansia.

Dalam masyarakat kita, sering dijumpai pengertian dan mitos yang salah kaprah
mengenai lansia, sehingga banyak merugikan para lansia. Salah kaprah tersebut adalah
anggapan dan pandangan yang keliru namun tetap diucapkan dan dipraktekkan secara
keliru pula, sehingga sangat merugikan. Dalam hal ini yang dirugikan adalah para lanjut
usia, karena dapat merupakan stigma (cap buruk) dari masyarakat dan dapat
mempengaruhi orang-orang yang sesungguhnya memiliki kepedulian untuk membantu

Tetap sehat di usia lanjut 2


para lansia. Salah kaprah yang seringkali kita jumpai dalam masyarakat mencakup
beberapa hal sebagai berikut:
1. Lansia berbeda dengan orang lain
2. Lansia tidak dapat belajar keterampilan baru serta tidak perlu pendidikan dan
latihan
3. Lansia sukar memahami informasi baru
4. Lansia tidak produktif dan menjadi beban masyarakat
5. Lansia tidak berdaya
6. Lansia tidak dapat mengambil keputusan
7. Lansia tidak butuh cinta dan tidak perlu relasi seksual
8. Lansia tidak menikmati kehidupan sehingga tidak dapat bergembira
9. Lansia itu lemah, jompo, ringkih, sakit-sakitan atau cacat
10. Lansia menghabiskan uang untuk berobat

Lansia Berbeda Dengan Orang Lain


Orang yang mencapai tahap perjalanan hidup sampai mencapai lanjut usia dapat
dikatakan sebagai orang yang beruntung. Mereka telah mengenyam kehidupan dalam
masa yang panjang. Di Indonesia pemerintah dan lembaga-lembaga pengelola lansia,
memberi patokan bahwa mereka yang disebut lansia adalah yang telah mencapai usia 60
tahun yang dinyatakan dengan pemberian KTP seumur hidup. Namun di negara maju
diberi patokan yang lebih spesifik: 65 - 75 tahun disebut old, 76 – 90 tahun disebut old –
old dan 90 tahun ke atas disebut very old (W.M.Roan, 1990). Pengelompokan tersebut
bersifat teoritik artinya untuk kepentingan ilmiah namun dalam kenyataan untuk
pelayanan kesehatan, sosial dan sebagainya tidak dibedakan. Meskipun lansia seringkali
mendapat prioritas dan fasilitas; misalnya kalau naik pesawat dapat potongan khusus,
beberapa tempat wisata memberi karcis gratis bagi pengunjung lansia, di bandara atau
stasiun Kereta Api disediakan loket/jalan khusus bagi lansia, hal itu bukan dimaksudkan
untuk membedakan lansia dengan orang lain tetapi lebih bertujuan untuk membantu
kelancaran pelayanan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan mereka.

Bahwa para lansia tersebut harus dihormati tentu kita semua setuju. Sebagai orang timur
orang yang lebih tua (baca: berusia lanjut) memang mendapat kehormatan yang lebih
dibandingkan dengan orang yang lebih muda. Dalam adat Jawa lansia sebagai pinisepuh
atau sesepuh yaitu orang yang memiliki kehormatan yang tinggi dan bila ada hajatan
ditempatkan di tempat yang istimewa.

Lansia Tidak Dapat Mempelajari Ketrampilan Baru dan Tidak Memerlukan Pendidikan
dan Latihan
Kenyataan di masyarakat terutama di Perguruan Tinggi banyak lansia yang dapat
menyelesaikan studinya sampai jenjang S-2 atau S-3, berkompetisi dengan orang-orang
muda secara jujur dan objektif. Bahkan dalam proses belajar bersama para lansia tersebut
justru sering menjadi teladan yang memberikan motivasi yang tinggi bagi kawan-
kawannya yang lebih muda. Hal itu menunjukkan bahwa lansia dapat mempelajari
ketrampilan baru sama baiknya dengan orang lain, hanya mungkin karena lama tidak
berlatih dan kadang-kadang kurang memiliki keyakinan akan kemampuannya sehingga

Tetap sehat di usia lanjut 3


butuh dorongan dari orang lain. Bagi lansia dorongan dan keinginan mempelajari
pengetahuan dan keterampilan baru merupakan suatu hal yang biasa, baik dengan
motivasi untuk meningkatkan mutu kehidupannya maupun mengisi waktu luangnya agar
lebih produktif dan berguna. Semakin banyak pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki lansia makin banyak pula hal-hal yang dapat disumbangkan kepada masyarakat.
Hal ini menunjukkan bahwa lansia merupakan sumber ilmu pengetahuan dan
keterampilan serta referensi yang sangat baik dan berharga, sehingga perlu dipelihara.
Cara memeliharanya adalah dengan mengajak mereka untuk berdiskusi, berkonsultasi,
bertanya serta menempatkan lansia sebagai nara sumber dalam berbagai bidang yang
disenangi dan dimiliki.

Berdasarkan kenyataan di atas adalah keliru bila lansia itu dianggap tidak dapat
mempelajari pengetahuan dan keterampilan baru. Sebaliknya, mereka justru memiliki
sumber enerji yang tetap kuat untuk belajar, meski perlu motivator untuk lebih
meyakinkan bahwa dirinya mampu. Pandangan yang keliru pula yang mengatakan bahwa
lansia itu jompo, rapuh, tidak perlu belajar dan berlatih, dan tidak perlu bekerja, sehingga
dianjurkan untuk istirahat, enak-enak, ongkang-ongkang kaki saja di rumah. Jika
pandangan tersebut dipraktekkan maka justru mungkin hal semacam itulah yang akan
menimbulkan stress dan distress serta dispair (putus harapan) pada lansia. Merupakan
suatu tindakan yang bijaksana jika para anggota keluarga tetap memberikan kesempatan
pada lansia untuk melakukan kegiatan apa saja yang disukainya sehingga tetap menjaga
harga diri, martabatnya serta merasa dirinya berguna untuk yang lain. Agar lansia tetap
eksis dalam keluarga dan masyarakat maka perlu pendidikan dan latihan dalam arti
menyesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pribadinya serta tuntutan lingkungan.

Lansia Sukar Menerima Informasi Baru

Pada lansia kesempatan untuk memperoleh informasi baru justru terbuka lebar, karena
waktu senggangnya relatif banyak. Umumnya pada masa ini tidak dituntut untuk bekerja
keras seperti masa-masa sebelumnya. Dalam kehidupan lansia umumnya haus akan
berita-berita baru dan informasi-informasi baru, karena mereka tidak mau ketinggalan
informasi dibandingkan orang-orang yang lebih muda. Dalam kenyataan kita menjumpai
bahwa mereka banyak nonton televisi, mendengarkan radio, membaca koran, majalah
ataupun bertanya kepada sesama lansia atau orang yang lebih muda tentang tentang hal-
hal baru yang berkembang dalam masyarakat. Dalam kenyataan lansia lebih tahu berita
baru dari orang-orang lain dan sangat senang menyampaikan berita baru tersebut kepada
kawan-kawannya, maupun kepada yang lebih muda. Bagi lansia adanya informasi baru
berarti menstimulasi fungsi kognitifnya, fungsi afektifnya dan fungsi psikomotoriknya
yang membuat syaraf-syaraf otaknya tetap berfungsi secara normal.

Lansia Tidak Produktif dan Menjadi Beban Masyarakat


Umumnya lansia di negara-negara berkembang dan negara-negara yang belum memiliki
tunjangan sosial untuk hari tua, akan tetap bekerja untuk memenuhi tuntutan hidup
maupun mencukupi kebutuhan keluarga yang menjadi tanggungannya. Jadi tidaklah
sepenuhnya benar jika dikatakan lansia tidak produktif. Dalam kenyataan di dunia ini
jutaan orang bekerja mendapat bayaran, namun ada juga jutaan orang bekerja tanpa

Tetap sehat di usia lanjut 4


mendapat bayaran misalnya pemuka masyarakat, ulama, guru-guru ngaji, mereka yang
merawat anak-anak, orang sakit, orang cacat, lansia yang sudah sangat tua, guru
sukarelawan dan banyak lagi. Baik yang dibayar maupun yang tidak semuanya memiliki
andil dan sumbangan yang besar dalam perkembangan masyarakat. Biasanya para lansia
memainkan perannya sebagai orang-orang yang bekerja tanpa mendapat bayaran namun
memiliki arti yang sangat penting dalam masyarakat karena sumbangan ide-ide dan
nasehatnya. Dalam proses penuaan sendiri mereka sering menemukan cara-cara yang
tepat dan bijaksana dalam mengatasi tantangan yang dihadapi. Oleh karena itu, tidaklah
mengherankan jika dalam banyak kasus, lansia seringkali merupakan penasehat yang jitu
untuk mengatasi masalah-masalah sosial dalam kehidupan masyarakat. Satu hal yang
perlu diingat adalah bahwa lansia amat memerlukan dukungan atau support dari
lingkungan keluarga dan masyarakat. Lansia bukan merupakan beban bagi yang muda,
sebaliknya mereka sering menjadi teladan bagi orang muda, misalnya dalam sopan
santun, disiplin, keteguhan iman, kejujuran, semangat juang, maupun kewibawaan.

Lansia Tidak Berdaya

Tidak benar pendapat yang mengatakan bahwa lansia itu tidak berdaya, sebab dalam
kenyataan para lansia tetap eksis dan terus berjuang mencari kehidupan yang lebih baik.
Kalau seorang lansia memerlukan bantuan biasanya ia tahu persis apa yang diperlukan
secara wajar. Mereka memiliki banyak pengalaman dalam kehidupannya, sehingga dalam
keseharian kita sering menjumpai bahwa lansia tidak mau tinggal diam, ada saja yang
ingin dikerjakannya. Terkadang memang ada yang menjadi loyo atau pasrah, mereka ini
umumnya lansia yang pada masa mudanya sudah terkuras oleh tugas-tugas berat dan
tingkat pendidikan yang relatif rendah, sehingga dalam masa lansia tidak berdaya. Untuk
menghadapi lansia model demikian, lingkungan hendaknya selalu memberikan support
dan rasa peduli, agar mereka tidak merasa tersisih dan tetap memiliki harga diri. Adalah
keliru jika anggota keluarga selalu mendampingi lansia, melarang mereka untuk
berkomunikasi dengan sesama lansia, melarang mereka bepergian ke suatu tempat karena
takut kecapaian, dan menganjurkan lansia untuk istirahat saja di rumah. Cara demikian
justru akan memperburuk kondisi lansia yang berakibat bahwa mereka akhirnya merasa
tak berdaya.

Lansia Tidak Dapat Mengambil Keputusan Untuk Kehidupan Dirinya

Setiap orang kadang-kadang sulit mengambil keputusan. Hal ini berlaku bagi siapa saja,
baik bagi orang muda atau lansia. Namun demikian tidaklah berarti bahwa lansia tidak
dapat mengambil keputusan untuk kehidupannya sendiri. Bahkan lansia sebagai orang
yang dihormati, justru sering dijadikan referensi untuk dimintai nasehatnya oleh anak,
cucu maupun sanak saudara, dalam mengambil keputusan. Sebagai contoh seorang anak
atau cucu bila masih memiliki kakek- nenek, bila akan mengadakan hajatan akan selalu
minta doa restu dan nesehat dalam mengambil keputusan penting. Nasehat dari orang tua
yang sudah lanjut usia ini akan dipegang teguh dan dilaksanakan oleh anak cucunya. Hal
yang perlu diperhatikan agar lansia mampu mengambil keputusan untuk kepentingan
kehidupan dirinya adalah dengan cara sering mengajaknya berdiskusi tentang hal-hal
baru dan sering meminta petunjuk atau petuahnya sehingga ia merasa tetap eksis dan

Tetap sehat di usia lanjut 5


memiliki rasa percaya diri.

Lansia Tidak Butuh Cinta dan Relasi Seksual


Fungsi psikis setiap orang baik fungsi kognitif, afektif dan konatif (psikomotorik) serta
kombinasi-kombinasinya, selama hayat masih dikandung badan masih tetap berfungsi.
Proses pikir, perasaan dan kemauannya tetap berfungsi dengan baik, apalagi bila sering
mendapat stimulasi secara teratur dalam kehidupannya. Bahkan relasi seksualpun tetap
berjalan bila masih memiliki pasangan. Oleh karena itu, adalah tindakan yang keliru jika
lansia dianjurkan untuk meng-isolasi diri agar tidak memiliki pikiran yang menyusahkan
dirinya ataupun keinginan-keinginan yang menyusahkan orang lain. Agar gairah hidup
tetap berkobar lansia perlu berinteraksi dengan orang-orang muda untuk berdiskusi,
berkomunikasi atau bersuka ria. Sayangnya seringkali orang muda tidak tertarik untuk
melakukan hal itu. Namun demikian bila orang-orang muda memiliki pemahaman yang
benar tentang kebutuhan lansia dan mau membantu kesejahteraan batin mereka;
hendaknya yang muda (terutama anggota keluarga) mau beramal untuk kepentingan
lansia.

Lansia Tidak Menikmati Kehidupan Sehingga Tidak dapat Bergembira

Pada dasarnya tidak ada orang di dunia ini berencara untuk berhenti bersenang-senang,
kecuali orang tersebut berada dalam kondisi depresi atau distress. Semua orang ingin
hidup senang, bahagia dan sejahtera, termasuk para lansia. Lansia sekarang ini justru
mendambakan kenikmatan hidup di hari tua. Itulah sebabnya sejak muda orang sudah
bekerja keras, agar di hari tua nanti mendapat pensiun ataupun tabungan yang cukup
untuk menikmati masa tuanya. Harapan itu merupakan idaman setiap orang, sehingga
termotivasi untuk belajar dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi bahkan sekarang
semua berlomba untuk belajar sampai S-3. Kiranya usaha keras untuk mencari ilmu
pengetahuan bertujuan untuk mendapatkan pekerjaan yang mapan, sehingga nantinya
memiliki hari tua yang sejahtera, dapat menikmati hidup hari tua dan bahagia atau
menjadi lansia yang dapat bergembira.
Agar lansia dapat menikmati kehidupan di hari tua sehingga dapat bergembira atau
merasa bahagia, diperlukan dukungan dari orang-orang yang dekat dengan mereka.
Dukungan tersebut bertujuan agar lansia tetap dapat menjalankan kegiatan sehari-hari
secara teratur dan tidak berlebihan. Dukungan dari keluarga terdekat dapat saja berupa
anjuran yang bersifat mengingatkan si lansia untuk tidak bekerja secara berlebihan (jika
lansia masih bekerja), memberikan kesempatan kepada lansia untuk melakukan aktivitas
yang menjadi hobinya, memberi kesempatan kepada lansia untuk menjalankan ibadah
dengan baik, dan memberikan waktu istirahat yang cukup kepadanya sehingga lansia
tidak mudah stress dan cemas. Perlu dipahami bahwa setelah orang mencapai masa
lansia, baik fisik maupun mental sosial secara perlahan mengalami perubahan, namun hal
itu dapat ditahan agar perubahan tersebut tidak terlalu dirasakan sebagai penghambat
dalam kehidupan. Perubahan-perubahan yang terjadi hendaknya jangan dijadikan sumber
stress tetapi perlu diwaspadai dengan melakukan pemeriksaan kesehatan secara periodik.
Kalau orang percaya bahwa dirinya sehat, maka ia akan memiliki gairah hidup yang baik

Tetap sehat di usia lanjut 6


dan tidak menunjukkan rasa khawatir yang berlebihan.

Lansia Lemah, Jompo, Ringkih, Sakit-sakitan atau Cacat

Tidaklah sepenuhnya benar pendapat yang mengatakan bahwa lansia lemah, jompo,
ringkih, sakit-sakitan atau cacat, karena dalam kenyataan banyak lansia yang masih
gagah, masih mampu bekerja keras bahkan banyak yang masih memiliki jabatan penting
dalam suatu lembaga. Memang kadang-kadang ada lansia yang ringkih (gampang jatuh,
gampang sakit) atau sakit ataupun cacat tetapi hal itu berlaku untuk semua orang, baik
orang muda juga ada yang memiliki kondisi semacam itu. Kondisi kesehatan orang dalam
masyarakat menurut paradigma kesehatan saat ini bergradasi dari : lebih sehat, sehat,
sehat sakit (ill health), sakit dan cacat (impairment – disability – handicap). Kondisi
kesehatan itu berlaku baik untuk anak, remaja, dewasa maupun lansia, jadi sebenarnya
bukan lansia saja yang sakit-sakitan atau cacat, yang lain pun bisa demikian

Lansia Menghabiskan Uang untuk Berobat

Memang benar para lansia perlu melakukan pemeriksaan kesehatan secara periodik,
namun bukan berarti bahwa mereka adalah orang yang sakit-sakitan. Untuk menjaga
kesehatan tentu juga memerlukan obat, namun hal itu bukan berarti menghabis-habiskan
uang untuk berobat. Perlu dipahami bahwa orang dalam perjalanan hidup sampai usia 70
ke atas pasti kadar gula, garam,dan lemak dalam tubuh sudah lebih banyak, sehingga
mudah menjadi rentan terhadap penyakit kencing manis, stroke, jantung atau yang
lainnya. Namun semuanya akan dapat dikontrol bila orang rajin memeriksa kesehatan.
Lansia yang paham tentang kondisi dirinya tentu juga akan mengatur hidupnya secara
lebih baik, misalnya makan tidak berlebihan, melakukan diet, tidak melakukan kegiatan-
kegiatan secara berlebihan, sehingga memperkecil timbulnya penyakit. Lansia umumnya
tahu diri dan faham dalam menjaga dan memelihara kesehatan dirinya yang ditunjukkan
bentuk rajin olah raga ringan, rajin beribadah dan peduli terhadap kesehatannya.

Tetap sehat di usia lanjut 7


Lansia Sama Dengan Pikun

Pandangan ini keliru karena tidak semua lansia mengalami pikun (senile). Pikun ini
adalah penyakit (patologis) pada orang tua, yang ditandai dengan dengan menurunnya
daya ingat jangka pendek. Dalam kehidupan manusia daya ingat akan berubah sesuai
dengan usia, sehingga setelah orang menjadi lansia ia tidak cepat dapat mengingat
sesuatu, terutama hal yang baru. Namun anggapan bahwa lansia sama dengan pikun
merupakan suatu kekeliruan. Banyak cara menyesuaikan diri dengan perubahan daya
ingat dan banyak hal yang mempengaruhi daya ingat manusia, pada usia berapa saja daya
ingat tersebut akan berkurang ketajamannya jika orang trsebut dalam keadaan lelah,
stress, cemas, khawatir, depresi, sakit atau jiwanya tidak tenang.

Demi menjaga agar daya ingat lansia tidak cepat berubah secara frontal, karena kondisi
fisik dan usia, maka perlu dihindarkan atau paling tidak dikurangi dari hal-hal yang dapat
menimbulkan kelelahan, kekawatiran, kecemasan, rangsangan emosi, depresi dan sakit.
Disinilah kepedulian dari orang yang lebih muda sangat diperlukan sebagai kontrol agar
lansia tidak melakukan hal-hal yang merugikan dirinya.

Tetap sehat di usia lanjut 8


5. Masalah pada lansia
Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan lansia. Faktor-faktor
tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat menikmati hari tua
mereka dengan bahagia. Adapun beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat
mempengaruhi kesehatan mereka adalah sebagai berikut:
1. Penurunan Kondisi Fisik
2. Perubahan Aspek Psikososial
3. Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan
4. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat

Penurunan Kondisi Fisik


Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik
yang bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga berkurang, enerji
menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dsb. Secara umum
kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara
berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik,
psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan
ketergantungan kepada orang lain. Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga
kondisi fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan
kondisi psikologik maupun sosial, sehingga mau tidak mau harus ada usaha untuk
mengurangi kegiatan yang bersifat memforsir fisiknya. Seorang lansia harus mampu
mengatur cara hidupnya dengan baik, misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara
seimbang.

Perubahan Aspek Psikososial

Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi
kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman,
pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia
menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang
berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang
berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.

Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek
psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa perubahan
tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut:

 Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe


ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
 Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada
kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa
lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada
dirinya
 Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini
biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan

Tetap sehat di usia lanjut 9


keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi
jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan
menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.
 Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah
memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak
keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama
sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit.

 Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini
umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang
lain atau cenderung membuat susah dirinya.

Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat


Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya
maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya
badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan
sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan
selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup,
agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan semakin
menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kadang-kadang terus muncul
perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang
tak berguna serta merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga
perilakunya seperti anak kecil.
Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia yang memiliki
keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih sangat beruntung karena
anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut
membantu memelihara (care) dengan penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi
mereka yang tidak punya keluarga atau sanak saudara karena hidup membujang, atau
punya pasangan hidup namun tidak punya anak dan pasangannya sudah meninggal,
apalagi hidup dalam perantauan sendiri, seringkali menjadi terlantar. Disinilah
pentingnya adanya Panti Werdha sebagai tempat untuk pemeliharaan dan perawatan bagi
lansia di samping sebagai long stay rehabilitation yang tetap memelihara kehidupan
bermasyarakat. Disisi lain perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat bahwa hidup
dan kehidupan dalam lingkungan sosial Panti Werdha adalah lebih baik dari pada hidup
sendirian dalam masyarakat sebagai seorang lansia.

6. Penyakit lansia

Penyakit yang terjadi pada usia lanjut pada umumnya merupakan penyakit
degenerasi. Namun ada juga penyakit yang baru muncul di usia tua akibat keadaan
kesehatan dimasa mudanya. Diantara penyakit yang sering terjadi adalah :

Dementia (pikun)
Dementia atau pikun biasa diartikan sebagai gangguan daya ingat atau memori. Keadaan
ini biasa terjadi pada usia yang lebih dini (dementia premature) atau pada usia tua

Tetap sehat di usia lanjut 10


(demensia senilis). Pada sebagian orang merupakan hal yang fisiologis dan pada sebagian
lagi merupakan keadaan patologis. Pikun dapat terjadi akibat penurunan fungsi kognitif
dari otak (atrofi) yang diperberat oleh penyakit lain (diabetes) maupun aktifitas yang
rendah.
Usaha mencegah pikun adalah dengan tetap melatih otak untuk berfungsi seperti biasa
dengan membaca, menulis atau bahkan mengisi tekateki silang setiap hari. Selain itu
makanan tinggi protein sangat baik untuk membantu mempertahankan sel otak.

Diabetes.
Penyakit ini dapat terjadi pada semua usia, terutama dewasa dan lanjut usia. Oleh awam
sering disebut penyakit kencing manis. Penyakit ini merupakan kelainan hormon insulin
yang dihasilkan oleh pancreas yang berguna untuk mengatur kadar gula darah. Akibat
kadar gula yang tingi di dalam darah maka tubuh akan terasa lemas, sering kencing dan
sering minum. Selain itu adanya kadar gula yang tinggi di darah juga memudahkan
terjadinya infeksi. Timbulnya kerusakan pembuluh darah yang berupa penyempitan akan
menyebabkan kelainan diseluruh tubuh. Ada istilah didalam dunia kedokteran yang
menyatakan bahwa Diabetes merupakan awal dari segala penyakit. Penyakit lain yang
disebabkan diabetes diantaranya adalah hipertensi, stroke, kebutaan, penyakit jantung
koroner, gangguan ginjal, impotensi, infeksi dan lain-lain.
Pengelolaan penderita diabetes diantaranya adalah melakukan pengaturan pola makan,
olah raga teratur, kontrol ketat kadar gula darah serta obat-obatan.

Tekanan darah tinggi.


Sering disebut sebagai hipertensi. Kecenderungan diderita pada penderita diabetes, orang
berkepribadian agresif, cenderung stress. Biasanya ditandai dengan rasa tegang dan kaku
di tengkuk, sakit kepala dan berdebar-debar. Pada penyakit yang tidak terkontrol dengan
baik dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di otak (stroke), kebutaan, gangguan
ginjal dan lain-lain.
Pengelolaan adalah dengan pengaturan pola makan, aktivitas sehari-hari serta pengunaan
obat-obatan.

Penyakit jantung koroner


Merupakan salah satu penyakit yang mematikan. Kelainan ini terjadi akibat penyempitan
atau bahkan penyumbatan pembuluh darah korner yang memberi makan ke jantung.
Pederita biasanya mengeluh nyeri dada sebelah kiri disertai mual serta keringat dingin.
Sering oleh awam disangka sebagai sakit maag. Bila serangan ini tidak segera diatasi
dapat menyebabkan kematian mendadak.
Pengelolaan dengan cara pengaturan makan, obat-obatan dan mungkin tindakan medis
berupa pemasangan balon atau operasi pintas jantung.

Pembesaran Prostat
Pembesaran prostate terjadi pada setiap laki-laki berusia >50 th. Namun tidak semua akan
menimbulkan gejala gangguan kencing. Penyebab kelainan ini adalah proses degeneratif
dimana terjadi ketidakseimbangan hormonal di dalam tubuh. Gejala awal adalah
kesulitan kencing seperti sering kencing, tidak puas kencing, mengejan atau bahkan tidak

Tetap sehat di usia lanjut 11


dapat kencing sama sekali. Komplikasi dari pembesaran prostat adalah infeksi saluran
kencing, batu dan lain-lain.

7. Menjaga Kesehatan.

Terakhir sekali yang dapat kita lakukan agar hidup lebih berarti adalah dengan mengenali
diri kita sendiri dengan lebih baik. Kita mengetahui batas-batas kemampuan antara fisik
dan mental. Menjaga kondisi kesehatan dengan tidak melakukan aktifitas yang berlebihan
(sesuai dengan kemampuan fisik tubuh) dan juga tidak mengistirahatkan tubuh kita
dengan alasan ketuaan. Hal-halyang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan adalah :

Melakukan aktivitas sehari-hari secara teratur. Agar tubuh tetap sehat secara fisik dan
mental, menghindari stress dan kepikunan, aktifitas sehari-hari yang mungkin harus
dilakukan. Misalnya bekerja, membaca, menonton televisi, rekreasi dan lain-lain

Melakukan diet. Melakukan diet bukan berarti membatasi segala makanan,melainkan


dengan mengatur porsi dan jenis makanan yang sesuai untuk kondisi tubuh kita. Untuk
mengetahuinya harus dilakukan konsultasi dengan dokter yang sering kita
hubungi.Misalnya untuk penderita diabetes, porsi makan dalam jumah kecil tetapi sering,
mengurangi gula dan karbohidrat dan lain-lain.

Berolah raga secara teratur. Olah raga yang sangat baik dilakukan adalah aerobic atau
berenang. Dengan berolah raga secara teratur maka otot, jantung dan otak akan tetap
terlatih, sehingga dapat mencegah penyakit dan kepikunan.

Periksa kesehatan ke dokter setahun sekali. Dengan melakukan pemeriksaan kesehatan


minimal setahun sekali termasuk pemeriksaan laboratorium, maka kemungkinan
gangguan kesehatan akan terdeteksi lebih dini. Pemeriksaan yang dianjurkan adalah Foto
paru-paru, rekaman jantung (EKG), Pemeriksaan Darah rutin, kimia darah untuk
mengetahui fungsi hati, jantung, pancreas dan lain-lain..

Demikian tulisan ini kami sampaikan dengan harapan peserta dapat menjaga kesehatan
sehingga dapat mengisi hari tuanya dengan lebih baik.

Tetap sehat di usia lanjut 12

Anda mungkin juga menyukai