Anda di halaman 1dari 81

KERANGKA EKONOMI MAKRO

Amalia Adininggar Widyasanti


Staf Ahli Menteri PPN Bidang Sinergi Ekonomi dan Pembiayaan
Kementerian PPN/Bappenas

Disampaikan dalam Diklat PAV 2


2

Outline

Landasan Hukum

Kerangka Ekonomi Makro RKP 2018

Proses Penyusunan KEM

Keterkaitan KEM RKP dengan Lainnya

Menurunkan KEM ke Prioritas Nasional: Contoh Kasus RPJMN 2020-2024

Penutup

10/1/2018
3

Outline

Landasan Hukum

Kerangka Ekonomi Makro RKP 2018

Proses Penyusunan KEM

Keterkaitan KEM RKP dengan Lainnya

Menurunkan KEM ke Prioritas Nasional: Contoh Kasus RPJMN 2020-2024

Penutup

10/1/2018
4
Landasan Hukum:
UU No. 25/2004 tentang SPPN

– Pasal 4 ayat 2: “RPJM Nasional merupakan penjabaran


dari visi, misi, dan program Presiden… yang memuat… ,
serta kerangka ekonomi makro yang mencakup
gambaran perekonomian secara menyeluruh,
termasuk arah kebijakan fiskal…”

– Pasal 4 ayat 3: “RKP merupakan penjabaran dari RPJM


Nasional, memuat… , rancangan kerangka ekonomi
makro yang mencakup gambaran perekonomian
secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, …”

10/1/2018
Landasan Hukum: 5

PP No. 17 Tahun 2017 tentang Sinkronisasi Proses Perencanaan


dan Penganggaran Pembangunan Nasional
PASAL 9
1) Menteri Keuangan dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional bersama-sama
menentukan besaran indikator ekonomi makro.
2) Indikator ekonomi makro sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk
penyusunan kerangka ekonomi makro dalam:
a. dokumen RKP; dan
b. dokumen Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal.
3) Menteri Keuangan dalam menyusun rancangan dokumen Kerangka Ekonomi Makro dan
Pokok-pokok Kebijakan Fiskal mempertimbangkan usulan Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional.
4) Rancangan dokumen Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dibahas oleh Menteri Keuangan dengan melibatkan
Menteri Koordinator Bidang perekonomian, Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional, dan instansi terkait lainnya.
5) Menteri Keuangan dan Menteri perencanaan Pembangunan Nasional bersama-sama
menyusun ketersediaan anggaran dengan mempertimbangkan Kerangka Ekonomi Makro
dan pokok-pokok Kebljakan Fiskal.
10/1/2018
Landasan Hukum: 6

PP No. 17 Tahun 2017 tentang Sinkronisasi Proses Perencanaan


dan Penganggaran Pembangunan Nasional

PASAL 10

1) Rancangan awal RKP memuat:


a. tema;
b. Sasaran;
c. Arah Kebijakan;
d. PrioritasPembangunan;
e. kerangka ekonomi makro dan Arah Kebijakan fiskal; dan
f. program kementerian/lembaga, lintas kementerian/lembaga, dan
kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka pendanaan
yang bersifat indikatif dengan memperhatikan kinerja pembangunan
nasional tahun-tahun sebelumnya.

10/1/2018
7

Outline

Landasan Hukum

Kerangka Ekonomi Makro RKP 2018

Proses Penyusunan KEM

Keterkaitan KEM RKP dengan Lainnya

Menurunkan KEM ke Prioritas Nasional: Contoh Kasus RPJMN 2020-2024

Penutup

10/1/2018
8

Kerangka Ekonomi Makro

Mengapa penting?
1. Kesepakatan Asumsi Makro:

• Sebagai dasar penetapan target sektoral dan kewilayahan


• Sebagai dasar penentuan kapasitas fiskal (resource envelope) dan
bahan perumusan RAPBN serta penyesuaian APBN tahun
berjalan

2. Target-target Makro Pembangunan:


• Pertumbuhan ekonomi dan komponenannya
• Sasaran pembangunan lainnya: tingkat kemiskinan, tingkat
pengangguran, rasio gini, dan IPM

3. Penetapan arah kebijakan ekonomi makro Indonesia

10/1/2018
9
9
Kerangka Kerja
UU NO 25 PP 17
DASAR TAHUN 2017
TAHUN 2004
HUKUM
Rencana Pembangunan Nasional secara menyeluruh serta • Bersama-sama Kemkeu menyusun Indikator Ek Makro
KEM yang mencakup kebijakan fiskal ke dalam rencana kerja • Penyusunan KEM dan Ketersediaan Anggaran
yang berupa kerangka regulasi dan pendanaan yang bersifat
indikatif

KERANGKA EKONOMI MAKRO TANTANGAN

SEKTORAL KEWILAYAHAN
1. PENYUSUNAN ANGKA
MAKRO
PENDANAAN
PEMBANGUNAN
2. SINKRONISASI KEM DENGAN
DAERAH (Perkuatan Model)
EVALUASI DAN
PEMANTAUAN
3. DATA STATISTIK

TUJUAN
PENGURANGAN KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN
10/1/2018
10

Kerangka Ekonomi Makro

• Merupakan satu Bab tersendiri dalam RKP:


Bab 2 - Kerangka Ekonomi Makro

• Terdiri atas:

1. Perkembangan Ekonomi Terkini (Global dan Domestik)

2. Perkiraan Ekonomi Tahun Perencanaan


• Tantangan dan Risiko Ekonomi Global dan Domestik
• Sasaran dan Arah kebijakan Ekonomi Makro di Th Perencanaan

3. Kebutuhan Investasi dan Sumber Pembiayaan

10/1/2018
11
Kerangka Ekonomi Makro
2018 2019
INDIKATOR EKONOMI MAKRO
Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,2 5,3 Neraca Pembayaran
Inflasi 3,5 2,5-4,5
Nilai Tukar (Rp/USD) 13.973 14.500 • Pertumbuhan Ekspor Non Migas : 7,0 – 9,0%
ICP (USD/barrel) 70 70 • Pertumbuhan Impor Non Migas : 9,8 – 12,7%
Lifting Minyak Mentah (rb
775 750 • Cadangan Devisa (USD Miliar) : 125,5 – 127,8
barel/hr)
Lifting Gas Bumi (rb barel/hr) 1.116 1.25 - dalam bulan impor : 6,6 – 6,8
• Defisit transaksi berjalan (% PDB) : 2,5 – 2,7

Sisi Pengeluaran Sisi Produksi


Keuangan Negara
Industri : 4,9 – 5,4%
Konsumsi RT : 5,0 – 5,2% Pengolahan • Penerimaan Perpajakan (% PDB) : 10,8 – 11,3
Konsumsi LNPRT : 8,4 – 9,7% Konstruksi : 6,4 – 7,0% • Belanja Modal (% PDB) : 1,5 – 1,7

Perdagangan : 5,3 – 5,7% • Subsidi Energi ((% PDB) : 0,6 – 0,7


Kons. Pemerintah : 2,8 – 3,7%
• Defisit APBN (% PDB) : 1,6 – 1,9
Investasi (PMTB) : 6,9 – 7,7% Infokom : 10,3 – 11,1%
• Stok Utang Pemerintah (% PDB) : 28,80 – 29,20
Ekspor : 5,5 – 6,6% Jasa Keuangan : 7,8 – 8,4%

Impor : 5,6 – 6,7% Pertanian : 3,7 – 4,0%


Investasi
Transportasi : 8,7 – 9,0%
• Peringkat Indonesia pd EoDB : menuju 40
Pertambangan : 0,6 – 0,8% • Realisasi PMA-PMDN (Rp Triliun) : 833,0 – 870,0
Listrik : 6,0 – 6,4%

Hasil dari Kerangka Ekonomi Makro akan digunakan oleh Kedeputian Sektoral dan Kedeputian Regional untuk merumuskan
10/1/2018
12

Kebutuhan Investasi
Kebutuhan investasi adalah sebesar: Rp 5163 – 5249 triliun
• Kapasitas fiskal yang terbatas menyebabkan investasi tidak bisa bergantung pada investasi pemerintah
• Sumber pembiayaan tahun 2019, terutama berasal dari Swasta dan juga peran Dana Internal BUMN yang meningkat
• Dibutuhkan investasi BUMN sekitar Rp 448,7 – 727,8 Triliun dan investasi pemerintah sekitar Rp 442 triliun

Kebutuhan Investasi Sumber Pembiayaan


Share (%)
Share (%)
Kredit Perbankan 9,4 – 11,2
Investasi Pemerintah 7,3 – 7,9
Penerbitan Saham 2,4 – 2,5
Investasi BUMN 8,1 – 10,2
Penerbitan Obligasi 10,5 – 11,7
Swasta: 81,9 – 84,6 Dana Internal BUMN 5,3 – 8,6
TOTAL KEBUTUHAN INVESTASI 100,0% Dana Internal Masyarakat 66,1 – 72,3

10/1/2018
13

Kebijakan dan Faktor Pendorong Sisi Pengeluaran (1)


Investasi dan ekspor diharapkan menjadi
pendorong pertumbuhan ekonomi tahun 2019

2019
INVESTASI:
Untuk mencapai pertumbuhan 6,9–7,7 persen (YoY) dapat dilakukan melalui:
• Melanjutkan deregulasi peraturan dengan fokus pada kesinambungan peraturan pusat dan
daerah serta standardisasi SOP perizinan di daerah;
• Peningkatan peringkat kemudahan berusaha di Indonesia/EoDB;
• Perluasan penerapan sistem terintegrasi untuk perizinan berusaha secara daring (single
submission);
PDB 5,2 - 5,6% • Implementasi upaya perbaikan iklim investasi yang lebih efektif melalui pengawalan
penyelesaian perizinan (end to end) oleh satgas;
• Memfasilitasi penyelesaian permasalahan investasi;
Kons. RT 5,0 – 5,2% • Memberikan fasilitasi fiskal maupun non fiskal pada sektor-sektor yang mendukung
peningkatan pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja;
• Mengurangi kekakuan pasar tenaga kerja serta peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kerja
Kons. LNPRT 8,4 – 9,7% •
terampil;
Menjaga keyakinan investor di tahun politik dengan memberikan kepastian kebijakan dan
menjaga stabilitas politik dan keamanan;
Kons. Pemerintah 2,8 – 3,7% • Peningkatan pembiayaan alternatif untuk proyek infrastruktur.
EKSPOR:
Upaya memperkuat daya saing ekspor sehingga dapat tumbuh 5,5-6,6 persen (YoY) dapat dicapai dengan

6,9 – 7,7%
berbagai aktivitas, di antaranya:
Investasi (PMTB) • Diversifikasi produk nonmigas;
• Peningkatan pangsa di pasar potensial (market creation) meliputi negara-negara Afrika, Amerika Latin,

5,5 – 6,6%
Eropa Timur, Timur Tengah, dan Asia Tengah;
Ekspor • Meningkatkan perdagangan dan investasi ke negara-negara potensial dengan mengadopsi pendekatan
penguatan ekspor dengan investasi dan dikaitkan dengan bantuan pemerintah Indonesia;

5,6 – 6,7%
Memperkuat ekspor produk hasil hilirisasi;
Impor • Mempercepat penyelesaian perundingan kerja sama internasional dengan memprioritaskan kerja sama
bilateral agar segera terselesaikan;
• Sementara itu, impor diperlukan untuk menjadi katalisator aktivitas domestik yang mampu menopang
aktivitas ekonomi dalam negeri sehingga diperkirakan akan tumbuh sekitar 5,6–6,7 persen (YoY).

10/1/2018
14

Kebijakan dan Faktor Pendorong Sisi Pengeluaran (2)


Konsumsi masyarakat tetap harus dijaga untuk
tumbuh stabil dan tinggi tahun 2019, karena
2019 peranannya yang besar terhadap PDB
Upaya memperkuat konsumsi masyarakat diharapkan mampu mendorong peningkatan konsumsi masyarakat
di sekitar 5,0-5,2 persen (YoY), di antaranya melalui:
• Pemanfaatan dana desa untuk sektor padat karya, terutama infrastruktur;
• Perluasan bantuan sosial yang lebih tepat sasaran dan tepat waktu;
PDB 5,2 - 5,6% • Menjaga stabilitas harga pangan dengan fokus pada perbaikan infrastruktur, penggunaan teknologi pertanian,
fasilitasi pembiayaan untuk petani, dan perbaikan tata niaga pangan;
• Penciptaan lapangan kerja di sektor formal dan padat karya, terutama industri pengolahan/manufaktur;
Kons. RT 5,0 – 5,2% • Menjaga tingkat keyakinan masyarakat di tahun politik dengan memberikan kepastian kebijakan dan menjaga
stabilitas politik dan keamanan;
• Menyeimbangkan pencapaian target penerimaan pajak dan upaya penarikan pajak;
Kons. LNPRT 8,4 – 9,7% • Mendorong peningkatan konsumsi daring (perdagangan elektronik/e-commerce) melalui perbaikan
infrastruktur dan regulasi di sektor internet, diiringi dengan perbaikan pencatatan statistik transaksi
perdagangan elektronik;
Kons. Pemerintah 2,8 – 3,7% • Menangkap perubahan pola konsumsi masyarakat yang bergeser ke aktivitas hiburan dan pariwisata melalui
perluasan pengembangan destinasi domestik terutama dari segi perbaikan fasilitas pendukung di sekitar
destinasi dan kebijakan moneter dan makroprudensial yang lebih longgar.
PMTB 6,9 – 7,7%
KONSUMSI LNPRT:
Ekspor 5,5 – 6,6% Memperkuat laju konsumsi LNPRT yang diharapkan mampu tumbuh 8,4 – 9,7 persen (YoY)
di tahun pemilihan presiden sebagai sumber pertumbuhan potensial yang dihasilkan oleh
organisasi kemasyarakatan dalam belanja untuk keperluan pilpres
Impor 5,6 – 6,7%

10/1/2018
15

Kebijakan dan Faktor Pendorong Sisi Produksi (1)


PERTANIAN:
Sektor pertanian dalam arti luas diharapkan mampu tumbuh 3,7–4,0 persen, didorong oleh:
(1) Peningkatan IP (indeks pertanaman) sebagai hasil dari pembangunan irigasi lahan-lahan yang kering;
(2) Fokus budidaya pada subsektor tanaman pangan seperti padi dan jagung;
(3) Peningkatan produksi sapi;

2019
(4) Peningkatan produksi budidaya ikan;
(5) Peningkatan produksi dan ekspor udang
(6) Peningkatan ekspor rumput laut yang bernilai tambah tinggi;
(7) Penggunaan kayu dari hutan tanaman industri selain untuk produksi pulp;
(8) Peninjauan kembali kebijakan ekspor kayu log;
(9) Peningkatan produktivitas perkebunan melalui peremajaan perkebunan
INDUSTRI:

5,2 – 5,6%
Sektor industri pengolahan diharapkan mampu tumbuh mencapai 4,9–5,4 persen (YoY) yang akan ditempuh dengan
PDB berbagai upaya dan kebijakan seperti:
1. Pemberian insentif berupa penurunan harga gas industri dan/atau restitusi pajak untuk dunia industri;
2. Melanjutkan upaya debottlenecking regulasi kemudahan berinvestasi, kepastian penyediaan lahan, dan penyediaan energi
listrik yang memadai;
Pertanian 3,7 – 4,0% 3. Perbaikan pasar dan produktivitas tenaga kerja;
4. Ekspansi industri logam untuk mendorong industri terkait serta peningkatan kinerja industri alat angkut dan industri
elektronik;
5. Peningkatan hilirisasi industri dan aktivitas industri di luar Jawa seiring dengan percepatan kawasan industri Konawe

0,6 – 0,8%
(logam), Palu (industri agro), Kuala Tanjung (oleochemical), dan Teluk Bintuni (petrochemical);
Pertambangan 6. Peningkatan produksi terkait baja dan besi seiring dengan keberlanjutan proyek infrastruktur;
7. Fasilitasi perdagangan untuk ekspor manufaktur dan impor bahan baku/penolong serta bahan modal;
8. Peningkatan investasi di sektor industri pengolahan;
9. Implementasi induk (holding) BUMN yang semakin efisien dan kompetitif dalam menjalankan usahanya.

Industri 4,9 – 5,4% LISTRIK:


Sektor pengadaan listrik, gas dan produksi es diperkirakan akan tumbuh 6,0–6,4 persen (YoY) seiring
pembangunan infrastruktur untuk pemenuhan ketersediaan energi bagi rumah tangga dan industri. Beberapa
kebijakan yang diharapkan mampu mendorong sektor ini di antaranya:
Listrik 6,0 – 6,4% 1.
2.
Penyederhanaan golongan tarif listrik;
Pembebasan biaya bagi rumah tangga yang ingin meningkatkan daya listrik untuk konsumsi listrik produktif;
3. Peningkatan penggunaan peralatan rumah tangga dan kendaraan bertenaga listrik;
4. Peningkatan kapasitas pembangkit listrik seiring peningkatan konsumsi listrik dari Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) dan Kawasan Industri (KI) yang baru.

10/1/2018
16

Kebijakan dan Faktor Pendorong Sisi Produksi (2)


KONSTRUKSI:
Sektor konstruksi diharapkan tumbuh 6,4–7,0 persen (YoY) dengan didorong oleh:
1. Telah dirumuskannya langkah-langkah dan koordinasi lintas sektor dalam percepatan proses pembebasan lahan;
2. Kebijakan moneter dan makroprudensial yang longgar;

2019
3. Pembangunan rumah tapak murah dan rumah susun yang berorientasi pada transportasi (Transport Oriented
Development/TOD).

PERDAGANGAN:
Sektor perdagangan yang harus diperkuat baik untuk perdagangan konvensional (offline) maupun daring (online)
sehingga diharapkan sektor ini mampu tumbuh 5,3–5,7 persen (YoY) dengan didorong oleh berbagai kebijakan yang
tepat, seperti:

5,2 – 5,6%
1. Pengurangan tarif untuk impor bahan baku industri dan ekspor yang disertai pula dengan penyederhanaan
PDB penerbitan perizinan perdagangan;
2. Peningkatan output produksi dan kelancaran distribusi barang-barang domestik, seiring dengan membaiknya
sistem rantai pasok nasional dan terjaganya daya beli masyarakat.

Konstruksi 6,4 – 7,0% INFORMASI DAN KOMUNIKASI:


Sektor informasi dan komunikasi diharapkan tumbuh 10,3-11,1 persen (YoY), didorong oleh:
1. Peningkatan literasi pemanfaatan pita lebar (broadband) kepada masyarakat luas yang diikuti pula oleh pengembangan
frekuensi 2,1 dan 2,3 GHz yang mendukung transfer data lebih cepat;

5,3 – 5,7%
2. Percepatan pembangunan jaringan kabel Palapa Ring;
Perdagangan 3. Percepatan implementasi migrasi dari televisi analog ke digital;
4. Upaya konsolidasi industri ekonomi digital;
5. Penyediaan dan pengembangan satelit multifungsi;
6. Penetapan tarif interkoneksi yang memicu komunikasi semakin baik;

Infokom 10,3 -11,1% 7. Pengembangan ekonomi digital.

JASA KEUANGAN:
Sektor jasa keuangan dan asuransi sebagai pendukung aspek pembiayaan, akses, dan transaksi keuangan baik
Jasa
Keuangan 7,8 – 8,4% perbankan maupun nonperbankan yang diharapkan tumbuh 7,8–8,4 persen (YoY), melalui
1. Peningkatan peran investor domestik pada bursa saham melalui berbagai program yang memudahkan masyarakat
bertransaksi dan berinvestasi di bursa saham;
2. Peningkatan pertumbuhan kredit yang semakin baik;
3. Berkembangnya usaha financial technology yang telah didukung oleh perbankan nasional;
4. Peningkatan efisiensi perbankan;
5. Implementasi strategi nasional keuangan inklusif yang efektif.
10/1/2018
17

Arah Kebijakan Ekonomi Makro

5,2-5,6%

10/1/2018
18

Outline

Landasan Hukum

Kerangka Ekonomi Makro RKP 2018

Proses Penyusunan KEM

Keterkaitan KEM RKP dengan Lainnya

Menurunkan KEM ke Prioritas Nasional: Contoh Kasus RPJMN 2020-2024

Penutup

10/1/2018
19

Proses Penyusunan KEM Rapat Interdep Asumsi Rapat Interdep Asumsi


Makro III: Update PDB Q1 Makro III: Update PDB Q2
dan Finalisasi RKP-KEM PPKF dan RAPBN

Exercise II KEM RKP


Masukan Direktorat Sektor
Rapat PDB Sisi Produksi dan Kewilayan Bappenas
Rancangan KEM
Exercise I KEM RKP dengan Direktorat Sektor RKP disampaikan di
dan Kewilayahan Bappenas Rakorbangpus Finalisasi KEM RA RKP

November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus

Pemutakhiran KEM RKP Pemutakhiran KEM RKP


Rapat Interdep Pasca DPR
Asumsi Makro I: Rapat Interdep
Update PDB Q3 Asumsi Makro II: Rapat Interdep Target Rapat Bilateral Intensif
Update PDB Q4 Makro Pembangunan I dengan PKEM Kemenkeu:
Draft Awal KEM RKP
Breakdown PDB
disampaikan di internal
Bappenas Rapat Interdep Target
Diskusi Ekonomi:
Makro Pembangunan II
• Setiap bulan Dit. PMAS berdiskusi dengan ekonom untuk mendiskusikan perkembangan ekonomi terkini
• Setiap triwulan, pasca keluarnya data PDB, Kedeputian Ekonomi mengadakan rapat evaluasi ekonomi triwulanan dengan BPS, BI, Kemenko Perekonomian, BKPM, Kementerian Keuangan
• Setiap triwulan, Kedeputian Ekonomi berdiskusi dengan WB dan IMF tentang perkembangan perekonomian global dan domestik

10/1/2018
20

Model Perhitungan KEM

Bappenas Policy Modelling Model-Model Satelit:


Dashboard • Model Sektoral
Kelompok 1: • Model Investasi
Analisa Dampak Kebijakan Oxford Economics
• Model Konsumsi
Q-Monas Model • Model XM
• Model Inflasi
Kelompok 2: Jangka Pendek, Menengah, Panjang: • dll
Proyeksi OXFORD ECONOMICS

Jangka Pendek:
LEI, CEI, dan Nowcasting

Kelompok 3:
Model Utama
FPP Penyusunan KEM
Konsistensi Ekonomi Makro (Financial Programming and Policy)

10/1/2018
21

Financial Programming and Policies


Real Sector Goverment Sector
National Accounts Fiscal Accounts
Consumption Revenue
• Hubungan antara kondisi ekonomi di dalam negeri (a.l.
Private consumption Grants
tercermin pada pertumbuhan ekonomi dan inflasi) dan Goverment consumption Expenditure
kondisi ekonomi di luar negeri (a.l. tercermin pada Investment
2 Current expenditure
neraca pembayaran). Private Investment Capital expenditure
Goverment Investment 3 Overall Balance
• Hubungan antar-pelaku di dalam suatu perekonomian. Exports of goods and services Financing
• Semua sektor makroekonomi saling terhubung karena Imports of goods and services Domestic Bank Borrowing
Domestic nonBank Borrowing
masing-masing sektor saling memperdagangkan Foreign Borrowing (net)
barang, jasa, dan instrumen-instrumen keuangan satu External Sector
1
sama lain. Balance of Payments 4 5 Monetary Sector
Current Account
Exports of goods and services Depository Corporations Survey
Oleh karena itu, semua sektor makroekonomi harus Imports of goods and services Assets
Current Transfer (net) Net Foreign Assets
dianalisis sebagai satu sistem, bukan sebagai satu sektor Central Bank
Official
yang berdiri sendiri; mengingat perubahan pada satu Other depository corporations
Private 7 Net credit to the goverment
sektor akan mempengaruhi sektor-sektor lain. Capital and Financial Account
Direct Investment Claims on other sectors
Portofolio Investment, net Other items, net
Other investment, net Liabilities
Overall Balance Broad Money
Change in reserves 6
10/1/2018
22

Financial Programming and Policy ver 2.0


Pengembangan FPP ver 2.0 dilakukan selama Agustus-Desember 2016
Fitur baru versi 2.0:

• Link antar blok yang lebih


konsisten dan tidak putus
• Terdapat: consistency check
• Terdapat: Summary
• Tambahan sheet: Financial
Sector
• Tampilan yang lebih seragam
antar sheet
• Pengembangan model satelit
untuk mendukung proyeksi

Saat ini sedang dikembangkan


FPP user manual
10/1/2018
23

Tim KEM Bappenas


KOORDINATOR dan Penanggung Jawab FPP dan Penyusunan KEM:
Dit. Perencanaan Makro dan Analisis Statistik

Sektor Dit. PMAS, PIKEI, IPEK


Riil:

Sektor Dit. PMAS, PIKEI


18 Eksternal
orang
Sektor Dit. KNAM
Fiskal
Koordinator Sektor Dit. KNAM
Moneter
Sektor
Dit. JKB
Keuangan
Dit. PMAS
Di rencanakan, ke depan penyusunan Kerangka Ekononomi Makro akan diperluas melalui koordinasi
dengan Kedeputian Sektoral dan Kedeputian Regional
10/1/2018
24

Rapat Interdep Asumsi Makro

• Anggota Rapat: Tujuan: Menyepakati Asumsi Makro


o Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu o Pertumbuhan ekonomi
o Kedeputian Bidang Ekonomi Bappenas o Inflasi
o DKEM Bank Indonesia o Nilai tukar
o Dirjen Anggaran Kemenkeu o Tingkat suku bunga SPN 3 bulan
o DJPPR Kemenkeu o Harga Minyak Dunia
o Lifting Minyak Bumi
o Kementerian ESDM
o Lifting GAs
o SKK Migas
o Kemenko Perekonomian

• Waktu: Per Triwulan (setelah angka PDB keluar) atau di waktu tertentu yang
dibutuhkan (sebelum pembicaraan pendahuluan RKP dan KEM-PPKF, APBN-P,
RAPBN dan Nota Keuangan)

10/1/2018
25

Hasil Interdep Asumsi Makro

10/1/2018
26

Rapat Interdep Target Makro Pembangunan

• Anggota Rapat: Tujuan: Menyepakati target makro


o Kedeputian Bidang Ekonomi Bappenas pembangunan untuk dijadikan target
o Kedeputian Bidang PMK Bappenas bersama dalam RKP
o Kedeputian Bidang Pemb. Manusia, Masy dan Kebud. o Tingkat Kemiskinan
Bappenas o Tingkat Pengangguran
o Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu o Rasio Gini
o DKEM Bank Indonesia o IPM
o Dirjen Anggaran Kemenkeu o Realisasi PMA dan PMDN
o Dirjen Pajak Kemenkeu o Capex BUMN
o Kementerian BUMN o Pertumbuhan Ekspor Non-Migas
o Kementerian Perdagangan o Rasio Pajak
o BKPM
o Kemenko Perekonomian

• Waktu: Pertama kali dilakukan di bulan April tahun 2017 dan dipimpin oleh Bappenas

10/1/2018
27

Hasil Interdep Target Makro Pembangunan

10/1/2018
28

Outline

Landasan Hukum

Kerangka Ekonomi Makro RKP 2018

Proses Penyusunan KEM

Keterkaitan KEM RKP dengan Lainnya

Menurunkan KEM ke Prioritas Nasional: Contoh Kasus RPJMN 2020-2024

Penutup

10/1/2018
29

Arah Kebijakan Ekonomi Makro 2019

10/1/2018
30

Keterkaitan KEM RKP dan KEM-PPKF (1)


Sesuai PP 17 tahun 2017 KEM PPKF mengacu pada RKP. Untuk memastikan konsistensi antara keduanya, selain rapat interdep asumsi
makro, Dit. PMAS melakukan pertemuan bilateral intensif dengan PKEM BKF untuk mendiskusikan KEM. Pembagian kerja proyeksi
pertumbuhan ekonomi: Bappenas → sisi produksi, BKF → sisi pengeluaran.

10/1/2018
31
Keterkaitan KEM RKP dan KEM-PPKF (2)
2018 2019
INDIKATOR EKONOMI MAKRO
Range
Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,2 5,2 – 5,6 Neraca Pembayaran
Inflasi 3,5 2,5-4,5
Nilai Tukar (Rp/USD) 13.973 13.700 – 14.000 • Pertumbuhan Ekspor Non Migas : 7,0 – 9,0%
ICP (USD/barrel) 70 70 • Pertumbuhan Impor Non Migas : 9,8 – 12,7%
Lifting Minyak Mentah (rb KEM akan menentukan postur APBN
775 750 • Cadangan Devisa (USD Miliar) : 125,5 – 127,8
barel/hr) → Resource Envelope (dana yang
Lifting Gas Bumi (rb barel/hr) 1.116 1.25 - dalam bulan impor : 6,6 – 6,8
tersedia untuk dibagikan ke KL) dan
• Defisit transaksi berjalan (% PDB) : 2,5 – 2,7
pokok-pokok kebijakan fiskal
Sisi Pengeluaran Sisi Produksi
Keuangan Negara
Industri : 4,9 – 5,4%
Konsumsi RT : 5,0 – 5,2% Pengolahan • Penerimaan Perpajakan (% PDB) : 10,8 – 11,3
Konsumsi RT : 8,4 – 9,7% Konstruksi : 6,4 – 7,0% • Belanja Modal (% PDB) : 1,5 – 1,7

Perdagangan : 5,3 – 5,7% • Subsidi Energi ((% PDB) : 0,6 – 0,7


Kons. Pemerintah : 2,8 – 3,7%
• Defisit APBN (% PDB) : 1,6 – 1,9
Investasi (PMTB) : 6,9 – 7,7% Infokom : 10,3 – 11,1%
• Stok Utang Pemerintah (% PDB) : 28,80 – 29,20
Ekspor : 5,5 – 6,6% Jasa Keuangan : 7,8 – 8,4%

Impor : 5,6 – 6,7% Pertanian : 3,7 – 4,0%


Investasi
Transportasi : 8,7 – 9,0%
• Peringkat Indonesia pd EoDB : menuju 40
Pertambangan : 0,6 – 0,8% • Realisasi PMA-PMDN (Rp Triliun) : 833,0 – 870,0
Listrik : 6,0 – 6,4%

10/1/2018
Keterkaitan KEM dan Pembangunan Sektor 32

(1)
2018 2019
INDIKATOR EKONOMI MAKRO
Perdagangan
Range Internasional
Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,2 5,2 – 5,6 Neraca Pembayaran
Inflasi 3,5 2,5-4,5
Nilai Tukar (Rp/USD) 13.973 13.700 – 14.000 • Pertumbuhan Ekspor Non Migas : 7,0 – 9,0%
ICP (USD/barrel) 70 70 • Pertumbuhan Impor Non Migas : 9,8 – 12,7%
Lifting Minyak Mentah (rb
775 750 • Cadangan Devisa (USD Miliar) : 125,5 – 127,8
barel/hr)
Lifting Gas Bumi (rb barel/hr) 1.116 1.25 - dalam bulan impor : 6,6 – 6,8
Sektor Terkait: Industri, Transportasi,
Keuangan
• Defisit transaksi berjalan (%Negara
PDB) : 2,5 – 2,7
Perumahan, Energi, Perdagangan,
Pertanian, Keuangan
Sisi Pengeluaran Sisi Produksi Keuangan Negara
Industri : 4,9 – 5,4%
Konsumsi RT : 5,0 – 5,2% Pengolahan • Penerimaan Perpajakan (% PDB) : 10,8 – 11,3
Konsumsi RT : 8,4 – 9,7% Konstruksi : 6,4 – 7,0% • Belanja Modal (% PDB) : 1,5 – 1,7

Perdagangan : 5,3 – 5,7% • Subsidi Energi ((% PDB) : 0,6 – 0,7


Kons. Pemerintah : 2,8 – 3,7%
• Defisit APBN (% PDB) : 1,6 – 1,9
Investasi (PMTB) : 6,9 – 7,7% Infokom : 10,3 – 11,1%
Jasa Keuangan : 7,8 – 8,4%
Investasi
• Stok Utang Pemerintah (% PDB) : 28,80 – 29,20
Ekspor : 5,5 – 6,6%
Impor Kemiskinan, Tenaga Kerja,
: 5,6 – 6,7% Pertanian : 3,7 – 4,0%
Investasi
Kesehatan, dan Pendidikan Transportasi : 8,7 – 9,0%
• Peringkat Indonesia pd EoDB : menuju 40
Pertambangan : 0,6 – 0,8% • Realisasi PMA-PMDN (Rp Triliun) : 833,0 – 870,0
Listrik : 6,0 – 6,4%

10/1/2018
8,5-9,5 4,8-5,2 0,38-0,39 71,98
33

Keterkaitan KEM dan Pembangunan Sektor (2)


Target pertumbuhan sektor dan PERTANIAN:
kebijakannya disusun berdasarkan (i) Peningkatan Indeks Pertanaman (IP) dengan peningkatan irigasi

2018
(ii) Subsidi benih dan pupuk yang lebih tepat sasaran
diskusi dan masukan dari direktorat (iii) Peningkatan perikanan budidaya dan rumput laut
sektor (iv) Penggantian alat untuk perikanan tangkap

PERTAMBANGAN:
(i) perbaikan harga bahan mineral
PDB 5,2 – 5,6% (ii) realisasi kebijakan relaksasi ekspor barang mineral

INDUSTRI:
Pertanian 3,5 – 3,8% (i) Dampak realisasi pembangunan infrastruktur yang mendukung konektivitas dan
ketersediaan listrik
(ii) Mulai efektifnya operasionalisasi beberapa kawasan industri (Sei Mangkei, Kuala Tanjung,
Ketapang, dan Morowali)
Pertambangan 1,3 – 1,6% (iii) Peningkatan investasi sektor pengolahan

LISTRIK:
Industri 4,8 – 5,3% (i) Operasionalisasi pembangkit listrik dalam rangka mencapai target 35.000 MW dan
program 7.000 MW
(ii) Meningkatnya rasio elektrifikasi rumah tangga dan industri
Listrik 5,2 – 6,`% (iii) Meningkatnya konsumsi gas bumi untuk rumah tangga maupun transportasi seiring
dengan program pembangunan jaringan gas kota (jargaskot) dan penyesuaian harga gas
yang lebih kompetitif

10/1/2018
34

Keterkaitan KEM dan Pembangunan Sektor (3)

5,2-5,6%
Narasi KEM RKP 2019 tidak hanya
membahas pertumbuhan ekonomi
yang tinggi, tetapi juga yang inklusif
dan berkelanjutan

10/1/2018
35

Sasaran Makro Pembangunan RKP 2019

10/1/2018
36

Arah
Kebijakan
Tahun 2019

10/1/2018
37

Keterkaitan KEM dan Pembangunan Wilayah

Target pembangunan wilayah harus


add up sesuai dengan target
pertumbuhan ekonomi nasional

10/1/2018
38

Dalam RKP
2019

10/1/2018
39

10/1/2018
42

Outline

Landasan Hukum

Kerangka Ekonomi Makro RKP 2018

Proses Penyusunan KEM

Keterkaitan KEM RKP dengan Lainnya

Menurunkan KEM ke Prioritas Nasional: Contoh Kasus RPJMN 2020-2024

Penutup

10/1/2018
43

MAPPING PN UNTUK MENDUKUNG KEM

10/1/2018
44

Prioritas Nasional RKP 2019

10/1/2018
KEM Perlu Mendapat Dukungan Semua Pihak

PERTUMBUHAN EKONOMI

Pemerintah Swasta Masyarakat

Pusat Daerah

45
DUKUNGAN PN TERHADAP SASARAN PERTUMBUHAN EKONOMI SISI PRODUKSI

Pertanian: Pertambangan: Perdagangan: Industri:


3,9 – 4,1 0,8 – 0,9 5,4 – 6,0 5,1 – 5,6

PN3: Peningkatan Nilai PN4: Pemantapan PN3: Peningkatan Nilai PN3: Peningkatan Nilai
Tambah Ekonomi Ketahanan Energi, Tambah Ekonomi Tambah Ekonomi
melalui Pertanian, Pangan, dan Sumber melalui Pertanian, melalui Pertanian,
Industri, dan Jasa Daya Air Industri, dan Jasa Industri, dan Jasa
Produktif Produktif Produktif

Listrik: Transportasi:
6,6 – 7,0 8,6 – 9,0

PN4: Pemantapan PN2: Pengurangan


Ketahanan Energi, Kesenjangan
Pangan, dan Sumber antarwilayah melalui
Daya Air Penguatan
Konektivitas dan
Kemaritiman
46
Dukungan PN Terhadap Sasaran Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran

I: 6,9 – 8,0 X: 3,6 – 5,2

PN3: Peningkatan Nilai PN3: Peningkatan Nilai


Tambah Ekonomi Tambah Ekonomi
melalui Pertanian, melalui Pertanian,
Industri, dan Jasa Industri, dan Jasa
Produktif Produktif

47
Beberapa Komponen Pertumbuhan didukung oleh Berbagai Prioritas Nasional
(tidak dapat dilakukan oleh spesifik PN tertentu)

Konstruksi: Jasa Keuangan: Infokom:


6,8 - 7,0 8,1 – 8,7 10,8 – 11,6

PN1 PN2 PN1 PN3 Belum dapat


PN3 PN4 PN4 diidentifikasi

Konsumsi Masyarakat
C: 5,0 – 5,1

PN1 PN2

PN3 PN4
PN5

48
Pemetaan PN, PP, dan KP
untuk Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Sisi Produksi

Pertanian: Pertambangan: Industri:


3,9 – 4,1 0,8 – 0,9 5,1 – 5,6
• Pelaksanaan Reforma Agaria • Penguatan Industri Pendukung
• Peningkatan Kualitas Konsumsi • Peningkatan Produksi dan
(1.1) Sistem Logistik (2.2)
pangan (4.2) Cadangan Minyak, Gas Bumi,
• Pengelolaan Sumber Daya Alam • Penguatan Cadangan dan dan Energi Lainnya (4.1) • Penyediaan infrastruktur energi,
melalui Perhutanan Sosial (1.1) Stabilisasi Harga Pangan (4.2) telekomunikasi dan TIK (2.4)
• Pengembangan Sistem Logistik • Pemulihan dan Pengendalian Air Perdagangan: • Pengembangan industri pengolahan
Nasional dan Jaringan Pasar
Komoditas Pertanian dan
Permukaan dan Air Tanah (4.3) 5,4 – 6,0 hasil pertanian, perikanan, &
• Peningkatan Regulasi, kehutanan (3.1)
Perikanan (2.2)
Kelembagaan dan Kesadaran • Penguatan struktur • Perbaikan iklim usaha dan
• Penataan ruang dan lingkungan dalam Pengelolaan Sumberdaya ekonomi kreatif (3.3) peningkatan investasi (3.2)
hidup berkelanjutan (2.5) Air (4.3)
• Peningkatan hasil pertanian,
• Pengembangan kemitraan • Pengembangan dan peningkatan
• Pencegahan Kerusakan
perikanan dan kehutanan (3.1) usaha mikro dan kecil (UMK) investasi industri hulu, non agro dan
Sumberdaya Alam dan
Lingkungan Hidup (4.4)
dengan usaha menengah pendukung* (3.2)
• Peningkatan mutu, sertifikasi,
dan standarisasi hasil pertanian,
dan besar (UMB) (3.3) • Peningkatan daya saing industri
• Rehabilitasi dan Pemulihan
perikanan, dan kehutanan (3.1) Kerusakan Sumberdaya Alam • Peningkatan perdagangan andalan non pangan* (3.2)
• Penguatan kelembagaan dan dan Lingkungan Hidup (4.4) dalam dan luar negeri (3.3) • Pengembangan 7 kawasan industri
usaha pertanian, perikanan dan • Penguatan Kelembagaan dan • Peningkatan kerja sama dan 6 KEK industri/ logistik (3.2)
kehutanan (3.1) Pemantapan Regulasi di Bidang dengan dunia usaha (3.4)
Lingkungan Hidup (4.4) • Pemantapan sistem sertifikasi
• Peningkatan sarana dan
prasarana pendukung nilai kompetensi (3.4)
tambah pertanian dan
• Pengamanan Wilayah Laut (5.3) Listrik: • Peningkatan keterampilan wirausaha
perikanan (3.1) • Pengamanan Kawasan
Perbatasan dan Kedaulatan
6,6 – 7,0 (3.4)
• Peningkatan Penyediaan Negara (5.3) • Pengembangan dan pemanfaatan
Pangan Hasil Pertanian dan • Peningkatan Efisiensi
teknologi pengungkit produktivitas
Perikanan (4.2) Energi (4.1)
(3.5)
49
Pemetaan PN, PP, dan KP
untuk Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Sisi Produksi
• Pembangunan daerah tertinggal
Konstruksi: dan perbatasan (2.3) Jasa Keuangan:
6,8 - 7,0 • Percepatan pembangunan desa
(2.3)
8,1 – 8,7
• Penyediaan akses hunian layak • Penyelesaian Ruas Jalan Trans • Perluasan akses
dan terjangkau (1.4) Papua dan Papua Barat, dan keuangan/ pembiyaan
• Penyediaan akses infrastruktur Konektivitas Antar (3.3)
dasar, air minum dan sanitasi Kabupaten/Kota dan Kampung
layak (1.4) (2.3) • Penguatan Kelembagaan dan
Layanan Pertanian dan
• Peningkatan kualitas lingkungan • Pembangunan pelabuhan dan
bandara (2.3)
Perikanan (4.2) Transportasi:
di permukiman (1.4)
• Penyediaan infrastruktur • Pengembangan 7 kawasan • Penguatan literasi untuk 8,6 – 9,0
telekomunikasi (2.1) industri dan 6 KEK kesejahteraan (1.1)
industri/logistik (3.2) • Keselamatan transportasi
• Peningkatan sarana dan
jalan, laut, udara, dan kereta
prasarana informatika (2.1) • Percepatan pengembangan 7
kawasan pariwisata dan 3 KEK
Infokom: api (2.1)
• Pengembangan ekosistem TIK
menuju ekonomi digital (2.1)
pariwiata (3.3) 10,8 – 11,6 • Penyediaan Sarana Angkut
• Pembangunan Pembangkit, Produk Perikanan, Kelautan
• Pengembangan konektivitas • Penguatan integrasi sistem
Transmisi dan Distribusi Tenaga dan Pertanian (2.2)
pusat kegiatan di wilayah timur administrasi kependudukan
Listik (4.1)
Indonesia (2.1)
dan pencatatan sipil (1.5) • Pengembangan moda
• Pengembangan Energi Baru dan transportasi untuk
• Pengembangan pelabuhan hub
Terbarukan (EBT) (4.1) • Sarana dan prasarana
dan feeder tol laut (2.1) pelayanan pendidikan dan
• Peningkatan Pemanfaatan kebencanaan (2.5) kesehatan secara mobile
• Pembangunan transportasi
Batubara dan Gas Bumi Dalam • Pelaksanaan e-Government (2.4)
multimoda (2.1)
Negeri (4.1)
• Pembangunan bandara (2.1)
yang Terintegrasi (5.4)
• Penyediaan Sarana Prasarana
• Pembangunan transportasi Pertanian dan Perikanan (4.2)
perkotaan (2.1)
• Perlindungan Sumber Air dan
• Penyediaan Infrastruktur Energi Ekosistemnya (4.3)
dan Transportasi Mendukung
• Pembangunan Sarana dan
Sistem Logistik (2.2)
Prasarana Sumberdaya Air (4.3) 50
Pemetaan PN, PP, dan KP
untuk Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran

C: 5,0 – 5,1 LNPRT: 9,2 – 12,2

Meningkatkan pendapatan Menangkap perubahan pola Menjaga tingkat keyakinan


kelompok miskin Stabilisasi harga pangan Menciptakan lapangan kerja konsumsi masyarakat masyarakat di tengah tahun politik

• Penguatan pelaksanaan • Peningkatan hasil pertanian, • Peningkatan kerja sama • Peningkatan perdagangan • Penciptaan Kondisi Aman
bantuan sosial dan subsidi perikanan dan kehutanan dengan dunia usaha (3.4) dalam dan luar negeri (3.3) yang Cepat dan Tanggap
tepat sasaran (1.1) (3.1) (5.1)
• Penguatan penyelenggaraan • Pengembangan ekosistem
• Penguatan sistem jaminan • Peningkatan Penyediaan diklat vokasi (3.4) TIK menuju ekonomi digital • Penguatan Lembaga
sosial (1.1) Pangan Hasil Pertanian dan (2.1) Demokrasi (5.2)
• Pembangunan daerah Perikanan (4.2) • Percepatan pengembangan
tertinggal dan perbatasan • Penguatan Kelembagaan dan 7 kawasan pariwisata dan 3
(2.3) Layanan Pertanian dan KEK pariwisata (3.3)
• Percepatan pembangunan Perikanan (4.2)
desa (2.3) • Penyediaan Sarana
Prasarana Pertanian dan
Perikanan (4.2)
• Penguatan Cadangan dan
Stabilisasi Harga Pangan
(4.2)

51
Pemetaan PN, PP, dan KP
untuk Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran

I: 6,9 – 8,0

Perbaikan iklim usaha dan Peningkatan Kemitraan dan


Penyelesaian masalah investasi Perbaikan infrastruktur Perbaikan infrastruktur (2)
peningkatan investasi Perluasan Akses Pembiayaan

• Perbaikan iklim usaha dan • Pelaksanaan reforma • Pengembangan kemitraan • Penyediaan infrastruktur • Penyediaan Infrastruktur
peningkatan investasi (3.1) agrarian (1.1) usaha mikro dan kecil telekomunikasi (2.1) Energi dan Transportasi
• Pengembangan dan (UMK) dengan usaha • Peningkatan sarana dan Mendukung Sistem Logistik
• Peningkatan kerja sama
peningkatan investasi menengah dan besar prasarana informatika (2.1) (2.2)
dengan dunia usaha (3.4)
industri hulu, non agro dan (UMB) (3.3) • Penyelesaian Ruas Jalan
• Penguatan penyelenggaraan • Pengembangan konektivitas
pendukung (3.2) • Perluasan akses keuangan/ pusat kegiatan di wilayah Trans Papua dan Papua
diklat vokasi (3.4)
• Pengembangan 7 kawasan pembiayaan (3.3) timur Indonesia (2.1) Barat, dan Konektivitas
• Pemantapan sistem Antar Kabupaten/Kota dan
industri dan 6 KEK industri/ • Penguatan Kelembagaan • Pengembangan pelabuhan
sertifikasi kompetensi (3.4) Kampung (2.4)
logistik (3.2) dan Layanan Pertanian dan hub dan feeder tol laut (2.1)
• Iklim ketenagakerjaan dan
• Percepatan pengembangan Perikanan (4.2) • Pembangunan pelabuhan
hubungan industrial (3.2) • Pembangunan transportasi
7 kawasan pariwisata dan 3 dan bandara (2.4)
multimoda (2.1)
KEK pariwisata (3.2) • Penyediaan infrastruktur
Menjaga tingkat keyakinan • Pembangunan bandara (2.1)
• Penguatan struktur ekonomi masyarakat di tengah tahun politik energi, telekomunikasi dan
kreatif (3.3) • Pembangunan transportasi TIK (2.4)
• Penciptaan Kondisi Aman perkotaan (2.1) • Pembangunan Pembangkit,
• Peningkatan perdagangan
dalam dan luar negeri (3.3) yang Cepat dan Tanggap Transmisi dan Distribusi
(5.1) Tenaga Listik (4.1)
• Penguatan Lembaga
Demokrasi (5.2)
52
Pemetaan PN, PP, dan KP
untuk Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran

X: 3,6 – 5,2

Peningkatan kerja sama ekonomi


Peningkatan Ekspor Peningkatan produksi dan daya saing produk domestik international

• Peningkatan perdagangan • Peningkatan hasil pertanian, perikanan dan • Penguatan Diplomasi Ekonomi dan
dalam dan luar negeri (3.3) kehutanan (3.1) Kerjasama Pembangunan
• Pengembangan industri pengolahan hasil Internasional (5.5)
pertanian, perikanan, & kehutanan (3.1)
• Peningkatan mutu, sertifikasi, dan standarisasi
hasil pertanian, perikanan, dan kehutanan (3.1)
• Peningkatan daya saing industri andalan non
pangan (3.2)
• Pengembangan 7 kawasan industri dan 6 KEK
industri/ logistik (3.2)
• Percepatan pengembangan 7 kawasan pariwisata
dan 3 KEK pariwisata (3.2)
• Penguatan struktur ekonomi kreatif (3.3)

53
Contoh: PP 2.2
Contoh:
Prioritas
Nasional 3

57
Kerangka PN 3

58
Penurunan Sasaran PN 3 pada PP 3.1

59
Sasaran dan Indikator Kegiatan Prioritas pada PP 3.1

60
Sebaran Wilayah

61
Penurunan Sasaran PN 3 Pada PP 3.2

62
63
Aspek
Kewilayahan
untuk PP 3.2

64
Menerjemahkan Sasaran PP terhadap Sasaran KP

65
Sasaran/Indikator Kegiatan Prioritas

66
67

Penentuan Isu Strategis dan Prioritas

10/1/2018
68

Isu Strategis 2020 -2024 Pertumbuhan


Ekonomi Stagnan
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (Persen YoY)

low base growth oil boom oil bust manufacturing growth commodity boom
15 & liberalization
Transformasi Struktural Tidak Berjalan
10
Share Industri Manufaktur terhadap PDB (Persen) 5
32
[CELLRANGE]
0
[CELLRANGE]
[CELLRANGE][CELLRANGE]
[CELLRANGE]
[CELLRANGE] [CELLRANGE]
30 [CELLRANGE] -5 Rata-rata1968-1979 Rata-rata1980-1996 Rata-rata 2000-2017
Share Industri Manufaktur (Persen PDB)

[CELLRANGE]
[CELLRANGE]
[CELLRANGE]
[CELLRANGE]
[CELLRANGE] [CELLRANGE][CELLRANGE]
[CELLRANGE] 7,5% 6,4% 5,3%
[CELLRANGE]
[CELLRANGE]
[CELLRANGE]
[CELLRANGE]
[CELLRANGE]
[CELLRANGE] [CELLRANGE]
[CELLRANGE]
[CELLRANGE]
[CELLRANGE]
-10
28 [CELLRANGE]
[CELLRANGE] [CELLRANGE] [CELLRANGE]
[CELLRANGE]
[CELLRANGE]
[CELLRANGE]
[CELLRANGE]
[CELLRANGE] [CELLRANGE]
[CELLRANGE][CELLRANGE]
[CELLRANGE]
[CELLRANGE]
[CELLRANGE]
[CELLRANGE]
[CELLRANGE] [CELLRANGE]
-15 Asia Financial Crisis
[CELLRANGE] [CELLRANGE]
26 [CELLRANGE]
[CELLRANGE]
[CELLRANGE]
[CELLRANGE]
[CELLRANGE]
[CELLRANGE]
[CELLRANGE] [CELLRANGE] 1968 1975 1982 1989 1996 2003 2010 2017
[CELLRANGE] [CELLRANGE]
[CELLRANGE]
[CELLRANGE]
[CELLRANGE] [CELLRANGE]
[CELLRANGE] Defisit Transaksi
24 [CELLRANGE] Berjalan Masih Tinggi
[CELLRANGE] [CELLRANGE]
[CELLRANGE]
[CELLRANGE]
Defisit Transaksi Berjalan
[CELLRANGE]
[CELLRANGE]
[CELLRANGE]
[CELLRANGE] 30 4
22 [CELLRANGE]
[CELLRANGE]
[CELLRANGE]
[CELLRANGE]
20 3
[CELLRANGE] [CELLRANGE]
[CELLRANGE]
[CELLRANGE]
[CELLRANGE] 2
20 [CELLRANGE]
[CELLRANGE] 10 1
0 0
18
8 8.5 9 9.5 10 10.5 -10 -1
PDB per Kapita, PPP (konstan 2011 USD), log -2
-20 -3
Indonesia Malaysia Thailand -30 -4
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Indikasi premature deindustrialization: share industri manufaktur
turun lebih cepat dibandingkan dengan negara tetangga Miliar USD Persen PDB - RHS

10/1/2018
69

Hasil Kajian: Faktor Penentu Pertumbuhan Potensial


Transformasi Kontribusi Sektor Pertanian → 1% penurunan akan meningkatkan
Struktural dalam PDB output potensial sebesar 0,2-0,6%

Reformasi Fiskal Rasio Pajak terhadap PDB 1% peningkatan akan meningkatkan



Transformasi Struktural output potensial sebesar 0,27%
Menjadi Kebijakan
Kunci
Pendalaman Pasar Rasio Kredit Bank terhadap PDB → 1% peningkatan akan meningkatkan
Keuangan output potensial sebesar 0,05%

Memperbaiki Iklim Ratio Investasi Langsung Dalam → 1% peningkatan akan meningkatkan


Investasi Negeri terhadap PDB output potensial sebesar 0,28%

Reformasi Rasio Perdagangan terhadap PDB → 1% peningkatan akan meningkatkan


Perdagangan output potensial sebesar 0,08%

Reformasi Sistem GER (Gross Enrolment Ratio) → Peningkatan kualitas pendidikan primer
Pendidikan Pendidikan Primer, Sekunder, dan dan sekunder
Tersier
10/1/2018
70

Kerangka Ekonomi Makro 2020-2024

Industri harus mampu tumbuh di atas


pertumbuhan nasional untuk dapat mencapai
pertumbuhan ekonomi enam persen

10/1/2018
71

Hasil Identifikasi Growth Diagnostic


Faktor-faktor yang Mempengaruhi Menjadi Alternatif
Akar Pemasalahan Dampak Isu Strategis
(Berdasarkan Kajian Growth Diagnostic) Program Prioritas

Regulasi yang tumpang tindih Tidak Berjalannya Transformasi


dan birokrasi yang menghambat Struktural
Indikator:
Rendahnya kualitas SDM dan
produktivitas tenaga kerja
Kontribusi manufaktur Pertumbuhan
Rendahnya menurun Ekonomi Stagnan
Kualitas infrastruktur
Inovasi dan
yang masih rendah
Kualitas Kontribusi dan produktivitas
Investasi Defisit Transaksi
Intermediasi sektor keuangan tenaga kerja manufaktur Berjalan Meningkat
rendah, dan pasar keuangan relatif stagnan
yang dangkal
Konstribusi ekspor
Sistem dan Besarnya Penerimaan manufaktur terhadap total
Pajak Belum Cukup Memadai untuk
Mendorong Pertumbuhan dan
ekspor rendah Penciptaan nilai
Stabilitas tambah dan devisa

Sistem inovasi yang tidak efektif Transformasi Struktural


Tantangan
Melalui Revitalisasi Fasilitasi transformasi struktural Pemanfaatan Sumber
Industri menjadi melalui peningkatan efisiensi, Pertumbuhan Baru (Pariwisata
Keterkaitan hulu-hilir yang alternatifprioritas produktivitas, nilai tambah dan dan Ekonomi Digital/Kreatif)
lemah penciptaan permintaan
nasional
71
10/1/2018
72

Ilustrasi Penurunan ke PN dan PP

Reformasi Birokrasi dan


Perbaikan Iklim Investasi Perbaikan Kebijakan
Pembangunan (Deregulasi Peraturan) Penerimaan Perpajakan
Infrastruktur Konektivitas

Transformasi Struktural melalui


Revitalisasi Sektor Industri Pengembangan Iptek dan
Pengolahan Inovasi untuk Meningkatkan
Pendalaman Pasar Produktivitas
Keuangan

Percepatan Peningkatan Percepatan Peningkatan


Keahlian Tenaga Kerja Keahlian Tenaga Kerja

*hanya contoh

10/1/2018
73
Contoh 1:
Kenapa PP Reformasi Birokrasi dan Perbaikan Regulasi?

Kualitas birokrasi dan regulasi masih dianggap sebagai faktor paling Perusahaan yang menganggap regulasi dan birokrasi terkait pajak,
bermasalah dalam berbisnis di Indonesia bea cukai dan perdagangan, korupsi, dan izin usaha merupakan
hambatan mengalami peningkatan…

Faktor-faktor Paling Bermasalah dalam Berbisnis Hambatan Terbesar


Transportasi
Birokrasi Inefisien Tarif Pajak
Administrasi Pajak
Infrastruktur Tidak Mencukupi Praktek Sektor Informal
Instabilitas Politik
Instabilitas Pemerintahan
Regulasi Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang tidak cukup terdidik
Etos Kerja yang Kurang
Listrik
Inflasi Bea Cukai dan Regulasi Perdagangan
Kejahatan dan Pencurian
Peraturan Ketenagakerjaan yang… Pengadilan
Korupsi
Regulasi Mata Uang Luar Negeri Izin Usaha
Akses ke Tanah
Kesehatan Masyarakat Buruk Akses terhadap Keuangan
0 2 4 6 8 10 12 14 16
0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0
Sumber: World Economic Forum 2017-2018, World Bank Enterprise Survey 2015
10/1/2018 2015 2009
74
Contoh 1:
Kenapa PP Reformasi Birokrasi dan Perbaikan Regulasi?
Ranking internasional efektivitas pemerintah, regulasi, dan sistem hukum yang masih relatif rendah

Ranking internasional bisa


menjadi alternatif indikator
untuk pencapaian PP

10/1/2018
75
Contoh 2:
Kenapa PP Pembangunan Infrastruktur Konektivitas?

Kualitas jalan masih di bawah


rata-rata negara berpendapatan
per kapita yang setara

Konektivitas jalan di Indonesia juga


Panjang jalan di Indonesia tidak sebanding
lebih rendah dari rata-rata negara
dengan luas wilayahnya. Densitas jalan
berpendapatan per kapita yang setara
(dibandingkan dengan luas wilayah)
Indonesia di bawah rata-rata negara
berpendapatan per kapita yang setara.

10/1/2018
76
Contoh 2:
Kenapa PP Pembangunan Infrastruktur Konektivitas?
Hasil studi menunjukkan infrastruktur jalan dan pelabuhan akan mendorong peningkatan sektor industri

10/1/2018
77

Aspek kewilayahan merupakan aspek penting

Keragaman antar daerah harus


dipertimbangkan:
Tingkat pendapatan per kapita
propinsi Indonesia bervariasi dari
setingkat negara miskin ke
setingkat negara maju…

10/1/2018
78

Keragaman antar-daerah terlihat di industrialisasi


Jawa Barat
Kep. Riau 36.8
42.3
Proses industrialisasi di daerah beraneka ragam. Perlu pendekatan
Jawa Tengah
Banten 31.9
35.0
yang berbeda-beda untuk setiap propinsi…
Jawa Timur 29.0
Papua Barat 25.9
Riau 25.3
Bangka Belitung
Sumatra Utara
20.4
20.3
Share Industri Manufaktur thd PDB
Sumatra Selatan 19.5 (persen)
Kalimantan Timur 19.1
Lampung 18.9
Kalimantan Tengah 16.7
Kalimantan Barat 16.2
Kalimantan Selatan 14.4
Sulawesi Selatan 13.7
DKI Jakarta 13.4
DIY 13.1
Sulawesi Tengah 12.3
Jambi 10.3
Sulawesi Barat 10.1
Kalimantan Utara 10.0
Sumatra Barat 9.7
Sulawesi Utara 9.4
Maluku Utara 6.4
Bengkulu 6.2
Sulawesi Tenggara 6.1
Bali 6.0
Maluku 5.3
Aceh 5.1
Gorontalo 4.1
NTB 4.0
Papua 2.1
NTT 1.3

10/1/2018
79

Outline

Landasan Hukum

Kerangka Ekonomi Makro RKP 2018

Proses Penyusunan KEM

Keterkaitan KEM RKP dengan Lainnya

Menurunkan KEM ke Prioritas Nasional: Contoh Kasus RPJMN 2020-2024

Penutup

10/1/2018
80

Penutup
• Hasil KEM yang telah dikoordinasikan dengan daerah selanjutnya
disampaikan :
– Kedeputian Bidang Regional → spatial planning
– Kedeputian Sektor → sectoral planning
• Hasil dari butir (1) menjadi acuan di dalam penyusunan prioritas
pembangunan yang pada akhirnya di detailkan ke dalam proyek prioritas.
• Selain itu, KEM menjadi bahan acuan di dalam penyusunan Resource
Envelope oleh Deputi Pendanaan Pembangunan dan Ditjen Anggaran.
• KEM akan selalu dipantau perkembangannya sebagai acuan penyusunan
RAPBN dan penyesuaian APBN

10/1/2018
81

TERIMA KASIH

10/1/2018

Anda mungkin juga menyukai