Anda di halaman 1dari 13

TIM PENYUSUN

Ketua : Nindha Siti Moudy (170600132)

Sekretaris : Luthfiah Nanda (170600140)

Anggota : Aisha Anindita (170600021)

Maharani Syahnia Putri (170600022)

Meidina PutriHarahap (170600023)

Catherine Audrey Tarigan (170600024)

Rahmadiana Lubis (170600025)

Indri Safitri Harahap (170600026)

Aminah Aprilia Lubis (170600027)

Cindy Audria Pratiwi (170600028)

Eskarisa Br Ginting (170600029)

Lucyana Rusida (170600030)

Jessica Chrissanti Ida Purnama Chandra (170600131)

Emie Novita Sitorus (170600133)

Chandra Halim (170600134)

Sally Cynthiana (170600135)

Christy (170600136)

Tisya Maulidia (170600137)

Elizabeth Sihite (170600138)

Christitania Br Ginting (170600139)

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut kamus kedokteran gigi karies merupakan gigi berlubang (Babbush, dkk.,
2014). Karies merupakan infeksi kronis pada gigi yang disebabkan oleh flora normal
pada rongga mulut. Hasil akhir produksi asam oleh bakteri dari bahan karbohidrat
yang dapat menjadi awal mula terjadinya karies. Lapisan enamel akan kehilangan
strukturnya, jika berkembang maka akan terjadi karies pada enamel hingga mengenai
dentin hingga pulpa (Samarayanake, 2012).
Karies merupakan hasil dari beberapa faktor pencetus, yaitu host, substrat, bakteri
dan waktu. Adanya substrat atau sisa makanan yang menempel pada gigi sehingga
bakteri dapat menghasilkan asam dan menyebabkan demineralisasi enamel.

1.2 Deskripsi Topik


Seorang perempuan berusia 32 tahun datang ke RSGM USU dengan keluhan ingin
memperbaiki gigi belakang yang terasa ngilu ketika mengunyah dan sakit pada
bagian pipi. Dari anamnesis diketahui rasa tidak nyaman sudah dirasakan 2 minggu.
Pemeriksaan objektif terlihat gigi 16 adanya karies dengan kedalaman mencapai
dentin dalam pada bagian mesial dan mencapai oklusal. Pada mukosa daerah 16
terdapat ulser ± 5 mm, bentuk tidak beraturan, berwarna putih kekuningan dikelilingi
eritema difuse dan terasa sakit. Tes vitalitas dengan EPT gigi 16 positif dan tes
perkusi sakit. Pemeriksaan saliva diketahui hidrasi saliva 40 detik, laju alir 4ml/5
menit, aktivitas plak merah, viskositas kental, pH saliva 6,8 dan kapasitas buffer skor
7. Pasien menggosok gigi 2 kali sehari dan diet gula 1 kali sehari.

2
(Gambar 1)

Pertanyaan:
1. Jelaskan tatalaksana pemeriksaan dan diagnosis dari keluhan yang dirasakan
pada pasien tersebut !
2. Jelaskan etiologi dari keluhan yang dirasakan pada pasien tersebut !
3. Jelaskan bagaimana ergonomi yang baik untuk perawatan gigi 16 tersebut!
4. Jelaskan pertimbangan dalam pemilihan matriks yang tepat pada kasus gigi 16
tersebut!
5. Jelaskan bagaimana prosedur penumpatan yang tepat pada kasus tersebut
untuk mendapatkan kembali kontur dan titik kontak yang baik!
6. Jelaskan bagaimana cara mengevaluasi bahwa tumpatan gigi 16 tersebut telah
dilakukan dengan benar!
7. Jelaskan bagaimana pemeriksaan oklusi untuk mendapatkan oklusi yang
harmonis setelah perawatan pada gigi 16 tersebut!
8. Jelaskan prosedur penanganan keluhan sakit pada bagian mukosa bukal!
9. Jelaskan bagaimana prognosis kasus gigi 36 tersebut!

Learning issue:
1. Lesi karies:etiologi, pemeriksaan, diagnosis dan perawatan
2. Penyakit mukosa mulut:etiologi, pemeriksaan, diagnosis dan perawata
3. Pemeriksaan oklusi

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pembahasan Produk


1. Jelaskan tatalaksana pemeriksaan dan diagnosis dari keluhan yang
dirasakan pada pasien tersebut !
Tatalaksana pemeriksaan:
Sebelum melakukan pemeriksaan, kita harus memperhatikan penampilan pasien
terlebih dahulu, cara berpakaian serta raut wajah.
a. Phase I : history and examination (anamnesis)
Anamnesis merupakan kegiatan tanya jawab antara dokter gigi dengan pasien
untuk memperoleh informasi medis tentang keluhan utama pasien, riwayat
penyakit, riwayat dental, riwayat medis, riwayat sosial/personal. Anamnesa
dilakukan dengan menggunakan fundamental four dan secret seven.
b. Phase 2 : pemeriksaan (ekstra oral,intra oral dan pemeriksaan klinik)
 Ekstra oral : meliputi bagian wajah, asimetris wajah, memeriksa
apakah terdapat pembengkakan pada kelenjar limfe dengan cara diraba
(submandibula, sublingual, preaurikular, postaurikular). Melakukan
pemeriksaan TMJ dengan cara menginstruksikan pasien membuka
atau menutup mulutnya untuk melihat adanya bunyi atau tidak.
 Intra oral : meliputi pemeriksaan gigi geligi, mukosa mulut, jaringan
lunak, ginigva, lalu menghitung oral higiene pasien, indeks kalkulus,
lihat apakah terdapat protesa atau yang lainnya.
 Pemeriksaan klinik : meliputi pemeriksaan subjektif, pemeriksaan
objektif, dan pemeriksaan spesifik.
Pemeriksaan objektif dilakukan untuk mengetahui lokasi dan
kedalaman karies, diskolorisasi gigi, mobilitas, restorasi, kehilangan
permukaan gigi, fraktur, dan vitalitas gigi.
Pemeriksaan subjektif didapatkan dari anamnesa tentang keluhan
utama, karakter dan durasi penyakit, serta sensitifitas terhadap
tekanan.
Tes EPT : peka
Tes perkusi : sakit

4
c. Phase 3 : Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan apabila sudah melakukan anamnesa dan
pemeriksaan klinis dengan tepat.
Diagnosis gigi 16 adalah karies pulpitis reversible; menurut klasifikasi ICDAS
adalah D5; menurut Mount and Hume adalah site 2 size 2; menurut G.V.
Black adalah klas II.
Diagnosis ulser pada mukosadi daerah gigi 16. Dengan pemeriksaan klinis
terdapat ulser tunggal, bentuk tidak beraturan, warna putih-kekuningan,
terdapat eritema difuse. Berdasarkan gambaran klinis, ulser pada mukosa di
daerah gigi 16 adalah traumatic ulser.

2. Jelaskan etiologi dari keluhan yang dirasakan pada pasien tersebut !


a. Karies
 Etiologi utama ada 4, yaitu subsrat, mikroorganisme, host, dan waktu.
Ketika pasien mengkonsumsi karbohidrat akan meninggalkan sisa
makanan digigi. Apabila tidak dibersihkan, sisa makanan tersebut akan
membentuk akumulasi mikroorganisme (streptococcus dan lactobacilus) di
permukaan gigi yang disebut dental plak. Dental plak bersifat sangat lengket
dipermukaan gigi. Mikroorganisme akan memfermentasi streptococcus
mutans sehingga s. mutans akan menghasilkan asam laktat yang menyebabkan
pH di rongga mulut menurun.
Selain itu, hal tersebut juga menyebabkan dekalsifikasi enamel
(demineralisasi) yang merusak bahan organik dari enamel. Hal tersebut akan
membuat kavitas kecil di gigi. Seiring bertambahnya waktu, jika hal ini terus
berulang dalam waktu yang lama, proses demineralisasi lebih dominan
daripada remineralisasi. Hal inilah yang menyebabkan gigi mudah terkena
karies yang dimulai dari enamel, kemudian menginfeksi dentin. Jika
dibiarkan, akan membentuk kavitas yang dalam.
 Faktor predisposisi : saliva
Saliva memiliki efek buffer dan berguna untuk membersihkan sisa-
sisa makanan didalam rongga mulut. Selain itu buffer juga berperan dalam
menetralkan asam untuk mencegah berkembangnya bakteri. Didalam

5
saliva, terdapat IgA yang mampu mencegah perlengkatan mikroorganisme
pada mukosa gigi.
-Hidrasi saliva 40 detik (aliran saliva sedang) : self cleansing pada
rongga mulut menurun, dapat meningkatkan resiko karies.
-Viskositas kental, kapasitas buffer 7 (rendah) : peran saliva sebagai
penetralisir asam berkurang, menyebabkan bakteri mudah
berkembang biak sehingga meningkatkan resiko karies
-Laju alir 4ml/5 menit;0,8 ml/menit ( laju alir saliva rendah)
-Resiko karies berdasarkan dari karakteristik saliva adalah tnggi.
b. Traumatic ulser
Etiologi utama dari traumatic ulser adalah karena adanya trauma.
Berdasarkan kasus, ulser yang terjadi pada mukosa bukal tidak
berhubungan dengan adanya karies pada gigi 16.

3. Jelaskan bagaimana ergonomi yang baik untuk perawatan gigi 16 tersebut!


 Posisi pasien. Posisi pasien didental chair sehorizontal mungkin dan
ketinggian disesuaikan sedekmikia rupa sehingga kepala pasien setingkat
dengan pertengahan dada dokter gigi dan lutut dokter gigi berada dibawah
sandaran kepala pasien dan diposisikan kursi gigi 350 terhadap bidang
vertikal.
 Posisi dokter gigi. Dokter gigi duduk dengan punggung tegak, dan lengan
atas vertikal dengan siku yang menyiku dan jam kerja berada pada jam
10.00-11.00
 Posisi asisten. Asisten berada di jam kerja 02.00 sampai 03.00

4. Jelaskan pertimbangan dalam pemilihan matriks yang tepat pada kasus gigi
16 tersebut!
Matriks digunakan untuk membuat dinding yang berhadapan dengan dinding
axial, melingkupi area struktur gigi yang hilang selama dilakukan preparasi. Hal-
hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan matriks :
 Rigiditas (kekakuan)
Band matriks harus cukup rigid (kaku) untuk dapat mempertahankan
posisinya selama kondensasi. Proses kondensasi akan terganggu dan

6
mendapatkan hasil bahan yang lemah karena band matriksnya bergerak,
sehingga terjadi porositas pada bahan. Rigiditas meliputi pembentukan
kontur anatomi yang tepat, pemilihan hubungan kontak proksimal yang
benar, adaptasi yang mudah terhadap gigi, kemampuan untuk berkontur,
dan pencegahan kelebihan gingival.
 Kontur anatomi secara tepat
Permukaan proksimal yang dibentuk harus dapat megembalikan kontur
anatomis dan seuai keseimbangan marginal ridge gigi namun tidak
mengganggu kesehatan gingiva.
 Matriks band harus cukup tipis
Ketebalan pita matriks memengaruhi area kontak interproksimal restorasi.
Bahan matriks harus cukup tipis sehingga kontak yang tepat dapat
terbentuk. Biasanya ketika pita matriks diangkat dari daerah
interproksimal, menghasilkan kekosongan kontak selebar ketebalan band
matriks. Maka ruang antara pengisian dan gigi yang berdekatan harus
tetap dijaga tetap minimum.
Matriks yang digunakan untuk gigi 16 adalah sectional matrix. Alasan digunakan
memilih matriks sectional adalah karena dapat mereplikasi anatomi gigi pada
bagian proksimal, sifat sectional dari band memungkinkan band hanya didorong
kearah area kontak tanpa rebound seperti toflemine, dan sifat bulat dari band
memungkinkan lebih banyak bahan restorative pada gingiva kearea kontak
sehingga memperkuat restorasi.

5. Jelaskan bagaimana prosedur penumpatan yang tepat pada kasus tersebut


untuk mendapatkan kembali kontur dan titik kontak yang baik!
Penumpatan yang tepat untuk gigi16 pada kasus adalah pulp calping indirect
dengan menggunakan RMGIC dan restoratif klas II resin komposit. Adapun
langkah-langkahnya :
 Isolasi daerah kerja dengan menggunakan cotton roll/ruber dam
 Ekskavasi jaringan lunak dengan ekskavator
 Pembuangan jaringan keras karies dan preparasi kavitas dengan
menggunakan round bur.

7
Seluruh karies pada gigi tersebut dibuang menggunakan round bur.
Kemudian kontak gigi tetangga harus bebas pada pinggir gingiva, juga
pada tepi proksimal fasial/lingual untuk memudahkan preparasi jaringan
gigi yang rusak menggunakan round diamond bur dan penempatan
matriks, selanjutnya dibuat long bevel menggunakan flamed diamond bur
pada enamel ditepu preparasi sebagai retensi dan resistensi untuk
menghindari kebocoranmikro serta pewarnaan pada daerah tepi tumpatan.
Kemudian kavitas dibersihkan dan sterilisasi kavitas dengan chlor ethil.
 Pemilihan warna komposit dengan shade guide.
 Cuci dengan aquades dan keringkan kavitas.
 Pemasangan matriks band yang tepat pada bagian interdental gigi 16
 Pemasangan wedge di area embrasur
Wedge diletakkan kedalam embrasur gingival dan dipastikan diantara dua
gigi, dibawah margin gingival yang direstorasi dengan eksterior ( keluar )
dari matriks.
 Pemasangan ring
 Pemasangan kavitas cleaner selama 60 detik
 Aplikasikan dentin conditioner 20 detik
 Cuci dengan aquades kemudian kavitas keringkan
 Aplikasikan RMGIC didasar kavitas, kemudian light cure selama 20 detik
 Aplikasi etsa
Menggunakan microbrush diarea yang telah bevel terlebih dahulu selama
15 detik, cuci dengan air sampai bersih, apabila tidak akan menimbulkan
pewaraan pada tepi tumpatan kemudian keringkan perlahan.
 Aplikasi bonding
Penggunaan microbrush pada bagian dalam dinding kavitas dan tepi
enamel, diamkan selama 10 detik, kemudian semprotkan untuk
menghilangkan kelebihan monomer selanjutnya keringkan perlahan.
 Aplikasi resin komposit
Resin komposit dimasukkan layer by layer pada dinding gingiva dengan
ketebalan lebih dari 2 mm, kemudian sinar selama 20 detik. Bagian
oklusal ditambahkan sedikit kemudian dibentuk anatominya
menggunakan burnisher kemudian disinari selama 20 detik.

8
 Setelah itu matriks, wedges, dan ring. Kemudia light cure selama 20 detik
di daerah proksimal.
 Cek oklusi dengan articulating paper dan stim stock
 Finsihing dilakukan dengan menggunakan finishing diamond bur
 Polishing dengan menggunakan bur polishing

6. Jelaskan bagaimana cara mengevaluasi bahwa tumpatan gigi 16 tersebut


telah dilakukan dengan benar!
Kualitas tumpatan resin komposit sebaiknya selalu dilakukan observasi sehingga
keberhasilannya tetap bisa dipantau dan apabila terdapat tanda kegagalan seperti
karies sekunder atau tumpatan pecah. Memeriksa daerah kontak dan kontur gigi
menggunakan sonde dan kaca mulut.
 Property estetic
Perhatikan staining permukaan dan gloss atau luster stabilitas warna dan
translusensi harus sama dengan gigi yang lain, serta bentuk anatomi harus
sesuai dengan bentuk anatomi gigi.
 Functional properties
Ada atau tidaknya fraktur atau crack setelah di restorasi. Restorasi yang
baik adalah restorasi tanpa adanya fraktur. Area proksimal restorasi harus
examinasi menggunakan hunt explores dan dental floss harus dapat
melewati interdental space. Kontak yang sesuai untuk mencegah impaksi
makanan. Pemeriksaan oklusal dilakukan. Pemeriksaan oklusi juga
dilakukan.
 Pemeriksaa radiografis
Radiografi memperlihatkan karies sekunder, overhanging, underfilling,
dan kelainan patologis lainnya. Pengambilan poto dilakukan sebelum dan
sesudah dilakukan restorasi.
 Biological properties.
Post operative dapat kita ketahui dengan menanyakan kepada pasien
apakah ada rasa sakit atau ngilu setelah dilakukan restorasi. Periksa daerah
mukosa apakah ada kelainan patologis atau tidak.

9
7. Jelaskan bagaimana pemeriksaan oklusi untuk mendapatkan oklusi yang
harmonis setelah perawatan pada gigi 16 tersebut!
Pada penyelesaian akhir dari tumpatan perlu dilakukan pemeriksaan oklusi.
Pemeriksaan oklusi menggunakan articulating paper dan stim stock. Articulating
paper berfungsi untuk mendeteksi gigi yang mengalami traumatik oklusi. Bagian
yang mengalami traumatik oklusi akan terlihat tanda yang tertinggal setelah
penggunaan articulating paper.
Pemeriksaan oklusi dilakukan dengan menggunakan oclusal indikator berupa
articulating paper, dengan cara :
 Tempatkan articulating paper pada daerah yang ingin diperiksa oklusinya
 Instruksikan pasien untuk mengoklusikan gigi pada posisi interkuspal max
 Setelah itu instruksikan pasien untuk membuka mulut untu mengeluarkan
articulating paper. Jika ada masalah pada oklusi, pada pada kertas akan
terbentuk tanda seperti lingkaran atau donat.
Setelah pemakaian articulating paper dilanjutkan dengan pemakaian stim stock.
Stim stock merupakan salah satu indikator oklusi kualitatif yang berfungsi daam
menemukan likasi dan jumlah gigi yang berontak, dengan cara :
Dengan memposisikan kertas artikuar menggunakan forcep miller pada dataran
oklusal pasien, lalu memposisikan pasien untuk meakukan oklus sentrik.
Kemudian kertas dikeluarkan untuk melihat tanda yang tertinggal dipermukaan
oklusal gigi. Apabila terdapat tanda maka langsung dilakukan permeriksaan
lanjutan. Setelah itu, letakkan stim stock pada daerah yang mengalami traumatic
oklusi, instruksikan pasien denga posisi intercuspal max, cara ini close and hold
dengan mengamati seberapa kuat gigi yang sedang dioklusikan dalam menahan
stim stock ada saat ditarik ke bukal, daerah yang tertahan tesebut menandakan
daerah yang traumatik oklusi.

(Gambar 2. Kontak prematur. A dark ring with a light center usually denotes a premature contact)

10
8. Jelaskan prosedur penanganan keluhan sakit pada bagian mukosa bukal!
Lesi pada bagian mukosa bukal merupakan traumatik ulser. Penyebab utamanya
adalah karena adanya trauma. Perawatan yang paling tepat adalah dengan
menghilangkan symptom dan mempercepat penyembuhan. Pada kasus ini, pasien
diberikan obat dengan golongan NSAIDS topikal, diaplikasikan dengan kumur-
kumur.

9. Jelaskan bagaimana prognosis kasus gigi 16 tersebut!


Prognosis pada gigi 16 tersebut adalah baik. Prosedur restorasi klas II resin
komposit dilakukan dengan tepat dan optimal. Setelah dilakukan prosedur
penumpatan dilakukan pemeriksaan oklusi agar tidak terjadi traumatik oklusi.
Pasien diberikan edukasi tentang control plak, pemeliharaan kebersihan rongga
mulut.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada gigi molar sattu kanan atas pasien tersebut di diagnosis karies D5, dimana
karies dengan kedalaman mencapai dentin pada bagian mesial dan mencapai oklusal.
Ada empat etiologi utama penyebab terjadinya karies yaitu substrat,
mikroorganisme, host, dan waktu. Lesi yang terdapat pada daerah di sekitar gigi
merupakan lesi traumatik ulser.
Dalam melakukan perawatan diperlukan ergonomi yang baik, pertimbangkan
akan alat dan bahan yang sesuai untuk gigi yang bermasalah juga penting untuk
selalu melakukan pemeriksaan oklusi guna mendapatkan kembali oklusi yang
harmonis.
Dalam melakukan perawatan, dokter gigi perlu memperhatikan secara
keseluruhan kondsi gigi dan mulut pasien, bukan memperhatikan yang dikeluhkan
oleh pasien saja.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Soetjiningsih. 2008. Modul Komunikasi Pasie-Dokter “Suatu Pendekatan Holistik”.


Jakarta: EGC. Hal: 47.
2. Nasution M. 2017. Peran Mikroorganisme Infeksi Rongga Mulut. Medan: USU
PRESS. Hal: 17-29.
3. Reinhard, et al. Recomendation for Conducting Controlled Clinical Studies of Dental
Restorative Materials. J of Adher Dental 2007; 9: 121-147.
4. Marlynda A. A Historical Review of Dental Matrices. Malaysian Dental Journal
2011; 33(2): 1-7.
5. Rebenson TM. Sturdevant’s Art & Science of Operative Dentistry, Ed. 5. Hal: 590-3.
6. Rither A, dkk. 2019. Sturdevant’s Art & Science of Operative Dentistry, Ed.7.
7. Michael A, Richard O, Jordan CK. Penyakit Mulut Diagnosis & Terapi, Ed. 2.
Jakarta: EGC. Hal: 17.
8. Thirumurthy et al. Diagnosis and Management of Occlusal Wear: A Case Report. J
of Indian Prosthodontic Society 2012; 13(3): 366-72.

13

Anda mungkin juga menyukai