Disusun oleh:
Kelompok 4
Alfian Gafar, S.Kep. 131511133121
Maya Rahma Ruski, S.Kep. 131511133114
Luluk Mardianty, S.Kep. 131511133115
Ayu Okta Miftachul Jannah, S.Kep. 131511133113
Abyan Shafly Nur Firdaus, S.Kep. 131511133112
C. Materi (Terlampir)
1. Definisi nyeri
2. Etiologi nyeri
3. Tanda nyeri
4. Teknik manajemen nyeri non farmakologis
D. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Demonstrasi
E. Sasaran
1. Keluarga pasien
F. Setting Tempat
Peserta duduk di Ruang Bedah Dahlia RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Keterangan :
= peserta =fasilitator
= moderator =observer,
= penyaji
= media
G. Pengorganisasian
Moderator : Maya Rahma Ruski, S.Kep.
Penyaji : Luluk Mardianty, S.Kep.
Fasilitator : Ayu Okta Miftachul Jannah, S.Kep.
Abyan Shafly Nur Firdaus, S.Kep.
Observer : Alfian Gafar, S.Kep.
H. Uraian Tugas
1. Moderator
a. Menyampaikan salam pembuka.
b. Memperkenalkan anggota kelompok.
c. Menyampaikan kontrak waktu.
d. Menyampaikan tujuan dari penyuluhan.
e. Menyampaikan mekanisme penyuluhan.
f. Membuka sesi tanya jawab.
g. Mengevaluasi pemahaman peserta dengan bertanya kembali.
h. Memberikan reward pada peserta yang bisa menjawab pertanyaan penyaji.
i. Menyimpulkan materi penyuluhan.
2. Penyaji
a. Menggali pengetahuan dan pengalaman dari peserta tentang materi
penyuluhan.
b. Menyampaikan materi penyuluhan.
c. Melakukan umpan balik terhadap materi yang telah disampaikan.
3. Fasilitator
a. Mengundang atau mengajak peserta untuk mengikuti penyuluhan.
b. Memotivasi peserta untuk fokus pada penyampaian penyuluhan.
c. Memotivasi peserta untuk mengajukan pertanyaan.
d. Membantu penyaji dalam menjawab pertanyaan.
4. Observer
a. Mengobservasi jalannya penyuluhan.
b. Mengevaluasi tugas dari masing-masing peran.
I. Media
Flip Chart
J. Kegiatan Penyuluhan
No Tahapan waktu Kegiatan pembelajaran Kegiatan peserta
1 Pembukaan 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam
(5 menit) 2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan dan
3. Kontrak waktu memperhatikan
4. Menjelaskan 3. Menyetujui
tujuan penyuluhan 4. Mendengarkan dan
5. Menjelaskan topik yang akan memperhatikan
diberikan 5. Mendengarkan dan
memperhatikan
2 Kegiatan Inti 1. Menjelaskan pengertian nyeri 1. Mendengarkan dan
( 30 menit ) 2. Menjelaskan penyebab nyeri memperhatikan
3. Menjelaskan tanda dan gejala 2. Mendengarkan dan
nyeri memperhatikan
4. Menjelaskan cara mengurangi 3. Mendengarkan dan
nyeri non farmakologis memperhatikan
5. Mendemonstrasikan teknik 4. Mendengarkan dan
manajemen nyeri non memperhatikan.
farmakologis. 5. Mendengarkan dan
mempraktikkan.
3 Penutup 1. Mengevaluasi kemampuan 1. Menjawab pertanyaan
10 menit peserta tentang nyeri dan 2. Mendengarkan
bagaimana manajemen nyeri non 3. Mendengarkan dan
farmakoogisdengan tanya jawab menjawab salam
2. Kesimpulan dari penyuluhan
kesehatan
3. Salam penutup
K. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan SAP dan materi.
b. Kesiapan media : flip chart
c. Peserta hadir di tempat penyuluhan tepat waktu.
d. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Ruang Palem 1 RSUD Dr.
Soetomo Surabaya.
e. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya.
2. Evaluasi Proses
a. Fase dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan.
b. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan.
c. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar.
d. Suasana penyuluhan tertib.
e. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan.
f. Jumlah hadir dalam penyuluhan minimal 8 orang peserta.
3. Evaluasi Hasil
Peserta dapat:
1. Memahami tentang definisi nyeri
2. Menjelaskan tentang penyebab nyeri
3. Menjelaskan tanda dan gejala nyeri
4. Memahami manajemen nyeri
5. Mampu melakukan tehnik manajemen nyeri
L. Lampiran
NYERI
A. DEFINISI
Nyeri terbagi dalam dua jenis berdasarkan waktu, yaitu nyeri akut dan nyeri
kronis. Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan
(SDKI DPP PPNI, 2016). Nyeri akut yang tidak segera ditangani akan menjadi
nyeri kronis (Suripto, dkk, 2018). Perbedaan nyeri akut dan nyeri kronis adalah
waktu onsetnya. Nyeri akut berlangsung lebih dari 3 bulan (SDKI DPP PPNI
2016).
B. RUANG LINGKUP
1. Nyeri Akut
Nyeri dengan onset segera dan durasi yang terbatas (kurang dari 6 minggu),
yang memiliki hubungan waktu dan kausal dengan cedera atau penyakit
(RSUD Dr. Soetomo, 2014).
Nyeri akut merupakan pengalaman sensori dan emosional tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial
yang tiba-tiba dengan intensitas ringan hingga berat (NANDA, 2015).
Nyeri akut yaitu pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial yang tiba-tiba dengan
intensitas ringan hingga berat berlangsung kurang dari 3 bulan (SDKI, 2016).
2. Nyeri Kronik
Nyeri yang bertahan untuk periode waktu yang lama, rasa nyerinya terus ada
karena kerusakan jaringan yang terus menerus meskipun telah terjadi proses
penyembuhan dan seringkali tidak deketahui penyebabnya yang pasti (RSUD
Dr. Soetomo, 2014).
pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat
kerusakan jaringan aktual atau potensial yang tiba-tiba atau lambat dengan
intensitas ringan hingga berat berlangsung lebih dari 3 bulan (SDKI, 2016).
3. Nyeri Nosiseptik
Nyeri yang terjadi pada jaringan yang intak yang mendapatkan rangsangan
kuat (disebut juga rangsang noksius), apakah itu suhu yang ekstrim, mekanik
maupun kimiawi.
4. Nyeri Neuropatik
Nyeri yang disebabkan oleh penyakit atau kerusakan sistim saraf perifer atau
sentral, atau disebabkan adanya disfungsi sistem saraf
5. Nyeri Psikologis
Nyeri yang berhubungan dengan persepsi individu terhadap: penyakit,
kecacatan yang dirasakan, dan jenis adaptasi psikologis digunakan oleh pasien.
Fokus penanganan terletak pada jiwa yang merasakan sakit, bukan pada ada
atau tidaknya patologi yang ditemukan
C. TANDA NYERI
Tanda-tanda nyeri menurut (Istichomah, 2012) :
1. Menangis
2. Merintih
3. Menarik/menghembuskan nafas
4. Meringis
5. Menggigt lidah, mengatupkan gigi
6. Tertutup rapat/membuka mata atau mulut
7. Menggigit bibir
8. Gelisah
9. Mondar-mandir
10. Gerakan menggosok
11. Bergerak melindungi tubuh
12. Otot tegang
13. Menghindari percakapan dan kontak sosial
14. Berfokus aktivitas untuk mengurangi nyeri
15. Disorientasi waktu
E. PENATALAKSANAAN NYERI
Menurut Potter & Perry (2010) penatalaksanaan nyeri adalah sebagai berikut :
VAS < 4, artinya:
- Nyeri ringan
- Diberikan terapi non farmakologi atau terapi farmakologi seperti Paracetamol
VAS ≥ 4, artinya:
- Nyeri sedang sampai berat
- Diberikan terapi farmakologi seperti opioid dan NSAID.
F. MANAJEMEN NYERI NON FARMAKOLOGIS
Manajemen nyeri non farmakologis dapat digunakan pada nyeri ringan sampai
dengan nyeri sedang.
1. Tehnik relaksasi
Tehnik relaksasi merupakan tehnik yang dapat di ajarkan kepada keluarga dan
klien. Agar mampu melakukan tindakan relaksasi secara mandiri untuk menurunkan
nyeri (Smeltzer & Bare, 2010).
Langkah-langkah tehnik relaksasi antara lain :
1) Menarik nafas dalam dan menahannya di dalam paru
2) Secara perlahan-lahan keluarkan udara dan rasakan tubuh menjadi kendor dan
rasakan betapa nyaman hal tersebut
3) Klien bernafas dengan irama normal dalam beberapa waktu
4) Klien mengambil nafas dalam kembali dan keluarkan secara perlahan-lahan, pada
saat ini biarkan telapak kaki relaks. Minta kepada klien untuk mengkonsentrasikan
fikiran pada kakinya yang terasa ringan dan hangat.
5) Ulangi langkah 4 dan konsentrasikan fikiran pada lengan, perut, punggung dan
kelompok otot-otot lain
6) Setelah klien merasa relaks, klien dianjurkan bernafas secara perlahan. Bila nyeri
menjadi hebat klien dapat bernafas secara dangkal dan cepat.( Somantri, 2007).
2. Terapi Musik
Musik merupakan bunyi yang dianggap enak oleh pendengarnya yang dihasilkan
secara sengaja oleh seseorang atau sekumpulan orang. Penggunaan musik sebagai
terapi sebenarnya telah dikenal manusia sejak jaman Yunani kuno dan mulai
diterapkan pada masa perang dunia I dan II (Samuel, 2007).
Studi tentang terapi musik semakin banyak dikembangkan, lebih-lebih setelah
diketahuinya pengaruh Mozart pada tahun 1993. Dalam bidang kedokteran, terapi
musik dikenal sebagai Complementary Medicine yang dapat digunakan untuk
meningkatkan, mempertahankan, dan mengembalikan kesehatan fisik, mental,
emosional, maupun spritual dengan menggunakan bunyi atau irama tertentu (Samuel,
2007). Beberapa peneliti telah membuktikan bahwa musik dapat menurunkan keluhan
baik fisik maupun mental. seperti pada pasien luka bakar, diabetes, kanker, stroke,
melengkapi perawatan AIDS, pasien gangguan jiwa, termasuk untuk penanganan nyeri
(Pandoe, 2006).
Dewasa ini penggunaan musik sudah tidak dibatasi oleh dimensi ruang danwaktu
lagi, seseorang dapat dengan bebas mengakses musik kapan serta dimana sajatanpa
harus mengganggu orang lain. Terapi musik merupakan intervensi alami noninvasif
yang dapat diterapkan secara sederhana, tidak selalu membutuhkan kehadiranahli
terapi, harga terjangkau, dan tidak menimbulkan efek samping.
3. Distraksi
Distraksi adalah teknik untuk mengalihkan perhatian terhadap hal-hal lain
sehingga lupa terhadap nyeri yang dirasakan (Pandoe, 2006). Beberapa teknik distraksi
antara lain:
1) Membayangkan hal – hal yang menarik dan indah
2) Membaca buku, Koran sesuai dengan keinginan
3) Menonton TV
4) Medengarkan musik, radio, dll
4. Kompres Panas
Kompres hangat adalah suatu metode dalam penggunaan suhu hangat setempat
yang dapat menimbulkan beberapa efek fisiologis. Kompres hangat dapat digunakan
pada pengobatan nyeri dan merelaksasi otot-otot yang tegang (Gabriel F.J, 2000).
Efek terapeutik pemberian kompres hangat :
1) Mengurangi nyeri
2) Meningkatkan aliran darah
3) Mengurangi kejang otot
4) Menurunkan kekakuan tulang sendi.
Metode Kompres Hangat
1) Dengan menggunakan kantong air hangat / botol berisi air hangat dengan
temperatur 40-43oC atau panasnya sesuai dengan kenyamanan klien.
2) Kompres menggunakan air hangat pada area yang nyeri.
3) Pemberian kompres menggunakan air hangat dapat dilakukan dalam waktu 20
menit.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan kompres hangat.
1) Kantong air hangat sama sekali tidak boleh diletakkan di bagian tubuh yang
telanjang, harus dilapisi kain flanel atau handuk.
2) Suatu kantong air hangat yang diletakkan diatas bagian badan tertentu hanya
boleh terisi sepertiganya untuk menghindari berat yang tidak diperlukan.
3) Pemakaian kantong air hangat, terutama pada penggunaan yang berlangsung
lama, jangan lupa memeriksa kulit penderita.
Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Nyeri
Teori gate control mengatakan bahwa stimulasi kulit mengaktifkan transmisi
serabut saraf sensori A-beta yang lebih besar dan lebih cepat. Proses ini menurunkan
transmisi nyeri melalui serabut C dan deta-A berdiameter kecil. Gerbang sinap
menutup transmisi impuls nyeri. Kompres menggunakan air hangat akan meningkatkan
aliran darah, dan meredakan nyeri dengan menyingkirkan produk-produk inflamasi,
seperti bradikinin, histamin, dan prostaglandin yang menimbulkan nyeri lokal. Panas
akan merangsang serat saraf yang menutup gerbang sehingga transmisi impuls nyeri ke
medula spinalis dan ke otak dihambat (Istichomah, 2012).
5. Kompres Dingin
Kompres dingin adalah suatu metode dalam penggunaan suhu rendah setempat
yang dapat menimbulkan beberapa efek fisiologis. Aplikasi kompres dingin adalah
mengurangi aliran darah ke suatu bagian dan mengurangi perdarahan serta edema.
Diperkirakan bahwa terapi dingin menimbulkan efek analgetik dengan memperlambat
kecepatan hantaran saraf sehingga impuls nyeri yang mencapai otak lebih sedikit.
Mekanisme lain yang mungkin bekerja adalah bahwa persepsi dingin menjadi dominan
dan mengurangi persepsi nyeri (Price, 2005).
Efek terapeutik pemberian kompres dingin :
1) Vasokonstriksi untuk menurunkan aliran darah ke daerah tubuh yang
mengalami cedera, mencegah terbentuknya edema, mengurangi inflamasi.
2) Anestesi lokal untuk mengurangi nyeri lokal.
3) Metabolisme sel menurun untuk mengurangi kebutuhan oksigen pada jaringan.
4) Viskositas darah meningkat untuk meningkatkan koagulasi darah pada tempat
cedera.
5) Ketegangan otot menurun yang berguna untuk menghilangkan nyeri.
Metode Kompres Dingin
1) Kedalam sebuah kirbat es kita masukkan air es atau air dingin.
2) Kompres menggunakan air dingin dilakukan didekat lokasi nyeri, disisi tubuh
yang berlawanan tetapi berhubungan dengan lokasi nyeri
3) Pemberian kompres menggunakan air dingin dapat dilakukan dalam waktu, <5
menit, 5-10 menit dan 20-30 menit (Potter & Perry, 2010).
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Memberikan Kompres Dingin
1) Perhatikan kulit pasien, kalau kulit pasien berwarna merah jambu masih bisa
dilakukan pengompresan, tapi kalau kulit pasien berwarna merah gelap metode
ini tidak dapat dilakukan.
2) Pemberian metode ini tidak diberikan kepada pasien yang mempunyai alergi
dingin.
Pengaruh Kompres Dingin Terhadap Nyeri
Teori gate control mengatakan bahwa stimulasi kulit mengaktifkan transmisi
serabut saraf sensori A-beta yang lebih besar dan lebih cepat. Proses ini menurunkan
transmisi nyeri melalui serabut C dan delta-A berdiameter kecil. Gerbang sinap
menutup transmisi impuls nyeri. Kompres dingin akan menimbulkan efek analgetik
dengan memperlambat kecepatan hantaran saraf sehingga impuls nyeri yang mencapai
otak lebih sedikit. Mekanisme lain yang mungkin bekerja adalah bahwa persepsi
dingin menjadi dominan dan mengurangi persepsi nyeri (Tamsuri, 2006).
6. Psikoterapi, hipnosis, dan structured support
Menurunkan nyeri dan kecemasan bagi pasien yang engalami kesulitan dan
mengatasi nyeri. Dapat meningkatkan kemampuan koping klien. Namun
membutuhkan keahlian khusus atau seorang terapis (Santoso, 2014).
7. Transcutaneous Electric Nerve Stimulation (TENS)
Mengurangi nyeri tanpa efek samping. Dapat digunakan sebagai terapi tambahan
bersama terapi modalitas lainnya. Membutuhkan seorang terapi ahli, resiko terjadi
infeksi dan perdarahan (Santoso, 2014).
8. Akupuntur
Dilakukan oleh seorang ahli.
DAFTAR PUSTAKA
SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: PPNI
NANDA Internatinal, 2015. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC
Istichomah, 2012.Pengaruh Teknik Pemberian Kompres Terhadap Perubahan Skala
Nyeri Pada Klien Kontusio di RSUD Sleman.
Smeltzer & Bare. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Potter & Perry. (2010). Fundamental Of Nursing. Jakarta: EGC.
RSUD Dr. Soetomo. (2014). Panduan Manajemen Nyeri. Surabaya
Tamsuri, A. (2006). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC.
LEMBAR OBSERVASI PELAKSANAAN PENYULUHAN MAHASISWA
PROGRAM PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
Observer
(..................................................)
LEMBAR NOTULEN
(..................................................)
DAFTAR HADIR PESERTA