Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG MASALAH

Menurut Venes (2009) tidur merupakan periode istirahat yang berlangsung


secara berkala melalui beberapa tahap mulai dari adanya penurunan
kesadaran sampai dengan tidak adanya aktivitas
.
gangguan fisiologis seperti merasa lelah, lemah, penurunan
aktivitas sehari
-
hari, kondisi
neuromuskular
yang buruk, daya tahan
tubuh menurun, proses penyembuhan menjadi lambat, iritabilitas,
mudah marah, mudah stress, cemas, tidak konsentrasi dan koping
tidak efektif (Pemi, 2009).
Penelitian
-
penelitian sebelumnya menyatakan bahwa
mahasiswa merupakan kelompo
k yang rentan menderita kurang
tidur kronis, sehingga memiliki resiko tinggi mengalami kualitas tidur
yang buruk. Tsay & Li (2013) menyatakan bahwa lebih dari 48 %
mahasiswa yang menjadi responden dalam penelitiannya
mengalami kesulitan tidur pada malam ha
ri. Indrawati (2012)
melakukan penelitian di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia mendapatkan hasil bahwa mayoritas mahasiswa reguler
FIK UI memiliki kualitas tidur yang buruk.
Potter & P
erry (2011) mengatakan ada baberapa faktor
yang mempengaru
hi kualitas dan kuantitas tidur seseorang yaitu
gaya hidup
,
penyakit
,
obat
-
obatan
,
pola tidur yang biasa dan
mengantuk yang berlebihan pada siang hari
,
latihan fisik dan
kelelahan
,
stress emosional
,
lingkungan
dan
kegaduhan
. Menurut
Sharma (2012) perubahan
gaya hidup pada kaum muda modern,
khususnya mahasiswa saat ini mengarah kepada penggunaan
teknologi yang masif. Salah satunya yaitu penggunaan
smartphone
untuk berbagai kegiatan.

Beberapa studi epidemiologi menyatakan bahwa penggunaan telepon

seluler/smartphone secara berlebihan lebih rentan mengakibatkan gangguan

kesehatan, antara lain seperti sakit kepala, kelelahan, gangguan konsentrasi,

sulit tidur, dan masalah pendengaran (Choo dkk, 2010 dan Takao, 2014).
Penggunaan telepon seluler/smartphone yang tinggi dapat menyebabkan gangguan tidur
sehingga dapat mengakibatkan timbulnya kecemasan bahkan hingga depresi (Thomee dkk, 2011
dan Adams & Kisler, 2013). Selain itu, menurut Jenaro, dkk (2007), penggunaan telepon
seluler/smartphone yang tersambung dengan jaringan internet mengakibatkan gejala insomnia
pada mahasiswa. Semakin lama seseorang menggunakan gadget pada malam hari, maka semakin
sulit untuk tertidur (National Sleep Foundation, n.d). Gejala sulit untuk tertidur biasa disebut
dengan insomnia.

Di Indonesia, prevalensi insomnia sekitar 10%, yang berarti 28 juta orang dari total 237 juta
penduduk di Indonesia menderita insomnia (Amir, 2010). Apabila jumlah penderita insomnia ini
semakin tahun semakin bertambah, maka akan menyebabkan kerugian bagi penderitanya.
Kerugian tersebut diantaranya dapat menyebabkan kantuk di siang hari dan kelelahan (Moul dkk,
2002 dan Fortier-Brochu dkk, 2010), berkurangnya gerak psikomotor (Edinger dkk, 2008), dan
gangguan kognitif lainnya (Altena dkk, 2008). Selain itu, meskipun belum ada penelitian yang
mengungkapkan hubungan secara langsung antara insomnia dengan peningkatan risiko
kecelakan lalu lintas, tetapi efek residu hipnotik keesokan harinya akibat insomnia dapat
menyebabkan kerusakan substansial dalam fungsi psikomotor sehingga memungkinkan
terjadinya kecelakan saat berkendara (Menzin dkk, 2001).

Hasil Terjemahan
Ninety percent of people in the U.S. admit to using a technological device during the hour
before turning in, and children often use electronic media to help them relax at night. If
you’re among these nighttime technology-users, you may not realize the extent to which
this can make it harder to settle down to sleep. But it can. The truth is, using electronic
devices before bedtime can be physiologically and psychologically stimulating in ways that
can adversely affect your sleep.

Here’s what happens: Using TVs, tablets, smartphones, laptops, or other electronic devices
before bed delays your body’s internal clock (a.k.a., your circadian rhythm), suppresses the
release of the sleep-inducing hormone melatonin, and makes it more difficult to fall asleep.
This is largely due to the short-wavelength, artificial blue light that’s emitted by these
devices. The more electronic devices that a person uses in the evening, the harder it is to
fall asleep or stay asleep. Besides increasing your alertness at a time when you should be
getting sleepy, which in turn delays your bedtime, using these devices before turning in
delays the onset of REM sleep, reduces the total amount of REM sleep, and compromises
alertness the next morning. Over time, these effects can add up to a significant, chronic
deficiency in sleep.
All of this is true for kids and adults alike. It’s important to initiate a digital curfew for the
entire family, a time at which you and your kids turn off all electronic devices for the night.
Try setting the curfew at two hours before bed, one hour before bed, or even 30 minutes
before bed—the earlier in the evening, the better, but whatever feels realistic.

One good substitution is reading. Reading an old-fashioned, printed book under lamplight
(as opposed to bright overhead lighting) is a great choice. And using an e-ink e-reader (like
the Kindle Paperwhite, as opposed to the Kindle Fire) is also a good idea, because it doesn't
produce the same type of blue light that a smartphone or tablet would.

Edit
Sembilan puluh persen orang di AS mengaku menggunakan perangkat teknologi selama
satu jam sebelum masuk, dan anak-anak sering menggunakan media elektronik untuk
membantu mereka bersantai di malam hari. Jika Anda berada di antara pengguna
teknologi malam hari ini, Anda mungkin tidak menyadari sejauh mana hal ini dapat
mempersulit Anda untuk tidur. Tetapi itu bisa. Yang benar adalah, menggunakan
perangkat elektronik sebelum tidur dapat menstimulasi secara psikologis dan psikologis
dengan cara yang dapat mempengaruhi tidur Anda.

Inilah yang terjadi: Menggunakan TV, tablet, ponsel pintar, laptop, atau perangkat
elektronik lainnya sebelum tidur menunda jam internal tubuh Anda (alias, ritme sirkadian
Anda), menekan pelepasan hormon melatonin yang memengaruhi tidur, dan membuatnya
lebih sulit untuk jatuh. tertidur. Ini sebagian besar disebabkan oleh cahaya biru artifisial
pendek-panjang yang dipancarkan oleh perangkat ini. Semakin banyak perangkat
elektronik yang digunakan seseorang di malam hari, semakin sulit untuk tertidur atau
tetap tertidur. Selain meningkatkan kewaspadaan Anda pada saat Anda seharusnya
mengantuk, yang pada gilirannya menunda waktu tidur Anda, menggunakan perangkat
ini sebelum mematikan penundaan tidur REM, mengurangi jumlah total tidur REM, dan
mengorbankan kewaspadaan keesokan harinya. Seiring waktu, efek ini dapat menambah
kekurangan kronis yang signifikan dalam tidur.
Semua ini berlaku untuk anak-anak dan orang dewasa. Penting untuk memulai jam
malam digital untuk seluruh keluarga, waktu di mana Anda dan anak-anak Anda
mematikan semua perangkat elektronik untuk malam. Cobalah mengatur jam malam di
dua jam sebelum tidur, satu jam sebelum tidur, atau bahkan 30 menit sebelum tidur —
lebih awal di malam hari, lebih baik, tetapi apa pun terasa realistis.

Salah satu substitusi yang bagus adalah membaca. Membaca buku cetak kuno di bawah
cahaya lampu (sebagai lawan dari pencahayaan di atas terang) adalah pilihan yang tepat.
Dan menggunakan e-ink e-reader (seperti Kindle Paperwhite, yang bertentangan dengan
Kindle Fire) juga merupakan ide yang bagus, karena tidak menghasilkan jenis cahaya biru
yang sama dengan yang dimiliki smartphone atau tablet.

Anda mungkin juga menyukai